You are on page 1of 71

GAMBARAN KARAKTERISTIK KEJADIAN FRAKTUR

PADA ANAK AKIBAT TRAUMA DI RUMAH SAKIT ISLAM

JAKARTA CEMPAKA PUTIH PADA TAHUN 2019 - 2020

SKRIPSI

Farras Fairuzzakiah Sulaeman

2018730035

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
GAMBARAN KARAKTERISTIK KEJADIAN FRAKTUR

PADA ANAK AKIBAT TRAUMA DI RUMAH SAKIT ISLAM

JAKARTA CEMPAKA PUTIH PADA TAHUN 2019 - 2020

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Strata Satu (S1)
Pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Farras Fairuzzakiah Sulaeman

2018730035

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Farras Fairuzzakiah Sulaeman

NIPM : 2018730035

Tanda Tangan :

Tanggal : 14 Desember 2021

i
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya yang bertanda


tangan di bawah ini:
Nama : Farras Fairuzzakiah Sulaeman
NPM : 2018730035
Program Studi : Kedokteran
Fakultas : Kedokteran dan Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan dan pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang berujudul:

“GAMBARAN KARAKTERISTIK KEJADIAN FRAKTUR PADA ANAK


AKIBAT TRAUMA DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA
PUTIH PADA TAHUN 2019-2020”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Muhammadiyah Jakarta berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis, pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 14 Desember 2021
Yang menyatakan

(Farras Fairuzzakiah S)

ii
GAMBARAN KARAKTERISTIK KEJADIAN FRAKTUR PADA ANAK
AKIBAT TRAUMA DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA
PUTIH PADA TAHUN 2019 – 2020

Farras Fairuzzakiah Sulaeman*, Moh. Adib Khumaidi**


*Mahasiswa Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
**Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

ABSTRAK

Latar Belakang. Fraktur merupakan rusaknya suatu hubungan struktur pada


tulang, baik pada tulang rawan ataupun lempeng pertumbuhan. Fraktur dapat terjadi
pada semua kelompok usia, termasuk anak-anak. Pada kelompok usia anak dapat
terjadi peningkatan kasus fraktur yang disebabkan karena meningkatnya aktivitas.

Tujuan. Mengetahui karakteristik kejadian fraktur pada anak akibat trauma di


Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.

Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data


rekam medis pasien fraktur pada anak akibat trauma di Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih pada tahun 2019 – 2020.

Hasil. Terdapat 110 subjek penelitian. Subjek penelitian paling banyak adalah laki-
laki sebesar (70.0%), usia anak 6-19 tahun (90.9%), jenis fraktur tertutup (77.3 %),
lokasi fraktur di ekstremitas atas (64.5%), penyebab paling banyak terjadi karena
jatuh (34.5%), dan tindakan yang sering dipilih adalah dengan reduksi terbuka
(80.0%).

Kesimpulan. Fraktur pada anak akibat trauma lebih banyak terjadi pada anak laki-
laki, dengan faktor penyebab lebih banyak karena terjatuh, banyak ditemukan
dengan jenis fraktur tertutup dengan lokasi di ekstremitas atas, serta tindakan yang
paling banyak dipilih dengan menggunakan reduksi terbuka.

Kata Kunci. Fraktur, Fraktur pada anak, jenis fraktur, tatalaksana fraktur.

iii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DESCRIPTION OF CHARACTERISTIC OF FRACTURE EVENTS IN
CHILDREN DUE TO TRAUMA AT JAKARTA ISLAMIC HOSPITAL
CEMPAKA PUTIH IN 2019 - 2020

Farras Fairuzzakiah Sulaeman*, Moh. Adib Khumaidi**


*Medical Study Program students, Faculty of Medicine and Health, University of
Muhammadiyah Jakarta.
**Medical Study Program, Faculty of Medicine and Health, University of
Muhammadiyah Jakarta.

ABSTRACT

Background. Fracture is the breakdown of a structural relationship in the bone,


either in cartilage or growth plates. Fractures can occur in all age groups, including
children. In the age group of children there can be an increase in cases of fractures
caused due to increased activity.

Objective. Knowing the characteristics of fracture events in children due to trauma


at Jakarta Cempaka Putih Islamic Hospital.

Method. This study is a descriptive study using data on medical records of fracture
patients in children due to trauma at Jakarta Cempaka Putih Islamic Hospital in
2019 - 2020.

Result. There are 110 research subjects. The most common study subjects were
men (70.0%) aged 6-19 years (90.9%), Closed fracture types (77.3%),fracture sites
in the upper extremities (64.5%),the most common causes of falls (34.5%), and
frequently selected inditions were by open reduction (80.0%).

Conclusion. Fractures in children due to trauma are more common in boys, with
more causal factors due to falls, many found with closed fracture types with
locations in the upper extremities, as well as the most widely chosen action using
open reduction.

Keywords. Fracture, fracture in the child, type of fracture, fracture management.

iv
Universitas Muhammadiyah Jakarta
LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada sidang skripsi/ skripsi di program studi kedokteran,
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada Hari : Rabu


Tanggal : 15 Desember 2021

Pembimbing Utama

(dr. Moh. Adib Khumaidi, Sp.OT)

v
Universitas Muhammadiyah Jakarta
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Farras Fairuzzakiah Sulaeman
NPM : 2018730035
Program Studi : Kedokteran
Judul Skripsi : Gambaran Karakteristik Kejadian Fraktur Pada Anak
Akibat Trauma di Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih Pada Tahun 2019 2020.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan sidang penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan studi
strata satu dan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

TIM PENGUJI
Pembimbing : dr. Moh. Adib Khumaidi, Sp.OT ( )

Penguji 1 : dr. Syahfreadi, Sp.B, KBD ( )

Penguji 2 : dr. Muhammad Dwi Putra, M.Biomed ( )

Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 30 Desember 2021

(dr. Robiah Khairani Hasibuan, Sp.S)

Ketua Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Jakarta

vi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, dengan Rahmat,


Anugerah dan Hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Ahalwat dan salam bagi
Nabi Muhammad SAW.
Penelitian ini berjudul “Gambaran Karakterisitik Kejadian Fraktur Pada Anak
Akibat Trauma di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Pada Tahun 2019 –
2020”
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar studi Strata Satu
dan memperoleh gelar sarjana Kedokteran.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
banyak pihak yang sudah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, disini penulis sampaikan banyak-banyak terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Muhammad Fachri, Sp.P, FAPSR.,FISR selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. dr. Robiah Khairani Hasibuan, Sp.S, selaku ketua prodi profesi fakultas
kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. dr. Moh. Adib Khumaidi, Sp.OT selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini.
4. dr. Syahfreadi, Sp.B, KBD dan dr. Muhammad Dwi Putra, M.Biomed
selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu dan membantu
memberikan masukan untuk skripsi ini.
5. dr. Rayhana, M.Biomed selaku dosen pembimbing akademik, serta dosen-
dosen PSKD FKK UMJ yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
selalu berusaha semaksimal mungkin untuk membantu saya.
6. Seluruh staff Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta yang tidak dapat disebutkan semua yang telah
banyak membantu.
7. Kepada kedua orang tua yang saya sayangi, mamah dan papah beserta adik
yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa.

vii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
8. Kepada Direktur RS Islam Jakarta Cempaka Putih yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian di RS Islam Jakarta cempaka Putih.
9. Kepada teman-teman psdm, Firna, Fasya, Finaz, Rafly, dan Idza yang selalu
memberikan dukungan.
10. Kepada Teman saya, Evelin, Elsa, Alfiana, Adel, Putri, Hasri, Alfi, Riska,
Indah, Sarah, dan Melani yang banyak membantu dan memberikan banyak
masukan dalam penulisan skripsi ini.
11. Kepada Teman saya, Andra, Sabrina, Fia, Nadya, Icha, Shafwah, Shara,
Viola, Rizka, Abil, Lala, Jessica, Ifah, Adis dan Putri yang selalu
memberikan dukungan, motivasi dan semangat dalam pengerjaan skripsi
ini.
12. Kepada Annisa Nurul Afifah selaku teman seperbimbingan saya yang telah
membantu dan memberikan saran serta masukan dalam pengerjaan skripsi
ini.
13. Kepada teman sejawat dan seperjuangan, “Humerus” yang selalu kompak
dalam suka dan duka

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
oleh penulis. Oleh karena itu, penulis meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
skripsi ini dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar skripsi ini
menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi
para pembaca.

Jakarta, 14 Desember 2021

Farras Fairuzzakiah S

viii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................................................. ii

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. v

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I ...................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1


1.2 Perumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 2
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
1.4.1 Aspek teoritis ......................................................................................... 3
1.4.2 Aspek praktis dan daya guna.................................................................. 3
1.5 Ruang Lingkup dan Penelitian .................................................................. 4
BAB II .................................................................................................................... 5

2.1 Fraktur Pada Anak ..................................................................................... 5


2.1.1 Definisi ................................................................................................... 5
2.1.2 Epidemiologi .......................................................................................... 6
2.1.3 Etiologi ................................................................................................... 7
2.1.4 Patofisiologi ........................................................................................... 9
2.1.5 Klasifikasi Fraktur ................................................................................ 11

ix
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2.1.6 Anatomi Tulang ................................................................................... 14
2.1.7 Pola Fraktur anak ................................................................................. 17
2.1.8 Manifestasi Klinik ................................................................................ 19
2.1.9 Gambaran Spesifik Fraktur Pada Anak ................................................ 21
2.1.10 Karakteristik Fraktur Pada Anak ........................................................ 22
2.1.11 Penatalaksanaan Fraktur..................................................................... 23
2.1.12 Proses Penyembuhan Fraktur ............................................................. 23
2.1.13 Al-Islam Terkait Fraktur .................................................................... 25
2.2 Fraktur Traumatik ................................................................................... 26
2.2.1 Definisi ................................................................................................. 26
2.2.2 Epidemiologi ........................................................................................ 28
2.3 Anak ........................................................................................................... 29
2.3.1 Definisi ................................................................................................. 29
2.3.2 Batasan Usia Anak ............................................................................... 29
2.4 Kerangka Teori ......................................................................................... 31
2.5 Kerangka Konsep ...................................................................................... 32
BAB III ................................................................................................................. 33

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ...................................................................... 33


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 33
3.2.1 Tempat Penelitian................................................................................. 33
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................................. 33
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................ 33
3.4 Populasi dan Sampel ................................................................................. 34
3.4.1 Populasi ................................................................................................... 34
3.4.2 Sampel .................................................................................................. 35
3.5 Kriteria Penelitian ..................................................................................... 35
3.5.1 kriteria Inklusi ...................................................................................... 35
3.6 Pengumupulan Data.................................................................................. 35
3.7 Pengolahan dan Analisa Data .................................................................. 36
BAB IV ................................................................................................................. 37

4.1 Angka kejadian fraktur pada anak akibat trauma di Rumah Sakit
Islam Jakarta Cempaka Putih ....................................................................... 37
4.2 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan usia dan jenis
kelamin ............................................................................................................. 37
4.3 Distribusi fraktur pada anak berdasarkan faktor penyebab karena
trauma, jenis, lokasi dan tatalaksana fraktur .............................................. 38
4.4 Pembahasan ............................................................................................... 40
4.4.1 Angka kejadian fraktur pada anak akibat trauma di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih .................................................................................. 40
x
Universitas Muhammadiyah Jakarta
4.4.2 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan usia dan jenis
kelamin .......................................................................................................... 41
4.4.3 Distribusi fraktur pada anak berdasarkan faktor penyebab karena
trauma, jenis fraktur, lokasi fraktur pada anggota gerak dan tatalaksana
fraktur ............................................................................................................ 42
BAB V ................................................................................................................... 46

A. Kesimpulan ................................................................................................. 46
B. Saran ............................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47

LAMPIRAN ......................................................................................................... 51

xi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Karakteristik Subjek yang mengalami fraktur .............................. 22

Tabel 3.3. 1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.............................. 33

Tabel 4.2. 1 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan usia dan
jenis kelamin ........................................................................................................ 37

Tabel 4.3. 1 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan faktor


penyebab karena trauma, jenis, lokasi fraktur pada anggota gerak dan
tatalaksana fraktur ............................................................................................. 38

Tabel 4.3. 2 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan faktor


penyebab karena trauma .................................................................................... 39

Tabel 4.3. 1 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan faktor


penyebab karena trauma, jenis, lokasi fraktur pada anggota gerak dan
tatalaksana fraktur ............................................................................................. 38

Tabel 4.3. 2 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan faktor


penyebab karena trauma .................................................................................... 39

xii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Variasi fraktur .............................................................................. 12

Gambar 2. 2 Klasifikasi Fraktur ....................................................................... 14

Gambar 2. 3 Klasifikasi Tulang ......................................................................... 15

Gambar 2. 4 Struktur tulang Panjang .............................................................. 16

Gambar 2. 5 Jenis tulang vertebrae dilihat dari superior ............................... 17

Gambar 2. 6 Klasifikasi Fraktur Salter-Harris ............................................... 19

Gambar 2. 7 Proses Penyembuhan Fraktur ..................................................... 25

Gambar 2. 8 Kerangka teori .............................................................................. 31

Gambar 2. 9 Kerangka Konsep ......................................................................... 32

xiii
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil Analisis Data ....................................................................... 51

Lampiran 2: Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................. 53

Lampiran 3: Surat Penelitian Dari Rumah sakit ............................................. 54

Lampiran 4 : Daftar Riwayat Hidup ................................................................. 55

xiv
Universitas Muhammadiyah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur merupakan rusaknya hubungan struktur pada tulang, baik tulang rawan
dan juga lempeng pertumbuhan pada tulang yang disebabkan oleh 2 hal, yaitu bisa
karena trauma dan juga non trauma. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa cara,
yaitu karena cedera, stres yang berulang kali, kelemahan tulang yang abnormal atau
disebut juga dengan fraktur patologis (Soemari et al., 2020). Tekanan yang
berlebihan atau trauma langsung yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan suatu
retakan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan pada otot dan jaringan.
Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan terjadinya perdarahan, edema,
hematoma, dll (Freye et al., 2019).

Menurut jurnal ilmu Kesehatan Indonesia pada tahun 2020, prevalensi fraktur
pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan, yaitu sekitar
2,7:1. Menurut penelitian, insiden kejadian fraktur pada anak laki-laki berjumlah
sekitar 77 sampel (70.0 %) sedangkan pada anak perempuan sekitar 33 sampel (30.0
%). Hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan oleh pengaruh fisiologis hormon yang
mengakibatkan anak laki-laki umumnya akan cenderung lebih aktif dan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan fisik yang berisiko untuk terjadinya fraktur (Wisnu
Satiti et al., 2020).

Fraktur dapat terjadi pada semua kelompok usia, termasuk anak-anak. Pada
kelompok usia anak-anak dapat terjadi peningkatan kasus fraktur yang disebabkan
karena meningkatnya aktivitas. Hal ini berhubungan dengan perbedaan anatomi
tulang antara anak dan juga dewasa. Tulang pada usia anak-anak memiliki
kandungan air lebih banyak dan juga kandungan mineral yang lebih rendah
dibandingkan dengan tulang dewasa. Oleh karena itu, tulang pada anak-anak
memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah atau mudah rapuh (Ismainar, 2018).
Penyebab fraktur pada anak dapat terjadi karena trauma tunggal misalnya seperti

1
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2

kecelakaan, tekanan berulang yang disebabkan karena olahraga, ataupun karena


keadaan patologis lain seperti tumor atau penyakit keganasan yang menyebabkan
fraktur patologik (Wisnu Satiti et al., 2020).

Penatalaksanaan fraktur pada anak dibagi menjadi dua, yaitu secara konservatif
(non- operatif) dan operatif. Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa
terapi dengan operatif menghasilkan hasil akhir yang lebih baik dibandingkan
dengan non operatif, dikarenakan metode operatif dapat mengurangi kejadian non-
union maupun malunion. Penelitian lain menemukan pada pasien fraktur yang
berobat ke pengobatan tradisional mengalami komplikasi, yaitu salah satunya
mengalami gangren. Komplikasi ini dapat menjadi indikasi dilakukannya amputasi
pada anak- anak (Wisnu Satiti et al., 2020).

Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui lebih jelasnya mengenai


bagaimana gambaran karakteristik kejadian fraktur pada anak akibat trauma di
rumah sakit islam jakarta cempaka putih pada tahun 2019 - 2020. Belum
terdapatnya penelitian tentang gambaran karakteristik kejadian fraktur pada anak
akibat trauma di rumah sakit islam jakarta cempaka putih periode 2019 - 2020 juga
suatu hal yang memperkuat keinginan penulis mengambil topik tersebut untuk
penelitiannya.

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana Gambaran Karakteristik kejadian fraktur pada anak akibat
trauma di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada tahun 2019 -
2020.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran karakteristik kejadian fraktur pada anak akibat
trauma di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada tahun 2019 -
2020.
3

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya angka kejadian fraktur pada anak akibat trauma di Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada tahun 2019 – 2020.
2. Diketahuinya distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan usia
dan jenis kelamin di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada
tahun 2019 – 2020.
3. Diketahuinya distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan faktor
penyebab karena trauma, tipe fraktur, lokasi fraktur pada anggota gerak
dan tatalaksana fraktur di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
pada tahun 2019 – 2020.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Aspek teoritis
1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai bagaimana
gambaran karakteristik kejadian fraktur pada anak akibat trauma di
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada tahun 2019 - 2020.
2. Menambah pengetahuan bagi penulis bagaimana cara penulisan ilmiah
yang baik.
3. Dapat dijadikan sebagai referensi yang berkaitan tentang gambaran
karakteristik kejadian fraktur pada pasien anak akibat trauma.
1.4.2 Aspek praktis dan daya guna
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
Gambaran karakteristik kejadian fraktur pada anak akibat trauma dan juga
dapat digunakan sebagai data awal bagi peneliti lain untuk melakukan
penelitian yang lebih lanjut.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


4

1.5 Ruang Lingkup dan Penelitian


Penelitian ini diadakan pada bulan November - Desember 2021, Di
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dengan populasi penelitian ini
adalah seluruh pasien fraktur pada anak di Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih pada tahun 2019 – 2020, Serta sampel penelitian ini adalah
seluruh pasien fraktur pada anak akibat trauma di Rumah Sakit Islam
Cempaka Putih pada tahun 2019 - 2020.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
2.1 Fraktur Pada Anak
2.1.1 Definisi

Fraktur adalah istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik


yang bersifat total ataupun sebagian, umumnya diakibatkan oleh
trauma. Fraktur sangat kerap terjadi pada usia remaja dan usia tua
ketika tulang dalam keadaan yang rapuh dan terjadi pada titik lemah
di bagian physis serta metaphysis. Sekitar sepertiga dari semua anak
menderita paling tidak satu patah tulang sebelum usia 17 tahun. Pada
usia anak-anak bisa dikatakan masih mempunyai sistem kerangka
yang belum matang. Perbedaan yang penting antara kerangka
anatomi yang belum matang serta sistem anatomi dewasa yang
matang adalah ada atau tidak adanya daerah phyisis atau yang sering
disebut dengan lempeng pertumbuhan atau lempeng epiphysis.
Phyisis yang dikenal juga sebagai lempeng pertumbuhan ialah
bagian tulang panjang yang termasuk dalam fraktur Salter-Harris,
suatu sistem klasifikasi cedera pada daerah phyisis. Cedera
Lempeng epiphysis diakibatkan karena suatu kejadian traumatik
akut maupun kronis yang berlebih. Mekanisme paling umum yang
dapat mengakibatkan cedera Lempeng epiphysis, khususnya
ekstremitas atas adalah pukulan langsung, kecelakaan, maupun
terjatuh dengan posisi lengan yang terjulur (Yogiswara & Aryana,
2017).

Kejadian fraktur pada anak-anak angkanya lebih tinggi


dibandingkan dengan orang dewasa, disebabkan karena kecelakaan
bermain pada anak mempunyai kesempatan lebih banyak dan
kondisi tulang yang berbeda dengan dewasa. Fraktur yang

5
Universitas Muhammadiyah Jakarta
6

disebabkan karena trauma akan menyebabkan terjadinya perubahan


jaringan sekitar tulang dan juga terjadi kelainan pada sistem
muskuloskeletal yang menimbulkan gejala, ialah terjadi pergantian
bentuk yang menjadi abnormal dari ekstremitas ataupun batang
tubuh dengan pergantian bentuk pada tulang, maka dari itu fungsi
ekstremitas akan terganggu, dan juga mengenai tulang yang dapat
menimbulkan gangguan mobilitas fisik (Rosyani, 2018).

2.1.2 Epidemiologi
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013,
angka fraktur pada usia anak < 1 tahun kurang lebih sebanyak 0,3%;
usia 1-4 tahun 1,6%, usia 5-14 tahun 4,5 %. Fraktur dapat
menyebabkan berbagai gangguan fungsi pada tubuh, diantaranya
yaitu fungsi motorik. Tindakan fraktur yang umum dilakukan pada
anak adalah operasi yang akan menimbulkan salah satunya adalah
timbul kekakuan pada anak dalam menggerakan bagian tubuh yang
mengalami fraktur (Riskesdas 2013).
Menurut artikel penelitian pada negara Finlandia, ditemukan
adanya tingkat patah tulang pada anak-anak adalah 448/100.000
orang tahun (639/100.000 pada anak laki-laki dan 247/100.000 pada
anak perempuan), dengan insiden 2,5 kali lebih tinggi sesuai usia
pada anak laki-laki daripada pada anak perempuan. Ditemukan
cedera karena olahraga sebanyak 42%, perkelahian 20%, dan
kecelakaan lalu lintas 13% di fraktur lengan (Lempesis et al., 2019).

Menurut data Nasional di negara Korea Selatan, Data untuk anak-


anak berusia <15 tahun yang diidentifikasi dengan cedera trauma
selama periode 10 tahun, sedangkan ekstremitas proksimal jarang
terluka. Bagian tubuh yang paling sering terluka diikuti oleh distal
ekstremitas atas bagian siku dan cedera berfrekuensi rendah (yaitu,
cedera superfisial seperti lecet atau luka terbuka seperti laserasi)
adalah jenis cedera yang paling umum. Tingkat cedera pada

Universitas Muhammadiyah Jakarta


7

ekstremitas bawah lebih tinggi dibanding dengan anak-anak yang


lebih tua. Cedera kaki dan pergelangan kaki lebih sering terjadi pada
anak-anak berusia <9 tahun. Fraktur relatif umum setelah usia 5
tahun (Kang & Kim, 2019).
Menurut artikel penelitian pada negara Iran, dari penelitian
dengan keseluruhan 117 dari 288 anak-anak trauma (40,62%)
mengalami patah tulang atau fraktur. Pasien lebih banyak pada
anak berjenis kelamin laki-laki, dengan usia rata-rata 9 tahun. 20-
25% pasien yang dirawat di ruang gawat darurat Ortopedi berusia
di bawah 18 tahun. Tiga lokasi fraktur yang paling umum
ditemukan pada anak-anak yaitu pada fraktur radius dan distal,
lengan tengah dan fraktur supracondylar humeral distal dalam
urutan prevalensi (Hossein et al., 2020).
Menurut artikel penelitian pada negara Amerika Serikat, dari
233.869 pasien yang termasuk dalam penelitian ini, terdapat 13.698
pasien anak patah tulang. Dua fraktur yang paling umum adalah
fraktur lengan bawah dan humerus (fraktur pada ekstremitas atas).
Jumlah angka fraktur meningkat pada anak jenis kelamin laki-laki.
Fraktur yang paling umum pada semua kelompok umur adalah
fraktur lengan bawah. Dari penelitian ini melaporkan insiden fraktur
tahunan 4,38 per 1000 anak-anak pada anak-anak kurang dari usia 5
tahun. Fraktur ekstremitas atas mendominasi daripada fraktur
ekstremitas bawah dan kurang lebih sekitar dua pertiga dari semua
patah tulang pada pediatrik. Ditemukan pada Jenis kelamin laki-laki
menjadi faktor risiko patah tulang dalam penelitian anak-anak
mengalami tingkat patah tulang 12% lebih tinggi dibandingkan pada
anak-anak perempuan (Wolfe et al., 2019).

2.1.3 Etiologi
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang
menimbulkan suatu retakan sehingga menimbulkan rusaknya pada
bagian otot dan juga jaringan. Kerusakan otot serta jaringan akan

Universitas Muhammadiyah Jakarta


8

menimbulkan adanya perdarahan, edema, dan juga hematoma.


Posisi retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa
memindahkan tulang manapun (Freye et al., 2019).
Pemicu fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010)
dapat dibedakan menjadi:
1. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang bisa diakibatkan oleh : (Freye
et al., 2019)
1) Cedera langsung merupakan pukulan ataupun
benturan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan.
2) Cedera tidak langsung merupakan pukulan
langsung yang terletak jauh dari posisi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan terjulur sehingga
menimbulkan fraktur klavikula.
3) Fraktur yang diakibatkan kontraksi ataupun
pukulan yang keras dan mendadak.
2. Fraktur patologik
Kerusakan pada tulang karena adanya proses penyakit
dengan trauma minor (Freye et al., 2019)
1) Tumor tulang merupakan pertumbuhan jaringan
baru yang tidak terkontrol dan terjadi secara terus-
menerus.
2) Infeksi seperti osteomielitis dapat terjadi sebagai
akibat infeksi akut ataupun dapat timbul oleh karena
proses yang progresif.
3) Rakhitis, suatu gangguan pada tulang yang
sedang tumbuh, dimana kalsium gagal disimpan
didalam tulang. Akibatnya tulang menjadi lunak dan
mudah patah atau berubah bentuk.
4) Secara spontan diakibatkan oleh karena stress
tulang yang terjadi secara terus menerus.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


9

Bersumber pada riset yang telah dilakukan oleh Hedstorm dkk


(2010), pemicu yang paling sering terjadinya fraktur merupakan
banyaknya kegiatan fisik dan hiperaktif yang dilakukan oleh anak-
anak. Anak yang berumur di bawah 11 tahun biasanya sering
mengalami fraktur akibat terjatuh pada saat bermain. Ada pula
fraktur yang terjadi pada anak berusia 11-18 tahun diakibatkan oleh
kecelakaan saat melakukan kegiatan olahraga (Soemari et al., 2020).
Pemicu lain pula dapat diakibatkan oleh karena defisiensi
vitamin D. Faktor penyebab defisiensi vitamin D sangat beragam
antara lain terjadi penurunan pada pembuatan vitamin D, penurunan
konsumsi vitamin D serta cadangan vitamin D, dan menurunnya
pemberian ASI khusus. Defisiensi vitamin D diperkirakan
berhubungan dengan bermacam penyakit, antara lain: osteoporosis,
fraktur, keganasan, dan penyakit: kardiovaskular, diabetes melitus,
autoimun serta infeksi (B. Mulyadi, 2011).

2.1.4 Patofisiologi

Patofisiologi fraktur menurut Black dan Hawks (2014) antara


lain: Keparahan dari fraktur tergantung pada gaya yang
menyebabkan fraktur itu sendiri. Jika ambang fraktur yang terjadi
pada suatu tulang hanya sedikit, maka tulang mungkin hanya terjadi
sedikit retak saja. Jika gayanya sangat kuat, seperti kecelakaan,
maka tulang dapat patah bahkan hancur. Apabila terjadi fraktur, otot
yang melekat pada tulang dapat terganggu. Otot dapat mengalami
adanya spasme dan menarik fragmen fraktur keluar dari posisi
tersebut. Otot besar dapat menimbulkan spasme yang kuat dan
bahkan mampu menggeser tulang yang besar. Walaupun bagian
proksimal pada tulang patah tetap pada tempatnya, namun pada
bagian distal bisa bergeser karena penyebab patah maupun spasme
pada otot-otot disekitarnya. Fragmen fraktur dapat bergeser ke
samping, dapat membentuk sudut, dan juga dapat menimpa tulang

Universitas Muhammadiyah Jakarta


10

lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah (Ninla Elmawati


Falabiba, 2019).

Selain itu, periosteum dan pembuluh darah pada korteks serta


sumsum dari tulang yang patah juga akan terganggu, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya cedera pada jaringan lunak. Perdarahan
terjadi karena adanya cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang
itu sendiri. Pada saluran sumsum tulang, hematoma akan timbul di
antara fragmen-fragmen tulang dan di bawah periosteum. Jaringan
tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan timbul adanya respon
peradangan, sehingga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi,
edema, nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit.
Respon patofisiologis tersebut juga merupakan tahap penyembuhan
dari tulang tersebut (Ninla Elmawati Falabiba, 2019).

Fraktur pada tulang biasanya disebabkan oleh adanya gaya yang


berlebihan dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolik dan patologik. Rusaknya pembuluh darah akan
menimbulkan adanya pendarahan, maka dari itu volume darah akan
menurun. Fraktur terbuka ataupun fraktur tertutup akan mengenai
serabut saraf yang dapat menyebabkan gangguan rasa nyeri. Selain
itu, dapat pula mengenai tulang dan terjadi neurovaskuler yang
menimbulkan rasa nyeri gerak sehingga mobilitas fisik akan
terganggu. kerusakan jaringan lunak dapat mengakibatkan
kerusakan integritas kulit (Ninla Elmawati Falabiba, 2019).

Pada saat terjadinya tulang patah, perdarahan akan terjadi di


sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang
tersebut. Reaksi peradangan dan inflamasi biasanya akan timbul
hebat setelah fraktur. Sel darah putih dan sel mast akan terakumulasi
sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut.
Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Pada tempat
patahan terbentuk fibrin (hematoma fraktur) yang berfungsi sebagai

Universitas Muhammadiyah Jakarta


11

jala-jala untuk melakukan aktivitas osteoblas yang akan terangsang


dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut dengan callus.
Bekuan fibrin akan direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk pembentukkan tulang sejati (Ninla Elmawati
Falabiba, 2019).

2.1.5 Klasifikasi Fraktur


Klasifikasi fraktur dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu:
(Ninla Elmawati Falabiba, 2019)
a. Berdasarkan sifat fraktur
1) Fraktur tertutup (Closed), bila tidak adanya hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga dengan
fraktur bersih, karena kulit masih utuh tanpa adanya komplikasi
(Ninla Elmawati Falabiba, 2019).
2) Fraktur terbuka (Open/Compound), bila adanya hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar, karena adanya perlukaan
pada kulit (Ninla Elmawati Falabiba, 2019).
b. Berdasarkan komplit atau tidak komplit nya fraktur

Secara umum, fraktur dibagi menjadi dua tipe, yaitu complete


fracture dan incomplete fracture (Solomon et al., 2010).

1. Complete fractures
Tulang dibagi menjadi dua atau lebih fragmen. Patahan
fraktur yang dilihat secara gambaran radiologi dapat
membantu memprediksikan tindakan apa yang harus
dilakukan setelah melakukan reduksi (Solomon et al.,
2010).
2. Incomplete fractures
Pada fraktur inkomplit, tulang tidak terbagi menjadi dua
dan terdapat kontinuitas periosteum (Solomon et al.,
2010).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


12

Gambar 2. 1 Variasi fraktur

Complete fractures: (a) transversal, (b) segmental, (c) spiral. Incomplete


fractures: (d) fraktur buckle, (e,f) fraktur greenstick.

(Witcher, 2020).

Derajat fraktur tertutup terbagi berdasarkan keadaan jaringan lunak


sekitar trauma, yaitu: (Soemari et al., 2020)

1) Derajat 0: adanya fraktur dengan sedikit atau tanpa


cedera jaringan lunak sekitarnya.

2) Derajat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar


kulit dan jaringan pada subkutan.

3) Derajat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio


jaringan lunak bagian dalam dan adanya pembengkakan
pada daerah skitar.

4) Derajat 3: cedera berat dengan adanya kerusakan


jaringan lunak yang nyata dan ancaman terjadinya sindroma
kompartement.

Derajat fraktur terbuka dibagi berdasarkan keadaan jaringan


lunak di sekitar trauma, yaitu:

Universitas Muhammadiyah Jakarta


13

- Derajat 1: laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen


minimal.
- Derajat 2: laserasi >2 cm, kontusio pada otot dan sekitarnya,
terdapat dislokasi fragmen jelas.
- Derajat 3: luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.

c. Berdasarkan bentuk garis patahan dan hubungannya dengan


mekanisme trauma:
1) Fraktur transversal: fraktur yang terjadi ketika arah garis
patahannya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung (Ninla Elmawati Falabiba,
2019).
2) Fraktur oblik: Fraktur yang terjadi ketika arah garis
patahannya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan
itu merupakan akibat trauma angulasi (Ninla Elmawati
Falabiba, 2019).
3) Fraktur spiral: Fraktur yang terjadi ketika arah garis
patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi
(Ninla Elmawati Falabiba, 2019).
4) Fraktur kompresi: Fraktur yang terjadi karena adanya
trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke permukaan
lain (Ninla Elmawati Falabiba, 2019).
5) Fraktur avulsi: Fraktur yang diakibatkan karena adanya
trauma tarikan atau adanya traksi otot pada insersinya di
tulang (Ninla Elmawati Falabiba, 2019).

d. Berdasarkan jumlah garis patah


1) Fraktur komunitif: Fraktur ini terjadi dimana garis patah
lebih dari satu dan saling berhubungan (Ninla Elmawati
Falabiba, 2019).
2) Fraktur segmental: Fraktur ini terjadi dimana garis patah
lebih dari satu tetapi tidak berhubungan (Ninla Elmawati
Falabiba, 2019).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


14

3) Fraktur multiple: Fraktur ini terjadi dimana garis patah


lebih dari satu tetapi tidak pada tulang yang sama (Ninla
Elmawati Falabiba, 2019).

e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang


1) Fraktur undisplaced (tidak bergeser): Garis patahan
lengkap tetapi pada kedua fragmen tidak bergeser dan masih
utuh berada pada tempatnya (Ninla Elmawati Falabiba,
2019).
2) Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran pada
fragmen tulang, fraktur ini terbagi atas: (Ninla Elmawati
Falabiba, 2019)
a) Dislokasi ad longitudinam cum contraction
(terjadinya pergeseran searah sumbu dan adanya
overlapping).
b) Dislokasi ad axim (pergeseran membentuk
sudut)
c) Dislokasi ad latus (pergeseran terjadi Ketika
pada kedua fragmen fraktur saling menjauh.

Gambar 2. 2 Klasifikasi Fraktur

Sumber: (Ghassani, 2013)

2.1.6 Anatomi Tulang

Tubuh manusia memiliki kurang lebih sebanyak 206 tulang.


Tulang mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai dukungan,

Universitas Muhammadiyah Jakarta


15

perlindungan, pemindahan, penyimpanan mineral, dan juga sebagai


pembentukan sel darah. Pada tulang yang membentuk sendi dan
perlekatan otot pada tulang-tulang tersebut menentukan pergerakan.
Tulang dapat di klasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu
menjadi empat kelompok: tulang panjang, tulang pendek, tulang
pipih, dan tulang tidak teratur. Tulang yang berfungsi untuk
kerangka kerja bagi tubuh dan dapat memungkinkan pergerakan
dapat disebut sebagai tulang Panjang. Tulang panjang mempunyai
batang yang disebut dengan diafisis, dan terdapat dua tonjolan besar
di kedua ujung diafisis, yang disebut juga sebagai epifisis (Dr. Eddy
Purnomo, 2019).

Pada saat baru dilahirkan, bagian epifisis terpisah dari diafisis


dengan struktur tulang rawan yang disebut dengan lempeng epifisis.
Dari lempeng epifisis di bagian ujung diafisis inilah tulang akan
terus tumbuh, oleh karena itu, daerah ini disebut dengan lempeng
pertumbuhan. Setelah tulang mencapai panjang yang maksimum
(sudah maturitas), lempeng epifisis akan “menutup” (jaringan tulang
telah sepenuhnya menggantikan jaringan kartilaginosa), epifisis dan
diafisis menjadi satu struktur tulang. Di sekitar seluruh bagian tulang
adalah lapisan jaringan yang disebut sebagai periosteum, tempat sel-
sel tulang diproduksi (Dr. Eddy Purnomo, 2019).

Gambar 2. 3 Klasifikasi Tulang

Sumber: (Dr. Eddy Purnomo, 2019)

Universitas Muhammadiyah Jakarta


16

Tulang pendek berbeda dengan tulang Panjang, karena dia tidak


memiliki diafisis dan cukup simetris. Tulang pada bagian
pergelangan tangan dan pergelangan kaki termasuk dari tulang
pendek. Tulang pipih, seperti tulang kepala, dada, dan bahu, nama
tersebut berdasarkan dari bentuknya yang rata. Tulang tidak
beraturan adalah tulang yang tidak bisa diklasifikasikan sebagai
tulang panjang, pendek, atau datar (Dr. Eddy Purnomo, 2019).

Tonjolan tulang yang lebih kecil terkadang muncul di atas


kondilus tulang disebut sebagai epikondilus. Fossa merupakan
permukaan yang berongga halus pada tulang dan biasanya dapat
berfungsi sebagai perlekatan pada struktur lain (Dr. Eddy Purnomo,
2019).

Gambar 2. 4 Struktur tulang Panjang

Sumber: (Dr. Eddy Purnomo, 2019)

Universitas Muhammadiyah Jakarta


17

Gambar 2. 5 Jenis tulang vertebrae dilihat dari superior

Sumber: (Dr. Eddy Purnomo, 2019)

2.1.7 Pola Fraktur anak


1. Fraktur Buckle
Fraktur buckle atau torus atau melengkung terjadi setelah
kompresi tulang, korteks tulang tidak benar-benar discontinue.
Fraktur buckle biasanya terjadi di metafisis dan merupakan faktor
yang stabil dan dapat sembuh dalam 4 minggu dengan imobilisasi.
Contoh yang sering timbulnya fraktur buckle adalah jatuh dengan
tumpuan pada telapak tangan terbuka, sehingga terjadinya fraktur
buckle pada radius distal (Ninla Elmawati Falabiba, 2019)
2. Fraktur Komplit
Terjadi bila kedua sisi korteks tulang mengalami diskontinuitas.
Ini merupakan fraktur tersering dan dapat diklasifikasikan sebagai
comminuted, oblik, transversal, atau spiral, bergantung pada arah
garis fraktur (Ninla Elmawati Falabiba, 2019).
3. Fraktur greenstick
Terjadi bila tulang mengalami angulasi melebihi batas deformasi
plastic. Terjadi diskontinuitas tulang pada sisi yang mengalami
peregangan tetapi tetap mempertahankan deformitas angulasi pada
sisi kompresi. Tenaga atau tekanan yang terjadi tidak terlalu kuat
untuk menyebabkan suatu fraktur komplit (Ninla Elmawati
Falabiba, 2019).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


18

4. Fraktur epifisis
Fraktur jenis ini melibatkan lempeng pertumbuhan terjadi sekitar
20% dari semua fraktur pada pasien dengan skeletal masih imatur.
Fraktur-fraktur ini lebih sering pada anak laki-laki (rasio pria:wanita
2:1). Insiden tertinggi dapat terjadi pada usia 13-14 tahun pada anak
laki-laki dan usia 11-12 tahun pada anak perempuan. Radius distal,
tibia distal, dan fibula distal merupakan lokasi tersering terjadinya
fraktur epifisis (Ninla Elmawati Falabiba, 2019)
Sebagian besar ligament akan melekat pada epifisis, sehingga
trauma fisis pada ekstremitas akan dihantarkan juga ke fisis yang
secara biomekanis tidak sekuat metafisis mengakibatkan fraktur
dengan mekanisme cedera. apabila terjadi pada dewasa hanya akan
mengakibatkan cedera otot.
Fraktur fisis (physeal fracture) digolongkan dengan menggunakan
klasifikasi salter-harris, yang memberikan informasi prognostic
terkait penutupan dini lempeng pertumbuhan dan luaran fungsional
yang buruk, semakin tinggi angka tipenya, semakin besar
kemungkinan seseorang pasien mengalami komplikasi (Ninla
Elmawati Falabiba, 2019).
Terdapat 5 kelompok utama:
a. Tipe I: fraktur transversal melalui fisis, gangguan
pertumbuhan tidak lazim terjadi
b. Tipe II: fraktur melalui suatu porsi fisis dan metafisis, tipe
tersering dari fraktur Salter-Harris (75%).
c. Tipe III: fraktur melalui suatu porsi fisis dan epifisis kedalam
sendi yang dapat menyebabkan komplikasi akibat komponen
fraktur intra-artikular dan karena gangguan pertumbuhan
atau zona hipertrofik fisis.
d. Tipe IV: fraktur melalui metafisis, fisis, dan epifisis dengan
resiko tinggi komplikasi.
e. Tipe V: Suatu cedera penekanan pada fisis dengan prognosis
fungsional yang buruk.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


19

Sebagian besar fraktur tipe I dan II dapat ditangani dengan reduksi


tertutup dan tidak memerlukan alignment yang sempurna.
Pengecualian utama adalah fraktur tipe II pada femur distal yang
memiliki luaran cukup buruk, kecuali bila didapatkan alignment
anatomi yang tepat. Fraktur tipe III dan IV memerlukan alignment
anatomi untuk mendapatkan hasil luaran yang baik. Fraktur tipe V
sulit di diagnosis dan seringkali menyebabkan penutupan fisis
secara dini (Karen J, 2012).

Gambar 2. 6 Klasifikasi Fraktur Salter-Harris

Sumber: Hasan (2009)

2.1.8 Manifestasi Klinik


Untuk menegakkan diagnosis fraktur, harus berdasarkan
manifestasi klinis, riwayat, pemeriksaan fisik, dan temuan
radiologis pada pasien (Freye et al., 2019)
Tanda dan gejala terjadinya fraktur antara lain: (Freye et al., 2019)
1. Deformitas
Pembengkaan karena terjadinya perdarahan yang dapat
menyebabkan kerusakan pada tempat terjadinya fraktur.
Spasme otot dapat menyebabkan pemendekan pada tungkai
dan angulasi. Dibandingkan dengan sisi yang sehat, lokasi
fraktur memiliki deformitas yang nyata.
2. Pembengkakan
Pembengkakan dapat muncul setelah terjadinya fraktur,
karena akibat dari akumulasi cairan pada lokasi fraktur serta
ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


20

3. Memar
Memar terjadi karena adanya perdarahan pada subkutan di
lokasi terjadinya fraktur.
4. Spasme otot
Adanya spasme otot berfungsi sebagai bidai alami untuk
mengurangi terjadinya gerakan lebih lanjut dari fragmen
fraktur.
5. Nyeri
Nyeri akan selalu terjadi pada fraktur, intensitas dan
keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing
pasien yang mengalaminya. Nyeri biasanya bersifat terus-
menerus, dan dapat meningkat jika fraktur di mobilisasi. Hal
ini terjadi karena adanya spasme otot, fragmen fraktur yang
bertindihan atau cedera pada struktur sekitarnya.
6. Ketegangan
Ketegangan terjadi pada lokasi fraktur disebabkan oleh
adanya cedera yang terjadi.
7. Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi disebabkan karena adanya nyeri oleh
karena fraktur atau karena hilangnya fungsi pada lengan
ataupun tungkai yang terkena. Kelumpuhan juga dapat
terjadi karena adanya cedera saraf.
8. Gerakan abnormal dan krepitasi
Ini dapat terjadi karena gerakan dari bagian tengah tulang
atau gesekan antar fragmen fraktur.
9. Perubahan neurovaskular
Cedera pada neurovaskuler terjadi akibat adanya kerusakan
saraf perifer atau struktur vaskular yang terkait. Pasien
dapat merasakan rasa kesemutan atau tidak teraba nadi pada
daerah distal dari fraktur.
10. Syok
Pada tulang yang mengalami fraktur dapat merobek

Universitas Muhammadiyah Jakarta


21

pembuluh darah. Perdarahan besar atau perdarahan yang


tersembunyi yang dapat menyebabkan syok.

2.1.9 Gambaran Spesifik Fraktur Pada Anak


1. Insidensi fraktur pada anak lebih tinggi
Struktur tulang pada anak memungkinkan terjadinya patah
tulang pada anak akan lebih tinggi dibandingkan dengan
orang dewasa pada saat mengalami trauma (Zairin Noor,
2017).
2. Penyembuhan fraktur lebih cepat
Karena faktor tebalnya pada periosteum menyebabkan
terjadinya pertumbuhan kalus yang sangat cepat. Semakin
tebalnya periosteum maka akan semakin tersedianya arteri
nutrisi yang diperlukan untuk proses penyembuhan.
Normalnya fraktur tulang pada bayi akan tersambung dengan
sendirinya selama 15-30 hari. Anak-anak membutuhkan
waktu 1-2 bulan, sedangkan dewasa 2-3 bulan (Zairin Noor,
2017).
3. Koreksi deformitas spontan
Kemampuan penyembuhan meningkatkan kemampuan
dalam koreksi pasca intervensi ortopedik (Zairin Noor,
2017).

Terdapat beberapa hal istimewa yang terjadi pada fraktur


anak: (Zairin Noor, 2017)
1. Fraktur lebih sering terjadi: Disebabkan karena tulang pada
anak relative lebih tipis.
2. Memiliki periosteum yang lebih kuat dan aktif: periosteum
pada anak-anak akan lebih kuat dan jarang terjadi robekan
pada saat terjadinya fraktur. Selain itu pula periosteum
bersifat osteogenic pada anak-anak dibandingkan pada orang
dewasa.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


22

3. Memiliki proses penyembuhan fraktur yang lebih cepat:


disebabkan karena aktivitas osteogenic dari periosteum yang
merupakan suatu proses yang sangat aktif pada saat lahir,
namun dapat turun secara progresif seiring dengan
bertambahnya usia.

2.1.10 Karakteristik Fraktur Pada Anak


Penelitian ini dilakukan pada pasien yang mengalami
kecelakaan lalu lintas dan juga non-lalu lintas dengan
timbulnya fraktur tulang panjang pada ekstremitas bawah di
Rumah Sakit Halmahera pada tahun 2017. Karakteristik
subjek penelitian yang mengalami kecelakaan dengan
fraktur tulang panjang ekstremitas bawah dapat dilihat pada
Tabel 1 (Ramadhani et al., 2019).

Tabel 2. 1 Karakteristik Subjek yang mengalami fraktur

Variabel n=84
Jenis kecelakaan Lalu lintas 42
Olahraga 5
Domestik 11
Kerja 2
Lain-lain 24
Jenis fraktur Tertutup 71
Terbuka 13
Jenis kelamin Laki-laki 61
Perempuan 23
Usia (tahun) Minimum 3
Maksimum 84
Sumber: (Ramadhani et al., 2019)

Universitas Muhammadiyah Jakarta


23

2.1.11 Penatalaksanaan Fraktur


Prinsip penanganan pada fraktur adalah dengan cara
mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula dan juga
mempertahankan posisi patahan tulang tersebut selama masa
penyembuhan patah tulang. Reposisi dilakukan dengan cara non-
operatif dan diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara
operatif. Reposisi secara operatif dapat diikuti dengan cara fiksasi
patahan tulang dengan pemasangan fiksasi interna. Fiksasi interna
yang dipakai dapat berupa pemasangan pen pada sumsum tulang
panjang, bisa juga dengan pemasangan plat and screw di permukaan
tulang. Terdapat keuntungan dengan melakukan reposisi secara
operatif yaitu dapat mencapai reposisi yang sempurna, dan bila
dipasang fiksasi interna yang kuat dan baik, sesudah operasi tidak
diperlukan lagi pemasangan gips dan dengan cepat dapat dilakukan
imobilisasi. Pada anak-anak reposisi yang dilakukan tidak harus
mencapai keadaan sempurna seperti semula karena tulang
mempunyai kemampuan untuk remodeling (Witcher, 2020).
Penatalaksanaan umum fraktur meliputi menghilangkan rasa
nyeri, mempertahankan posisi dari fraktur agar dapat
mengembalikan penyatuan tulang untuk mengembalikan fungsi
seperti semula. Untuk mengurangi rasa nyeri pada fraktur, dapat
dilakukan imobilisasi dan dapat diberikan obat penghilang nyeri.
Teknik imobilisasi bisa dilakukan dengan cara pemasangan bidai
ataupun gips. Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi
dalam waktu yang lama, oleh karena itu diperlukan teknik seperti
pemasangan traksi kontinu, fiksasi eksternal, ataupun fiksasi
internal (Soemari et al., 2020).
2.1.12 Proses Penyembuhan Fraktur
Proses penyembuhan pada fraktur berbeda-beda sesuai ukuran
pada tulang yang terkena dan juga umur pada pasien. Beberapa
tahapan atau fase dalam proses penyembuhan tulang antara lain:
(Ninla Elmawati Falabiba, 2019)

Universitas Muhammadiyah Jakarta


24

1. Fase inflamasi, terdapat adanya respon tubuh terhadap


trauma yang ditandai dengan terjadinya perdarahan dan
timbulnya hematoma pada tempat terjadinya fraktur. Setelah
itu dilanjutkan dengan Fase proliferasi, hematoma pada fase
ini akan mengalami pembentukan benang fibrin pada darah
yang akan membentuk jaringan dan menyebabkan
revaskularisasi serta invasi fibroblast dan osteoblast. Proses
ini nantinya akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan
sebagai matriks kolagen pada fraktur tulang, terbentuk
jaringan ikat dan tulang rawan yang berlangsung setelah hari
ke lima.
2. Fase pembentukan kalus, pertumbuhan jaringan akan
berlanjut dan pada tulang rawan akan tumbuh mencapai sisi
lain sampai celah sudah terhubung. Waktu yang diperlukan
agar fragmen tulang menyatu adalah kurang lebih sekitar 3-
4 minggu.
3. Fase penulangan kalus/osifikasi, yaitu proses pembentukan
kalus mulai pada penulangan dalam waktu 2-3 minggu
melalui proses penulangan endokondral. Pada orang dewasa
yang normal, kasus fraktur panjang memerlukan waktu
kurang lebih selama 3-4 bulan.
4. Fase remodeling/konsolidasi, terjadi perbaikan fraktur yang
meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi atau
pembentukan Kembali tulang baru ke susunan structural
sebelum terjadi patah tulang. Fase ini memerlukan waktu
yang cukup lama, berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


25

Gambar 2. 7 Proses Penyembuhan Fraktur

Sumber: (Ivandy, 2013)

2.1.13 Al-Islam Terkait Fraktur


Ada penatalaksanaan non farmakologis lain yang dapat
dilakukan (Masrvia et al., 2018). Salah satu metode non farmakologi
yang dilakukan berupa distraksi. Distraksi yaitu mengalihkan
perhatian pada hal lain, sehingga pasien akan lupa terhadap rasa
sakit yang dialaminya tersebut. Salah satu metode distraksi yang
efektif adalah terapi audio yaitu dengan mendengarkan bacaan
murotal Al-Quran (Syah et al., 2019).
Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an surah Asy-Syu’ara ayat 80
yang berbunyi :
◌ِ ‫ن َم ِر ْض ُت ﻓَﮫُ َو ﯾَْﺸِﻔﻲ ِذَا َوإ‬
Terjemahan : Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan
aku.
Dapat disimpulkan apabila seseorang sedang sakit, maka sebagai
seorang muslim hendaknya kita meminta pertolongan untuk
kesembuhan kepada Allah pada saat kita melakukan sebuah
pengobatan.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


26

Diriwayatkan oleh Imam Muslim:


‫ﻋﱠﺰ َوَﺟﱠﻞ‬ ِ ‫ ﺑـ ََﺮأ َ ِﺑﺈِْذِن‬،‫ب اﻟﺪﱠَواُء اﻟﺪﱠاَء‬
َ ‫ﷲ‬ َ َ ‫ ﻓَﺈِذَا أ‬،‫ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﷲ ِﻟُﻜ ِّﻞ دَاٍء دََواٌء‬
َ ‫ﺻﺎ‬

Artinya:
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu
wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

Hadits tersebut menyebutkan bahwa seorang Muslim mengobati


penyakit yang dideritanya. Karena setiap penyakit pasti ada obatnya.
Jika obat yang dipakai untuk mengenai sumber penyakit, maka
dengan izin Allah SWT penyakit tersebut akan hilang dan orang
yang sakit tersebut akan mendapatkan kesembuhan. Dalam Islam,
Allah Swt. menganjurkan umatnya untuk selalu bertawakal,
termasuk dalam hal kesembuhan atas suatu penyakit.

Prof. Khasawneh menyebutkan bahwa shalat dapat


menghapuskan tekanan fisik, stress dan juga kecemasan. Selain itu
shalat juga bisa mengefektifkan perawatan klinis pada pasien
dengan disfungsi syaraf atau otot. Direktur Halimun Center (HMC)
dr Briliantono M Soenarwo (SpOT) mengatakan bahwa gerakan
shalat sangat baik untuk bagian sendi, tulang, dan juga otot. Gerakan
shalat bermanfaat bagi kelenturan sendi, kekuatan tulang, dan
memperbesar kemampuan otot (Barelli et al., 2018).
Berdasarkan sabda Rasulullah dan Sunnahnya, apabila sedang sakit
wajib berobat. Disamping itu pula harus bersabar dan bertawakal.
karena orang yang sakit dan bersabar adalah surga (HR. Abu-Daud).

2.2 Fraktur Traumatik


2.2.1 Definisi
Trauma merupakan suatu cedera yang dapat mengenai fisik
maupun psikis. Trauma jaringan lunak pada muskuloskeletal dapat
berupa adanya luka, perdarahan, memar (kontusio), regangan

Universitas Muhammadiyah Jakarta


27

(sprain), putus atau robekan (avulsi atau rupture), gangguan


pembuluh darah dan juga bisa terjadi gangguan pada saraf
(Mahartha et al., 2017).

Cedera yang timbul pada tulang dapat menimbulkan patah tulang


atau fraktur dan juga dislokasi. Fraktur dapat terjadi di ujung tulang
dan sendi atau intra-artikuler yang sekaligus akan menimbulkan
dislokasi pada sendi. Gangguan muskuloskeletal yang paling sering
terjadi akibat suatu trauma adalah kontusio, strain, sprain, dan
dislokasi (Mahartha et al., 2017).

Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur, fraktur akan terjadi


akibat tingginya energi yang datang dari luar tubuh sehingga
menyebabkan patahan pada tulang. Fraktur terbuka diakibatkan oleh
adanya trauma karena energi yang tinggi, paling sering ditemukan
pada kecelakaan langsung, maupun jatuh dari kendaraan bermotor.
Fraktur tertutup diakibatkan oleh karena adanya mekanisme cedera
dan kekuatan energi yang tidak terlalu besar (minimal), kronologis
seperti terjatuh, terkilir, dan tertimpa benda berat yang terjadi pada
kecelakaan lalu lintas maupun non-lalu lintas (Ridwan et al., 2018).

Penelitian oleh Ramadhani, et al (2019) menyatakan bahwa


semakin tinggi tekanan dan mekanisme trauma yang didapatkan
maka akan semakin tinggi risiko mengalami fraktur komplit,
begitupun juga sebaliknya. Semakin kecil tekanan dan mekanisme
trauma yang didapatkan semakin rendah juga risiko mengalami
fraktur komplit atau mengalami fraktur inkomplit (Ridwan et al.,
2018).

Selain penyebabnya karena kekuatan tekanan, pada mekanisme


trauma dan jenis benda tajam ataupun tumpul yang dapat
menyebabkan risiko terjadinya fraktur. Ada beberapa faktor risiko
yang dapat mempengaruhi gambaran fraktur pada kejadian

Universitas Muhammadiyah Jakarta


28

kecelakaan, antara lain usia dan juga jenis kelamin (Ridwan et al.,
2018).

2.2.2 Epidemiologi

Ditemukan bahwa angka insiden fraktur secara keseluruhan


adalah 11,3 dalam 1.000 per tahun. Angka kejadi fraktur pada anak
laki-laki sebanyak 11.67 dalam 1.000 per tahun, sedangkan pada
anak perempuan sekitar 10,65 dalam 1.000 per tahun. Insiden di
beberapa belahan dunia mungkin akan berbeda. Hal ini disebabkan
karena timbulnya perbedaan status sosio ekonomi dan metodologi
yang digunakan di pada penelitian (Mahartha et al., 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011


menyatakan bahwa kecelakaan terjadi sebanyak 40% dalam
menyebabkan fraktur ekstremitas bawah. lalu cacat fisik ditemukan
juga sebanyak 1,3 juta orang dan lebih dari 5 juta orang meninggal
dunia karena kecelakaan (Ridwan et al., 2018).

Trauma merupakan penyebab kematian yang paling sering pada


usia 1- 44 tahun di seluruh negara maju di dunia. Pada tahun ini,
cedera akibat KLL meningkat dan masuk dalam tiga besar penyebab
kematian dini dan cedera (Ridwan et al., 2018).

Menurut Riskesdas (2018), bagian organ tubuh yang dapat


terkena cedera terbanyak adalah ekstremitas bawah (67%), dan
ekstremitas atas (32%).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


29

2.3 Anak
2.3.1 Definisi

Anak merupakan keturunan kedua sebagai hasil antara hubungan


pria dan wanita. Dalam konsideran Undang-Undang No. 23 Tahun
2002 tentang perlindungan anak, dikatakan bahwa anak merupakan
amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya
tersebut melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.
Selain itu dikatakan bahwa anak merupakan tunas, potensi, dan
generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran
strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin
kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Oleh
karena itu agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab
tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental
maupun sosial, dan berakhlak mulia, dan perlu dilakukan upaya
perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan
memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya
perlakuan tanpa diskriminasi (M.Djamil, 2013).

2.3.2 Batasan Usia Anak


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut definisi
WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan
sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang
disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada
tanggal 20 November 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun
1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang
yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang
yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih
awal (B.Soediono, 2014).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


30

Klasifikasi umur menurut WHO sendiri adalah sebagai berikut:

• Bayi (infants): 0-1 tahun


Masalah kesehatan yang paling sering terjadi pada bayi adalah
batuk, pilek, demam, dan muntah. Tidak jarang, bayi juga
mengalami masalah kulit, seperti ruam popok dan cradle
cap.Meskipun demikian, masalah kesehatan pada bayi biasanya
tidak serius, apalagi jika Anda melindunginya dengan imunisasi
dasar dan tambahan. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter bila
menemukan gejala gangguan kesehatan yang menimpa bayi Anda
(B.Soediono, 2014).
• Anak-anak (children): 2-10 tahun
Anak-anak membutuhkan nutrisi dari makanan sehat, istirahat
cukup, dan banyak beraktivitas. Masalah kesehatan yang paling
sering muncul adalah penurunan berat badan, perubahan perilaku,
demam, radang tenggorokan, dan lain-lain (B.Soediono, 2014).
• Remaja (adolescents): 11-19 tahun
Di usia ini, masalah kesehatan yang terjadi bisa semakin kompleks.
WHO sendiri mencatat kematian remaja paling banyak disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas, bunuh diri, hingga infeksi penyakit
menular seksual seperti HIV/AIDS. Kondisi kesehatan mental
remaja juga perlu menjadi perhatian, terutama mulai dari usia 14
tahun. Ketika itu, remaja mulai menunjukkan kelainan mental (bila
ada) yang tidak jarang justru tidak terdeteksi apalagi mendapat
penanganan yang memadai (B.Soediono, 2014).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


31

2.4 Kerangka Teori

Usia Jenis Kelamin

Fraktur pada anak

Mekanisme Trauma Lokasi fraktur Klasifikasi Fraktur

1. Fraktur Ekstremitas Atas


1. kecelakaan Lalu Lintas 2. Fraktur Ekstremitas
Berdasarkan jenis Berdasarkan
2. Jatuh Bawah
fraktur: Komplit atau tidak
3. Kecelakaan bermain 3. Fraktur kepala
4. Olahraga 4. Fraktur Clavicula komplitnya fraktur:
1. Fraktur Terbuka
5. Kecelakaan Kerja 5. Fraktur Scapula
2. Fraktur Tertutup 1. Fraktur Komplit
6. Fraktur Vertebra
7. Fraktur Panggul 2. Fraktur inkomplit

Berdasarkan trauma Berdasarkan jumlah Berdasarkan Pergeseran Berdasarkan Bentuk


Pada Physis: garis patah: Fragmen Tulang: garis patah:

1. Salter-Harris tipe I 1. Fraktur Komunitif 1. Fraktur Undisplaced 1. Fraktur


2. Salter-Harris tipe II 2. fraktur Segmental 2. Fraktur Displaced Transversal
3. Salter-Harris tipe III 3. Fraktur Multiple 2. Fraktur Oblik
4. Salter-Harris tipe IV 3. Fraktur Spiral
5. Salter-Harris tipe V 4. Fraktur Kompresi
5. Fraktur Avulsi

Konservatif Tatalaksana Operatif

Reduksi Reduksi Terbuka:


Tertutup
1. Internal Fiksasi
2. Eksternal Fiksasi

Gambar 2. 8 Kerangka teori

Sumber: (Ninla Elmawati Falabiba, 2019), (Yogiswara & Aryana, 2017), (Mahartha et
al., 2017), (Freye et al., 2019), (Lempesis et al., 2019).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


32

2.5 Kerangka Konsep

Fraktur pada anak

Jenis Jenis Faktor Tatalaksana


Usia Lokasi
Kelamin Fraktur Penyebab Fraktur
Fraktur pada
Fraktur Akibat anggota
Trauma gerak

Gambaran Karakteristik kejadian


fraktur pada anak akibat trauma di
Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih
pada tahun 2019-2020.

Gambar 2. 9 Kerangka Konsep

Universitas Muhammadiyah Jakarta


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini bersifat deskriptif observasional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan November - Desember
2021.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Tabel 3.3. 1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
1. Usia Usia dihitung dari Data rekam Melihat Menurut WHO: Ordinal
waktu kelahiran. medik dan 1. Balita : £ 5 tahun
mencatat 2. Anak: 6 – 19 tahun
data rekam
medik (B. Soediono, 2017)
2. Jenis Identitas sesuai Data rekam Melihat 1. Laki-Laki Nominal
kelamin dengan keadaan medik dan 2. Perempuan
biologis dan fisik. mencatat
data rekam (Sya’ban et al., 2017)
medik

33
Universitas Muhammadiyah Jakarta
34

3. Faktor Faktor penyebab Data rekam Melihat 1. kecelakaan lalu lintas Nominal
Penyebab karena trauma medik dan 2. Jatuh
karena yang sering mencatat 3. Kecelakaan Bermain
trauma terjadi pada anak data rekam 4. Olahraga
yang mengalami medik 5. Kecelakaan Kerja
fraktur.
(Sya’ban et al., 2017)
4. Jenis Penggolongan Data rekam Melihat 1. Fraktur tertutup Nominal
Fraktur jenis fraktur yang medik dan 2. Fraktur terbuka
tercatat pada mencatat
rekam medis data rekam (Sya’ban et al., 2017)
pasien. medik
5. Lokasi Lokasi yang Data rekam Melihat 1. Fraktur Ekstremitas Nominal
anggota sering terjadi medik dan Atas
gerak pada anak yang mencatat 2. Fraktur Ekstremitas
mengalami data rekam Bawah
fraktur di anggota medik
gerak. (Sya’ban et al., 2017)
6. Tatalaksana Cara penanganan Data rekam Melihat 1. Reduksi tertutup Nominal
Fraktur yang akan medik dan 2. Reduksi Terbuka
dilakukan. mencatat (ORIF/OREF)
data rekam
medik (Ninla Elmawati
Falabiba, 2019)

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi pada penelitian adalah seluruh pasien anak dengan kondisi
fraktur tulang di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dalam periode
2019-2020.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


35

3.4.2 Sampel
Sampel penelitian ini diambil dari populasi penelitian yang memenuhi
kriteria inklusi. Karena jumlah populasi tidak diketahui, maka jumlah
sampel penelitian dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow:

𝑍 ! × P (1 − P)
𝑛=
𝑑!

Keterangan:
n = Jumlah sampel
Z = Skor Z pada kepercayaan 95% = 1,96
P = Proposal (maksimal estimasi) = 0,5
d = Alpha (0,10) atau sampling error

1,96! × 0,5 (1 − 0,5)


𝑛=
0,10!
= 96,04
» 96
Oleh karena itu didapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 96
orang.

3.5 Kriteria Penelitian


3.5.1 kriteria Inklusi
Semua pasien anak yang di diagnosis fraktur tulang karena trauma di
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada tahun 2019-2020.

3.6 Pengumupulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


36

3.7 Pengolahan dan Analisa Data


Peneliti akan datang ke bagian Rekam Medis di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih dan mencari data sekunder berupa database pasien
anak dengan diagnosis fraktur tulang akibat trauma. Setelah mendapatkan
data yang dicari, data tersebut lalu diproses dan dimasukkan ke dalam
komputer, lalu diperiksa Kembali apakah data ada kesalahan atau tidak,
sehingga menghasilkan data mengenai fraktur tulang pada anak akibat
trauma di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada periode 2019-
2020.
Untuk Analisa dan penelitian yang merupakan data univariat dengan cara
memasukkan data menggunakan software statistic.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan melihat rekam medis yang didapatkan


dari Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih untuk
variabel usia, jenis kelamin, jenis fraktur, penyebab fraktur, lokasi fraktur
pada anggota gerak dan tatalaksana fraktur. Sampel yang seharusnya
berjumlah 96, berdasarkan data rekam medis yang didapatkan dari Bagian
Rekam Medis RS Islam Jakarta Cempaka Putih dengan sampel sebanyak
110 data yang tersedia dalam periode waktu pengambilan data dan termasuk
valid berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan sebelumnya.

4.1 Angka kejadian fraktur pada anak akibat trauma di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih
Angka kejadian fraktur pada anak akibat trauma di RS Islam Jakarta
Cempaka Putih pada tahun 2019 – 2020 sebanyak 110 pasien.

4.2 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan usia dan jenis kelamin

Tabel 4.2. 1 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan usia dan
jenis kelamin

No. Karakteristik Jumlah Pasien Presentase


1. Usia
Balita (£ 5 tahun) 10 9.1 %
Anak (6 – 19 tahun) 100 90.9 %

2. Jenis Kelamin
Laki-laki 77 70.0 %
Perempuan 33 30.0 %

37
Universitas Muhammadiyah Jakarta
38

Berdasarkan tabel 4.2.1 pada penelitian ini didapatkan sampel pasien fraktur
pada anak akibat trauma, didapatkan Sebagian besar subjek penelitian ini adalah
pada usia anak (6 – 19 tahun) dengan jumlah 100 sampel (90.9 %), pada jenis
kelamin pasien fraktur pada anak akibat trauma lebih banyak terjadi pada laki – laki
sebanyak 77 sampel (70.0 %).

4.3 Distribusi fraktur pada anak berdasarkan faktor penyebab karena


trauma, jenis, lokasi dan tatalaksana fraktur

Tabel 4.3. 1 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan faktor


penyebab karena trauma, jenis, lokasi fraktur pada anggota gerak dan
tatalaksana fraktur

No. Distribusi Fraktur Femur Jumlah Pasien Presentase


1 Faktor penyebab karena trauma
Kecelakaan lalu lintas 32 29.1 %
Jatuh 38 34.5 %
Kecelakaan bermain 13 11.8 %
Olahraga 15 13.6 %
Kecelakaan kerja 6 5.5 %
Tidak ada keterangan 6 5.5 %
2 Jenis Fraktur
Fraktur Tertutup 85 77.3 %
Fraktur Terbuka 16 14.5 %
Tidak ada keterangan 9 8.2 %
3 Lokasi Fraktur pada anggota gerak
Fraktur Ekstremitas Atas 71 64.5 %
Fraktur Ekstremitas Bawah 39 35.5 %
4 Tatalaksana fraktur
Reduksi Tertutup (gips, spalk, bidai) 22 20.0 %
Reduksi Terbuka (ORIF/OREF) 88 80.0 %

Berdasarkan Tabel 4.3.1 dapat diketahui bahwa kejadian fraktur pada


anak akibat trauma lebih banyak terjadi oleh karena jatuh sebanyak 38

Universitas Muhammadiyah Jakarta


39

sampel (34.5%), dengan jenis fraktur terbanyak yaitu fraktur tertutup


sebanyak 85 sampel (77.3%). lokasi fraktur yang sering ditemukan pada
ekstremitas atas sebanyak 71 sampel (64.5%), dan tatalaksana yang
dilakukan terbanyak adalah dengan reduksi terbuka sebanyak 88 sampel
(80.0%).

Tabel 4.3. 2 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan faktor


penyebab karena trauma

No. Distribusi faktor penyebab Jumlah pasien presentase


karena trauma
1. Kecelakaan Lalu Lintas
1. Jatuh dari motor 23 20.8 %
2. Di tabrak motor atau mobil 7 6.5 %
3. Tabrakan sesama motor 2 1.8 %
2. Jatuh
1. Jatuh dari kursi 1 0.9 %
2. Terkena lantai 3 2.7 %
3. Jatuh dari sepeda 10 9.1 %
4. Terpeleset 18 16.4 %
5. Jatuh dari jendela 2 1.8 %
6. Jatuh dari pagar 3 2.7 %
7. Jatuh dari tangga 1 0.9 %
3. Kecelakaan Bermain
1. Kaki tersangkut 1 0.9 %
2. Tersandung kaki teman 5 4.6 %
3. Bermain sepatu roda 1 0.9 %
4. Bermain kuda-kudaan 1 0.9 %
5. Tertiban teman 4 3.6 %
6. Bermain skateboard 1 0.9 %
4. Olahraga
1. Futsal 13 11.8 %
2. Olahraga di sekolah 1 0.9 %

Universitas Muhammadiyah Jakarta


40

3. lari 1 0.9 %
5. Kecelakaan Kerja
1. tergiling mesin kawat 3 2.8 %
2. terkena alat pasang ban 1 0.9 %
3. terkena mesin blower 1 0.9 %
4. terkena mesin 1 0.9 %
6. Tidak ada keterangan 6 5.5 %

Berdasarkan Tabel 4.3.2 pada penelitian ini didapatkan distribusi


frekuensi fraktur pada anak berdasarkan faktor penyebab karena trauma. Di
dapatkan pada kasus kecelakaan lalu lintas paling banyak terjadi karena
jatuh dari motor, sebanyak 23 sampel (20.8%). Pada kasus jatuh yang
terbanyak ditemukan karena terpeleset, sebanyak 18 sampel (16.4%). Pada
kecelakaan bermain ditemukan yang mendominasi adalah tersandung kaki
teman, sebanyak 5 sampel (4.6%). Pada kegiatan olahraga yang terbanyak
ditemukan adalah pada futsal, sebanyak 13 sampel (11.8%). Ditemukan
juga adanya kasus kecelakaan kerja yang paling banyak adalah karena
tergiling mesin kawat sebanyak 3 sampel (2.8%), dan sisanya tidak ada
keterangan sebanyak 6 sampel (5.5%).

4.4 Pembahasan
4.4.1 Angka kejadian fraktur pada anak akibat trauma di Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
Angka kejadian fraktur pada anak akibat trauma di Rumah Sakit Islam
Cempaka Putih pada tahun 2019 – 2020 terdapat sebanyak 110 pasien. Pada
tahun 2019 terdapat sejumlah 63 pasien, sedangkan pada tahun 2020
terdapat 47 pasien.
Pada penelitian yang dilakukan tersebut sebanyak 35 orang pasien yang
di rawat inap sedangkan 75 orang lainnya rawat jalan. Data ini searaah pada
penelitian yang juga dilakukan oleh (Turgut et al., 2020), menyatakan
bahwa frekuensi patah tulang pada periode 2019 menuju 2020 mengalami
penurunan menjadi sekitar sepertiga dari tahun sebelumnya. sementara

Universitas Muhammadiyah Jakarta


41

lokasi fraktur yang paling umum tetap sama, yaitu pada ekstremitas atas.
Hal ini mungkin karena adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan
orang tetap berada didalam rumah dan tidak keluar rumah apabila tidak
terlalu penting. Hal yang serupa ditemukan bahwa pada usia pasien anak
dengan patah tulang ditemukan menurun, mungkin karena adanya
penutupan sekolah, berkurangnya orang-orang untuk pergi jalan-jalan dan
penurunan dalam aktivitas olahraga, terutama olahraga kontak secara
langsung terkait dengan patah tulang pada usia remaja (Turgut et al., 2020).

4.4.2 Distribusi frekuensi fraktur pada anak berdasarkan usia dan


jenis kelamin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 110 kasus pasien fraktur
pada anak didapatkan balita usia 0-5 tahun berjumlah 10 sampel (9.1%) dan
pada anak usia 6-19 tahun sebanyak 100 sampel (90.9 %) dengan kasus
terbanyak yaitu pada usia 17-19 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan juga oleh (Nugraha & Adiantono, 2017) dengan hasil
penelitian yaitu angka kejadian fraktur terbanyak ditemukan pada anak usia
sekitar kurang lebih 12-16 tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang
didapatkan, adanya peningkatan angka pasien fraktur pada anak searah
dengan bertambahnya jumlah usia. Kejadian yang sama juga ditemukan
pada penelitian yang dilakukan oleh (Wang et al., 2019) pada hasilnya
menunjukkan terdapat peningkatan jumlah kejadian fraktur yang searah
dengan bertambahnya jumlah usia. Jumlah kasus yang terjadi pada anak
dengan usia 0-5 tahun cukup rendah, karena pada usia tersebut anak-anak
masih sangat dijaga oleh orang tua. Selain itu tulang pada balita tersusun
atas tulang rawan atau yang di sebut juga kartilago terdiri atas sel-sel
kartilago, matriks ekstraseluler dan adanya phisis (lempeng pertumbuhan).
Tulang pada balita masih terdiri dari tulang-tulang rawan yang terpisah dan
akan menyatu ketika pertumbuhan telah lengkap.

Angka kejadian fraktur pada anak menurut jenis kelamin yang banyak
terjadi pada anak laki-laki yang berjumlah 77 sampel (70.0%) dan anak

Universitas Muhammadiyah Jakarta


42

perempuan berjumlah 33 sampel (30.0 %). Data ini juga searah dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Nugraha & Adiantono, 2017) yang
menemukan bahwa kejadian fraktur yang sering terjadi pada anak laki-laki
dibandingkan dengan anak perempuan dengan perbandingan kurang lebih
sekitar 3,87:1. Perbedaan ini ditemukan oleh karena perubahan perilaku
pada anak laki-laki dan perempuan sejak usia sekolah hingga remaja di
berbagai tempat, kebiasaan dan aktivitas seperti misalnya pada anak laki-
laki yang aktivitasnya cenderung lebih meningkat dibandingkan dengan
anak perempuan. Dan juga ini dipengaruh oleh faktor fisiologis hormon saat
pubertas, di mana pada anak laki-laki akan lebih suka berpetualang dan akan
lebih cenderung berpartisipasi dalam kegiatan fisik yang lebih berisiko
dibanding dengan perempuan. Hal ini didukung juga oleh T. Price et al
dalam buku Pediatric Orthopaedics menyatakan bahwa pada anak laki-laki
memiliki resiko sebanyak 40% untuk mengalami fraktur, sedangkan pada
anak perempuan memiliki resiko sebanyak 25%, dan ini bisa terjadi pada
anak yang berusia di bawah 16 tahun. Data yang ditemukan oleh (Wang et
al., 2019) hampir sama, yaitu dimana pada anak laki-laki mempunyai resiko
dan jumlah kejadian fraktur yang lebih tinggi, karena tingginya mobilitas
dan partisipasi anak dalam kegiatan berolahraga.

4.4.3 Distribusi fraktur pada anak berdasarkan faktor penyebab


karena trauma, jenis fraktur, lokasi fraktur pada anggota gerak dan
tatalaksana fraktur
Pada tabel 4.3.1 memperlihatkan bahwa dari 110 pasien didapatkan
penyebab fraktur pada anak yang terbanyak di akibatkan oleh karena jatuh
sebanyak 38 sampel (34.5 %), dan pada kasus jatuh yang terbanyak terjadi
karena terpeleset, lalu jumlah terbanyak kedua yaitu karena kecelakaan lalu
lintas (KLL) sebanyak 32 sampel (29.1 %) dengan kasus jatuh dari motor
yang mendominasi, diikuti oleh karena olahraga sebanyak 15 sampel (13.6
%) dengan kasus terbanyak yaitu karena futsal, setelah itu karena
kecelakaan bermain sebanyak 13 sampel (11.8 %) dengan kasus
terbanyakan karena tersandung kaki teman, dan kecelakaan kerja sebanyak

Universitas Muhammadiyah Jakarta


43

6 sampel (5.5 %) dengan kasus tergiling mesin kawat yang terbanyak, dan
juga tidak ada keterangan sebanyak 6 sampel (5.5 %). Penyebab fraktur
tergantung pada usia. Pada anak sebagian dari kejadian kasus fraktur
disebabkan oleh kecelakaan berkecepatan rendah dan tidak terlalu parah
seperti jatuh dari ketinggian, ekstrakurikuler olahraga di sekolah, bermain,
dll. Sedangkan pada usia anak menuju remaja, seiring dengan adanya
pertumbuhan dan kekuatan tulang, biasanya sebagian besar fraktur
disebabkan oleh karena adanya trauma berkecepatan tinggi seperti
kecelakaan lalu lintas atau juga kecelakaan kerja. Penelitian terdahulu yang
dilakukan di RSUD Dr Soetomo Surabaya pada tahun 2013 – 2014 juga
menyebutkan bahwa kurang lebih sekitar 60,9% fraktur pada anak remaja
disebabkan oleh karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas
disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya perilaku pengemudi yang tidak
taat dengan peraturan, kesadaran yang rendah dalam pemakaian alat
pelindung diri (seperti helm,dll), faktor anak yang belum mencukupi umur,
dan lainnya. Menurut (Nugraha & Adiantono, 2017) bahwa perilaku
mengendarai kendaraan pada anak dibawah umur memiliki hubungan
dengan resiko kecelakaan yang tinggi. Pada kelompok usia anak tersebut
belum memenuhi syarat untuk mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM)
dan oleh karena itu diperkirakan juga bahwa jumlah seseorang yang
mengalami cedera yang tinggi pada kelompok umur ini disebabkan karena
faktor perilaku, yaitu perilaku mengendarai kendaraan bermotor tanpa
adanya surat izin mengemudi. Oleh karena itu, pentingnya perhatian yang
lebih terhadap keselamatan lalu lintas di Indonesia serta keselamatan anak
di area bermain supaya kejadian fraktur pada anak dapat di tekan dan juga
dapat berkurang (Wisnu Satiti et al., 2020). Selain itu, terdapatnya data yang
menunjukkan bahwa banyaknya kejadian fraktur pada anak di usia sekolah
dapat terjadi akibat terjatuh. Hal ini disebabkan karena lingkungan disekitar
yang kurang aman, dan berbagai faktor lainnya. Pada kecelakaan kerja
ditemukan banyak pada usia 16 – 19 tahun, dimana anak tersebut harus ikut
bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya tersebut.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


44

Seharusnya tingkat keamanan pada tempat kerja lebih di tingkatkan lagi,


supaya dapat mengurangi kejadian yang sama seperti ini.
Hasil penelitian ini juga ditemukan jenis fraktur pada anak yang sering
ditemukan adalah fraktur tertutup sebanyak 85 sampel (77.3 %), sedangkan
fraktur terbuka berjumlah 16 sampel (14.5%) dan sisanya tidak diketahui.
Data yang tidak diketahui tersebut dikarenakan pencatatan dan juga
pengisian data rekam medik yang tidak lengkap. Menurut (Nugraha &
Adiantono, 2017) menyatakan hasil yang hampir sama, dimana jumlah
kejadian pada fraktur tertutup jauh lebih tinggi dibandingkan dengan fraktur
terbuka. Berdasarkan hal tersebut, fraktur akan terjadi akibat tingginya
energi yang datang dari luar tubuh sehingga akan menyebabkan patahan
pada tulang. Fraktur terbuka disebabkan oleh adanya trauma karena energi
yang tinggi, paling sering ditemukan pada kasus kecelakaan langsung,
maupun jatuh dari motor. Fraktur tertutup disebabkan oleh adanya
mekanisme cedera dan kekuatan energi yang tidak terlalu besar seperti
terjatuh dan tertimpa benda berat (Ridwan et al., 2018). Dari beberapa
penelitian yang disebutkan diatas, bahwa jenis fraktur yang sering
ditemukan pada anak adalah fraktur tertutup, hal ini dipengaruhi oleh beban
aktivitas anak yang tidak terlalu berat dibandingkan dengan dewasa,
sehingga tingkat keparahan fraktur relatif lebih ringan berupa fraktur
tertutup (Wisnu Satiti et al., 2020).
lokasi fraktur pada anggota gerak yang sering ditemukan pada
ekstremitas atas sebanyak 71 sampel (64.5%) dan pada ekstremitas bawah
sebanyak 39 sampel (35.5%). Pada ekstremitas atas ditemukan adanya
fraktur pada tulang humerus lebih banyak dibanding dengan lokasi tulang
lainnya dan pada ekstremitas bawah ditemukan adanya fraktur femur yang
terbanyak. Hasil yang serupa dikemukakan oleh (Nugraha & Adiantono,
2017) yang menyatakan bahwa lokasi fraktur menunjukkan bahwa 106
sampel (70,67%) berada pada ekstremitas atas dan 35 sampel (23,33%)
berada di ekstremitas bawah. lebih banyak angka insiden fraktur pada
ekstremitas atas ini berkemungkinan bisa berhubungan dengan tingginya
angka fraktur akibat terjatuh. biasanya apabila anak terjatuh, posisi

Universitas Muhammadiyah Jakarta


45

tangannya terlebih dahulu yang akan menopang tubuhnya, sehingga hal itu
menyebakan terjadinya fraktur pada ekstremitas atas yang lebih sering
terjadi dibandingkan pada bagian ekstremitas bawah (Wisnu Satiti et al.,
2020).
Berdasarkan tatalaksana pada sampel penelitian, ditemukan yang
mendominasi adalah dengan cara reduksi terbuka yaitu sebanyak 88 sampel
(88.0%) sedangkan yang dilakukan dengan reduksi tertutup sebanyak 22
sampel (20.0%). Pada reduksi terbuka yang terbanyak dipilih adalah dengan
pemasangan pen. hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
Yavus pada tahun 2014 dimana hasil daripada penelitiannya terdapat sampel
sebanyak 62% untuk penanganan dengan cara reduksi terbuka (Internal
Fixation with Plate and Screw), penelitian yang di lakukan juga oleh
Abrisham pada tahun 2017 yang mendapatkan hasil bahwa dengan cara
reduksi terbuka di dapatkan prevalensi yang rendah terjadinya Mal-union
dan Non-union.
Reposisi dengan cara operatif dapat dilakukan dengan cara fiksasi patahan
tulang dan melakukan pemasangan fiksasi interna. Fiksasi interna yang
digunakan bisa berupa pemasangan pen, bisa juga memakai alat plat and
screw yang digunakan di permukaan tulang. Terdapat adanya beberapa
keuntungan reposisi yang dilakukan secara operatif adalah dapat
tercapainya reposisi secara sempurna, dan bila dipasang fiksasi interna yang
kuat, setelah selesai operasi tidak diperlukan pemasangan gips lagi dan
langsung bisa dilakukan imobilisasi (Mahartha et al., 2017).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Didapatkan sebanyak 110 pasien fraktur pada anak akibat trauma di Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih pada tahun 2019 – 2020.
2. Didapatkan angka kejadian fraktur paling banyak ditemukan pada usia anak
(6-19 tahun) sebanyak 90.0 %. dengan jenis kelamin yang cenderung lebih
banyak mengalami fraktur adalah pada anak laki-laki sebanyak 70.0 %.
3. Didapatkan pasien fraktur pada anak akibat trauma lebih banyak terjadi
karena jatuh sebanyak 34.5 % , dengan jenis fraktur terbanyak yaitu fraktur
tertutup sebanyak 77.3 %. Lokasi fraktur pada anggota gerak yang paling
banyak terjadi adalah pada ekstremitas atas sebanyak 64.5 %, kemudian
penatalaksanaan fraktur pada anak yang terbanyak adalah dengan reduksi
terbuka sebanyak 80.0%.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama tetapi
dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih banyak, agar hasil yang
diperoleh lebih menggambarkan karakteristik yang sebenarnya dan
mendapatkan hasil yang lebih akurat, juga untuk mengetahui karakteristik
yang bermakna antara usia, jenis kelamin, lokasi fraktur, jenis fraktur,
penyebab terjadinya fraktur pada anak dan tatalaksana fraktur.
2. Bagi rumah sakit diharapkan dapat melengkapi data-data rekam medis,
khususnya keterangan pada pasien fraktur.
3. Bagi rumah sakit diharapkan memberi kesempatan kepada peneliti untuk
terjun langsung ke poli dan melihat kasus pada pasien, supaya peneliti
tidak hanya memiliki data pasien lewat rekam medis saja, tetapi peneliti
juga mempunyai pengalaman dalam melihat kasus fraktur pada anak.

46
Universitas Muhammadiyah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA

Appley, G.A & Solomon, Louis. 2013. Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta:
Widya Medika, Hal 238 – 284.

Barelli, L., Bidini, G., Cinti, G., Zhang, H. H., Wang, L., Van, J., Mar, F., Desideri,
U., Khalil, A., Tauler, C. M., Pantou, S., Nr, S., Ouyang, L., Ma, M., Huang,
M. S., Duan, R., Wang, H., Sun, L., Zhu, M., … Intl, S. (2018). Konsep Fraktur
Femur. Energies, 6(1), 1–8.

Dr. Eddy Purnomo, M. K. (2019). Anatomi Fungsional. 164.

Freye, K., Lammers, W., Bartelt, D., & Pohlenz, O. (2019). Fraktur.

Ghassani. (2013). pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender dan Teknik


Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Post Operasi
Fraktur Ekstremitas di RS PKU Muhammadiyah Gamping. 60(4), 1–4.

Helmi, Noor Zairin. 2013. Trigger Finger. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 466

Hossein, M., Vosoughi, F., Najafi, F., & Saeed, S. (2020). Since January 2020
Elsevier has created a COVID-19 resource centre with free information in
English and Mandarin on the novel coronavirus COVID- 19 . The COVID-19
resource centre is hosted on Elsevier Connect , the company ’ s public news
and information . January.

Kang, M. S., & Kim, H. S. (2019). Characteristics and trends of traumatic injuries
in children visiting emergency departments in South Korea: A retrospective

47
Universitas Muhammadiyah Jakarta
48

serial cross-sectional study using both nationwide-sample and single-institutional


data. PLoS ONE, 14(8), 1–14.

Karen J, Robert M, Jenson B, Richard E. Nelson Ilmu Kesehatan Anak


Esensial.Edisi enam. Jakarta: Elseveir;2011.hlm.811-817.

Lempesis, V., Rosengren, B. E., Landin, L., Tiderius, C. J., & Karlsson, M. K.
(2019). Hand fracture epidemiology and etiology in children - Time trends in
Malmö, Sweden, during six decades. Journal of Orthopaedic Surgery and
Research, 14(1),

Mahartha, G. R. A., Maliawan, S., & Kawiyana, K. S. (2017). Manajemen Fraktur


Pada Trauma Muskuloskeletal. e-Jurnal Medika Udayana, 2(3), 1–11.

Ninla Elmawati Falabiba. (2019). Fraktur.

Nugraha, H. K., & Adiantono, A. (2017). Epidemiology of Fractures and


Dislocations in Children. Folia Medica Indonesiana, 53(1), 81.

Ramadhani, R. P., Romadhona, N., Djojosugito, M. A., Hadiati, D. E., & Rukanta,
D. (2019). Hubungan Jenis Kecelakaan dengan Tipe Fraktur pada Fraktur
Tulang Panjang Ekstremitas Bawah. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 1(1),
32–35.

Ridwan, U., Pattiiha, A., & Selomo, P. (2018). Karakteristik Kasus Fraktur
Ekstremitas Bawah Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr H Chasan Boesoirie
Ternate Tahun 2018. Kieraha Medical Jornal, 1(1), 301–316.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


49

Soemari, Y. B., Sapri, Maghfiroh, F., Yuniarti, Achaditani, N. M., Variani, R.,
Tsabitah, A. F., Zulkarnain, A. K., Wahyuningsih, M. S. H., Nugrahaningsih,
D. A. A., Akmaliyah, M., Syamsul, E. S., Amanda, N. A., Lestari, D., 2021,
scmidt iotc, Sumule, A., Kuncahyo, I., Leviana, F., Xue-, W., Kimia, J. T., …
Jubaidah, S. (2020). karakteristik pasien anak (pediatri) penderita fraktur
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah di rumah sakit perguruan tinggi negri
(RSPTN) Universitas hasanuddin periode januari-desember 2018. Journal of
Chemical Information and Modeling, 2(1), 5–7.

Sya’ban, S. N., Widati, F., & Sulis, B. (2017). the Profile of Fracture in Patients
Under 17 Years of Age At Rsud Dr Soetomo in the Period of 2013-2014.
Journal of Orthopaedi & Traumatology Surabaya, 6(1), 21–32.

Syah, A., Pujiyanti, D., & Widyantoro, T. (2019). Universitas Muhammadiyah


Magelang. 4–11.

Turgut, A., Arlı, H., Altundağ, Ü., Hancıoğlu, S., Egeli, E., & Kalenderer, Ö.
(2020). Effect of COVID-19 pandemic on the fracture demographics: Data
from a tertiary care hospital in Turkey. Acta Orthopaedica et Traumatologica
Turcica, 54(4), 355–363.

Wang, H., Feng, C., Liu, H., Liu, J., Ou, L., Yu, H., & Xiang, L. (2019).
Epidemiologic Features of Traumatic Fractures in Children and Adolescents:
A 9-Year Retrospective Study. BioMed Research International, 2019.

Wisnu Satiti, R. D., Sahputra, R. E., & Silvia, R. (2020). Profil Kejadian Fraktur
Humerus Pada Anak Di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Ilmu Kesehatan
Indonesia, 1(2).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


50

Witcher, B. J. (2020). KARAKTERISTIK PASIEN ANAK (PEDIATRI)


PENDERITA FRAKTUR EKSTREMITAS ATAS DAN EKSTREMITAS
BAWAH DI RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI NEGERI (RSPTN)
UNIVERSITAS HASANUDDIN PERIODE JANUARI – DESEMBER 2018
OLEH. September.

Wolfe, J. A., Wolfe, H., Banaag, A., Tintle, S., & Perez Koehlmoos, T. (2019).
Early Pediatric Fractures in a Universally Insured Population within the United
States. BMC Pediatrics, 19(1), 1–6.

Yogiswara, I. P. C., & Aryana, i gusti ngurah wien. (2017). Gambaran Karakteristik
Fraktur Physis Pada Anak Usia 0-14 Tahun Di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar Tahun 2013. E-jurnal medika, 6(6), 1–4.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil Analisis Data


Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Balita 10 9.1 9.1 9.1
Anak 100 90.9 90.9 100.0
Total 110 100.0 100.0

Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 77 70.0 70.0 70.0
Perempuan 33 30.0 30.0 100.0
Total 110 100.0 100.0

Faktor_Penyebab
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kecelakaan Lalu Lintas 32 29.1 29.1 29.1
Jatuh 38 34.5 34.5 63.6
Kecelakaan Bermain 13 11.8 11.8 75.5
Olahraga 15 13.6 13.6 89.1
Kecelakaan Kerja 6 5.5 5.5 94.5
Tidak ada keterangan 6 5.5 5.5 100.0
Total 110 100.0 100.0

51
Universitas Muhammadiyah Jakarta
52

Jenis_Fraktur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Fraktur tertutup 85 77.3 77.3 77.3
Fraktur terbuka 16 14.5 14.5 91.8
Tidak ada keterangan 9 8.2 8.2 100.0
Total 110 100.0 100.0

Lokasi_Fraktur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Fraktur Ekstremitas Atas 71 64.5 64.5 64.5

Fraktur Ekstremitas Bawah 39 35.5 35.5 100.0


Total 110 100.0 100.0

Tatalaksana_Fraktur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Reduksi Tertutup 22 20.0 20.0 20.0
Reduksi Terbuka 88 80.0 80.0 100.0
Total 110 100.0 100.0

Universitas Muhammadiyah Jakarta


53

Lampiran 2: Surat Permohonan Izin Penelitian

Universitas Muhammadiyah Jakarta


54

Lampiran 3: Surat Penelitian Dari Rumah sakit

Universitas Muhammadiyah Jakarta


55

Lampiran 4 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Farras Fairuzzakiah Sulaeman


Tempat Tanggal lahir : Jakarta, 2 Agustus 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ujung Harapan, Rt.002/Rw.006, Desa Bahagia,
Kecamatan Babelan, Bekasi Utara.
No telp : 081284336949
Email : Farraszakiah@gmail.com
Kewarganegaraan : Indonesia

PENDIDIKAN FORMAL
• 2004 – 2006 : TK Attaqwa
• 2006 – 2012 : SDIT Hikmah Assiefah
• 2012 – 2015 : SMPN 21 Bekasi
• 2015 – 2018 : SMAN 2 Bekasi
• 2018 – Sekarang : Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Universitas Muhammadiyah Jakarta

You might also like