You are on page 1of 10

PERBANDINGAN MULTIPLIER ANGKUTAN JALAN DAN INFRASTRUKTUR JALAN

MENGGUNAKAN MODEL INPUT-OUTPUT

COMPARATIVE OF ROAD TRANSPORT MULTIPLIER AND ROAD INFRASTRUCTURE


USING INPUT-OUTPUT MODEL

Suryadi
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No.6-8 Jakarta Pusat
cokie@bps.go.id
Diterima: 29 Januari 2015, Direvisi: 5 Februari 2015, Disetujui: 26 Februari 2015

ABSTRACT
Transportation sector creates the value for place (place utility) and the value for time (time utility). From some sectors
of transportation, road transportation is the lifeblood of life and economic development, social and mobility. Road
transportation modes are divided into facility and road infrastructure. Effective implementation of road transportation,
requires an effective facility and road infrastructure. The development of the road transportation sector and road
infrastructure will generate multiplier effects in supporting the economy. However, the problem in this cases are what is
the magnitude of the multiplier effect created on the road transportation sector and what is the magnitude of the
multiplier effect created on the road infrastructure? This study uses data Input-Output Tables 2013 aggregated into 20 X
20 sectors. The twenty sectors namely: Plant Food Stuffs, Plantation, Livestock, Forestry, Fishing, Mining and
Quarrying, Manufacturing, Electricity, Gas and Water, Construction Exclude Roads Infrastructure, Road Infrastructure,
Wholesale and Retail, Restaurant, Hospitality, Railways Transport, Sea Transport, Ferry Transport, Air Transport,
Supporting Transportation Services, and Other Services. Generally, the multiplier backward linkage of road
infrastructure is larger than road transportation, with value 2.183 and 2.125 respectively. However, the forward linkage
value shows that road transportation has multiplier effect greater than the multiplier effect of the road infrastructure,
wich valued at 1.403 to 1.003 respectively.
Keywords: multiplier effects, backward lingkage, forward lingkage

ABSTRAK
Sektor transportasi menciptakan nilai guna tempat (place utility) dan nilai guna waktu (time utility). Dari beberapa
sektor transportasi, angkutan jalan merupakan urat nadi bagi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial dan
mobilitas penduduk. Moda angkutan jalan terbagi dalam sarana dan prasarana atau infrastruktur jalan .
Terselenggaranya angkutan jalan yang efektif, memerlukan sarana dan parasarana yang efektif. Perkembangan sektor
angkutan jalan dan infrastruktur jalan akan menghasilkan multiplier effects dalam mendukung kegiatan perekonomian
masyarakat. Namun yang menjadi permasalahan dalam hal ini yaitu berapa besar multiplier effects yang tercipta pada
sektor angkutan jalan dan berapa besar multiplier effects yang tercipta pada infrastruktur jalan. Penelitian
ini menggunakan data Tabel Input-Output tahun 2013 yang diagregasi menjadi 20 x 20 sektor. Dua puluh sektor
tersebut yaitu: Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan dan
Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Konstruksi selain Infrastruktur Jalan,
Infrastruktur Jalan, Perdagangan Besar dan Eceran. Restoran, Perhotelan, Angkutan Kereta Api, Angkutan
Jalan, Angkutan Laut, Angkutan Sungai dan Danau, Angkutan Udara, Jasa Penunjang Angkutan, dan Jasa-Jasa.
Secara total, nilai multiplier backward lingkage infrastruktur jalan lebih besar dari angkutan jalan yaitu sebesar 2,183
untuk infrastruktur jalan dan sebesar 2,125 untuk angkutan jalan. Bila dilihat dari multiplier forward lingkage secara
total, nilai multiplier angkutan jalan lebih besar dari infrastruktur jalan yaitu sebesar 1,403 untuk angkutan
jalan dan sebesar 1,003 untuk infrastruktur jalan.
Kata Kunci: multiplier effects, backward lingkage, forward lingkage

PENDAHULUAN
Manusia dalam memenuhi kebutuhannya selalu Transportasi merupakan salah satu roda penggerak
melakukan aktivitas ataupun transaksi ekonomi dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan dalam suatu daerah.
menunjang aktivitas ekonomi ini perlu dukungan
Transportasi atau pengangkutan merupakan suatu
sektor transportasi karena lokasi tempat terjadinya perpindahan orang atau barang dari satu tempat ke
kegiatan ekonomi yang tersebar. Aktivitas ekonomi tempat lain dengan tujuan tertentu. Dalam
biasanya menjadi alasan utama dalam kehidupan sehari-hari, pengangkutan memiliki
mengembangkan sistem angkutan, dengan tujuan peranan yang sangat penting serta tidak dapat
untuk mengurangi biaya produksi dan distribusi dipisahkan dari aktivitas manusia. Mulai dari zaman
serta untuk mencari sumber daya alam kehidupan manusia yang paling tradisional sampai
dan menjamin penetrasi pasar yang lebih luas. kepada taraf kehidupan manusia yang modern,
Perbandingan Multiplier Angkutan Jalan dan Infrastruktur Jalan Menggunakan Model Input-Output, Suryadi 45
senantiasa didukung oleh kegiatan pengangkutan. murah. Pergerakan orang dan barang antar kota,
Salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan antar daerah dan antar pulau dilaksanakan untuk
dan peradaban suatu masyarakat adalah kemajuan melayani kegiatan perekonomian dan pembangunan
dan perkembangan kegiatan maupun teknologi yang pada sektor-sektor lain di berbagai wilayah.
dipergunakan masyarakat tersebut dalam kegiatan
pengangkutan. Pembangunan sektor angkutan jalan dan prasarana
ataupun infrastruktur jalan akan membawa dampak
Dalam dunia perniagaan, untuk memenuhi berupa multiplier effects. Multiplier effects adalah
kebutuhan pertanian, peternakan, perkebunan dan suatu kegiatan yang dapat memacu timbulnya
lain sebagainya, diperlukan jasa transportasi. Jasa kegiatan lain. Berdasarkan teori ini dapat dijelaskan
transportasi tersebut berguna untuk mengantarkan bahwa sektor angkutan jalan dan infrastruktur jalan
barang-barang ke tempat tujuan akhir penjualan akan menggerakkan industri-industri lain sebagai
seperti pasar, mall dan tempat-tempat lainnya. pendukungnya. Multiplier effects juga dapat
Barang-barang yang dihasilkan oleh produsen dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
sampai ke tangan konsumen melalui pengangkutan. sektor angkutan jalan dan infrastruktur jalan. Secara
Sektor transportasi juga mencakup aktivitas sederhana, ukuran keberhasilan dihitung dari
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya besarnya pengaruh uang yang dibelanjakan untuk
untuk pergi bekerja, sekolah dan kegiatan sehari- sektorangkutan jalan dan infrastruktur jalan terhadap
hari lainnya. Selain fungsi-fungsi di atas, adanya perekonomian. Besarnya pengaruh uang tersebut
pengangkutan juga berguna untuk melancarkan arus dinotasikan sebagai “coefficient of multiplier effects
barang dan mobilitas manusia dalam membantu (K)”. Semakin besar nilai K menunjukkan bahwa
tercapainya pengalokasian sumber-sumber daya perkembangan sektor angkutan jalan dan
ekonomi secara optimal. infrastruktur jalan juga semakin baik.
Sektor transportasi menciptakan nilai guna tempat Dalam rangka terselenggaranya angkutan jalan yang
(place utility) dan guna waktu (time utility), karena efektif, tentu memerlukan sarana dan parasarana
nilai barang menjadi lebih tinggi di tempat tujuan yang efektif dan memadai. Perkembangan sektor
dibandingkan di tempat asal, selain itu barang angkutan jalan dan infrastruktur jalan akan
tersebut dapat diangkut dengan cepat sehingga menghasilkan multiplier effects dalam mendukung
sampai ke tempat tujuan tepat waktu untuk kegiatan perekonomian masyarakat. Namun yang
memenuhi kebutuhan. Dari beberapa sektor menjadi permasalahan dalam hal ini yaitu:
transportasi, angkutan jalan seringkali dikatakan 1. Berapa besarnya multiplier effects yang tercipta
sebagai urat nadi bagi kehidupan dan perkembangan pada sektor angkutan jalan?
ekonomi, sosial dan mobilitas penduduk yang 2. Berapa besarnya multiplier effects yang tercipta
tumbuh mengikuti perkembangan yang terjadi pada pada infrastruktur jalan?
berbagai bidang kehidupan.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab
Dalam pemanfaatannya, angkutan jalan
permasalahan di atas dengan menggunakan Analisis
melaksanakan dua fungsi, yaitu sebagai unsur
pada Tabel Input-Output tahun 2013.
penting dalam melayani kegiatan-kegiatan yang
sudah ataupun sedang berjalan dan sebagai unsur TINJAUAN PUSTAKA
penggerak penting dalam proses pembangunan.
Pada dasarnya kebutuhan angkutan dapat diisi oleh Angkutan umum sebagai bagian dari sistem
angkutan jalan sendiri, sedangkan angkutan kereta transportasi perkotaan merupakan salah satu
api, angkutan laut dan angkutan udara tidak dapat kebutuhan pokok masyarakat kota dan merupakan
berdiri sendiri. Berbagai rupa moda transportasi ini bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
tergantung atau perlu dilengkapi pula dengan kebutuhan kota pada umumnya. Angkutan ini
angkutan jalan. Dapat dikemukakan di sini bahwa mempunyai peranan yang sangat penting dalam
angkutan jalan itu merupakan kebutuhan dasar dan melayani transportasi dan memberi kemudahan bagi
fundamental bagi kehidupan manusia. masyarakat untuk melaksanakan aktivitasnya di
semua lokasi yang berbeda dan tersebar di berbagai
Moda angkutan jalan terbagi dalam sarana seperti
wilayah. Keberadaan angkutan umum sangat
minibus, bus, truck, sedan dan lainnya, serta dalam
dibutuhkan, terutama bagi masyarakat yang tidak
prasarana transportasi berupa terminal, jalan,
memiliki alat transportasi pribadi. Mengingat
jembatan, terowongan dan lainnya. Dengan adanya
perannya yang begitu penting, apabila tidak
sarana dan prasarana berupa infrastruktur jalan yang
ditangani secara baik dan benar, akan merupakan
memadai, maka akan terselenggar a sistem
masalah bagi kehidupan kota (Agustin et. all, 2005).
transportasi yang efektif dan efisisen, dapat
melayani angkutan barang dan orang antar kota, Transportasi memegang peran kunci dalam
antar daerah dan antar pulau secara lancar, aman dan menggerakkan roda perekonomian. Namun
46 Jurnal Transportasi Darat, Volume 17, Nomor 1, Maret 2015: 45-54
kesalahan manajemen lalu lintas dapat perekonomian. Artinya jika sektor transportasi tidak
menimbulkan inefisiensi yang akan menghambat digarap dengan baik, maka dapat dipastikan
kegiatan ekonomi itu sendiri serta menimbulkan pengembangan serta pemerataan pembangunan dan
permasalahan lingkungan. Perencanaan hasil-hasilnya tidak dapat dinikmati secara optimal
pembangunan sangat mempengaruhi pola untuk seluruh rakyat (Haryono, 2010). Penataan
pergerakan, dimana penggunaan lahan dan sistem angkutan harus dilakukan secara terpadu
rencana distribusi spasialnya merupakan penentu sebagai satu kesatuan sistem angkutan nasional agar
dalam pengadaan prasarana dan sarana transportasi mampu mewujudkan tersedianya jasa angkutan
yang menyebabkan terjadinya interaksi. Hal yang yang seimbang dengan tingkat kebutuhan/
penting adalah dalam melancarkan interaksi antara permintaan, yang layak dengan biaya murah
pusat kota, pusat perdagangan dan industri, sehingga dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat.
pendidikan dengan kebutuhan transportasi yang Salah satu aspek transportasi yang menyangkut hajat
dapat mendukung aktivitas yang terdapat pada hidup orang banyak adalah angkutan umum.
masing-masing sektor tersebut (Hanum, 2009). Pengembangan angkutan umum massal berbasis
jalan di wilayah perkotaan di Indonesia diarahkan
Transportasi publik merupakan angkutan umum dan
untuk menciptakan pelayanan yang handal dan
sebagai sarana yang diperuntukkan bagi masyarakat
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
kelas bawah dalam melakukan aktivitasnya
pengguna jasa angkutan umum.
(Sriwidodo, 2008). Secara umum, transportasi
publik sangat berperan pada aspek keadilan, Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang
lingkungan, keselamatan dan efisiensi. Penyediaan sangat penting dalam memperlancar kegiatan
transportasi publik yang memadai dapat mencegah hubungan perekonomian, baik antara satu kota
isu ketidakadilan, dan bila orang mau menggunakan dengan kota lainnya, antara kota dengan desa, antara
transportasi publik serta bersedia meninggalkan satu desa dengan desa lainnya. Kondisi jalan yang
kendaraan pribadinya maka jumlah kecelakaan lalu- baik akan memudahkan mobilitas penduduk dalam
lintas akan menurun, karena jumlah kendaraan mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan
pribadi di jalan menjadi berkurang. sosial lainnya. Sedangkan jika terjadi kerusakan
Dalam penyelenggaraan sistem angkutan umum, jalan akan berakibat bukan hanya terhalangnya
ada beberapa pihak yang terkait yaitu pengguna kegiatan ekonomi dan sosial namun dapat terjadi
(user), pengusaha (operator) dan pemerintah kecelakaan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
(regulator). Masing-masing pihak memiliki 34 Tahun 2006, jalan adalah prasarana transportasi
kepentingan sendiri-sendiri. Kebijakan yang diambil darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
perlu mengakomodir seluruh pihak tersebut sesuai bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
dengan fungsi, hak dan kewajibannya yang termuat diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
dalam suatu peraturan atau perundangan (Siswoyo, permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
2008). Operator (pengusaha) adalah pihak yang bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
berkonsentrasi dalam operasi sistem angkutan permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,
umum dan melaksanakan keputusan sehari-hari dan jalan kabel (Udiana et all., 2014).
yang berkaitan dengan kondisi spesifik karakteristik
Infrastruktur merupakan fundamental perekonomian
pelayanan, seperti penjadwalan, penentuan biaya
dan dalam masa pembangunan ketersediaan
operasi dan perawatan armada. User (pengguna)
infrastruktur menjadi tuntutan tersendiri. Perannya
adalah pihak yang sebenarnya membuat keputusan
sebagai penggerak sektor perekonomian akan
perjalanan di dalam suatu sistem angkutan umum,
mampu menjadi pendorong berkembangnya sektor-
yang dipengaruhi oleh besarnya biaya yang harus
sektor terkait dan pada akhirnya akan menciptakan
mereka keluarkan untuk melakukan perjalanan
lapangan usaha baru dan memberikan output hasil
(ongkos) dan biaya lain (intangibles) yang tidak
produksi sebagai input untuk konsumsi. Selain
terukur melalui nilai uang, seperti waktu menunggu,
berperan sebagai pendorong berkembangnya sektor-
jarak dan lama perjalanan. Regulator (pemerintah)
sektor perekonomian, infrastruktur memberikan
adalah pihak yang mengontrol interaksi antara
kontribusi yang cukup besar terhadap Produk
operator dan user. Regulator inilah yang mengkaji
Domestik Bruto (PDB). Menurut Maimunah (2010),
performansi sistem dari segi teknik operasional
infrastruktur jalan memberikan dampak yang positif
maupun ekonomi finasial dan memberikan
dan signifikan terhadap regional ekonomi .
spesifikasi bagi penyediaan dan operasional sistem
Berdasarkan jenis jalan, kontribusi dari masing-
transportasi umum.
masing jenis jalan terhadap ekonomi regional
Semua aspek kehidupan bangsa tergantung pada berbeda-beda. Jalan kabupaten/kota memberikan
sektor transportasi, yang berfungsi sebagai konstribusi tertinggi untuk meningkatkan PDB
pendorong, penunjang dan penggerak pertumbuhan dilanjutkan dengan jalan provinsi dan jalan nasional.

Perbandingan Multiplier Angkutan Jalan dan Infrastruktur Jalan Menggunakan Model Input-Output, Suryadi 47
Penyelenggaraan infrastruktur sektor transportasi dalam hal ini tahun 2013. Isian sepanjang baris
merupakan hal yang sangat vital dalam dalam matriks menunjukkan bagaimana output
pembangunan karena berfungsi sebagai sarana suatu sektor dialokasikan ke sektor-sektor lainnya
untuk memperlancar dan mendukung aktivitas untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan
masyarakat. Pembangunan transportasi diarahkan akhir, sedangkan isian dalam kolom menunjukkan
untuk menjembatani kesenjangan antar wilayah dan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu
mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan. sektor dalam proses produksinya.
Penyediaan jaringan jalan merupakan hal yang
Kerangka Umum Tabel I-O
penting dalam mempercepat laju pembangunan.
Prasarana transportasi yakni berupa jaringan jalan I
yang merupakan kebutuhan dasar dalam II
(n x n)
pengembangan wilayah belum mamadai (Safar et (n x m)
Transaksi antar sektor/
Permintaan akhir
all., 2010). Ketersediaan jaringan jalan sebagai kegiatan
parameter tingkat aksesibilitas sangat penting,
sementara angkutan yang menjadi penentu III
perkembangan wilayah masih minim. IV
(p x n)
(p x m)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muljono et all. Input Primer
(2010), menunjukkan bahwa dampak pembangunan Sumber: Badan Pusat Statistik
jalan dapat meningkatkan pendapatan faktor Gambar 1.
produksi. Untuk kedua wilayah, Kawasan Barat Kerangka Tabel Input-Output.
Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia, daerah
Bentuk Tabel I-O dapat digambarkan sebagai
perkotaan mendapat manfaat pendapatan faktor
berikut:
produksi yang lebih besar daripada daerah
perdesaan. Selain itu, secara interregional, Kawasan Kuadran Pertama menunjukkan arus barang dan jasa
Barat Indonesia mendapat manfaat yang lebih besar yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor
dibandingkan dengan Kawasan Timur Indonesia. dalam suatu perekonomian . Kuadran ini
Infrastruktur jalan sebagai unsur bagian sistem menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa
angkutan diharapkan dapat menciptakan dan untuk suatu proses produksi. Penggunaan atau
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur konsumsi barang dan jasa di sini adalah penggunaan
jalan di Indonesia mempunyai peran yang vital untuk diproses kembali, baik sebagai bahan baku
dalam transportasi nasional, dengan melayani atau bahan penolong. Oleh karena itu, transaksi
sekitar 92% angkutan penumpang dan 90% yang digambarkan dalam kuadran pertama ini
angkutan barang pada jaringan jalan yang ada. disebut juga transaksi antara.
Kuadran Kedua menunjukkan permintaan akhir
METODOLOGI PENELITIAN
(final demand), merupakan penggunaan barang dan
Penelitian ini menggunakan data Tabel Input- jasa bukan untuk proses produksi digolongkan
Output tahun 2013 yang merupakan hasil kerjasama sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini
antara Badan Pusat Statistik dan Kementerian biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga,
Pekerjaan Umum. Jumlah sektor dalam Tabel konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor.
Input-Output 2013 terdiri atas 154 X 154 sektor,
Kuadran Ketiga memperlihatkan input primer
kemudian diagregasi menjadi 20 X 20 sektor untuk
sektor-sektor produksi. Input ini dikatakan primer
lebih menyederhanakannya. Keduapuluh sektor
karena bukan merupakan bagian dari output suatu
tersebut yaitu: Tanaman Bahan Makanan ,
sektor produksi seperti pada kuadran pertama dan
Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, Perikanan,
kedua. Input primer adalah semua balas jasa faktor
Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan,
produksi dan meliputi upah dan gaji, surplus usaha
Listrik, Gas dan Air Bersih, Konstruksi selain
ditambah penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Infrastruktur Jalan, Infrastruktur Jalan, Perdagangan
Besar dan Eceran, Restoran, Perhotelan, Angkutan Kuadran Keempat memperlihatkan input primer
Kereta Api, Angkutan Jalan, Angkutan Laut, yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor
Angkutan Sungai dan Danau, Angkutan Udara, Jasa permintaan akhir. Informasi di kuadran keempat ini
Penunjang Angkutan, dan Jasa-Jasa. bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam
penyusunan tabel input-output kadang-kadang
Tabel Input-Output (I-O) pada dasarnya merupakan
diabaikan.
uraian statistik dalam bentuk matriks yang
menyajikan informasi tentang transaksi barang dan Tiap kuadran dalam Tabel I-O dinyatakan dalam
jasa serta saling keterkaitan antar sektor dalam bentuk matriks, yang menunjukkan kerangka Tabel
suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu, I-O berisi uraian statistik yang menggambarkan

48 Jurnal Transportasi Darat, Volume 17, Nomor 1, Maret 2015: 45-54


transaksi barang dan jasa antar berbagai kegiatan digunakan ada yang berasal dari dalam sistem
ekonomi dalam suatu periode tertentu. Kumpulan produksi yaitu input antara dan ada input yang
sektor produksi di dalam kuadran I yang berisi berasal dari luar sistem produksi yaitu input primer.
kelompok produsen memanfaatkan berbagai
Sebagai ilustrasi Tabel I-O, diumpamakan hanya
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa
ada tiga sektor dalam suatu perekonomian yaitu
secara makro disebut sistem produksi. Sektor di
sektor produksi 1, 2, dan 3. Tabel transaksi dapat
dalam sistem produksi ini dinamakan sektor
dibuat berdasarkan ukuran 3 sektor, misalkan
endogen. Sedangkan sektor di luar sistem (jadi
penyediaan sektor (1) terdiri dari output domestik
yang di kuadran II, III, dan IV) dinamakan sektor
sektor (1) adalah sebesar X1 dan impor produksi (1)
eksogen.
adalah M1. Dari jumlah itu, sebesar x11 digunakan
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Tabel I-O sebagai input oleh sektor (1) sendiri, sebesar X12
membedakan dengan jelas antara sektor endogen oleh sektor (2) dan sebesar X13 oleh sektor (3).
dengan sektor eksogen. Output selain digunakan Sisanya sebesar F 1 digunakan untuk memenuhi
dalam sistem produksi dalam bentuk permintaan permintaan akhir (kuadran II) yang berupa
antara, juga digunakan di luar sistem produksi yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
dalam bentuk permintaan akhir. Input yang investasi dan ekspor.
Tabel 1.
Ilustrasi Tabel Input Output (3 Sektor)
Alokasi Output Permintaan Antara Penyediaan
Permintaan Akhir
Struktur Input Sektor Produksi Impor Jumlah Output
Input Antara Kuadran I Kuadran II
Sektor 1 X11 X12 X13 F1 M1 X1
Sektor 2 X21 X22 X23 F2 M2 X2
Sektor 3 X31 X32 X33 F3 M3 X3
Kuadran III
Input Primer
V1 V2 V3
Jumlah Input X1 X2 X3
Sumber: Badan Pusat Statistik

Untuk menghasilkan output X 1 , sektor (1) permintaan akhir = jumlah output + impor, atau
membutuhkan input dari sektor (1), (2) dan (3) jumlah permintaan = jumlah penyediaan.
masing-masing sebesar X11, X21 dan X31 dan input Persamaan tersebut dapat ditulis: atau dalam
primer yang diperlukan sebesar V 1. Dari cara bentuk rinci
pemasukan angka-angka menurut sistem matriks,
dapat dilihat bahwa tiap angka di setiap sel bersifat x11 + x12 + x13 + F 1 = X 1 + M 1
ganda. Misalnya di kuadran pertama yaitu transaksi x21 + x22 + x23 + F 2 = X 2 + M 2 .................. (2)
antara (permintaan antara dan input antara), tiap
angka bila dilihat secara horisontal merupakan x31 + x32 + x33 + F 3 = X 3 + M 3
distribusi output, baik yang berasal dari output Persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk
domestik maupun dari luar negeri. Pada waktu yang singkat sebagai berikut:
bersamaan bila dilihat secara vertikal merupakan 3
input dari suatu sektor yang diperoleh dari sektor X i =  xij +F - i M i ............................ (3)
lainnya. Gambaran di atas menunjukkan bahwa j=1

susunan angka-angka dalam bentuk matriks Data Tabel I-O apabila dibaca menurut kolom dari
memperlihatkan suatu aliran yang kait mengait di atas ke bawah, khususnya antara kwadran I dan III,
antara beberapa sektor. Dalam Tabel I-O ada suatu dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
patokan yang amat penting, yaitu jumlah output x11 + x21 + x31 +V 1 = X 1
suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya.
x12 + x22 + x32 +V 2 = X 2 .................. (4)
Dari Tabel I-O (3 sektor) diperoleh beberapa
hubungan persamaan sebagai berikut: x13 + x23 + x33 +V 3 = X 3
3
Secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan
 x + F = X + M ,untuk i = 1,2,3............. (1)
j=1
ij i i i
menjadi:

 x V j = X ij ,untuk
3
Secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan j = 1,2,3 .................. (5)
ij
kembali menjadi: jumlah permintaan antara + i=1

Perbandingan Multiplier Angkutan Jalan dan Infrastruktur Jalan Menggunakan Model Input-Output, Suryadi 49
XIJ adalah banyaknya output sektor i yang Pertukaran ini diawali dengan proses penawaran dan
digunakan sebagai input sektor-j permintaan. Sebagai alat bantu proses penawaran
FI adalah permintaan akhir terhadap sektor i dan permintaan yang perlu didistribusikan menuju
Xi adalah total output sektor i wilayah lain, diperlukan sarana angkutan yang
Mi adalah impor produksi i memungkinkan untuk membantu mobilitas berupa
Vj adalah input primer dari sektor j angkutan umum.
Xj adalah total input sektor j
Perpindahan manusia dan barang dari satu tempat ke
tempat lain selalu melalui jalur-jalur tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tempat asal dan tempat tujuan dihubungkan satu
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sangat sama lain dengan suatu jaringan dalam ruang.
tergantung pada tersedianya transportasi karena Jaringan tersebut berupa jaringan jalan, yang
dengan menggunakan alat transportasi dapat merupakan bagian dari sistem transportasi.
menciptakan suatu barang atau komoditi yang Transportasi merupakan hal yang penting dalam
berguna menurut waktu dan tempat. Suatu wilayah suatu sistem, karena tanpa transportasi, interaksi
tertentu bergantung pada wilayah lain. Demikian antara satu tempat dengan tempat lain
juga wilayah lain memiliki ketergantungan pada tidak terwujud secara baik. Dalam rangka
wilayah tertentu. Akibat adanya perbedaan tingkat terselenggaranya transportasi yang efektif, tentunya
pemilikan sumberdaya dan keterbatasan perlu sarana dan prasarana yang memadai. Oleh
kemampuan wilayah dalam mendukung kebutuhan karena itu diperlukan investasi untuk pembangunan
penduduk suatu wilayah, menyebabkan terjadinya infrastruktur berupa jalan.
pertukaran barang, orang dan jasa antar wilayah.

Sumber: Business Intelegence Anggaran, Tabel I-O dan BPS


Gambar 3.
Nilai Investasi Infrastruktur Jalan (dalam Triliun Rupiah) dan Laju Pertumbuhan Angkutan Jalan
(dalam Persen)
Besaran anggaran yang dikeluarkan untuk investasi Jasa transportasi diperlukan untuk membantu
infrastruktur jalan selama periode 2005-2013, jika kegiatan sektor-sektor lainnya seperti sektor
pada tahun 2005 pengeluaran untuk infrastruktur pertanian, sektor pertambangan, sektor industri,
jalan sebesar 4,89 triliun rupiah, pada tahun 2009 sektor perdagangan, sektor konstruksi dan sektor
jumlahnya meningkat hingga mencapai 19,23 triliun jasa-jasa untuk mengangkut barang dan manusia
rupiah. Namun pada tahun 2010 nilai investasi dalam kegiatan pada masing-masing sektor tersebut.
infrastruktur jalan turun menjadi 15,74 triliun rupiah. Laju pertumbuhan sektor angkutan jalan selama
Selanjutnya pada tahun 2011 dan 2012 nilai periode 2005-2013 mengalami fluktuasi dari tahun
investasi infrastruktur jalan mengalami peningkatan ke tahun. Hal ini disebabkan jasa angkutan sebagai
masing-masing sebesar 20,42 dan 21,08 triliun derived demand atau permintaan turunan, artinya
rupiah. Pada tahun 2013, investasi infrastruktur jalan permintaan jasa angkutan bertambah karena
sedikit mengalami penurunan menjadi 19,75 triliun diperlukan untuk melayani berbagai kegiatan
rupiah. Penurunan tersebut disebabkan alokasi ekonomi dan pembangunan yang meningkat.
anggaran pemerintah yang masih sangat terbatas Bertambahnya permintaan jasa angkutan adalah
serta dibarengi dengan kondisi ekonomi makro di berasal dari bertambahnya kegiatan yang berasal
Indonesia yang juga mengalami fluktuasi. dari sektor-sektor lainnya.
Infrastruktur pada dasarnya merupakan asset
pemerintah yang dibangun dalam rangka pelayanan Adanya investasi infrastruktur jalan dan
terhadap masyarakat. pertumbuhan angkutan jalan tersebut, akan

50 Jurnal Transportasi Darat, Volume 17, Nomor 1, Maret 2015: 45-54


menciptakan keterkaitan antar industri baik hulu lingkage antara sektor angkutan jalan dan
maupun hilir yang dikenal dengan backward dan infrastruktur jalan. Dimana secara total, nilai
forward lingkage atau multiplier effect. Backward multiplier angkutan jalan sebesar 2,125 sedangkan
lingkage merupakan pengaruh keterkaitan ke multiplier infrastruktur jalan sebesar 2,183. Melalui
belakang yang maksudnya adalah tingkat data ini, dapat diketahui bahwa multiplier backward
rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan lingkage infrastruktur jalan lebih besar dari
suatu industri terhadap perkembangan industri- angkutan jalan. Hal ini disebabkan infrastruktur
industri yang menyediakan input (bahan baku) bagi memegang peranan yang sangat penting untuk
industri tersebut. Forward lingkage merupakan menggerakkan roda pertumbuhan ekonomi. Hasil
pengaruh keterkaitan ke depan yaitu tingkat penelitian Permana (2009), menunjukkan bahwa
rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan infrastruktur memiliki keterkaitan ke belakang yang
suatu industri terhadap perkembangan industri- tinggi yang berarti bahwa infrastruktur lebih
industri yang menggunakan produk industri yang berperan dalam meningkatkan produksi sektor lain
pertama sebagai input (bahan baku) mereka. yang outputnya digunakan sebagai input oleh
infrastruktur.
Perhitungan multiplier backward linkage
menunjukkan perbedaan nilai multiplier backward
Tabel 1.
Nilai Multiplier Backward Linkage Angkutan dan Infrastruktur Jalan Terhadap Output

Angkutan Infrastruktur
Sektor Ekonomi
Jalan Jalan
1. Tanaman Bahan Makanan 0,031 0,029
2. Perkebunan 0,018 0,019
3. Peternakan 0,007 0,004
4. Kehutanan 0,002 0,002
5. Perikanan 0,008 0,006
6. Pertambangan dan Penggalian 0,031 0,307
7. Industri Pengolahan 0,376 0,393
8. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,019 0,015
9. Konstruksi selain Infrastruktur Jalan 0,024 0,022
10. Infrastruktur Jalan 0,000 1,000
11. Perdagangan Besar dan Eceran 0,069 0,150
12. Restoran 0,009 0,006
13. Perhotelan 0,003 0,002
14. Angkutan Kereta Api 0,000 0,000
15. Angkutan Jalan 1,024 0,029
16. Angkutan Laut 0,008 0,012
17. Angkutan Sungai dan Danau 0,005 0,001
18. Angkutan Udara 0,014 0,012
19. Jasa Penunjang Angkutan 0,008 0,011
20. Jasa-Jasa 0,468 0,161
Total 2,125 2,183
Sumber: Hasil Analisis, 2014

Dengan berkembangnya sektor angkutan jalan, besar dan eceran sebesar 0,150, jasa-jasa sebesar
akan meningkatkan sektor-sektor ekonomi lainnya 0,161 serta sektor infrastruktur jalan itu sendiri
terutama sektor industri pengolahan sebesar 0,376, sebesar 1,000. Sebagai contoh, nilai multiplier
sektor jasa-jasa sebesar 0,468, serta sektor angkutan pertambangan dan penggalian sebesar 0,307
jalan itu sendiri sebesar 1,024. Perkembangan mengandung makna bahwa apabila investasi
infrastruktur jalan mampu memacu sektor infrastruktur jalan naik sebesar satu satuan, maka
pertambangan dan penggalian sebesar 0,307, output pertambangan dan penggalian akan
industri pengolahan sebesar 0,393, perdagangan meningkat sebesar 0,307 satuan.
Perbandingan Multiplier Angkutan Jalan dan Infrastruktur Jalan Menggunakan Model Input-Output, Suryadi 51
Tabel 2.
Nilai Multiplier Forward Linkage Angkutan dan Infrastruktur Jalan Terhadap Output

Angkutan Infrastruktur
Sektor Ekonomi
Jalan Jalan
1. Tanaman Bahan Makanan 0,005 0,000
2. Perkebunan 0,013 0,000
3. Peternakan 0,017 0,000
4. Kehutanan 0,010 0,000
5. Perikanan 0,006 0,000
6. Pertambangan dan Penggalian 0,013 0,000
7. Industri Pengolahan 0,026 0,000
8. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,030 0,000
9. Konstruksi Selain Infrastruktur Jalan 0,028 0,000
10. Infrastruktur Jalan 0,029 1,000
11. Perdagangan Besar dan Eceran 0,036 0,000
12. Restoran 0,024 0,000
13. Perhotelan 0,014 0,000
14. Angkutan Kereta Api 0,022 0,001
15. Angkutan Jalan 1,024 0,000
16. Angkutan Laut 0,028 0,000
17. Angkutan Sungai dan Danau 0,025 0,000
18. Angkutan Udara 0,021 0,000
19. Jasa Penunjang Angkutan 0,013 0,002
20. Jasa-Jasa 0,017 0,000
Total 1,403 1,003
Sumber: Hasil Analisis, 2014

Perhitungan multiplier backward linkage listrik, gas dan air bersih (0,030), infrastruktur jalan
menunjukkan perbedaan nilai multiplier forward (0,029) serta sektor angkutan jalan itu sendiri
lingkage antara sektor angkutan jalan dan dengan nilai multiplier sebesar 1,024. Pada sektor
infrastruktur jalan. Secara total, nilai multiplier infrastruktur jalan, multipliernya sebesar 1,000 pada
angkutan jalan sebesar 1,403 sedangkan multiplier baris infrastruktur jalan itu sendiri, sedangkan pada
infrastruktur jalan sebesar 1,003. Melalui data sektor-sektor ekonomi lainnya pada umumnya
tersebut, dapat diketahui bahwa multiplier forward bernilai nol. Hal ini disebabkan sebagian besar
lingkage sektor angkutan jalan lebih besar dari pengeluaran untuk infrastruktur jalan dalam Tabel
infrastruktur jalan. Hal ini disebabkan peran sektor Input-Output digolongkan sebagai investasi berupa
angkutan jalan yang mencakup aktivitas masyarakat Pembentukan Modal Tetap Bruto.
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai
Dengan adanya infrastruktur jalan yang memadai,
angkutan untuk pergi bekerja, sekolah, dan kegiatan
maka akan terselenggara sistem angkutan yang
sehari-hari lainnya. Selain fungsi-fungsi di atas,
efektif dan efisien, yang dapat melayani angkutan
adanya pengangkutan juga berfungsi untuk
barang dan orang antar kota, antar daerah secara
melancarkan arus barang dan mobilitas manusia
lancar, aman, dan murah. Pergerakan barang dan
sehingga outputnya banyak digunakan oleh sektor-
orang antar kota, antar daerah dilaksanakan untuk
sektor ekonomi lainnya.
melayani kegiatan perekonomian dan pembangunan
Forward lingkage atau keterkaitan ke depan pada sektor-sektor lain di berbagai wilayah.
merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat Terdapat hubungan yang erat antara angkutan orang
keterkaitan antara suatu sektor yang menghasilkan dan barang, kegiatan perekonomian dan
output, yang digunakan sebagai input oleh sektor pembangunan, serta dimensi tata ruang wilayah.
yang lain. Melalui data tersebut sektor ekonomi Pengembangan wilayah (yang meliputi kegiatan
yang menggunakan sektor angkutan jalan sebagai perekonomian dan pembangunan) membutuhkan
inputnya dengan nilai multiplier yang besar terdapat dukungan terselenggaranya jasa angkutan yang
pada sektor perdagangan besar dan eceran (0,036), efektif dan efisien. Sebaliknya, jasa angkutan yang

52 Jurnal Transportasi Darat, Volume 17, Nomor 1, Maret 2015: 45-54


efektif dan efisien itu berfungsi sebagai penunjang SARAN
dan pendorong terhadap pengembangan wilayah.
Dengan demikian, antara sektor angkutan dan Peningkatan output sektor angkutan jalan dan
pengembangan wilayah terjadi hubungan interaktif investasi infrastruktur jalan pasti akan terkait
secara dua arah, serta saling menunjang dan saling dengan sektor lain, baik keterkaitan ke belakang
mengisi. maupun ke depan. Keterkaitan antar sektor ini
sangat penting artinya. Apabila pengambil
Tersedianya infrastruktur jalan menuju ke daerah- kebijakan ingin meningkatkan kinerja sektor-
daerah produksi akan menunjang peningkatan sektor ekonomi lainnya (backward lingkage),
produksi, yang selanjutnya dipasarkan ke daerah investasi infrastruktur jalan dapat digunakan
lainnya. Pemasaran komoditas dari daerah produksi sebagai alternatif. Namun apabila pengambil
ke daerah-daerah pasar yang tersebar dapat kebijakan ingin meningkatkan keterkaitan ke
dilaksanakan secara lancar, volume penjualan depan (forward lingkage), peningkatan output
bertambah besar, pendapatan dan keuntungan angkutan jalan dapat digunakan sebagai alternatif
produsen akan meningkat berkat adanya peran karena angkutan jalan berfungsi untuk
sektor angkutan, terutama angkutan jalan. melancarkan arus barang dan mobilitas manusia
Keuntungan produsen yang meningkat, akan sehingga outputnya banyak digunakan oleh
menunjang pengembangan kegiatan usaha di bidang sektor-sektor ekonomi lainnya.
lainnya. Pengembangan berbagai kegiatan usaha di
sektor lainnya yang semakin meningkat merupakan Peningkatan efisiensi sektor angkutan jalan dan
dampak multiplier yang berlangsung secara terus investasi infrastruktur jalan, merupakan salah
menerus. Demikian pula, tersedianya prasarana dan satu upaya untuk meningkatkan kinerja kedua
sarana angkutan yang cukup dan berkapasitas, akan sektor tersebut sehingga menghasilkan multiplier
menunjang pengembangan kegiatan-kegiatan yang lebih besar. Ada beberapa pilar yang dapat
diberbagai sektor diluar sektor angkutan. digunakan untuk memperbaiki kinerja sektor
angkutan jalan dan investasi infrastruktur jalan,
KESIMPULAN diantaranya adalah yang menyangkut manajemen,
penggunaan mesin ataupun peralatannya serta
Secara keseluruhan/total, nilai multiplier backward teknologi informasi.
lingkage angkutan jalan sebesar 2,125, sedangkan
multiplier infrastruktur jalan sebesar 2,183, dimana UCAPAN TERIMA KASIH
multiplier backward lingkage infrastruktur jalan
lebih besar dari angkutan jalan. Dengan Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
berkembangnya sektor angkutan jalan, akan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
meningkatkan sektor-sektor ekonomi lainnya penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu
Wikaningsih selaku Kasubdit. Neraca Barang, yang
terutama sektor industri pengolahan sebesar 0,376,
telah memberikan keleluasaan kepada penulis untuk
sektor jasa-jasa sebesar 0,468 serta sektor angkutan
membuat karya tulis ini. Ucapan terima kasih juga
jalan itu sendiri sebesar 1,024. Perkembangan
penulis sampaikan kepada teman-teman di Subdit.
infrastruktur jalan mampu memacu sektor
Neraca Barang dan Subdit. Neraca Jasa yang telah
pertambangan dan penggalian sebesar 0,307, memberikan dorongan, saran dan kritikannya
industri pengolahan sebesar 0,393, perdagangan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
besar dan eceran sebesar 0,150, jasa-jasa sebesar
0,161 serta sektor infrastruktur jalan itu sendiri DAFTAR PUSTAKA
sebesar 1,000.
Agustin, T., Amirotul, M.H.M., Sri, H.W. 2005.
Secara total, nilai multiplier forward lingkage Analisis Variabel Layanan Angkutan Umum Bus
angkutan jalan sebesar 1,403 lebih besar multiplier Kota Menurut Persepsi Penumpang Dengan
infrastruktur jalan sebesar 1,003. Sektor ekonomi Teknik Stated Preference (Studi Kasus Angkutan
yang menggunakan sektor angkutan jalan sebagai Umum Bus Kota di Surakarta). Jurnal Media
inputnya dengan nilai multiplier yang besar terdapat Teknik Sipil. Januari. Hal.55-60.
pada sektor perdagangan besar dan eceran (0,036), Hanum, S.Y. 2009. Sistem Informasi Transportasi dan
listrik, gas dan air bersih (0,030), infrastruktur jalan Jalur Angkutan Kota Untuk Penataan Ruang
(0,029) serta sektor angkutan jalan itu sendiri Wilayah Kota Semarang Guna Membantu
dengan nilai multiplier sebesar 1,024. Pada sektor Pengambilan Keputusan. Jurnal Dinamika
infrastruktur jalan, multipliernya sebesar 1,000 pada Informatika, Vol.1, No.1, Hal.36-46.
baris infrastruktur jalan itu sendiri, sedangkan pada Haryono, S. 2010. Analisis Kualitas Pelayanan
sektor-sektor ekonomi lainnya pada umumnya Angkutan Umum Bus Kota di Kota Yogyakarta.
bernilai nol. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.7, No.1, Hal.1-14.

Perbandingan Multiplier Angkutan Jalan dan Infrastruktur Jalan Menggunakan Model Input-Output, Suryadi 53
Maimunah, S. 2010. Peranan Infrastruktur Jalan di Provinsi Papua. Warta Penelitian Perhubungan,
Terhadap Perekonomian Regional di Indonesia. Vol.22, No.1, Hal.30-44.
Warta Penelitian Perhubungan, Vol.22, No.2,
Hal.113-133. Siswoyo, M.P. 2008. Kebijakan dan Tantangan
Pelayanan Angkutan Umum. Jurnal Teknik Sipil
Muljono, S., Max, A., Bonar, M.S., Arief, D. 2010.
& Perencanaan, Vol.10, No.2, Hal.171-180.
Dampak Pembangunan Jalan terhadap Pendapatan
Faktor Produksi Intra dan Inter Regional KBI-KTI. Sriwidodo. 2009. Evaluasi Layanan Bus Kota di Kota
Jurnal Transportasi, Vol.10, No.2, Hal.99-110. Semarang dan Yogyakarta. Jurnal Teknik Sipil
& Perencanaan, Vol.10, No.2, Hal.139-150.
Permana, C.D. 2009. Analisis Peranan dan Dampak
Investasi Infrastruktur Terhadap Perekonomian Udiana, I. M., Andre, R.S., Jusuf, J.S.P. 2014. Analisa
Indonesia: Analisis Input-Output. Fakultas Ekonomi Faktor Penyebab Kerusakan Jalan (Studi Kasus
Manajemen. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Ruas Jalan W.J. Lalamentik dan Ruas Jalan Gor
Flobamora). Jurnal Teknik Sipil, Vol.III, No.1,
Safar, A., M.Y. Jinca. Roland, B. 2010. Analisis Prioritas Hal.13-18.
Pembangunan dan Pengembangan Jaringan Jalan

54 Jurnal Transportasi Darat, Volume 17, Nomor 1, Maret 2015: 45-54

You might also like