You are on page 1of 5

TUGAS TUTORIAL KE-2

AKUNTANSI KECAMATAN DAN DESA


PROGRAM STUDI AKUNTANSI

1. Sebutkan dan jelaskan sistem perencanaan tata lahan dan tata ruang Kecamatan dan
Desa!
Jawaban :
Sisitem perencanaan tata lahan dan tata ruang kecamatan dan desa terkait dengan 3 hal
sebagai berikut :
a. Individu dan Tujuan
Rencana untuk menggunankan sumber daya lahan/ruangan dibuat
dimana –mana. Di level individu, contohnya: pantai dan pemilik ternak
memutuskan produk yang ingin dimiliki, apakah untuk menambah atau
mengurangi ukuran ternak dan apakan untuk memagari lahan pandang rumput
untuk menjaga pertumbuhan pekan ternaka.
Perusahaan – perushaan besar berurusan dengan kayu dan energy serta
pihak berwinang yang terkait dengan pembangunan jalan atau konservasi
alama yang juga menentukan daerah yang ingin digunakan untuk pencapaian
tujuan perushaan. Selain itu, terdapat banyak rencana individu laian dengan
barbagai orang, kelompok, dan organisasi pada tingkat yang berbeda
mengenai penggunaan lahan di daerah pendesaan.
Persaingan kepentingan dalam penggunaan sumber daya lahan dapat
menimbulkan konflik social. Kepentingan petani dan penyewa berada pada
posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan kepentingan
perushaan – perushaan besar atau pemerintah, selain itu, kepentingan publik
seperti perlindungan sumber daya tanah, diberikan perhatian terlalu sedikit dan
berpihak pada kepentingan jangka pendek dan individu – individu dalam
membuat keuntungan.
Pejabat negara, mengitervensi dalam banyak kasusu proyek kerja sama
pengembangan dengan tujuan mengatasi masalah ini. Kasus seperti intervensi,
terjadi sesuai dengan instruksi dari otoritas, sebagian besar dalam kerangka
yang jelas dan terbatas pada tingkat perencanaan tertentu dan substansi
rencanan yang berbeda. Akibatnya, hanya solusi parsial yang dicapai. Namun,
jika Tugas-tugas perencanaan yang berbeda (perencanaan pengunaan lahan,
perencanaan lalulintas, perencanaan regional) dan tingkat perencanaan
(desa,kabupaten,regional,nasional) dapat terintegritas kedalam sistem
perencanaan secara keseluruhan, adalah lebih mungkin bahwa keberlanjutan
kesepakatan yang dicapai dibatasi kerangka kerja (misalnya dalam
perencanaan pengunaan lahan desa) yang dapat dijamin.

b. Sistem Perencanaan dalam Koteks Sosial dan Politik


Sistem perencanaan adalah ekspresi dari kondisi sosial dan politik
dalam hal ruang dan waktu. Sistem ini diyantakan melalui peraturan hukum
(undang-Undang perencanaa), Konvensi social, dan aturan. Selain perjanjian
dikodifikasi (hukum, peraturan adminitratif) ada yang telah disepakati secara
lisan dalam bentuk aturan-aturan tradisonal.
Sistem perencanaan berbeda dari satu negara ke negara. Sebuag
difernsiasi nyata dibuat kedalam 3 (tiga ) jenis yaitu: Sistem perencanaan
terpusat, desentralisasi, dan hetrogen. Sistem perencanaan terpusat ditandai
dengan jelas dan struktur direktif berorientasi top-down. Dalam proses ini,
tugas tingkat adminitrasi yang lebih rendah adalah untuk
mengimpementasikan arahan dari pemerintah pusat. Semua keputusan dibuat
di tingkat tertinggi, dan pada saat yang sama juga menetujui keputusan di
semua tingkat. Masalah timbul sebagai akibat dari kurangnya fleksibilitas
dalam beradaptasi dengan kekhasan lokal.
Dalam sistem desentralisasi kekuasaan tertentu dan setidaknya
otonomi anggaran parsial ditranfer untuk menurunkan tingkat adminitrasi,
dengan tujuan menciptakan partisipatif struktur pengambilan keputusan.
Dalam proses ini, upaya yang sering dibuat secara regional dan lokal ke akun
dengan menggunakan peraturan khusus yang sesuai, kemudian
mengintegrasikannya kedalam sistem perencanaan secara keseluruhan.

c. Tingkat Perencanaan yang Berbeda dan Hubungan Vertikal – Horizontal


Perencanaan pengunaan lahan merupakan sebagai proses dalan
mengintegrasikan antarsektor agar tidak tumpeng tindih. Oleh karena itu,
perencanaan penatagunaan lahan tidak cocok untuk mencegahkan semua
masalah lokal, juga tidak dapat menggantikan perencanaan keseluruhan untuk
suatu daerah. Strategi teknis dasar dalam penatagunaan lahan adalah untuk
merencanakan pengunaan lahan sesui dengan kesesuaian dan berbagai
kebutuhan di daerah untuk dipertimbangkan.
Gubungan antara rencana penggunaan lahan du daerah yang berbeda
serta antara rencana penggunaan lahan dan daerah lain yang berhubungan
dengan rencana yang diperlukan baik secara horizontal (dari desa ke desa,
kabupaten, wilayah dang bangsa).
Kaitan antara vertical dan Horizontal antara rencana yang lebih efektif
terjadi jika ada berbagai titik kotak antara badan- badan perencanaan yang
berbeda (pemerintah, populasi, dan lain-lain). Arus informasi harus berjalan
dalam dua arah. Hal ini terutama diperlukan sejauh pertujaran antara tingkat
perencanaan yang bersangkutan. Berpikir dalam struktur hierarkis sering
menghambat pertukaran informasi bebas.
Pertanyaan sentral yang terkait dengan hubungan vertikal sebagai
berikut:
1. Dalam hal apa dapat memberikan arahan strategis dari perecanaan
yang unggul pada sistem desentralisasi dimana disesuaikan dengan
kondisi lokal?
2. Sampai sejauh mana keputusan yang dibuat pada tingkat yang lebih
rendah memerlukan persetujuan dengan turunan berikutnya yang
lebih tinggi ?
3. Bagai mana keputusan yang dibuat di tingkat desa harus dilindungi
terhadap kepentingan pihak ketiga?

Kriteria penting dari perencanaan horizontal adalah sebagai berikut:

1. Mekanisme untuk menyelesaikan konflik antara lembaga sectoral,


misalnya, yang satu adlah sering lebih berpengarush daripada yang
lain;
2. Pengikatan sifat kkerangka perencanaan yang sudah ada ( misalnya
perencanaan keseluruhan) dengan kerangka kerja perencanaan
lainnya (misalnya, perencanaan Sektoral).
2. Sebutkan dan jelaskan siklus penyusunan dokumen tata ruang!
Jawban:
Secara sederhana tahapan siklus penyusunan dokumen tata ruang sebagai berikut:
1. Peroses Penyusunan rencana Tata Ruang
a. Persipan penyusunan rencana tata ruang
Tahapan awal penyusunan rencana tat ruang adalah mempersiapkan seluruh
sember daya dan sumber dana serta urgensi dari kegiatan rencana tata ruang
bagi pembanguana kecamatan dan desa. Beberapa kegiatan persiapan yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Penetapan Lokal perencanaan. Kriteria lokal perencanaan mendasarkan
kepada arahan/program kegiatan yang telah dirumuskan dalam rencana tata
ruang dan tata wilayah, namun dapat pula didasarkan kepada
urgensi/keterdesakan penaganan kawasan tersebut.
2) Menyusun kerangka acuan kerja, dengan memberikan pesan kuat
terhadap arahan kebijakan dan strategi pembanguanan ruang, yaitu sebagai
berikut:
a) Perumusan arahan pengembangan ruang, meliputi:
(1) Perumusan arahan pengembangan ruang diarahkan agar menjaga
keserasian dan keterpaduan antara dokumen perencanaan;
(2) Menjaga keserasian dan keterpaduan antara kegiatan sectoral;
(3) Pengembangan ruang diarahkan untuk mengendalikan serta
perlindungan ruang dan bagunan yang mempunyai nilai histori atau
sejarah, perlindungan setempat, dan lain-lain:
(4) Pengembangan ruang diarahkan untuk mendorong secara aktif peran
masyrakan dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pembangunan
ruang;
(5) Pengembangan ruang diarahkan untun mendorong secara aktif peran
masyarakat dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pembangunan
ruang.
b) Perumusan pengelolaan pembangunan ruang, meliputi:
(1) Membuat sumber dan pembiayaan kegiatan;
(2) Mobilisasi sumber daya manusia, dengan membentuk tim
penasihat/pengarah, tim teknis, tim supervise sesuai kebutuhan
derah;
(3) Menyiapkan kelengkapan adminitrasi dan kontrak;
(4) Menyiapkan program kerja yang lebih rinci, sebgai arahan bagi
pelaksana untuk menyususn rencana.
b. Pengumpulan Data
Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh data dan inormasi tentang
kondisi awal kawasan perencanaan. Pengumpulan dan pengolahan data dapat
dibagi menjadi beberapa kegiatan berikut ini:
1) Mempersiapkan tenaga pelaksanaan servei, seperti kuesioner, checklist data,
dan peta dasar, sedangkan peralatan survey seperti alat tulis, alat hitung,
pencatat waktu, kendaraan bermotor, papan berjalan, dan lain-lain;
2) Metode dan program, menyusun jadwal kegiatan pelaksanaan inventarisasi
sebagai berikut:
(a) Pengambilan data skunder yang berasal dari intansi pemerintah lembaga
formal dan informal , serta literaur;
(b) Pengambilan data primer yang berasal dari pejabat, tokoh masyarakat,
masyarakat umum, masyarakat profesi, dan lainnya dalam bentuk
wawancara, seminar, dan forum grip diskusi (FGD), serta pengunaan
media surat kabar atau elektronik (radio, koran, majalah, papan
Pengumuman, Ruang maket). Hasil informasi dapat berupa: kumpulan
keinginan, masalah, dan program pembanguanan.
(c) Identifikasi data lapangan, dengan melakukan pemotretan situasi dan
kondisi kegiatan fungsional di lokasi perencanaan.

3. Sebutkan dan jelaskan sistem dokumen perencanaan tata Kecamatan dan Desa!

You might also like