You are on page 1of 12

Analisis Pengaruh Penerapan Kebijakan Tax Amnesty Pada Abnormal

Return Saham LQ-45 Periode Tahun 2015-2019


Dellachita Rahardianne Winarto* dan Imo Gandakusuma
Departemen Manajemen, Program Pendidikan Ekstensi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia

Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan Amnesti Pajak ter-
hadap perbedaan abnormal return pada saham LQ-45 dalam kurun waktu tahun 2015 sampai dengan
2019. Data saham yang menjadi sampel adalah data sekunder harga saham adjusted close harian
dari 30 perusahaan yang terdaftar sebagai LQ-45. Uji beda yang dilakukan dengan Paired Sample
t-test untuk melihat signifikansi perbedaan abnormal return dan average abnormal return saham pada
periode pengamatan. Hasil pengujian menunjukkan tidak adanya perbedaan abnormal return sa-
ham pada periode sebelum, selama dan setelah Amnesti Pajak. Average abnormal return juga tidak
menunjukkan perbedaan pada periode sebelum Amnesti Pajak. Sedangkan, event window setelah
Amesti Pajak terdapat perbedaan dari uji paired sample t-test. Penelitian selanjutnya agar dilakukan
dengan memperluas cakupan sampel dan jenis variabel independennya.

Kata kunci: studi kasus, abnormal return, amnesti pajak

Analysis Of Tax Amnesty Impact Towards Stocks LQ-45 Abnormal


Return In Period Year 2015-2019
The purpose of this study was to analyze the effect of Tax Amnesty Policy on differences in ab-
normal return of LQ-45 shares in the period 2015 to 2019. The stock price data was secondary data
downloaded from adjusted closed stock price of 30 companies listed as LQ-45 in all observation
period from web. The test conducted by Paired Sample t-test to see the significance of differences in
abnormal returns and average abnormal returns of shares in the observation period. The results of
the test above showed no difference in abnormal returns of the stocks in the period before, during and
after the Tax Amnesty held. For the event window before Tax Amnesty implementation, there is no dif-
ferent as well. Meanwhile, the paired sample t-test for event window after the implementation showed
a different result. Future study to be conducted by expanding the scope of sample and its independent
variables.

Keywords: event study, abnormal return, tax amnesty

Pendahuluan bulan Juli 2016 sampai dengan bulan Septem-


Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pajak, ber 2016. Periode kedua dimulai bulan Oktober
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 ten- 2016 sampai dengan Desember 2016. Periode
tang Pengampunan Pajak disahkan untuk me- ketiga dimulai bulan Januari 2017 dan berakhir
nyambut era ekonomi digital dan perkemban- pada tanggal 31 Maret 2017.
gan ekonomi global serta mendukung program
Automatic Exchange of Information (AEoI). Salah satu indikator keberhasilan pelaksa-
Periode pertama Amnesti Pajak diadakan pada naan Amnesti Pajak Indonesia dapat dilihat
* Alamat email korespondensi: delcit92@gmail.com
2 D. R. Winarto dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Juni (2020) Vol. 43 No. 2

Gambar 1. Persentase Realisasi Amnesti Pajak Terhadap Produk Domestik Bruto Tahun
2016

Sumber: Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2016

dari persentase penerimaan terhadap Produk sampel mengalami abnormal return sebesar
Domestik Bruto sebesar 0,83% yang dapat -2,09% signifikan pada t-0 sampai dengan t+5.
dikatakan sukses jika dibandingkan dengan Penelitian Wei (2020) terhadap pengaruh pe-
negara lain. Nominal pengungkapan harta juga rubahan kebijakan tentang iklim untuk periode
jauh di atas Italia sebesar Rp59 triliun, Austra- pada saat dimulainya Emissions Trading Sys-
lia Rp8 triliun, Chili Rp20 triliun dan Spanyol tem (ETS), carbon tax atau pajak atas bahan ba-
Rp18 triliun. kar, dan pada saat pencabutan peraturan pajak
bahan bakar tersebut diberlakukan oleh Pemer-
Manurung (2007) menyatakan bahwa secara intah Australia. Hasil dari penelitian menun-
langsung maupun tidak langsung, peristiwa jukkan pengaruh signifikan terhadap tingkat
politik dalam suatu negara dapat mempenga- pengembalian pasar pada periode pencabutan
ruhi kondisi ekonominya. Suryawijaya dan Se- kebijakan. Sedangkan untuk periode lainnya,
tiawan (1998) mengemukakan bahwa informasi hasilnya tidak signifikan.
yang diperlukan investor dalam usaha mem-
bentuk portofolio dengan imbal hasil optimal, Menurut hasil penelitian Khajar (2008) yang
dapat berasal dari peristiwa (event) di lingkun- menguji efisiensi indeks saham LQ-45 pada
gan internal perusahaan (emiten) maupun peris- saat krisis moneter dan pasca krisis tahun 2008,
tiwa yang berasal dari eksternal perusahaan. pasar modal di Indonesia merupakan pasar yang
efisien dalam bentuk lemah. Penelitian lain oleh
Penelitian mengenai dampak dari kebijakan Andrianto dan Mirza (2015) juga menghasilkan
salah satunya adalah kebijakan Pemerintah penemuan yang konsisten bahwa pasar modal
Malaysia kepada perusahaan untuk memberi- Indonesia adalah bentuk pasar efisien dengan
kan 30% posisi strategis dalam pengambilan bentuk lemah. Hal ini berarti bahwa harga
keputusan kepada wanita (Ismail, 2016). Hasil sekuritas telah mencerminkan secara penuh
penelitian menunjukkan bahwa pada t-1 pen- peristiwa yang telah terjadi di masa lalu.
gumuman kebijakan tersebut sebanyak 57,5%
perusahaan membukukan nilai yang positif. Ini Penelitian ini akan mengamati keberadaan
berarti bahwa pasar merespon kebijakan terse- reaksi abnormal yang terjadi pada saat penera-
but dan mengantisipasinya secara positif. Ha- pan Amnesti Pajak dengan melalui event study.
sil signifikan positif juga ditunjukkan pada t+2 Pengamatan dilakukan atas pergerakan nilai
dan t+3. Bradford (1997) mengamati dampak saham harian saham pembentuk indeks LQ-45.
dari keputusan invasi Irak ke Kuwait pada ta- Kapitalisasi pasar dari indeks LQ-45 mempun-
hun 1990 terhadap perusahaan transportasi. Ha- yai persentase sekitar 60% dari keseluruhan In-
sil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan deks Harga Saham Gabungan. Hal ini menun-
D. R. Winarto dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Juni (2020) Vol. 43 No. 2 3

jukkan bahwa 45 saham terdaftar tersebut, atau an teori cost of equity. Menghitung cost of eq-
kurang dari 10% dari keseluruhan saham yang uity dapat dilakukan dengan pendekatan model
terdaftar dalam bursa efek, menguasai seba- dividend growth atau security market line.
gian besar pasar dibandingkan 90% saham ter- Penelitian ini dilakukan dengan security market
daftar lainnya. Dengan persentase yang besar line (SML), karena telah mempertimbangkan
diharapkan penelitian atas 45 saham ini dapat risiko dan dapat digunakan baik untuk perusa-
mereprentasikan reaksi dari keseluruhan saham haan yang menerapkan dividen maupun yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. tidak. Model penghitungan ini dikenal dengan
nama Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Pemerintah telah mengumumkan melalui me-
dia massa akan adanya peraturan mengenai Efficient Capital Market
pengampunan pajak jauh sebelum tanggal 1 Juli Fama (1970) menyatakan bahwa pasar yang
2016, namun baru benar disahkan oleh Pres- ideal adalah pasar yang memberikan petunjuk
iden pada tanggal 28 Juni 2016. Dari pengesa- akurat agar perusahaan dapat membuat keputu-
han tersebut diketahui secara jelas bahwa akan san investasi produksi dan para investor dapat
dimulai pada event date tanggal 1 Juli 2016 dan memilih sekuritas dengan asumsi harga yang
berakhir pada 31 Maret 2017. Event date yang ditawarkan telah sepenuhnya dapat merefleksi-
dipilih adalah tanggal 1 Juli 2016, t+3 setelah kan semua informasi yang ada. Reilly (1999)
pengumuman pengesahan undang-undang, dan menjelaskan Fama menyusun tiga subhipotesis
tanggal 31 Maret 2017 pada saat penutupan sebagai berikut:
Amnesti Pajak. Kedua tanggal tersebut dipilih
untuk mengamati reaksi pasar pada saat permu- a. Weak Form Efficient Market Hypothesis.
laan dan pengakhiran Amnesti Pajak. Pasar efisiensi lemah memiliki asumsi bah-
wa harga saham pada saat ini telah mereflek-
Tinjauan Teoritis sikan informasi yang tersedia di pasar.
Return b. Semi Strong Form Efficient Market Hypoth-
esis. Pasar dengan efisiensi semi kuat be-
Menurut Jogiyanto (2015) return saham real- rasumsi bahwa harga telah bereaksi secara
isasian adalah return yang telah diterima oleh cepat dengan informasi yang dirilis kepada
para investor yang nantinya akan dijadikan publik.
sebagai salah satu tolok ukur kinerja perusa-
haan dan sebagai dasar penghitungan tingkat c. Strong Form Efficient Market Hypothesis.
pengembalian yang diharapkan di masa yang Pasar dengan efisiensi yang kuat berasum-
akan datang. Sedangkan, Tandelilin (2001) si bahwa seluruh informasi baik informasi
mengemukakan bahwa return merupakan salah yang tersedia di pasar dan informasi yang
satu faktor yang dapat memberikan motivasi bersifat privat telah terangkum di dalam har-
kepada investor untuk berinteraksi. Return ga saham
tersebut juga sebagai imbalan atas keberanian
para investor dalam menanggung risiko-risiko Abnormal Return
atas investasi yang telah dilakukannya. Dalam buku Reilly (1999) dijelaskan bahwa
pada penelitian berikutnya dari teori Capital
Expected Return Asset Price Model diketahui bahwa tiap saham
Ross (2013) secara singkat mengemukakan memiliki reaksi yang berbeda, ada saham yang
bahwa expected return adalah pengembalian lebih volatil dibandingkan dengan saham yang
yang diharapkan dari penanaman investasi yang lain. Dengan kemungkinan volatilitas yang ber-
berisiko. Return yang diharapkan oleh investor beda ini, perlu dihitung terlebih dahulu expected
adalah sama dengan biaya yang dikeluarkan return dari masing-masing saham berdasarkan
oleh perusahaan. Oleh karena itu, penghitungan pengembalian pasar dan reaksi saham terhadap
return ini dapat dilakukan dengan menggunak- pasar yang ditunjukkan dengan koefisien beta.
4 D. R. Winarto dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Juni (2020) Vol. 43 No. 2

Kemudian, return saham dikurangkan dengan deks LQ-45 periode sebelum pelaksanaan dan
hasil expected return yang telah diperoleh. setelah amnesti pajak berlangsung
Dapat disimpulkan bahwa abnormal return
adalah selisih yang terjadi antara imbal hasil re- Penelitian terdahulu mayoritas memilih jendela
alisasi yang diterima oleh investor dengan im- waktu t-5 sampai dengan t+5 dari tanggal peris-
bal hasil yang diharapkan. tiwa, yang dipilih untuk mengurangi dampak
dari peristiwa pengganggu atau confounding ef-
Amnesti Pajak fects. Penelitian ini juga menggunakan jendela
Definisi Amnesti Pajak menurut Undang-Un- waktu tersebut yaitu t-5 sampai dengan t+5 dari
dang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengam- tanggal peristiwa dengan berdasarkan pada per-
punan Pajak adalah penghapusan pajak yang nyataan Jogiyanto (2010:136) yang menyatakan
seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi ad- bahwa peristiwa pengganggu didefinisikan seb-
ministrasi perpajakan dan sanksi pidana di bi- agai peristiwa-peristiwa lain yang terjadi baik
dang perpajakan, dengan cara mengungkap Har- dalam periode estimasi ataupun dalam jendela
ta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana peristiwa, yang bukan merupakan peristiwa
diatur dalam Undang-Undang ini. Penghapusan yang diteliti dan dapat mempengaruhi validitas
pajak yang dimaksud adalah penghapusan atas reaksi pasarnya (Trisnayani dan Noviari, 2018).
sanksi administrasi yang dikenakan atas pokok Dengan event window t-5 sampai dengan t+5
pajak terutang sampai dengan tahun 2015. dari event date 1 Juli 2016 dan tanggal 31 Ma-
ret 2017, diusulkan hipotesa sebagai berikut:
Hipotesa Penelitian H4 : Terdapat perbedaan antara rata-rata ab-
normal return saham-saham pembentuk indeks
Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebe-
LQ-45 periode estimasi sebelum amnesti pajak
lumnya, variabel yang akan diteliti adalah re-
dengan event window pembukaan amnesti pa-
turn saham untuk periode sebelum, selama dan
jak.
setelah Amnesti Pajak. Pada penelitian Trisnay-
ani dan Noviari (2018), diperoleh bahwa ter- H5: Terdapat perbedaan antara rata-rata abnor-
dapat perbedaan pada abnormal return saham mal return saham-saham pembentuk indeks
pada saat sebelum dan sesudah Amnesti Pajak. LQ-45 periode estimasi setelah amnesti pajak
Namun tidak terdapat perbedaan pada rata-rata dengan event window penutupan amnesti pajak.
abnormal return untuk periode yang sama. Se-
dangkan pada Nadirsyah, (2018) menghasil- Metode Penelitian
kan adanya perbedaan sesaat setelah penerapan Data merupakan data sekunder dengan teknik
Amnesti Pajak. Perbedaan periode dapat men- pengambilan sampel data adalah purposive
jadi faktor yang mempengaruhi perbedaan ha- data sampling. Data perusahaan pembentuk
sil penelitian. Oleh karena itu, dengan periode LQ-45 diambil dari laman Bursa Efek Indo-
waktu yang lebih panjang, diusulkan hipotesa nesia, data harian saham dari laman Yahoo Fi-
sebagai berikut: nance, BI rate dari situs Badan Pusat Statistik.
H1: Terdapat perbedaan antara rata-rata abnor- Dari 45 saham yang terdaftar, hanya 30 saham
mal return saham-saham pembentuk indeks yang memenuhi kriteria, yaitu saham yang sela-
LQ-45 periode sebelum pelaksanaan dan se- lu diumumkan sebagai pembentuk indeks LQ-
lama amnesti pajak berlangsung 45 dalam rentang waktu antara tahun 2015 sam-
H2: Terdapat perbedaan antara rata-rata abnor- pai dengan tahun 2019. Pengolahan data yang
mal return saham-saham pembentuk indeks dilakukan adalah penghitungan return harian,
LQ-45 periode selama pelaksanaan dan setelah kovarians¸ beta tingkat pengembalian yang di-
amnesti pajak berlangsung harapkan, imbal hasil abnormal dan rata-rata
imbal hasil abnormal.
H3: Terdapat perbedaan antara rata-rata ab-
normal return saham-saham pembentuk in-
D. R. Winarto dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Juni (2020) Vol. 43 No. 2 5

Return Saham Expected Return


Menurut Ross (2013), return saham dihitung Expected return dengan menggunakan metode
dengan menggunakan formula sebagai berikut: Capital Asset Pricing Model dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut:

(1) E(Rit) = Rf + βi(Rm−Rf) (4)


Keterangan: di mana:
R = Return saham E(Rit) : expected return saham i pada waktu t
Pt = Harga penutupan saham pada hari ke t Rf​ : risk-free rate
Pt -1 = Harga penutupan saham pada hari ke t-1 βi : beta of investment dari saham i
(Rm−Rf) : market risk premium
Covariance
Covariance yang digunakan untuk melihat Abnormal Return
hubungan antara dua variabel. Terdapat per- Abnormal Return adalah selisih dari return
bedaan perhitungan untuk covariance dengan yang sebenarnya diterima oleh investor dengan
data berupa sampel atau populasi. Untuk data expected return yang diperkirakan oleh para in-
sampel, formula berikut yang digunakan vestor. Abnormal return dapat bernilai positif
maupun negatif. Formulanya abnormal return
adalah sebagai berikut:
(2)
Keterangan: ARit = Rit − E(Rit) (5)

Cov(x,y) = covariance variabel x,y di mana:

xi = nilai variabel x ARit : tingkat pengembalian abnormal dari


saham i pada waktu t
= rata-rata variabel x
Rit : imbal hasil saham i pada waktu t
yi = nilai dari variabel y
E(Rit) : imbal hasil yang diharapkan saham i
= rata-rata dari variabel y pada waktu t
N = jumlah data sampel atau populasi
Average Abnormal Return
Beta saham Average abnormal return yang terdiri dari n-
Beta saham menunjukkan besarnya reaksi se- saham dengan asumsi setiap saham memiliki
buah saham terhadap informasi yang beredar di bobot yang sama, formulanya sebagai berikut:
pasar, ditunjukkan dengan rumus sebagai beri-
kut:
(6)
di mana:
(3)
: Rata-rata nilai imbal hasil abnormal
Keterangan: portofolio n-saham
β = beta saham ARit : imbal hasil abnormal dari saham i pada
cov(Re, Rm) = covariance dari return saham waktu t
dengan return pasar n : jumlah saham
var(Rm ) =
variance dari return pasar
6 D. R. Winarto dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Juni (2020) Vol. 43 No. 2

Gambar 2. Periode Estimasi dan Event Window Periode 1


Periode Estimasi Event Date
01 Februari 2015 23 Juni 2016 24 Juni 2016 08 Juli 2016
01 Juli 2016
Sumber: Penulis

Gambar 3. Periode Estimasi dan Event Window Periode 2


Event Date Periode Estimasi
24 Maret 2017 07 April 2017 10 April 2017 31 Desember 2019
31 Maret 2017
Sumber: Penulis

Tabel 1. Expected Return Saham LQ-45


Periode 1 Periode 2 Periode 3
Saham E(R) Saham E(R) Saham E(R)
TPIA 0,0189% BSDE 0,0397% INTP 0,0170%
AKRA 0,0062% ICBP 0,0388% BBTN 0,0169%
WSKT -0,0043% ASII 0,0382% BMRI 0,0168%
PTPP -0,0048% PGAS 0,0379% BBNI 0,0168%
TLKM -0,0057% UNTR 0,0369% PTPP 0,0168%
     
Saham E(R) Saham E(R) Saham E(R)
ASII -0,0243% ADRO 0,0292% BBCA 0,0157%
MNCN -0,0264% INDY 0,0291% ICBP 0,0155%
INTP -0,0269% UNVR 0,0286% AKRA 0,0154%
BSDE -0,0282% BBCA 0,0255% PTBA 0,0154%
BBRI -0,0283% TPIA 0,0197% TPIA 0,0148%
Sumber: Data diolah

Model regresi data panel yang digunakan tuk periode 2, periode pengamatan 18 Juli 2016
adalah Pooled Least Square (PLS) dan metode sampai dengan 22 Maret 2017, terdapat 174
yang digunakan adalah OLS, Ordinary Least jumlah observasi untuk 30 saham. Untuk peri-
Square. Uji pada penelitian ini ada tiga yaitu uji ode 3, terdapat 704 observasi selama 10 April
deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. 2017 sampai dengan 31 Desember 2019.
Uji deskriptif dengan menghitung nilai rata-
rata, maksimum dan minimum, skewness dan Gambaran mengenai periode estimasi, event
kurtosis dan standar deviasi. Uji asumsi klasik window, dan event date untuk periode sebelum
untuk menguji normalitas dan heteroskedasitas. dan selama Amnesti Pajak dapat dilihat pada
Uji ketiga adalah uji hipotesis yang dilakukan Gambar 2. Sedangkan Gambar 3 menunjukkan
dengan uji t, uji F, dan uji paired sample t-test. event window, event date, dan periode estimasi
yang digunakan untuk menghitung abnormal
Hasil Penelitian return saham pada periode selama dan setelah
Dalam periode penelitian mulai tahun 2015 Amnesti Pajak.
sampai dengan tahun 2019, hanya terdapat 30
saham yang terus menerus berada dalam daf- Perhitungan CAPM dengan melibatkan data
tar LQ-45. Dalam penelitian ini, serangkaian BI rate, beta saham dan tingkat pengembalian
kalkulasi dan uji dilakukan pada tiap-tiap sa- pasar yang dalam hal ini dikalkulasi dari tingkat
ham tersebut. Pada periode pertama dengan pengembalian LQ-45 selama periode penga-
periode pengamatan 01 Februari 2015 sampai matan. Dari kalkulasi tingkat pengembalian
dengan 23 Juni 2016 dengan 30 jumlah saham, pasar tersebut diperoleh bahwa pada periode
terdapat 342 jumlah observasi. Sedangkan un- 1, return LQ-45 adalah sebesar -0,017% ke-
D. R. Winarto dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Juni (2020) Vol. 43 No. 2 7

Tabel 2. Average Abnormal Return Saham Pada Event Window 1 dan 2


Event Window 1 Event Window 2
Nomor
Hari AAR Hari AAR
1 t-5 -0,73% t-5 1,27%
2 t-4 -0,02% t-4 -0,21%
3 t-3 0,96% t-3 -0,87%
4 t-2 2,21% t-2 1,10%
5 t-1 0,41% t-1 0,12%
6 t-0 -0,78% t-0 -0,23%
7 t+1 3,02% t+1 0,93%
8 t+2 1,36% t+2 1,11%
9 t+3 1,67% t+3 -0,02%
10 t+4 -1,11% t+4 -0,19%
11 t+5 1,02% t+5 -0,48%
Sumber: Data diolah

mudian periode berikutnya, periode 2, mening- Setelah menghitung expected return dari tiap
kat menjadi sebesar 0,034%. Sedangkan untuk saham sampel, langkah berikutnya adalah
periode 3, return LQ-45 turun menjadi sebesar menghitung abnormal return dari saham terse-
0,016%. Data tersebut digunakan untuk meng- but. Pada periode 1, AAR tertinggi diperoleh
hitung CAPM. saham BBTN dengan nilai 0,197%, sedang-
kan nilai terendah pada periode tersebut adalah
Hasil penghitungannya untuk periode 1 dari sa- saham PGAS dengan nilai -0,146%. Untuk
ham TPIA adalah yang tertinggi yaitu sebesar periode 2, AAR tertinggi dengan nilai 0,938%
0,0189%. Peringkat terbesar selanjutnya adalah adalah saham TPIA. Sedangkan saham dengan
AKRA dengan 0,0062%. Selain dari kedua nilai AAR terendah pada periode ini adalah
saham tersebut, saham lainnya yang menjadi LPPF -0,228%. Pada periode 3, nilai AAR
sampel memiliki tingkat pengembalian negatif tertinggi diperoleh saham INDY dengan nilai
dengan nilai terendah adalah saham BBRI den- 0,14, sedangkan yang terendah adalah sebesar
gan nilai -0,0283%. Berbeda dengan periode 1, -0,099%, saham LPPF.
pada periode 2 seluruh saham sampel yang dia-
mati menunjukkan nilai expected return yang Pengujian awal menunjukkan data tidak terdis-
positif dengan dengan nilai tertinggi diperoleh tribusi normal. Oleh karena itu, data abnormal
saham BSDE sebesar 0,0397% dan nilai teren- return saham perlu untuk dinormalisasi dengan
dah oleh saham TPIA dengan nilai expected re- menghapus outlier. Perubahan tersebut menye-
turn saham sebesar 0,0197%. Expected return babkan perubahan pada jumlah observasi yang
dengan nilai positif juga diperoleh pada periode berdampak pula pada nilai average abnormal
3 untuk seluruh saham sampel. Nilai expected return saham. Jumlah observasi pada periode
return terbesar pada periode ini adalah saham pertama yang semula sebanyak 342 menjadi
INTP sebesar 0,017%, sedangkan nilai terkecil- 165, sedangkan periode 2 semula 174 menjadi
nya adalah saham TPIA 0,0148%. 154, dan periode 3 semula 704 menjadi 674.
AAR pada periode 1, saham dengan nilai AAR
Dari data Tabel 1, dapat diamati bahwa pada terbesar adalah BBTN 0,150%. Nilai terendah
periode 1, jarak atau selisih expected return ter- adalah saham INCO -0,250%. Untuk periode 2,
tinggi dan terendah adalah senilai 0,0472 poin. nilai AAR tertinggi adalah saham TPIA 0,707%.
Selisih tersebut menurun pada periode 2 yaitu Nilai AAR terendahnya LPPF -0,239%. Pada
sebesar 0,2 poin. Pada periode 3, selisih tiap sa- periode 3, saham dengan nilai AAR tertinggi
hamnya terlihat semakin kecil dengan jarak ni- adalah KLBF sebesar 0,208%. Sedangkan nilai
lai maksimum dan minimumnya hanya 0,0023 terendahnya adalah saham SCMA -0,102%.
poin. Jauh lebih kecil dibandingkan dua periode
sebelumnya. Penghitungan AAR pada event window 1 dapat
dilihat pada Tabel 2. Tingkat pengembalian ab-
8 D. R. Winarto dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Juni (2020) Vol. 43 No. 2

Tabel 3. Uji Beda Average Abnormal Return


Nomor Periode t-test Hasi Uji
1 Periode 1 dan Periode 2 0,324956 Tidak signifikan
2 Periode 2 dan Periode 3 0,918552 Tidak signifikan
3 Periode 1 dan Periode 3 0,325108 Tidak signifikan
Sumber: Data diolah

normal rata-rata ini menunjukkan angka nega- Hasil uji F terhadap data pada masing-mas-
tif pada t-5 sebesar -0,73%, t-4 -0,02%, event ing periode pengamatan memiliki nilai yang
date yaitu tanggal 1 Juli 2016 sebesar -0,78%, kurang dari 0,05 yang berarti bahwa nilai ujin-
dan nilai terendah AAR pada saat t+4. Sedang- ya signifikan. Nilai signifikan ini menunjukkan
kan untuk tanggal lainnya dalam jendela waktu bahwa setiap variabel independen secara simul-
ini, AAR bernilai positif dengan nilai terting- tan memiliki pengaruh yang bermakna terhadap
gi adalah pada saat t+1 dengan nilai sebesar variabel dependen.
3.02%. Untuk AAR pada saat event window 2,
tingkat pengembalian yang positif adalah pada Nilai dari koefisien determinasi mencermink-
t-5 sebesar 1,27% dan merupakan nilai tertinggi an seberapa besar variabel independen dapat
dalam jendela waktu ini. Nilai positif lainnya dijelaskan oleh variabel independennya. Pada
ditunjukkan pada saat t-2, t-1, t+1 dan t+2. Se- ketiga periode pengamatan, variabel indepen-
dangkan untuk nilai negatif dengan nilai teren- den hanya dapat menjelaskan sekitar 20 sampai
dah adalah pada waktu t-3 yaitu dengan nilai dengan 30 persen nilai variabel dependennya.
AAR sebesar -0,87%. Hampir sekitar 70% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak ikut diamati dalam penelitian
Dapat dilihat pada Tabel 2 pada event window ini.
1, bahwa t-3 adalah tanggal 28 Juni 2016, pada
saat pengesahan Amnesti Pajak menunjukkan Uji beda pada average abnormal return saham
nilai AAR yang positif. Pada t-2 dan t-1 pun pada periode 1, periode 2 dan periode 3 dengan
masih menunjukkan angka yang positif yang menggunakan paired sample ­t-test memperoleh
juga menggambarkan reaksi dari para pelaku hasil sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 3.
di pasar. Pada saat event date menunjukkan Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil uji
AAR negatif namun kembali menunjukkan beda sampel untuk memiliki hasil t-test > 0,05,
reaksi positif sampai dengan t+3. Setelah tang- senilai 0,325, tidak signifikan. Oleh karena
gal tersebut, abnormal return negatif dan positif itu,H0 diterima yang berarti bahwa tidak ter-
menunjukkan bahwa tidak ada reaksi dari in- dapat perbedaan AAR.
vestor. Pada event window 2 juga dapat diper-
hatikan bahwa terdapat pergerakan AAR positif Pengujian berikutnya adalah dengan jendela
pada tanggal yang mendekati event date sampai waktu t-5 sampai dengan t+5 dari event date
dengan t+2. Setelah itu, tidak menunjukkan ad- yaitu pada tanggal 1 Juli 2016. Tabel 4 me-
anya reaksi positif dari investor. nyajikan hasil uji beda dengan paired sample
t-test tersebut. Uji dilakukan dengan mem-
Hasil uji heteroskedasitas pada periode 1 nilai bandingkan nilai AAR masing-masing saham
probabilitas Chi-Square 0,3083 sedangkan ni- pada periode estimasi dengan AAR pada tiap-
lai probabilitas pada periode 2 adalah sebesar tiap hari di event window. Hasil uji beda ini
0,7696. Pada periode 3, nilai probabilitasnya menunjukkan bahwa pada event window tidak
adalah sebesar 0,5039. Nilai probabilitas Chi- signifikan. Keseluruhan hasil uji beda memiliki
Square pada ketiga periode ini menunjukkan nilai lebih dari 0,05. Hasil ini berarti terima H0,
angka yang tidak signifikan atau bernilai lebih artinya tidak terdapat perbedaan AAR dengan
dari 0,05. Hal ini berarti bahwa tidak ada het- AAR pada periode estimasi. Pada event window
eroskedasitas pada data. 2, nilai t-test < 0,05 yaitu pada saat t-3 sampai
dengan t-2 dan t+1 sampai dengan t+2. Maka,
D. R. Winarto dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Juni (2020) Vol. 43 No. 2 9

Tabel 4. Uji Beda Average Abnormal Return Sebelum Amnesti Pajak


Event Window 1 Event Window 2
No
Hari t-test Keterangan Hari t-test Keterangan
1 t-5 0,1721 Tidak Signifikan t-5 0,0660 Tidak Signifikan
2 t-4 0,1613 Tidak Signifikan t-4 0,3560 Tidak Signifikan
3 t-3 0,1484 Tidak Signifikan t-3 0,0008 Signifikan
4 t-2 0,1343 Tidak Signifikan t-2 0,0006 Signifikan
5 t-1 0,1558 Tidak Signifikan t-1 0,6927 Tidak Signifikan
6 t-0 0,1752 Tidak Signifikan t-0 0,4638 Tidak Signifikan
7 t+1 0,1266 Tidak Signifikan t+1 0,0107 Signifikan
8 t+2 0,1451 Tidak Signifikan t+2 0,0084 Signifikan
9 t+3 0,1412 Tidak Signifikan t+3 0,0930 Tidak Signifikan
10 t+4 0,1785 Tidak Signifikan t+4 0,7605 Tidak Signifikan
11 t+5 0,1458 Tidak Signifikan t+5 0,0712 Tidak Signifikan
Sumber: Data diolah

tolak H0, terdapat perbedaan AAR pada periode panjang akan memberikan waktu kepada
setelah Amnesti Pajak. harga untuk menangkap informasi dan me-
nyesuaikannya dengan bergerak ke equilib-
Jika pada Tabel 2 menunjukkan adanya perbe- rium yang baru.
daan AAR yang menunjukkan bahwa investor 3. Informasi telah diantisipasi. Investor telah
memberikan reaksi yang positif pada kedua dapat memprediksi dan segera menganti-
event window, hasil uji beda menyajikan ha- sipasi adanya kejadian yang akan terjadi di
sil bahwa reaksi tersebut tidak signifikan pada masa depan. Proses pembahasan peraturan
event window 1. Sedangkan untuk event win- sifatnya terbuka dan dapat diketahui ma-
dow 2 menunjukkan hasil yang signifikan, se- syarakat, sehingga para investor yang telah
hingga dapat disimpulkan bahwa terdapat per- mengetahui informasi ini segera bereaksi
bedaan AAR untuk event window tersebut. dan melakukan antisipasi bahkan sebelum
peraturannya resmi disahkan.
Berdasarkan teori mengenai pasar efisien dan
hasil dari pengamatan dan uji yang telah dilaku- Kesimpulan
kan, ada beberapa penyebab yang dapat mem-
pengaruhi ada atau tidaknya perbedaan abnor- Expected return pada periode 1, mayoritas
mal return pada saham sampel, yaitu sebagai saham menghasilkan expected negatif, kecu-
berikut: ali saham TPIA 0,189% dan AKRA 0,0062%.
Nilai expected return terendah adalah BBRI
1. Dampak informasi yang saling mengkoreksi. -0,0283%. Untuk periode 2, seluruhnya positif
Teori pasar efisiensi semi kuat menyatakan dengan nilai tertinggi adalah BSDE 0,0397%
bahwa pasar bereaksi secara cepat terhadap dan terendah TPIA sebesar 0,0197%. Sedang-
informasi baru yang ada. Informasi yang kan periode 3, seluruhnya juga positif dengan
tersedia di pasar bersifat majemuk, dina- nilai tertinggi INTP 0,017% dan nilai terendah
mis, dan dapat terjadi sekaligus pada satu TPIA 0,0148%.
waktu yang sama. Efek dari informasi ini
dapat mempengaruhi secara positif maupun Average abnormal return tertinggi periode 1
negatif terhadap harga sehingga dapat saling diperoleh saham BBTN 0,197% sedangkan
mengkoreksi segera setelah informasi terse- nilai terendah adalah PGAS -0,146%. Untuk
but rilis. periode 2, AAR tertinggi TPIA 0,938% sedang-
2. Periode waktu penelitian yang panjang. Ab- kan terendahnya adalah saham LPPF -0,228%.
normal return terjadi segera setelah adanya Pada periode 3, nilai AAR tertinggi yaitu
input tambahan di dalam pasar yang perlu INDY 0,14% sedangkan yang terendah LPPF
diamati dalam periode waktu yang singkat -0,099%.
untuk mengurangi bias. Periode waktu yang
10 D. R. Winarto dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Juni (2020) Vol. 43 No. 2

Hasil uji t-paired tidak signifikan yang berarti kepada masyarakat luas mengenai pasar modal
bahwa tidak ada perbedaan antara return saham sehingga dapat mendorong peningkatan in-
pada saat sebelum, selama, dan setelah Am- vestasi. Untuk perusahaan, agar mengevaluasi
nesti Pajak. Average abnormal return saham dampak dari suatu kebijakan yang akan diter-
pada event window 1 tidak menunjukkan hasil apkan pemerintah sebagai pertimbangan dalam
signifikan, artinya tidak ada perbedaan AAR. pengambilan keputusan perusahaan, contohnya
Sedangkan untuk event window 2 memperoleh adalah pengumuman dividen. Untuk para in-
hasil yang signifikan pada t-3, t-2, t+1, dan t+2, vestor agar lebih memperhatikan reaksi dan
yang berarti bahwa terdapat perbedaan AAR. volatilitasnya terhadap informasi yang bere-
dar dapat dilihat pada beta. Beta tersebut dapat
Saran menunjukkan seberapa besar pengaruh kondisi
makro terhadap perusahaan. Bagi para akade-
Pelaksanaan Amnesti Pajak tidak memberikan
misi agar dapat melakukan penelitian ini den-
pengaruh yang signifikan terhadap average ab-
gan sampel yang lebih banyak dan menambah
normal return. Apabila tujuan kebijakan yang
berbagai variabel, seperti volume perdagangan,
akan diterapkan adalah untuk meningkatkan
ukuran kapitalisasi perusahaan, dan informasi
investasi dalam negeri, sebaiknya Pemerintah
internal perusahaan, agar didapatkan hasil yang
dapat memberikan insentif dan keuntungan
lebih obyektif dan menyeluruh.
yang lebih besar, sebagai contoh, menurunkan
tarif pajak atas investasi dan dengan diseminasi

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L, Gunawan, Y, dan Chandra, W (2018). The Impact of Tax Amnesty Announcement to-
wards Share Performance and Market Reaction in Indonesia. Bandung: Universitas Kristen Ma-
ranatha.
Andrianto, Y. dan Mirza, A. R. (2015). A Testing of Efficient Market Hypothesis in Indonesia Stock
Market. 3rd Global Conference on Business and Social Science-2015, 16-17 December 2015, Kua-
la Lumpur, Malaysia.
Bradford, B. M. dan Robinson, H. D. (1997). Abnormal Returns, Risk, and Financial Statement Data:
The Case of the Iraqi Invasion of Kuwait. Journal of Economics and Business 1997; 49:193-204.
Bursa Efek Indonesia. (2010). Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia. Jakarta:
Author.
Bursa Efek Indonesia. (2019). IDX Stock Index Handbook v1.1. Desember 2019. Jakarta: Author.
Dermawan, S. (2014). Manajemen Keuangan Lanjutan. Edisi Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Fama, E. F. (1970). Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work. The Journal
of Finance, Vol. 25, No. 2, pp. 383-417.
Halim, A. (2005). Analisis Investasi. Edisi Dua. Jakarta: Salemba Empat.
Harvelian, A. (2017). Implikasi Hukum Dan Legalitas Tax Amnesty Terhadap Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak Di Indonesia. Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 3: Alieni Juris.
http://dx.doi.org/10.29123/jy.v10i3
Ismail, K. N. I. K. & Manaf, K. B. A. (2016). Market Reactions To The Appointment Of Women
To The Boards Of Malaysian Firms. Journal of Multinational Financial Management 36 (2016)
75–88.
Ispiyarso, B. (2019). Keberhasilan Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia. Ad-
minitrative Law & Governance Journal Volume 2 Issue 1, March 2019.
Istighfarin, N & Fidiana. (2018). Tax Amnesty Dari Perspektif Masyarakat Pajak. Jurnal Akuntansi
Vol. 9 No.2 (April 2018).
http://dx.doi.org/10.26740/jaj.v9n2
Jogiyanto, H. (2015). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedelapan. BPPE: Yogyakarta.
D. R. Winarto dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Juni (2020) Vol. 43 No. 2 11

Kansa, F. K. (2017). Pengaruh Suku Bunga, Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Bere-
dar Terhadap Return Saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Tulungagung: IAIN.
Khajar, Ibnu. (2008). Pengujian Efisiensi Dan Peningkatan Efisiensi Bentuk Lemah Bursa Efek Indo-
nesia Pada Saat Dan Sesudah Krisis Moneter Pada Saham-Saham LQ-45. Semarang: Universitas
Sultan Agung Semarang.
Manurung, A. H. & Cahyanti Ira K. (2007). Pengaruh Peristiwa Politik Terhadap Transaksi Saham
di Bursa Efek Jakarta.
Nachrowi, N. D. & Usman, H. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: LPFE Universitas Indonesia.
Nadirsyah, Saputra, M., Djalil, M.A., & Damayanti, R. (2018). Tax Amnesty Establishment, Abnor-
mal Return and Trading Volume Activity in Indonesia Stock Exchange. Journal of Applied Eco-
nomic Sciences, Volume XIII, Summer 4(57): 1100 - 1108.
Otoritas Jasa Keuangan. (2020). Statistik Pasar Modal Minggu ke-4 Juni 2020. Jakarta: Author.
Pravasanti, Y. A. (2018). Dampak Kebijakan dan Keberhasilan Tax Amnesty Bagi Perekonomian
Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi XVI(1), Maret 2018, 84-94.
Reilly, F. K. & Brown, K. C. (1999). Investment Analysis and Portfolio Management Sixth Edition.
Ohio: South-Western College Pub.
Ross, S. A, Westerfield, R. W. & Jordan, B. D. (2013). Fundamentals of Corporate Finance 10th Edi-
tion. New York: McGraw-Hill Irwin.
Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business A Skill Building Approach Fourth Edition. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Sharpe, W. F. (1964). Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium Under Condition of Risk.
The Journal of Finance, Vol. 19, No. 3 (Sep., 1964), pp. 425-442.
Suryanto. (2015). Analysis of Abnormal Return Before and After Announcement of Investment Grade
Indonesia. International Journal of Business and Management Review Vol.3,No.1,pp.11-23, Janu-
ary 2015.
Suryawijaya, M. A. & Setiawan, F. A. (1998). Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa
Politik Dalam Negeri (Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996). Kelola, 7(1998).
Tandelilin, E. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Risiko. Edisi Pertama. Yogyakarta:BPFE.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi pertama. Yogyakarta :
Kanisius.
Tiurmauli, Kristine, et. al. (2018). The Impact of Tax Amnesty Policy Influence the Investment Deci-
sion and Profitability in Stock Prices The Best 45 Companies in Indonesia. Riau: Universitas Riau.
Trisnayani, N. P. M. & Noviari, N. (2018). Reaksi Pasar Terhadap Kebijakan Tax Amnesty Pada Saat
Pengumuman Periode I, Periode II, dan Periode III. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.23.1. April (2018): 296-322. https://doi.org/10.24843/EJA.2018.v23.i01.p12
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak
Wei, Qian, Suryani, A. W. & Ke, X. (2020). Does carbon performance matter to market returns dur-
ing climate policy changes? Evidence from Australia. Journal of Cleaner Production 259 (2020)
121040.
Wibowo, A. (2017). Reaksi Investor Pasar Modal Indonesia Terhadap Paket Kebijakan Ekonomi
Tahap I Jokowi-JK (Studi pada Saham LQ 45 Periode Agustus 2015-Pebruari 2016). Media Eko-
nomi Dan Manajemen Vol. 32 No. 1 Januari 2017.
Wibowo, A & Darmantyo, S. (2017). Reaction of Indonesian Capital Market Investors to the Imple-
mentation of Tax Amnesty. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 21(4): 597–608, 2017.
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.finance.yahoo.com
www.idx.co.id
12 D. R. Winarto dan I. Gandakusuma / Jurnal Manajemen dan Usahawan Indonesia © Juni (2020) Vol. 43 No. 2

www.ojk.go.id
www.pajak.go.id

You might also like