Professional Documents
Culture Documents
Referat Selulitis Orbita - Junaidi Lainadi
Referat Selulitis Orbita - Junaidi Lainadi
SELULITIS ORBITA
Oleh:
Junaidi Lainadi, S.Ked.
105101101420
Pembimbing:
dr. Sitti Soraya Taufik, Sp.M, M.Kes
Pembimbing,
2
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
karena atas ijin dan rahmatNYA penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini.
Penulisan referat yang berjudul “Selulitis Orbita” ini dibuat dengan tujuan sebagai
salah satu syarat kelulusan dalam kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata.
Pada proses pembuatannya penulis memakai sumber referensi dari buku dan internet.
pembimbing dr. Sitti Soraya Taufik, Sp.M, M.Kes. yang telah membimbing kami
untuk dapat menyelesaikan referat ini. Penulis sadar bahwa dalam pembuatan referat
ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
disertai saran dari pembaca demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis
berharap agar referat ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
PENDAHULUAN 5
A. DEFINISI 6
B. ANATOMI……...…………………………………………………………….7
C. ETIOLOGI…...…………………….…………………………………….......12
D. EPIDEMIOLOG………………….………………………………………….13
E. PATOFISIOLOGI 13
F. KLASIFIKASI 15
G. MANIFESTASI KLINIS 17
H. DIAGNOSIS 19
I. TATALAKSANA 20
DAFTAR PUSTAKA 27
4
SELULITIS ORBITA
(Junaidi Lainadi)
PENDAHULUAN
terjadi,dengan gambaran klinis antara lain demam (lebih dari 75% kasus disertai
pergerakan bola mata. Selulitis orbita juga dikaitkan dengan sejumlah komplikasi
serius lainnya seperti meningitis, sindroma apex orbita, dan sepsis. Lebih dari 90%
kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena infeksi sinus paranasal
akut atau kronis terutama di sinus ethmoid, sehingga faktor predisposisi terutama
riwayat penyakit sinus atau riwayat operasi di sinus harus ditanyakan dan
orbita lainnya adalah trauma okuli, riwayat operasi, dakriosistitis, sisa benda asing
di mata dan periorbita, infeksi gigi (odontogen), tumor orbita atau tumor
penanganan segera. Penyakit ini dapat mengancam jiwa dan pasien harus dirujuk
segera tanpa penundaan, dapat menyerang pada semua umur terutama pada anak-
anak. Oleh karena itu pengobatan penyakit ini bersifat urgensi. Pengobatan dengan
timbulnya sindroma apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi yang
5
terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat
terjadi kematian.(2)
A. DEFINISI
Selulitis orbita didefinisikan sebagai infeksi serius yang melibatkan otot dan
lemak yang terletak di dalam orbit. Hal ini juga kadang-kadang disebut sebagai
selulitis postseptal. Selulitis orbita tidak melibatkan bola mata itu sendiri. Meskipun
selulitis orbita dapat terjadi pada semua usia, hal ini lebih sering terjadi pada populasi
anak-anak. Organisme penyebab selulitis orbita umumnya bakteri tetapi juga dapat
polimikrobial, seringkali termasuk bakteri aerob dan anaerob dan bahkan jamur atau
adalah spesies Staphylococcus aureus dan Streptococci. Kasus langka selulitis orbita
yang disebabkan oleh anaerob yang tidak membentuk spora Aeromonas hydrophila,
diabetik serta pasien dengan asidosis ginjal. Infeksi Aspergillus pada orbita terjadi
pada pasien dengan neutropenia berat atau defisiensi imun lainnya, seperti infeksi
HIV. Penyebab lain yang jarang dilaporkan dari selulitis orbita adalah mikobakteri,
6
B. ANATOMI
1. Palbebra
lapisan tertentu. Beberapa lapisan yang Menyusun dari anterior ke posterior adalah
kulit, jaringan subkutis, otot protaktor, septum orbita, lemak, otot retractor, tarsus dan
konjungtiva.(10)
Kulit, jaringan subkutis dan otot protractor disebut lamella anterior. Septum
orbita disebut lamella media, sedangkan tarsus dan konjungtiva disebut lamella
posterior.(10)
7
2. Orbita
a. Atap orbita
b. Dinding lateral
orbita. Ala magna os sfenoidalis dipisahkan dari atap orbita oleh fisura
orbitalis superior dan dari dasar orbita oleh fisura orbitalis inferior. Dinding
c. Dasar orbita
palatinus, dan menyusun bagian atas sinus maxillaris. Dinding bagian dasar
d. Dinding medial
Pada bagian medial ini terdapat fossa lakrimalis yang merupaka tempat sakus
lakrimalis.(10)
8
Gambar 2. Rongga orbita
Pembungkus bola mata terdiri dari tiga struktur yaitu, konjungtiva, sklera dan
kornea.
a. Konjungtiva
Lapisan membrane mukosa tipis dan transparan yang melapisi kelopak mata
9
b. Sklera
Merupakan pembungkus luar bola mata yang opak, kuat tetapi elastis, dan
melapisi bola mata dimulai dari kornea di anterior sampai saraf optic di
c. Kornea
dan merupakan organ refraksi kuat yang membelokan sinar masuk ke dalam
mata. Secara mikroskopis, lapisan histologi kornea dapat dibagi menjadi lima
4. Uvea
Traktus uvealis adalah kompartemen vascular utama pada mata yang terdiri
10
Traktus uvealis melekat erat hanya pada 3 tempat di sklera. Traktus uvealis
sebelah anterior mendapat perdarahan dari arteri siliaris longus posterior, sedangkan
di sebelah posterior dari beberapa arteri siliaris posterior yang masuk ke koroid
5. Humor akuos
Cairan yang mengisi bilik mata depan dan belakang bulbus okuli. Fungsi
humor aquos adalah mempertahankan struktur bola mata, sebagai medium transparan
penunjang system optic, serta pemberi nutrisi bagi kornea dan lensa yang merupakan
organ avascular.(10)
6. Lensa
cahaya yang masuk ke mata agar sampai ke macula. Dan lensa teletak dibelakang iris,
7. Vitreus
Merupakan media optic gelatinosa avascular dan jernih, yang memiliki peran
penting dalam mempertahankan integritas stuktural bola mata, memberi nutrisi, serta
dalam metabolism jaringan intraocular karena cairan ini menjadi jalur untuk
8. Retina
11
Retina adalah lembaran transparan tipis jaringan saraf yang melapisi
permukaan dalam 2/3-3/4 bagian posterior bola mata, kecuali pada area diskus optic.
Retina terdiri atas 10 lapisan, dengan lapisan sebelah “dalam” yaitu retina
neurosensorik, dan lapisan sebelah “luar” yaitu lapisan epitel pigmen retina.
b) Segmen dalam
C. ETIOLIGI
Penyebab potensial lainnya termasuk infeksi pada gigi, telinga tengah, atau wajah,
dakriosistitis, trauma orbital dengan fraktur atau benda asing, operasi mata seperti
12
Trauma mungkin merupakan penyebab masuknya bahan tercemar kedalam
orbita sering menyebabkan kebutaan dan kematian akibat trombosis sinus kavernosus
septik. Orbita dikelilingi oleh sinus sinus paranasal dan sebagian drainasi dari vena
sinus sinus tersebut berjalan melalui orbita. Sebagian besar kasus selulitis orbita
timbul kibat perluasan sinusistis melalui tulang tulang ethmoid yang tipis. Organisme
yang biasa menjadi penyebab aalah organisme yang sering itemukan di dalam sinus:
stafilokokus. Inflamasi akut septum orbital posterior biasanya peradangan berasal dari
jaringan sekitarnya. Lebih dari 60% dari 12 semua kasus(setinggi 84% pada anak-
anak) dapat diklasifikasikan sebagai berasal disinus, terutama sel-sel sinus etmoidalis
dan sinus frontal. Pada bayi, radang kuman gigi mungkin menjadi penyebabnya.
cederaorbital, dansepsis. 9 Penyakit ini disebabkan oleh bakteri infeksi, bakteri yang
D. EPIDEMILOGI
Selulitis orbita umumnya terlihat pada anak kecil. Hal ini terlihat lebih sedikit
pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Epidemiologi selulitis orbital
Dengan tidak adanya pedoman yang diterbitkan, manajemen sangat bervariasi. Kami
13
E. PATOFISIOLOGI
satunya tempat ekspansi. Setiap penambahan isi orbita yang terjadi di samping atau
belakang bola mata akan mendorong organ tersebut ke depan, hal ini disebut dengan
proptosis. Penonjolan bola mata adalah tanda utama penyakit orbita. Proptosis dapat
disebabkan lesi-lesi ekspansif yang dapat bersifat jinak atau ganas, berasal dari
tulang, otot, saraf, pembuluh darah, atau jaringan ikat. Selain itu dapat juga terjadi
proptosis tanpa adanya penyakit orbita. Hal ini disebut dengan pseudoproptosis.
Pseudoproptosis dapat terjadi pada miopia tinggi, buftalmos, dan retraksi kelopak
mata. Proptosis sendiri tidak menimbulkan cedera kecuali membuat kelopak mata
tidak bisa ditutup, akan tetapi penyebab proptosis itu sendiri seringkali berbahaya.
Posisi mata ditentukan oleh lokasi massa. Ekspansi di dalam kerucut otot mendorong
disebabkan oleh fistula karotiko kavernosa, malformasi pembuluh darah arteri orbita,
atau transmisi denyut otak akibat tidak adanya atap orbita superior. Proptosis yang
merupakan suatu tanda adanya malformasi vena orbita atau meningokel. Pada
perubahan posisi bola mata, terutama apabila terjadi dengan cepat, mungkin timbul
14
interferensi mekanis terhadap gerakan bola mata yang cukup untuk membatasi
pergerakan mata dan diplopia. Dapat timbul nyeri akibat ekspansi cepat, peradangan,
atau infiltrasi pada saraf sensoris. Penglihatan biasanya tidak terpengaruh di awal
ekcuali bila lesi berasal dari n. optikus atau langsung menekan saraf tersebut.(5)
Tanda lainnya dapat berupa edema kelopak mata dan periorbital, diskolorisasi
kulit, ptosis, kemosis, dan injeksi epibulbar. Selain itu dapat juga terjadi perubahan
fundus seperti pembengkakan cakram optik, atrofi optik, kolateral optikosiliaris, dan
lipatan koroid. Rinosinusitis, terutama ethmoiditis, adalah yang paling sering sebagai
faktor predisposisi umum untuk selulitis orbital anak.Namun selulitis orbital bisa juga
disebabkan dari perluasan infeksi mata eksternal seperti sebuah hordeolum atau
hematogen. Secara umum gambaran patologis selulitis orbital mirip dengan inflamasi
1. Karena tidak adanya sistem limfatik sebagi sebuah sistem agen pertahanan
struktur sekitarnya, dapat menyebar secara cepat dengan nekrosis yang luas.
15
Penyebab utama selulitis adalah infeksi bakteri. Infeksi bakteri pada jaringan
orbita dan periorbita berasal dari 3 sumber primer yaitu penyebaran langsung dari
sinusitis atau dakriosistitis, trauma atau infeksi kulit, dan penyebaran bakteremia dari
F. KLASIFIKASI
Inflamasi Orbita
a Selulitis preseptal
c Osteoperiostitis orbita
d Tromboflebitis orbita
e Tenonitis
a. Inflamasi spesifik
Tuberkulosis.
Sifilis.
Actinomikosis.
16
Mukormikosis.
Infestasi parasite.
G. MANIFESTASI KLINIS
melibatkan bola mata. Reaksi pupil, ketajaman pengelihatan, dan motilitas ocular
tidak terganggu. Rasa nyeri pada pergerakan bola mata dan kemosis tidak ditemukan.
Pasien dapat febris atau subfebris, dan pasien dapat mengeluhkan nyeri, konjuntivitis,
epifora, dan kaburnya pandangan. Tanda dari preseptal selulitis adalah eritem dan
edema periorbital, terkadang karena terlalu berat pasien tidak dapat membuka mata
secara volunteer.(7)
Gejala yang dapat ditimbulkan adalah palpebral bengkak dan kemerahan yang
3. Skin tenderness.
4. Eritema.
17
5. Perabaan hangat.
organisme anaerob.
9. Erysipelas.
pada mata yang biasa bersifat unilateral dan nyeri hebat yang meningkat dengan
pergerakan bola mata atau adanya tekanan. Gejala yang lain yang bisa didapat antara
pasien mengeluh tidak bisa membuka mata untuk melihat gerakan mata yang terbatas.
Biasanya ada Riwayat sinusitis akut atau infeksi saluran pernapasan atas pada hari-
hari sebelum terjadi edema kelopak mata. Gejala dapat berkembang dengan cepat,dan
dengan demikian, diagnosis dan pengobatan cepat adalah hal yang terpenting.
Tanda-tanda selulitis orbita yang didapat kan pada pemeriksaan fisis dan
oftalmologi adalah:
18
2. ditemukan adanya chemosis konjungtiva, yang menonjoldan menjadi kering atau
nekrotik.
3. Bola mataproptosis.
5. Pemeriksaan fundus dapat menunjukkan adanya kongesti vena retina dan tanda-
H. DIAGNOSIS
mencari temuan klinis selulitis orbital tetapi juga untuk komplikasi yang serius.
Penting bagi dokter mata untuk mengevaluasi pasien dengan dugaan selulitis orbital
untuk pergerakan ekstraokular, ketajaman visual, dan untuk menilai proptosis. Selain
yang luas.(8)
Pemeriksaan penunjang
1 Kultur bakteri dari usap nasal dan konjungitva dan spesimen darah.
19
4 USG orbital untuk mendeteksi adanya abses intraorbital.
6 Punksi lumbal bila terdapat tanda- tanda keterlibatan meningel dan serebral.
(9)
I. TATALAKSANA
Selulitis orbita tanpa komplikasi dapat diobati dengan antibiotik saja. Rejimen
pengobatan biasanya empiris dan dirancang untuk mengatasi patogen yang paling
umum seperti yang dijelaskan di atas karena hasil kultur yang andal sulit diperoleh
tanpa adanya intervensi bedah. Untuk pasien dengan selulitis orbita tanpa komplikasi,
disarankan agar antibiotik dilanjutkan sampai semua tanda selulitis orbita hilang.
Durasi terapi antibiotik berkisar dari total minimal 2 sampai 3 minggu. Untuk pasien
dengan sinusitis ethmoid yang parah dan destruksi tulang pada sinus, periode yang
Regimen antibiotik yang tepat untuk pengobatan empiris pada pasien dengan
20
Vankomisin
Seftriakson
Anak-anak: 50 mg/kg per dosis IV sekali atau dua kali sehari (dosis yang
lebih tinggi harus digunakan jika diduga perluasan intrakranial); Dosis harian
intrakranial)
Sefotaksim
Anak-anak: 150 hingga 200 mg/kg per hari dalam 3 dosis; Dosis harian
maksimum 12 g
Ampisilin-sulbaktam
21
Anak-anak: 300 mg/kg per hari dalam 4 dosis terbagi; Dosis harian
Piperacillin-tazobactam
Anak-anak: 240 mg/kg per hari dalam 3 dosis terbagi; Dosis harian
Metronidazol
Anak-anak: 30 mg/kg per hari IV atau oral dalam dosis terbagi setiap 6 jam
Agen lain yang menutupi infeksi MRSA adalah daptomycin, linezolid, dan
adalah agen pilihan untuk cakupan MRSA selulitis orbital. Linezolid tidak
22
Ciprofloxacin
Dewasa: 400 mg IV dua kali sehari atau 500 hingga 750 mg secara oral dua
kali sehari.
maksimum 1,5 g per oral setiap hari atau 800 mg IV setiap hari.
Levofloksasin
Anak-anak 5 tahun atau lebih: 10 mg/kg per dosis setiap 24 jam; Dosis harian
Bayi 6 bulan atau lebih dan anak-anak 5 tahun atau lebih muda: 10 mg/kg per
Terapi Oral
Tidak ada uji coba terkontrol untuk menentukan durasi ideal terapi
antimikroba pada selulitis orbital atau kapan harus beralih ke pengobatan oral dari
intravena. Untuk selulitis orbita tanpa komplikasi dengan respon yang baik terhadap
antibiotik IV, masuk akal untuk beralih ke terapi oral. Jika pasien tetap tidak demam
dan temuan kelopak mata dan orbita sudah mulai sembuh secara substansial, yang
biasanya memakan waktu tiga sampai lima hari, maka penggantian ke antibiotik oral
diperlukan. Jika data kultur definitif tersedia, terapi oral harus ditujukan terhadap
23
organisme yang menginfeksi. Bila tidak ada data kultur definitif, rejimen oral empiris
Klindamisin(sendiri)
Anak-anak: 30-40 mg/kg per hari dalam 3 hingga 4 dosis terbagi rata, tidak
12 jam.
Amoksisilin
Anak-anak: 45 mg/kg per hari dalam dosis terbagi setiap 12 jam atau 80
hingga 100 mg/kg per hari dalam dosis terbagi setiap 8 jam; Dosis maksimum
Amoksisilin-klavulanat
24
Anak-anak: 40 hingga 45 mg/kg per hari dalam dosis terbagi setiap 8 hingga
12 jam atau 90 mg/kg per hari dibagi setiap 12 jam (suspensi 600 mg/5 mL).
Sefpodoksim
Anak-anak: 10 mg/kg per hari dibagi setiap 12 jam, tidak melebihi 200 mg per
dosis.
Cefdinir
Anak-anak: 7 mg/kg dua kali sehari, tidak melebihi 600 mg per hari.
OPERASI
infeksi intrakranial. Indikasi lain untuk pembedahan adalah buruk atau kegagalan
pupil, atau bukti abses, terutama abses besar, lebih besar dari 10 mm diameter.(8)
Abses yang lebih kecil dapat diikuti secara klinis dan dengan pencitraan
berulang kecuali gangguan penglihatan menjadi perhatian. Jika baik temuan klinis
atau CT scan tidak menunjukkan perbaikan dalam waktu 24 sampai 48 jam, drainase
mendapatkan bahan kultur, misalnya, pada pasien dengan dugaan infeksi jamur atau
25
mikobakteri orbita. Pendekatan eksternal (melalui orbit) dan operasi transcaruncular
KESIMPULAN
Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak
posterior dari septum orbita. Lebihdari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus
sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya antara lain
demam (lebih dari 75% kasus disertai lekositosis), proptosis, kemosis, hambatan
pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola mata. Keterlambatan pengobatan
akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan timbulnya sindroma apeks orbita
26
atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi yang terjadi antara lain kebutaan,
kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat terjadi kematian.
antibiotik dilanjutkan sampai semua tanda selulitis orbita hilang. Durasi terapi
DAFTAR PUSTAKA
27
4. Brenda I Anosike, Veena Ganapathy. 2022. Epidemiology and Management
of Orbital Cellulitis in Children, Journal of the Pediatric Infectious Diseases
Society.
5. Schlossberg D. 2015. Clinical infectious disease. 2nd Ed. United Kingdom:
Cambridge University.
6. Khurana AK. 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New age
international.
7. Bartlett JD, Jaanus SD. 2008. Clinical ocular pharmacology. 5th Ed. Boston:
Butterworth-Heinemann.
8. Tzelnick S, Soudry E, Raveh E, Gilony D. 2019. Recurrent periorbital
cellulitis associated with rhinosinusitis in children: Characteristics, course of
disease, and management paradigm. Int J Pediatr Otorhinolaryngol.
9. Basraoui D, Elhajjami A, Jalal H. 2018. Imaging of orbital cellulitis in
children: about 56 cases.
10. Rita S Sitorus, Sitompul R dkk. 2017. Buku Ajar Optalmologi ed. 1. FKUI.
Jakarta.
11. Frank H. Netter, MD. 2016. Atlas Anatomi Manusia Edisi 6. Elsevier.
Singapore.
28