Professional Documents
Culture Documents
Makalah Kota Sehat
Makalah Kota Sehat
DISUSUN OLEH
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun ”Makalah Kota Sehat” untuk
menyelesaikan Tugas Mata kuliah Keperawatan Komunitas
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang saya hadapi,
saya menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk
itu saya mengharapkan saran dan kritikan yang dapat menyempurnakan makalah ini.
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan untuk
pembaca dan juga untuk saya sendiri.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DATAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Tujuan ...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya strategis untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan. Untuk
mencapai hal tersebut, dilakukan melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan untuk hidup sehat pada setiap individu. Dalam hal ini pendekatan yang
paling tepat adalah bidang kesehatan, seperti yang tercantum dalam Peraturan
Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005 dan
Nomor 1138/Menkes/PB/VII/2005 yang berisi pedoman dan penyelenggaraan
kabupaten/ kota sehat.
Kota sehat adalah suatu kondisi kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat
untuk dihuni penduduk. Penyelenggaraannya dicapai melalui penerapan beberapa
tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi, disepakati oleh masyarakat dan
pemerintah daerah (Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan No. 34 pasal 1 Tahun 2005).
Penyelenggaraan kota sehat merupakan kumpulan berbagai kegiatan untuk
mewujudkan kota sehat, melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat, dan forum
kesehatan yang difasilitasi oleh pemerintah kota. Forum kerupakan wadah bagi
masyarakat untuk berpartisipasi dan menyalurkan aspirasi. Forum sendiri memiliki
peranan untuk menentukan arah, prioritas, perencanaan pembangunan wilayah yang
mengintegrasikan berbagai aspek agar terwujudnya wilayah yang bersih, aman,
nyaman, dan sehat untuk dihuni warganya.
Di Indonesia, program Kota Sehat pertama kali dimulai pada 1998
yangdicanangkan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia yang diluncurkan di 6
kota, yaitu Kabupaten Cianjur, Kota Balikpapan, Bandar Lampung, Pekalongan,
Malang, dan Jakarta Timur, yang dicanangkan oleh Menteri Dalam Negeri pada
tanggal 26 Oktober 1998 di Jakarta. Kemudian diikuti dengan pengembangan
Kabupaten/Kota Sehat khususnya di bidang pariwisata di delapan kota, yaitu
Kawasan Anyer di Kabupaten Serang, Kawasan Batu Raden di Kabupaten
Banyumas, Kotagede di Kota Yogyakarta, Kawasan Wisata Brastagi di Kabupaten
Karo, Kawasan Pantai Senggigi di Kabupaten Lombok Barat, Kawasan Pantai.
Program kota sehatefektif berjalan pada tahun 2005 sejak dikeluarkannya Peraturan
Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 tahun 2005 dan
Nomor 1138/ Menkes/PB/VIII/2005 tentang penyelenggaran kabupaten/kota sehat
di Indonesia (Peraturan Bersama Menteri Kesehatan & Menteri Dalam Negeri No
34, 2005).
Dalam penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat terdapat 9 tatanan yang
dikelompokkan berdasarkan kawasan dan permasalahan khusus, yang terdiri atas :
kawasan pemukiman, sarana dan prasarana umum, kawasan saran lalu lintas tertib
dan pelayanan transportasi, kawasan pertambangan sehat, kawasan industri dan
perkantoran sehat, kawasan pariwisata sehat, ketahanan pangan dan gizi, kehidupan
masyarakat sehat dan mandiri, kehidupan sosial yang sehat.
Ketahanan pangan dan gizi merupakan salah satu tatanan paling penting
dalam penyelenggaraan Kabupaten/ Kota Sehat. Tatanan ini menjadi salah satu
tatanan penting yang ditetapkan dalam peraturan, yang langsung berkaitan dengan
sektor kesehatan. Terdapat indikator - indikator pertanyaan dalam tatanan ini yang
menginformasikan mengenai kondisi eksistensi yang telah dicapai yang masih perlu
mendapat perhatian ke depan dalam penyelenggaraan kabupaten/ kota sehat.
Salah satu permasalahan kesehatan banyak perhatian adalah kejadian
stunting berdasarkan indeks TB/U.Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek
dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau
tinggi badan. Prevalensi stunting pada balita di Indonesia terus meningkat, dari
17,1% di tahun 2010 (Riskesdas, 2010) dan naik menjadi 19,2% di tahun 2013
(Riskesdas, 2013). Data Pemantauan Status Gizi (PSG) selamatiga tahun terakhir
mencatat bahwa prevalensi stunting mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu
27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017 (PSG, 2017).
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, proporsi stunting di Indonesia masih cukup
tinggi, sekitar 30,8%, balita di Indonesia mengalami stunting, stunting dapat
dicegah dengan peningkatan ketahanan pangan dan perbaikan gizi.
Adapun upaya perbaikan gizi yang dicanangkan oleh Pemerintah Pusat
melalui Kementrian Kesehatan, untuk mengatasi stunting salah satunya ialah
program Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi). Kadarzi merupakan suatu keluarga yang
mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggota
keluarganya. Salah satu indikator yang ada dalam Kadarzi adalah suatu keluarga
mampu mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan
gizi mereka.
B. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep kota sehat dengan perancangan kota sehat
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam makala ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui konsep kota sehat
b. Mengetahui konsep keperawatan komunitas
c. Mengetahui pengertian stunting
d. Mengetahui rencana pengembangan kota sehat pada Balita dengan stunting
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Strategi Intervensi
Strategi intervensi dalam keperawatan komunitas dibuat agar tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, adapun strategi yang dapat diterapkan diantaranya:
a. Proses Kelompok
Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan
komunitas yang di lakukan dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat
(melalui pembentukan peer atau social support berdasarkan kondisi dan
kebutuhan masyarakat). Perawat komunitas dapat membentuk kelompok
baru atau bekerja sama dengan kelompok yang telah ada (Stanhope dan
Lancaster, 2016). Sebagai suatu intervensi, kelompok bisa menjadi cost
efficient treatment dengan hasil terapeutik yang positif. Proses kelompok ini
dilakukan dengan membentuk kelompok dari-oleh-untuk masyarakat yang
memperhatikan kesehatan di wilayahnya sehingga dapat secara mandiri
mengatasi masalah yang muncul di masyarakat. (Snyder dan Lindquist,
2009).
Berikut beberapa pengaruh positif strategi intervensi dengan proses
kelompok (Yalom, 1983; dalam Hitchcock, Schubert dan Thomas,
1999)diantaranya:
1) Membangunharapan ketika anggota kelompok menyadari bahwa ada
orang lain yang telah menghadapi atau berhasil menyelesaikan
masalah yang sama.
2) Universalitas,dengan menyadari bahwa dirinya tidak sendiri
menghadapi masalah yang sama.
3) Berbagi informasi;
4) Altruisme dan saling membantu;
5) Pengembangan teknik sosialisasi;
6) Perilaku imitatif dari pemimpin kelompok;
b. Promosi Kesehatan
Bentuk promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam rangka upaya
promotif dan preventif dengan melakukan penyebaran informasi dan
meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperilaku sehat (Stanhope
dan Lancaster, 2016). Pendidikan kesehatan umumnya bertujuan
meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi ketidak mampuan dan
merupakan upaya untuk mengaktualisasikan potensi kesehatan dari
individu, keluarga, komunitas dan masyarakat diseminasi informasi
bertujuan mengubah sikap, keyakinan dan perilaku masyarakat melalui
pemeberian informasi serta memunculkan kesadaran bahwa suatu
masalah yang timbul dapat diatasi.
2) Modifikasi gaya hidup (Life Style Modification)
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memodifikasi gaya
hidup diantaranya perubahan situasi, tersedianya pengetahuan dan
keterampilan untuk melaksanakan dan meneruskan perubahan, hasil
yang akan diperoleh dari perilaku baru, serta adanya dukungan fisik dan
sosial untuk merubah perilaku.Modifikasi gaya hidup dapat membantu
klien untuk bertanggung jawab atas kesehatan sendiri dan membuat
perubahan perilaku yang sesuai untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya.
3) Penataan lingkungan (Environmental Restructuring)
Lingkungan yang ditata mencakup lingkungan fisik, sosial dan ekonomi
misalnya mengatur kenyamanan dan keamanan fisik, menghindarkan
terjadi pencemaran air minum, menciptakan keterpaduan kelompok, dan
menetapkan penyediaan koperasi.Kegiatan ini mencakup kegiatan
penyediaan atau penataan faktor pendukung untuk mengoptimalkan
kualitas lingkungan dan peningkatan perilaku.
4) Pengkajian dan penilaian
Mendorong seseorang agar mengurangi faktor resiko dan mengadopsi
gaya hidup sehat. Contohnya mengadakan lomba atau kompetisi
penampilan sesuai indikator sehat
c. Pemberdayaan (Empowerment)
Pemberdayaan atau empowerment adalah suatu kegiatan
keperawatan komunitas dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk
menyelesaikan masalah yang ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek
dalam menyelesaikan masalah (Stanhope dan Lancaster, 2016). Perawat
dapat menggunakan strategi pemberdayaan untuk membantu masyarakat
mengembangkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, menciptakan
jejaring, negoisasi, lobbying, dan mendapatkan informasi untuk
meningkatkan kesehatan (Nies dan McEwen, 2015).
Terdapat lima area pemberdayaan yaitu interpersonal (personal
empowerment), intragroup (small group development), intergroup
(komunitas), interorganizational (coalition building), dan political action
(Labonte, 1994; Stanhope dan Lancaster, 2016).
D. Pengertian Stunting
Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang
ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi
Anak ,pengertian pendek dan sangat pendeka dalah status gizi yang didasarkan
pada indeks Panjang badan menurut umur(PB/U) atau Tinggi Badan menurut umur
(TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted
(sangat pendek).
Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur
panjang atau tinggi badan nya, lalu dibandingkan dengan standar dan hasilnya
berada dibawah normal. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang
berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan
standar baku WHO. Anak digolongkan stunting jika tingginya berada dibawah -2
SD dari standar WHO.
Stunting disebabkan oleh multifaktor yaitu mencakup pendidikan ibu,status
ekonomi, tinggi badan ibu, pola asuh, usia balita, Pemberian ASI Eksklusif,
kelengkapan imunisasi, BBLR, asupan energi, asupan protein, riwayat penyakit
infeksi, dan makanan pendamping ASI.
BAB III
1. Pengkajian
a. Data umum
1) Nama pasien
2) Nama KK
3) Usia pasien
5) Alamat pasien
6) Komposisi keluarga
7) Genogram
8) Tipe keluarga
9) Suku
10) Agama
11) Rekreasi
b. Data komunitas
1) Sejarah/riwayat
3) Subsistem komunitas
a) Lingkungan fisik
b) Pelayanan kesehatan
c) Ekonomi
d) Politik dan pemerintah
e) Pendidikan
f) Rekreasi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
1. LATAR BELAKANG
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek).Stunting (tubuhpendek) adalah keadaan
tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau
tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adala hkeadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih
pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai
indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca
persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak
memadai dan atau kesehatan.
Sekitar 8,8jutaanak Indonesia menderita stunting (tubuhpendek)
karenakuranggizi. Data RisetKesehatanDasar (Riskesdas) 2013 mencatatangkakejadian
stunting nasionalmencapai 37,2persen. Angkainimeningkatdari 2010 sebesar 35,6persen
(Rizma, 2016). Oleh karena itu dalam hal ini diperlukan upaya pencegahan stunting
salah satunya dengan penyuluhan bagaimana cara mencegah stunting diberikan pada
orangtua anak.
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat
mengetahui dan memahami bagaimana mencegah stunting.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga
pasien dapat mengetahui tentang:
1) Defenisi Stunting
2) Penyebab stunting
3) Dampak stuntig
4) Cara mencegah stunting
5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
3. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah, diskusi, danTanya jawab
2. Media danAlat Bantu :Leaflet, Pertunjukan slides (melalui overhead
projector, slide projector,komputer danLCD projector, atau lainnya), poster,
video.
3. Tempat danWaktu
a. Tempat Kegiatan : kantor desa
b. Hari/Tanggal : Jumat, 28 oktober 2022
4. Peserta : Orang tua anak
5. Waktu : 30 menit
4. KEGIATAN PENYULUHAN
TahapKegiata
Kegiatanperawat Kegiatanklien Media
n
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawabsala 1. Ceramah
( 5 menit) 2. Memperkenalkandiri m 2. Tanya jawab
3. Menjelaskanmaksuddantujuanp 2. Mendengarkank
enyuluhan eteranganpenya
4. Menggalipengetahuanpesertate ji
ntangmateri yang 3. Menyampaikan
akandisampaikan pengetahuan
tentang materi
yang
disampaikan
5. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
a) Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung.
b) Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam
penyiapan kursi, absensi dan leaflet.
c) Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan pihak
Poltekkes Kemenkes Malang
2. Evaluasi proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.
c) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri..
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan
benar melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting, cara mencegahnya,
dan zat gizi yang berperan menghindari stunting (75%).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ciri-ciri kota/kabupatensehat ialah pendekatan tergantung permasalahan yang
dihadapi, berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masyarakat,
sedangkan pemerintah sebagai fasilitator.
2. Kota Sehat merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat menuju
hidup sehat. Memperhatikan konsepsi gerakan kota sehat tersebut, tampak
bahwa gerakan kota sehat merupakan pendekatan “multi stakeholders‟,
dimanasektorkehutanan (pemerintah dan swasta) yang merupakan bagian dari
stakeholders dapat ikut aktif/ berpartisipasi sesuai dengan bidang tugasnya.
Partisipasi tersebut dalam tahap awal dapat berupa upaya untuk
mempromosikan/ menginformasikan kegiatan-kegiatan yang telah dan akan
dilakukan, yang dapat menunjang gerakan kota sehat, serta menselaraskan
kegiatan dengan sektor lain yang secara bersama-sama dapat mewujudkan kota
sehat
B. Saran
Untuk mengukur kemajuan kegiatan kota sehat, dibutuhkan indikator yang jelas
sehingga semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan yang sudah
dilakukan, dan menjadi tolok ukur untuk merencanakan kegiatan selanjutnya.
Setiap daerah dapat memilih, menetapkan dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan kondisi dan kemampuan masing-masing untuk memenuhi indikator
tersebut. Karenanya, modal dasar pengembangan kota menuju healthy city adalah
kemauan dan komitmen pemerintah kota untuk mewujudkan tatanan hidup yang
lebih berkeadilan, aspiratif dan menempatkan masyarakat sebagai mitra
pembangunan. Pelibatan semua elemen masyarakat kota merefleksikan makna
kepemilikan mereka akan kota yang, secara tidak langsung akan melahirkan
kekuatan dan keikhlasan untuk secara bersama-sama merekayasa perubahan kota.
DAFTAR PUSTAKA
Adinda. 2014. Masalah Gizi penyebab Stunting (Pendek).
(http://adindascabiosa.blogspot.co.id/2014/04/-masalah-gizi-penyebab-
stunting.html). Diaksespadatanggal 24 April 2016.
Beal Ty,Tumilowicz, Alison,SutrisnaAang, Izwardy,Doddy, Neufeld, Lynnette M.
(2017). A review of child stunting determinants in Indonesia. Maternal and
Child Nutrition Published by John Wiley & Sons,
Ltd.doi: 10.1111/mcn.12617 .
Buku Saku Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017. di akses pada 3 Juli 2020
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180125/3424539/buku-
saku-hasil-pemantauan-status-gizi-psg-tahun-2017/
Kurniasih, Dwi Endah,dan Adianto, Joko.(2017) Kebun gizi sebagai strategi berbasis
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. BKM Journal of
Community Medicine and Public Health. Volume 34 Nomor2 Halaman 93-
97