You are on page 1of 22

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sikap Kerja

a. Pengertian dan Macam-macam Sikap Kerja

Menurut Nurmianto (2008), sikap kerja merupakan suatu

tindakan yang diambil tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan.

Terdapat 4 macam sikap dalam bekerja, yaitu :

1) Sikap Kerja Duduk

Mengerjakan pekerjaan dengan sikap kerja duduk yang

terlalu lama dan sikap kerja yang salah dapat mengakibatkan otot

rangka (skeletal) termasuk tulang belakang sering merasakan

nyeri dan cepat lelah. Menurut Suma’mur (2013) keuntungan

bekerja dengan sikap kerja duduk ini adalah kurangnya kelelahan

pada kaki, terhindarnya postur-postur tidak alamiah,

berkurangnya pemakaian energi dan kurangnya tingkat keperluan

sirkulasi darah.

Menurut Suma’mur (2014) pekerjaan sejauh mungkin

harus dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk

adalah :

a) Kurangnya kelelahan pada kaki.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah.

c) Berkurangnya pemakaian energi.

d) Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah .

Namun begitu, terdapat pula kerugian-kerugian sebagai

akibat bekerja sambil duduk, yaitu :

a) Melembeknya otot-otot perut.

b) Melengkungnya punggung.

c) Tidak baik bagi alat-alat dalam, khususnya peralatan

pencernaan, jika posisi dilakukan secara membungkuk.

2) Sikap Kerja Berdiri

Sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik dalam hal

fisik dan mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih

cepat, kuat dan teliti namun bekerja dengan sikap kerja berdiri

terus menerus sangat mungkin mengakibatkan timbulnya

penumpukan darah dan beragam cairan tubuh pada kaki

(Santosa,2004).

3) Sikap Kerja Membungkuk

Dari segi otot, sikap kerja duduk yang paling baik adalah

sedikit membungkuk, sedangkan dari aspek tulang penentuan

sikap yang baik adalah sikap kerja duduk yang tegak agar

punggung tidak bungkuk sehingga otot perut tidak berada pada

keadaan yang lemas. Oleh karena itu sangat dianjurkan dalam

bekerja dengan sikap kerja duduk yang tegak harus diselingi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dengan istirahat dalam bentuk sedikit membungkuk

(Suma’mur,2013).

4) Sikap Kerja Dinamis

Sikap kerja yang dinamis ini merupakan sikap kerja yang

berubah (duduk, berdiri, membungkuk, tegap dalam satu waktu

dalam bekerja) yang lebih baik dari pada sikap statis (tegang)

telah banyak dilakukan di sebagian industri, ternyata mempunyai

keuntungan biomekanis tersendiri. Tekanan pada otot yang

berlebih semakin berkurang sehingga keluhan yang terjadi pada

otot rangka (skeletal) dan nyeri pada bagian tulang belakang juga

digunakan sebagai intervensi ergonomi. Oleh karena itu

penerapan sikap kerja dinamis dapat memberikan keuntungan

bagi sebagian besar tenaga kerja (Suma’mur, 2013).

b. Penilaian Sikap Kerja

Menurut Tarwaka (2011) ada beberapa cara yang telah

diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui

sikap kerja yang berhubungan antara tekanan fisik dengan resiko

keluhan otot rangka (skelet). Berikut beberapa metode observasi

postur tubuh yang berkaitan dengan risiko gangguan sistem

musculoskeletal antara lain:

1) Ovako Working Analysis System (OWAS)

Aplikasi metode Ovako Working Analysis System

(OWAS) didasarkan pada hasil pengamatan dari berbagai posisi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang diambil pada pekerja selama melakukan pekerjaanya, dan

digunakan untuk mengidentifikasi sampai dengan 252 posisi yang

berbeda, sebagai hasil dari kemungkinan kombinasi postur tubuh

bagian belakang (4 posisi), lengan (3 posisi), kaki (7 posisi), dan

pembebanan (3 interval).

Metode Ovako Working Analysis System (OWAS)

membedakan ke dalam empat (4) tingkat atau kategori risiko.

Tingkat atau kategori tersebut secara berurutan adalah nilai 1

dengan risiko terendah dan nilai 4 dengan risiko tertinggi. Setiap

kategori risiko yang diperoleh akan digunakan untuk melakukan

rekomendasi suatu perbaikan. Jadi dengan melakukan pengkode-

an, metode ini digunakan untuk menentukan kategori risiko pada

posisi masing-masing, yang mencerminkan ketidaknyamanan

pada setiap bagian tubuh (punggung, lengan dan kaki). Langkah

terakhir dari aplikasi metode ini adalah melakukan analisis

kategori dengan menghitung posisi yang diamati dan berbagai

bagian tubuh, akan mengidentifikasi suatu posisi yang paling

penting dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk

memperbaiki posisi kerja.

2) Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

Metode ini prinsip dasarnya hampir sama dengan metode

Ovako Working Anaylisis System. Sebuah metode yang

menganalisa segmen tubuh namun metode RULA ini merupakan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

target postur tubuh untuk mengestimasi terjadinya risiko

terjadinya keluhan dan cedera otot skeletal. Metode RULA ini

digunakan sebagai metode untuk mengetahui sikap kerja bisa

berhubungan dengan keluhan musculoskeletal, khususnya pada

anggota tubuh bagian atas (upper limb disorders). Metode RULA

merupakan analisis awal yang mampu menentukan seberapa jauh

risiko pekerja yang terpengaruh oleh faktor-faktor penyebab

cedera seperti ; postur tubuh, kontaksi otot statis, gerakan repetitif

dan pengerahan tenaga dan pembebanan.

3) Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang

dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan

secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher,

punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang

operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor

coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas

pekerja. Metode tersebut dapat digunakan secara cepat untuk

menilai postur seorang pekerja.

Penilaian menggunakan metode REBA yang telah

dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney

melalui tahapan – tahapan sebagai berikut :

Tahap 1: Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan

bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(postur) pekerja dan leher, punggung, lengan, pergelangan tangan

hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau

memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti

mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari

hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk

tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

Tahap 2: Penentuan sudut – sudut dari bagian tubuh pekerja.

Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari

pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing – masing

segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher,

lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan kaki. Pada

metode REBA segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung

(batang tubuh), leher, dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan

atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Dari data sudut

segmen tubuh pada masing – masing grup dapat diketahui

skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat

tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh

skor untuk masing – masing tabel.

Tabel 1. Skor pergerakan punggung (batang tubuh)


Pergerakan Score Perubahan score
Tegak atau alamiah 1 +1 jika memutar atau miring ke
0-20 flexion 2 samping
0-20 extension 2
20-60 flexion 3
20 extension 3
60 flexion 4
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 1. Range pergerakan punggung (a) postur alamiah, (b)

postur 0 – 20° flexion, (c) postur 20 – 60° flexion, (d) postur 60°

flexion atau lebih.

Tabel 2. Skor pergerakan leher


Pergerakan Score Perubahan score
0-20 flexion 1 +1 jika memutar atau
20 flexion atau extension 2 miring kesamping
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

Gambar 2. Range pergerakan leher (a) postur 20° atau lebih

flexion, (b) postur extension.

Tabel 3. Skor posisi kaki


Pergerakan Score Perubahan score
Kaki tertopang, bobot tersebar 1 1 jika lutut antara 30 dan
merata, jalan atau duduk 60 flexion
Kaki tidak tertopang, bobot tidak 2 +2 jika lutut > 60° flexion
tersebar merata/postur tidak stabil (tidak ketika duduk)
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3. Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot

tersebar merata, (b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar

merata.

Tabel 4. Skor pergerakan lengan atas


Pergerakan Score Perubahan score
20 extension sampai 20 1 +1 jika posisi lengan abducted
flexion Rotated
20 extension 2
20-45 flexion
45- 0 flexion 3 +1 jika bahu ditinggikan
0 flexion 4 +1 jika bersandar, bobot lengan
ditopang atau sesuai gravitasi
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

Gambar 4. Range pergerakan lengan atas (a) postur 20° flexion

dan extension, (b) postur 20° atau lebih extension dan postur 20 –

45°flexion, (c) postur 45 – 90° flexion, (d) postur 90° atau lebih

flexion.

Tabel 5. Skor pergerakan lengan bawah


Pergerakan (flexion °) Score
60-100 1
<60 atau >100 2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

Gambar 5. Range pergerakan lengan bawah (a) postur 60 – 100°

flexion, (b) postur 60° atau kurang flexion dan 100° atau lebih

flexion.

Tabel 6. Skor pergerakan pergelangan tangan


Pergerakan Score Perubahan score
(flexion/extension °)
0-15 1 +1 jika pergelangan tangan
>15 2 menyimpang atau berputar
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

Gambar 6. Range pergerakan pergelangan tangan (a) postur

alamiah, (b) postur 0 – 15° flexion maupun extension, (c) postur

15° atau lebih flexion, (d) postur 15° atau lebih extension.

Tabel 7. Penilaian Group A


Punggung
Leher Kaki 1 2 3 4 5

1 1 1 2 2 3 4
2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 8

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2 1 1 3 4 5 6
2 2 4 5 6 7
3 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9

3 1 3 4 5 6 7
2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
4 6 7 8 9 9
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

Tabel 8. Penilaian Group B


Lengan Atas
Lengan Pergelangan 1 2 3 4 5 6
Bawah

1 1 1 1 3 4 6 7
2 2 2 4 5 7 8
3 3 3 5 5 8 8

2 1 1 2 4 5 7 8
2 2 3 5 6 8 9
3 3 4 5 7 8 9
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

Hasil skor yang diperoleh kemudian dilakukan pengolahan baik

dari skor A maupun skor B maka diperoleh dari tabel A dan tabel

B digunakan untuk melihat tabel C sehingga didapatkan skor dari

tabel C.

Tabel 9 untuk Group C


SCORE A
SCORE B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

Tahap 3 : Penentuan berat benda yang diangkat, coupling, dan

aktifitas pekerja. Masing – masing faktor tersebut juga

mempunyai kategori skor.

Tabel 10. Skor berat beban yang diangkat


Score 0 +1 +2 +1
Beban <5 5-10 >10 Penambahan beban yang tiba-
(kg) tiba atau secara cepat
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

Tabel 11. Tabel Coupling


Score 0 +1 +2 +3
Good Fair Poor Unacceptable
Ket Pegangan Pegangan Pegangan Dipaksakan
pas dan tangan bisa tangan tidak genggaman
tepat diterima bisa diterima yang tidak
ditengah, tapi tidak walaupun aman, tanpa
genggaman ideal atau memungkinkan. pegangan
kuat. coupling couping tidak
lebih sesuai sesuai
digunakan digunakan
oleh bagian oleh bagian
lain dari lain dari
tubuh. tubuh.
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

Tabel 12. Activity Score


Score Aktivitas
+1 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan lebih dari 1 menit
+1 pengulangan gerakan dalam waktu singkat, diulang lebih dari
4 kali per menit (tidak termasuk berjalan)

+1 Gerakan menyebabkan perubahan atau pergeseran postur yang


cepat dari postur awal.
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

Tahap 4 : Perhitungan nilai REBA untuk postur yang

bersangkutan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Setelah didapatkan skor dari tabel A kemudian dijumlahkan

dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga

didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari tabel B

dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga didapatkan

nilai bagian B. dari nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan

untuk mencari nilai bagian C dari tabel C yang ada. Nilai REBA

didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai

aktivitas pekerja. Dari nilai REBA tersebut dapat diketahui level

resiko pada musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan

untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja.

Tabel 13. Tabel level resiko dan tindakan


Action REBA Score Risk Level Action
Level
0 1 Negligible Non necessary
1 2-3 Low Maybe necessary
2 4-7 Medium Necessary
3 8-10 High Necessary soon
4 11-15 Very High Necessary now
Sumber : Jurnal Applied Ergonomics 2000

Dari tabel resiko di atas dapat diketahui dengan nilai REBA yang

didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya dapat diketahui

level resiko yang terjadi dan perlu atau tidaknya tindakan yang

dilakukan untuk perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin

dilakukan antara lain berupa perancangan ulang peralatan kerja

berdasarkan prinsip – prinsip ergonomi.

B. Masa kerja

a. Pengertian masa kerja

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Siagian (2001) menyatakan bahwa masa kerja

merupakan keseluruhan pelajaran yang diperoleh oleh seseorang dari

peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Masa

kerja adalah jangka waktu atau lamanya seseorang bekerja pada

instansi, kantor dan sebagainya.

Masa kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengalaman

yang didapatkan ditempat kerja. Semakin lama seseorang bekerja

semakin banyak pengalaman dan semakin tinggi pengetahuan dan

keterampilannya (Simanjuntak, 1985).

Menurut Tulus (1992) masa kerja merupakan kurun waktu

atau lamanya tenaga kerja bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat

memberikan pengaruh positif pada kinerja apabila dengan semakin

lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam

melaksanakan tugasnya. Sebaliknya dapat memberikan pengaruh

positif apabila dengan semakin lama masa kerja akan timbul perasaan

terbiasa dengan keadaan dan menganggap mudah pekerjaan serta akan

menimbulkan kebosanan. Akumulasi dari suatu pekerjaan yang adalah

semakin lama dapat menimbulkan berbagai gangguan atau keluhan

secara fisiologis bagi tenaga kerja disuatu tempat kerja.

b. Klasifikasi masa kerja

Tulus (1992) juga menyebutkan secara garis besar masa kerja

dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu :

1) Masa kerja baru adalah < 6 tahun

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Masa kerja sedang adalah 6-10 tahun

3) Masa kerja lama adalah > 10 tahun

C. Low Back Pain (LBP)

a. Defenisi Low Back Pain (LBP)

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara

sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang

ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung

bagian atas dan pangkal paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung

bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang

disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik serta kegiatan yang

memberikan beban berlebih pada tubuh (Maher, Salmond & Pellino,

2002).

b. Anatomi Tulang Belakang

Gambar 7. Anatomi tulang punggung bawah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Menurut Cambridge Communication Limited (1999) columna

vertebralis terdiri atas 33 ruas tulang tidak teratur, yaitu vertebra.

Vertebra mengelilingi medula spinalis. Vertebra dilekatkan pada

bagian tengah vertebra oleh :

1) Diskus invertebralis dari fibrokartilago di depan vertebra, berada

diantara corpus-corpus.

2) Ligamen kuat dibelakang vertebra, antara medulla dan

laminanya.

3) Sendi-sendi sinovial, diantaranya prosesus artikularis

disampingnya.

Menurut Syaifuddin (2009) columna vertebralis juga

dibentuk oleh 33 buah os vertebra yang tersusun dari atas ke bawah

mulai dari leher sampai ke tulang ekor.

1) Vertebra servikalis (tulang leher) 7 ruas

2) Vertebra torakalis (tulang punggung) 12 ruas

Ukuran dari tulang ini agak besar dan corpusnya (badan ruas)

berbentuk jantung. Foramen vertebra relatif kecil dan bulat, prosesus

spinocus panjang dan melengkung ke bawah. Procesus transverses

bersendi dengan tuberkulum costa dan procesus artikularis superior.

3) Vertebra lumbalis (tulang pinggang) 5 ruas

Badan ruas tiap vertebra lumbalis berebntuk ginjal, foramen

vertebra lumbalis berbentuk segitiga, procesus transverses panjang

dan langsing, procesus spinosus berbentuk segiempat, pendek, dan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rata mengarah lurus ke belakang. Fasies procesus artikularis superior

menghadap ke medial dan fasies artikularis inferior menghadap ke

lateral.

4) Vertebra sacralis (tulang kelangkang) 5 ruas

Merupakan lima ruas tulang yang bergabung menjadi satu

membentuk sebuah tulang. Batas anterior bersendi dengan lumbal ke

5, batas inferior agak sempit bersendi dengan os cogsigis, dan bagian

lateral sacrum bersendi dengan os costa membentuk artikulasio sacro

iliaka. Tepi anterior dan superior sacrum I menonjol ke depan

sebagai margo posterior, apartura pelvis superior sebagai

promontorium sacralis, dan foramen vertebralis membentuk canalis

sacralis lamina sacral 4 dan 5.

5) Vertebra koksigialis ( tulang ekor) 4 ruas

Vertebra koksigialis terdiri atas empat ruas yang membentuk

segitiga kecil yang bersendi dengan ujun bawah sacrum tetapi kecuali

vertebra koksigis pertama.

c. Faktor penyebab Low Back Pain (LBP)

Faktor penyebab keluahan pada sistem musculoskeletal

menurut Peter Vi (2000) dalam Tarwaka (2011) antara lain sebagai

berikut.

1) Faktor internal

a) Umur

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Umumnya keluhan musculoskeletal dirasakan pada umur

antara 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada

umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan

dengan bertambahnya umur.

b) Jenis Kelamin

Secara fisiologis kemampuan otot wanita memang lebih

rendah daripada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua

pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun

lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.

c) Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas

paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen

menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga

menurun. Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas

yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah

karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran

karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya

timbul rasa nyeri.

d) Kesegaran Jasmani

Keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang

dalam aktivitasnya mempunyai cukup waktu untuk istirahat.

Sebaliknya bagi yang dalam aktivitasnya melakukan pekerjaan

yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, disisi lain tidak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat

dipastikan akan terjadi keluhan otot (Lanywati, 2001).

e) Kekuatan Fisik

Peningkatan keluhan punggung yang tajam pada pekerja

yang melakukan tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas

kekuatan otot pekerja. Bagi pekerja yang kekuatan ototnya

rendah, risiko terjadinya keluhan tiga kali lipat dari yang

mempunyai kekuatan tinggi.

f) Ukuran Tubuh

Berat badan, tinggi badan, dan masa tubuh merupakan

faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem

musculoskeletal. Vessy, et.al (1990) menyatakan bahwa wanita

yang gemuk mempunyai risiko dua kali lipat dibandingkan wanita

kurus. Hal ini diperkuat oleh Werner, et.al (1994) yang

menyatakan bahwa bagi pasien yang gemuk (obesitas dengan

masa tubuh>29) mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan

dengan yang kurus (masa tubuh <20), khusunya untuk otot kaki.

g) Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering

dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut

pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat,

mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat. Peregangan

otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa

sering dilakukan, maka dapat mempertinggi risiko terjadinya

keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot

skeletal.

h) Sikap kerja tidak alamiah

Salah satu sikap kerja yang tidak dibenarkan adalah sikap

kerja yang tidak sesuai tubuh atau sikap kerja yang tidak alamiah.

Sikap kerja tidak alamiah yaitu sikap kerja yang menyebabkan

posisi bagian-bagian dalam tubuh bergerak menjauhi posisi

alamiah.

2) Faktor eksternal

a) Tekanan

Pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot

tangan lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan

alat, apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri

otot yang menetap.

b) Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan

kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan

peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat

dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

c) Mikroklimat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau

besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan

termanfaatkan oleh tubuh. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan

pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai

oksigen ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang

lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme

karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang

dapat menimbulkan rasa nyeri otot.

d) Masa Kerja

Sikap kerja yang statis dengan masa kerja yang lama (5

tahun bekerja) dapat berpengaruh terhadap nyeri punggung. Hal

ini disebabkan karena akumulasi pembebanan pada tulang rangka

(Harrianto, 2009).

4. Hubungan Sikap kerja duduk dan masa kerja dengan Keluhan Low Back

Pain

Proses terjadinya nyeri dimulai dari stimulus nyeri, seperti faktor

biologis, zat kimia, panas, listrik, serta mekanik. Selanjutnya stimulus

tersebut menstimulasi nosisseptor di perifer, yaitu ujung-ujung saraf

bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat (Prasetyo,

2010).

Konstruksi punggung yang unik memungkinkan terjadinya

fleksibelitas dan memberikan perlindungan terhadap sumsum tulang

belakang. Otot-otot abdominal berperan pada aktivitas mengangkat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

beban dan sarana pendukung tulang belakang. Adanya obesitas, masalah

struktur, dan peregangan berlebihan pada sarana pendukung ini akan

berakibat pada nyeri punggung. Adanya perubahan degenerasi diskus

interverterbralis akibat usia menjadi fibrokartilago yang padat dan tidak

teratur merupakan penyebab nyeri punggung biasa, sedangkan perubahan

diskus interlumbalis L4-L5 dan L5-S1 menderita stress mekanis dan

menekan sepanjang akar saraf merupakan penyebab nyeri punggung

bawah (Helmi, 2012).

Keluhan otot-otot skeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat

ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara

berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan

berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon diistilahkan dengan

keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) (Bakri S. H. A., Sudiajeng L,

2004).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran

Sikap kerja duduk

Degenerasi Diskus
Interlumbalis

Masa Kerja

Faktor internal : Akumulasi Tekanan Saraf


1. Umur Berlebih pada bagian tulang
2. Riwayat punggung bawah
Faktor eksternal :
penyakit
1. Aktifitas diluar
3. Kesegaran
kerja
jasmani
2. Lingkungan kerja
4. Kebiasaan Terjepitnya saraf
5. Kekuatan fisik pada Lumbal IV-
6. Ukuran tubuh Sacral I

Keluhan Low Back Pain

Gambar 8. Kerangka Pemikiran

Keterangan : : diteliti

: tidak diteliti

C. Hipotesis

Ada hubungan sikap kerja duduk dan masa kerja dengan keluhan

low back pain tenaga kerja administrasi PT TELKOM Solo.

commit to user

You might also like