You are on page 1of 28

PERHITUNGAN BIAYA ABSORPSI DAN BIAYA VARIABEL, SERTA

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajerial

Dosen Pengampu:

Dr. Dwiatmanto, M.Si

Disusun oleh:

Mella Rutdyana 185030201111110

Hela Mardha I. 185030201111108

Erina Tasya S.V. 185030207111104

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah akuntansi manajerial.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal untuk memenuhi tugas
mata kuliah Akuntansi manajerial. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, kami dengan terbuka menerima segala saran dan
kritik dari pembaca supaya dapat dijadikan pembelajaran bersama untuk
kedepannya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan wawasan terhadap pembaca.

Malang,23 November 2020

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akuntansi manajemen adalah ilmu akuntansi yang berorientasi
pada pertanggung jawaban kepada pihak internal. Pihak internal disini bisa
manajer, direktur, karyawan perusahaan, dll. Tentu konsep yang akan
dibahas oleh akuntansi manajemen adalah yang berkaitan tentang biaya –
biaya. Apabila kita mempelajari akuntansi manajemen kita akan
menemukan ilmu – ilmu akuntansi yang berkaitan dengan biaya, salah
satunya adalah metode perhitungan biaya absorpsi dan biaya variabel.
Dua pendekatan umum digunakan dalam perusahaan manufaktur
untuk menentukan harga produk untuk kegunaan menilai persediaan dan
harga pokok penjualan. Satu pendekatan disebut perhitungan biaya
absorpsi (absorption costing) yang biasanya digunakan pada laporan
keuangan eksternal. Pendekatan lainnya disebut biaya variabel (variable
costing), dipilih oleh beberapa manajer untuk membuat keputusan internal
dan harus digunakan apabila laporan keuangan disusun dengan format
kontribusi. Umumnya, dua pendekatan ini menghasilkan beberapa
perbedaan untuk menghasilkan net operating income dan perbedaannya
bisa lebih besar. Variable costing menetapkan baik biaya variabel maupun
biaya tetap untuk menghasilkan produk, membaurkannya menjadi satu dan
hal ini menyulitkan bagi manajer untuk membedakan keduanya. Sebagai
perbedaan, variable costing berfokus pada perilaku biaya (cost behavior)
yang dengan jelas memisahkan biaya tetap dari biaya variabel.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menghitung biaya absorpsi dan biaya variabel?
2. Bagaimana melakukan perhitungan dan pelaporan persediaan yang
melibatkan dua biaya tersebut?
3. Bagaimana analisa terhadap keputusan penentuan biaya dan
pengaruhnya terhadap persediaan dan profit?
C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Manajemen dan juga menambah wawasan dalam bidang
Akuntansi Manajemen, khususnya dalam hal :
1. Mampu menghitung biaya absorpsi dan biaya variabel
2. Mampu melakukan perhitungan dan pelaporan persediaan yang
melibatkan dua biaya tersebut
3. Mampu menganalisa terhadap keputusan penentuan biaya dan
pengaruhnya terhadap persediaan dan profit
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menghitung Biaya Absorpsi dan Biaya Variabel


1. Biaya Absorpsi (Absorption costing)
Biaya absorpsi (absorption costing) adalah metode dengan
memperlakukan semua biaya produksi sebagai biaya produk, tanpa
membedakan apakah biaya itu variabel atau tetap. Dengan demikian
biaya produk per unit terdiri atas direct material, direct labor, dan
overhead pabrik baik tetap maupun variabel. Jadi perhitungan
absorption costing mengalokasikan sebagian dari overhead pabrik
tetap ke dalam tiap unit prduk. Karena perhitungan absorption costing
melibatkan semua biaya produksi, metode ini sering disebut sebagai
full cost method.
Kegunaan full costing adalah untuk :
- Menyajikan perhitungan laba rugi untuk pihak luar (pemegang
saham, kreditur, dll)
- Menentukan kinerja divisi pabrik, pemasaran, dan divisi
administrasi
- Memisahkan beban (expenses) menurut fungsi manajemen

2. Biaya Variabel (Variable costing)


Biaya variabel (variable costing) adalah hanya sebuah biaya
produksi yang berubah – ubah sesuai dengan output yang diperlakukan
sebagai biaya produk. Termasuk di dalamnya direct material, direct
labor, dan overhead pabrik variabel. Biaya overhead tetap tidak
diperlakukan sebagai biaya produk dalam metode ini. Sebaliknya,
biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai biaya periodik
seperti beban administrasi dan penjualan. Beban tersebut dibebankan
secara utuh kedalam pendapatan setiap periodenya. Konsekuensinya,
biaya per unit produk dalam persediaan atau harga pokok penjualan
dalam metode variable costing tidak mengandung elemen biaya
overhead tetap. Perhitungan variable costing sering disebut sebagai
direct costing atau marginal costing.
Kegunaan variabel costing adalah untuk :
- Membebankan seluruh biaya tetap kepada perhitungan laba rugi
- Perencanaan laba
- Pengambilan keputusan reduksi biaya
- Memisahkan beban (expenses) menurut perilaku biaya
- Memudahkan menyusun laba rugi segmen tingkat unit, tingkat
batch, tingkat produksi.

3. Perbedaan atau Pengaruh Penggunaan pada Perhitungan Biaya


Absorpsi (absorption costing) dengan Biaya Variabel (variable
costing)
Perbedaan penting antara absorption costing dan variable costing
adalah perlakuan untuk biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan untuk
biaya lainnya diperlakukan sama. Dalam absorption costing, biaya
tetap overhead pabrik dimasukkan dalam perhitungan nilai produksi
pada akun work in process. Ketika unit tersebut selesai dikerjakan dan
nilainya ditransfer ke unit finished goods dan hanya saat terjadi
penjualan, aliran biaya ini muncul pada Income Statement sebagai cost
of goods sold. Dalam variable costing, biaya tetap overhead pabrik
diperlakukan sebagai biaya periodik sama seperti selling dan
administrative expense, dan akan langsung masuk dalam Income
Statement sebagai biaya periodik.
Jadi, jika kita menggunakan metode variable costing maka biaya
tetapnya hanya pada periode berjalan saja sedangkan jika
menggunakan metode absorption costing maka biaya tetap yang
sebelumnya telah mengalami proses pada periode sebelumnya akan
diakumulasikan kembali pada periode berjalan karena pada metode ini
beranggapan bahwa persediaan awal pada periode berjalan telah
mengalami proses produksi pada periode sebelumnya dan itu harus
diperhitungkan pada periode berjalan.
Berikut ini adalah klasifikasi biaya sebagai biaya produk atau
periode menurut perhitungan biaya variabel dan absorpsi :

Perhitungan Biaya Absorpsi Perhitungan Biaya Variabel


Biaya Produk - Bahan baku langsung - Bahan baku langsung
- Tenaga kerja langsung - Tenaga kerja langsung
- Overhead variabel - Overhead variabel
- Overhead tetap
Biaya Periode - Beban penjualan - Overhead tetap
- Beban administrasi - Beban Penjualan
- Beban Administrasi

Untuk mengilustrasikan perbedaan antara absorption costing dan


variable costing, perhatikan contoh data keuangan suatu perusahaan
yang memproduksi lampu pesawat sebagai berikut :

Per Pesawat Per Bulan


Harga jual $ 100.000
Direct material $ 19.000
Direct labor $ 5.000
Overhead pabrik variabel $ 1.000
Overhead pabrik tetap $ 70.000
Selling dan administrative
$ 10.000
expense variable
Selling dan administrative
$ 20.000
expense variable
Januari Februari Maret
Persediaan awal 0 0 1
Unit yang diproduksi 1 2 2
Unit yang terjual 1 1 3
Persediaan akhir 0 1 0

a. Absorption Costing Income Statement


Untuk menyusun absorption costing income statement pada
bulan Januari, Februari dan Maret kita perlu untuk menentukan
biaya produksi per unit, COGS, dan selling and administrative
expense untuk masing – masing bulan.
Biaya produksi dari absorption costing dapat dihitung sebagai
berikut :

Absorption Costing Biaya Produksi per Unit


Januari Februari Maret
Direct material $ 19.000 $ 19.000 $ 19.000
Direct labor $ 5.000 $ 5.000 $ 5.000
Overhead pabrik variabel $ 1.000 $ 1.000 $ 1.000
Overhead pabrik tetap
($70.000 dibagi 1 unit di
$ 70.000 $ 35.000 $ 35.000
Januari, 2 unit di Februari
dan Maret)
Absorption costing biaya
$ 95.000 $ 60.000 $ 60.000
produk per unit

Berdasarkan biaya produksi per unit di atas, maka COGS


berdasarkan absorption costing adalah sebagai berikut :

Absorption Costing Cost of Good Sold


Januari Februari Maret
Biaya produksi per unit (a) $ 95.000 $ 60.000 $ 60.000
Unit yang terjual (b) 1 1 2
COGS absorption costing (a
$ 95.000 $ 60.000 $ 180.000
x b)

Perusahaan akan menghitung selling dan administrative


expense sebagai berikut :

Selling dan Administrative Expense


Januari Februari Maret
Selling dan administrative
$ 10.000 $ 10.000 $ 30.000
expense variabel
Selling dan administrative
$ 20.000 $ 20.000 $ 20.000
expense tetap
Total selling dan
$ 30.000 $ 30.000 $ 50.000
administrative expense

Sehingga absorption costing Income Statement adalah sebagai


berikut :

Absorption Costing Income Statement


Januari Februari Maret
Penjualan $ 100.000 $ 100.000 $ 300.000
COGS $ 95.000 $ 60.000 $ 180.000
Gross margin $ 5.000 $ 40.000 $ 120.000
Selling dan administrative
$ 30.000 $ 30.000 $ 50.000
expense
Net operating income (loss) ($ 25.000) $ 10.000 $ 70.000

b. Variable Costing Contibution Format Income Statement


Untuk menyusun variable costing Income Statement, kita harus
menghitung biaya produksi per unit. Dalam variable costing,
biaya produksi hanya terdiri atas biaya variabel. Biaya produksi
variabelnya per unit adalah $ 25.000 yang terdiri atas :

Biaya Produksi Variable Costing per Unit


Direct material $ 19.000
Direct labor $ 5.000
Overhead pabrik variabel $ 1.000
Total biaya produksi variabel per unit $ 25.000
Karena setiap bulan biaya variabelnya adalah $ 25.000, maka
biaya variabel harga pokok penjualan untuk tiga bulan tersebut
adalah sebagai berikut :

Variable Costing Cost of Good Sold


Januari Februari Maret
Biaya produksi per unit (a) $ 25.000 $ 25.000 $ 25.000
Unit yang terjual (b) 1 1 2
COGS variable costing (a x
$ 25.000 $ 25.000 $ 75.000
b)

Total selling dan administrative expense dapat dihitung sebagai berikut :

Selling dan Administrative Expense


Januari Februari Maret
Selling dan administrative
$ 10.000 $ 10.000 $ 30.000
expense variabel
Selling dan administrative
$ 20.000 $ 20.000 $ 20.000
expense tetap
Total selling dan
$ 30.000 $ 30.000 $ 50.000
administrative expense
Variable costing Income Statement untuk periode Januari, Februari, dan Maret
menggunakan format kontribusi sebagai berikut :

Variable costing Contribution Income Statement


Januari Februari Maret
Penjualan $ 100.000 $ 100.000 $ 300.000
Variable expense :
Variable COGS $ 25.000 $ 25.000 $ 75.000
Variable Selling dan
$ 10.000 $ 10.000 $ 30.000
administrative expense
Total variable expense $ 35.000 $ 35.000 $ 105.000
Contribution margin $ 65.000 $ 65.000 $ 195.000
Fixed expense :
Fixed overhead pabrik $ 70.000 $ 70.000 $ 70.000
Fixed selling dan
$ 20.000 $ 20.000 $ 20.000
administrative expense
Total fixed expense $ 90.000 $ 90.000 $ 90.000
Net operating income (loss) ($ 25.000) ($ 25.000) $ 105.000

Format dari absorption costing Income Statement dan variable costing


Income Statement adalah berbeda. Dalam absorption costing Income Statement,
biaya dikategorikan menurut fungsinya yaitu manufaktur dengan selling dan
administrative expense. Semua manufakturing cost adalah COGS dalam
absorption costing dan semua selling dan administrative expense dipisahkan
menjadi biaya periodik. Hal ini berbeda dengan pendekatan kontribusi
berdasarkan variable costing yang mengelompokkan biaya berdasarkan
bagaimana mereka memilikinya. Semua biaya variabel disatukan dan semua biaya
tetap juga disajikan.

B. Kasifikasi Biaya Produk atau Periode menurut Biaya Variabel dan


Absorpsi

Berikut ini adalah klasifikasi biaya sebagai biaya produk atau


periode menurut perhitungan biaya variabel dan absorpsi:
Perhitungan Biaya Absorpsi Perhitungan Biaya Variabel

Biaya Produk Bahan Baku Langsung Bahan baku langsung

Tenaga kerja langsung Tenaga Kerja Langsung

Overhead variabel Overhead Variabel

Overhead tetap

Biaya Periode Beban Penjualan Overhead Tetap

Beban Administrasi Beban penjualan

Beban Administrasi
Contoh Penilaian Persediaan
Fairchild Company memiliki data berikut yang berkaitan dengan
penilaian persediaannya:

Unit persediaan awal


unit yang diproduksi 10.000
Unit yang dijual ($300 per unit) 8.000
Volume Normal 10.000
Biaya Variabel per unit:
Bahan baku langsung $  50
Tenaga kerja langsung $ 100
Overhead Variabel* $  50
Penjualan dan administrasi variabel $  10
Biaya
Tetap:
Overhead Tetap* $ 250.000
Penjualan dan administrasi Tetap $ 100.000

*Overhead yang diestimasi dan actual sama jumlahnya

Perhitungan biaya variabel hanya menginventarisasi biaya


manufaktur variabel, sehingga biaya setiap unit produk Fairchild
adalah $200. Perhitungan biaya absorpsi mencakup semua biaya
manufaktur sehingga biaya setiap unit produk adalah $225. Berikut
adalah perhitungannya:

Perhitungan Perhitungan
Biaya Variabel Biaya Absorpsi
$ 50
Bahan Baku Langsung $ 50
100
Tenaga Kerja Langsung 100
50
Overhead Variabel 50
25
Overhead Tetap ($250.000/10.000) -

Total Biaya Per Unit $200 $225


Perbedaaan biaya per unit mempengaruhi nilai yang disajikan di
neraca, karena pada perhitungan biaya Variabel, biaya yang muncul di
neraca pada persediaan akhir hanya memperhitungkan Biaya Bahan
Baku Langsung, Tenaga Kerja Langsung, dan Overhead Variabel.
Sedangkan pada Perhitungan biaya absorpsi, biaya yang muncul pada
persediaan akhir memperhitungkan Bahan Baku Langsung, Tenaga
Kerja Langsung, Overhead Variabel, dan Overhead Tetap. Jadi, biaya
per unit produk menurut perhitungan biaya absorpsi selalu lebih besar
dari pada menurut perhitungan biaya variabel.

Laporan Laba Rugi: Analisis dan Rekonsiliasi

Karena biaya produk per unit merupakan dasar bagi perhitungan


harga pokok penjualan, maka metode perhitungan biaya variabel dan
absorpsi dapat mengakibatkan angka laba bersih yang berbeda.
Perbedaan tersebut terjadi karena jumlah overhead tetap yang diakui
sebagai beban pada kedua metode. Contoh berikut pada Fairchild
company.

Fairchild Company

Laporan Laba Rugi Menurut Perhitungan Biaya Variabel

Penjualan $ 2.400.000

Dikurangi beban Variabel:

Harga pokok penjualan Variabel $ 1.600.000

Penjualan dan administrasi variabel $ 80.000 $ 1.680.000

Margin kontribusi $ 720.000

Dikurangi beban tetap:


overhead tetap $ 250.000

Penjualan dan administrasi tetap $ 100.000 $ 350.000

Laba Bersih $ 370.000

Fairchild Company

Laporan Laba Rugi Menurut Perhitungan Biaya Absorpsi

Penjualan $ 2.400.000

Dikurangi: Harga Pokok


Penjualan $ 1.800.000

Margin Kotor $ 600.000

Dikurangi: Beban Penjualan dan


Administrasi $ 180.000

Laba Bersih $ 420.000

Laba perhitungan biaya absorpsi lebih tinggi $50.000


dibandingkan laba perhitungan biaya variabel. Hal ini karena adanya
sebagian dari overhead tetap periode tersebut yang masuk ke dalam
persediaan apabila perhitungan biaya absorpsi digunakan. Penjualan,
beban pemasaran, dan beban administrasi selalu sama.

Hubungan Antar Produksi, Penjualan dan Laba

No. JIKA MAKA

1 Produksi > Penjualan Laba Bersih Absorpsi > Laba Bersih Variabel

2 Produksi <> Laba Bersih Absorpsi <>

3 Produksi = Penjualan Laba Bersih Absorpsi = Laba Bersih Variabel


Contoh perhitungan berdasarkan pada data operasi Belnip, Inc. pada tahun
2004, 2005, dan 2006.

Biaya Variabel Per


Unit:

Bahan Baku Langsung $4,00

Tenaga Kerja Langsung $1,50

Overhead Variabel (Estimasi dan


Aktual) $0,50

Penjualan dan Administratif Variabel $0,25

Harga Jual Per Unit $10

Beban Penjualan dan Administrasi Tetap (per tahun) $50.000

Overhead Tetap (estimasi dan Aktual) per tahun $150.000

2004 2005 2006

Persediaan Awal -- -- 50.000

Produksi 150.000 150.000 150.000

Penjualan 150.000 100.000 200.000

Persediaan Akhir -- 50.000 --

Laporan Laba Rugi Menurut Perhitungan Biaya Variabel:

2004 2005 2006

Penjualan $ 1.500.000 $ 1.000.000 $ 2.000.000

Dikurangi beban Variabel:

Harga pokok penjualan Variabel1 $ (900.000) $ (600.000) $ (1.200.000)


Penjualan dan administrasi
variabel2 $ (37.500) $ (25.000) $ (50.000)

Margin
kontribusi $ 562.500 $ 375.000 $ 750.000

Dikurangi beban tetap:

overhead tetap $ (150.000) $ (150.000) $ (150.000)

Penjualan dan administrasi tetap $ (50.000) $ (50.000) $ (50.000)

Laba Bersih $ 362.500 $ 175.000 $ 550.000

2004 2005 2006

¹ Persediaan awal $ - $ - $ 300.000

Harga pokok produksi


variabel $ 900.000 $ 900.000 $ 900.000

Barang yang tersedia $1.200.00


untuk dijual $ 900.000 $ 900.000 0

dikurangi: persediaan $
akhir $ - (300.000) $ -

Harga pokok penjualan $1.200.00


variabel $ 900.000 $ 600.000 0

Unit yang
² terjual 150.000 100.000 200.000

Cost per unit $ 0,25 $ 0,25 $ 0,25

Penjualan dan $ 37.500,0 $ 25.000,0 $ 50.000,0


Administrasi variabel 0 0 0
Laporan laba rugi perhitungan biaya absorpsi:

2004 2005 2006

$1.000.00
Penjualan $ 1.500.000 0 $2.000.000

$(1.050.000 $(700.000 $(1.400.000


Dikurangi: harga pokok penjualan¹ ) ) )

Margin kotor $ 450.000 $ 300.000 $ 600.000

Dikurangi: Beban penjualan dan


Administratif $ (87.500) $ (75.000) $(100.000)

Laba Bersih $ 362.500 $ 225.000 $ 500.000

¹ Persediaan awal $ - $ - $ 350.000

$ $1.050.00 $1.050.00
Harga pokok produksi 1.050.000 0 0

$ $1.050.00 $1.400.00
barang yang tersedia untuk dijual 1.050.000 0 0

Dikurangi: Persediaan
akhir $ - $(350.000) $ -

$ $1.400.00
Harga Pokok penjualan 1.050.000 $ 700.000 0

Kunci untuk menjelaskan perbedaan laba tersebut adalah


analisis arus overhead tetap. Perhitungan biaya variabel selalu
mengakui total overhead tetap periode sebagai beban. Di lain pihak,
perhitungan biaya absorpsi hanya mengakui overhead tetap yang ada
pada unit-unit yang terjual. Apabila jumlah produksi berbeda dari yang
terjual, overhead tetap mengalir keluar atau kedalam persediaan.
Apabila jumlah overhead tetap dalam persediaan meningkat, maka laba
perhitungan menurut biaya absorpsi lebih besar daripada laba menurut
perhitungan biaya variabel dengan menghitung kenaikan bersih.
Perubahan dalam overhead tetap dalam persediaan adalah tepat sama
dengan selisih diantara kedua laba. Selisih antara laba bersih menurut
penghitungan biaya absorpsi dan penghitungan biaya variable; dapat
dinyatakan sebagai :
Laba menurut penghitungan biaya absorpsi - laba menurut biaya
variabel = tarif overhead tetap x (unit yang diproduksi – unit yang
terjual)
Contoh rekonsiliasi perhitungan biaya variabel dan absorpsi
adalah:

2004 2005 2006


Laba bersih
Perhitungan Biaya absorpsi $362.500 $225.000 $500.000
Perhitungan biaya variabel $362.500 $175.000 $550.000
Selisih $0 $50.000 -$50.000
Penjelasan:
Unit yang diproduksi 150.000 150.000 150.000
Unit yang terjual 150.000 100.000 200.000
Perubahan dalam persediaan 0 50.000 -50.000
Tarif overhead tetap x $1 x $1 x $1
Selisih yang dijelaskan* $0 $50.000 -$50.000

Perlakuan Overhead Tetap Pada Perhitungan Biaya Absorpsi

Menurut penghitungan biaya absorpsi, overhead tetap harus


dibebankan ke unit yang diproduksi. Hal ini menciptakan 2 masalah.
Pertama, bagaimana kita mengkonversi overhead pabrik yang
dibebankan berdasarkan jam tenaga kerja langsung atau jam mesin
terhadap overhead pabrik yang ditetapkan untuk unit-unit yang
diproduksi? Kedua, apa yang dilakukan apabila overhead pabrik yang
actual tidak sama dengan overhead pabrik yang dibebankan?
Masalah pertama dapat diatasi dengan mudah, misalkan
overhead pabrik ditetapkan atas dasar jam tenaga kerja langsung.
Dibutuhkan 0,25 jam tenaga kerja langsung untuk memproduksi 1 unit.
Tarif overhead pabrik tetap adalah $12/jam tenaga kerja langsung maka
overhead tetap/unit adalah $3 (0,25 x 12 jam).
Solusi untuk masalah kedua kita harus menghitung overhead
tetap yang ditetapkan dan membebankannya kepada unit yang
diproduksi. Apabila kelebihan atau kekurangan overhead yang
ditetapkan tidak material, maka akan ditutup dalam harga pokok
penjualan. Apabila jumlah yang ditetapkan terlalu tinggi atau terlalu
rendah itu materil maka kelebihan atau keuntungan tersebut
dialokasikan diantara barang dalam proses, barang jadi, dan harga
pokok penjualan.

Perhitungan Biaya Variabel Dan Evaluasi Kinerja Manajer

Secara umum, apabila kinerja laba diharapkan untuk


mencerminkan kinerja manajerial, maka manajer berhak untuk
mengharapkan berlakunya hal-hal berikut ini:
1. Ketika pendapatan penjualan meningkat dari satu period eke
periode berikutnya, sementara factor-faktor lainnya tetap maka
laba akan meningkat.
2. Ketika pendapatan penjualan menurun dari satu periode ke periode
berikutnya, sementara factor-faktor lainnya tetap, maka laba akan
menurun.
3. Ketika pedapatan penjualan tidak berubah dari satu periode ke
periode berikutnya, sementara factor-faktor lainnya, maka laba
akan tidak berubah
Laba menurut perhitungan biaya variabel selalu mengikuti
hubungan antara penjualan dengan laba. Contoh pada Myers., Inc.
memiliki data operasi selama dua tahun adalah sebagai berikut:

2005 2006

Biaya manufaktur variabel per unit $10 $10

Produksi (Unit yang diproyeksi dan actual) 10.000 5.000

Unit yang terjual ($25 per unit) 5.000 10.000

Overhead tetap (estimasi dan actual) $100.000 $100.000

Biaya produk menurut perhitungan biaya variabel adalah $10


per unit kedua tahun. Sedangkan menurut perhitungan biaya absorpsi
$20 per unit tahun 2005(10 + [$100.000/10.000]) dan $30 per unit
tahun 2006 (10 + [$100.000/5.000). Penjualan meningkat dari 5.000
menjadi 10.000 unit. Biaya tetap, biaya manufaktur variabel per unit,
dan ahrga jual per unit sama untuk kedua periode. Laporan laba rugi
adalah sebagai berikut:

Laba Menurut Perhitungan Biaya Variabel

2005 2006

Penjualan $ 125.000 $ 250.000

Dikurangi beban Variabel:

Harga pokok penjualan Variabel¹ $ (50.000) $ (100.000)

Margin kontribusi $ 75.000 $ 150.000

Dikurangi beban tetap:

overhead tetap $ (100.000) $ (100.000)


Laba (Rugi) Bersih $ (25.000) $ 50.000

Laba Menurut Perhitungan Biaya Absorpsi

2004 2005

Penjualan $ 125.000 $ 250.000

$ (250.000
Dikurangi: harga pokok penjualan² $ (100.000) )

Laba Bersih $ 25.000 $ -

¹ $10 x 5.000 (thun 2005) dan 10.000 (thun 2006)

² Persediaan awal $0 $100.000

$200.00
Harga pokok produksi 0 $150.000

$200.00
Barang yang tersedia untuk dijual 0 $250.000

-
$100.00
Dikurangi: persediaan akhir 0 $0

$100.00
Harga pokok penjualan 0 $250.000

Menurut perhitungan biaya variabel, laba meningkat sebesar


$75.000 sedangkan menurut perhitungan biaya absorpsi laba bersih turun
$25.000, meski penjualan meningkat. Hal ini berarti bahwa perhitungan
biaya variabel yang mampu menunjukan kenaikan laba sehubungan
dengan perbaikan kinerja penjualan.
C. PEMILIHAN METODE BIAYA
1. Analisis Absorption Costing dan Variabel Costing
Absorption costing Income Statement akan membingungkan dan mudah
untuk menyebabkan kesalahan interpretasi. Perbedaan laba operasi neto
antara bulan Januari dan Februari, bukan merupakan hasil dari efisiensi
operasi, namun karena jumlah unit yang diproduksi lebih besar
dibandingkan jumlah unit yang dijual sehingga biaya overhead tetapnya
ditangguhkan (deferred) menjadi persediaan pada bulan Februari. Biaya
tersebut tidak hilang, namun hanya akan disajikan pada periode berikutnya
ketika persediaan berkurang jumlahnya. Hal tersebut tidak terlihat apabila
kita memperhatikan absorption costing Income Statement. 
Variable costing Income Statement sangat jelas dan mudah untuk
dipahami. Apabila penjualan meningkat, maka laba operasi neto juga akan
meningkat, begitu juga halnya jika penjualan menurun, laba operasi neto
juga akan menurun. Jika penjualan tetap, maka Laba operasi netonya juga
akan tetap. 
Untuk menghindari kesalahan pada saat menggunakan absorption costing,
pembaca laporan keuangan harus waspada terhadap perubahan tingkat
persediaan. Jika persediaan meningkat, maka biaya overhead tetapnya akan
ditangguhkan (deferred) menjadi persediaan, dan efeknya akan menaikkan
laba operasi neto. Jika persediaan menurun, biaya overhead tetapnya akan
dilepas (released) dari persediaan, sehingga menurunkan laba operasi neto.
Oleh karena itu, ketika menggunakan absorption costing, perubahan laba
operasi neto lebih dihasilkan oleh perubahan persediaan dari pada
perubahan penjualan.
2. Analisis CVP (Cost Volume Profit) dan Absorption costing
CVP analisis dibutuhkan untuk memisahkan biaya menjadi komponen tetap
dan variabel. Karena variable costing Income Statement mengkategorikan
biaya sebagai tetap dan variabel, hal tersebut lebih mudah digunakan untuk
menggunakan forma Income Statement untuk menujukkan analisis CVP
daripada menggunakan format absorption costing yang menggabungkan
biaya tetap dengan biaya variabel.
Laba operasi dari absorption costing belum tentu sama dengan hasil dari
analisis CVP. Contohnya dalam menghitung tingkat penjualan agar
menghasilkan profit $ 105.000, maka dapat dihitung tingkat penjualan
sebagai berikut: 
Sales (a) $100.000
Contibution Margin (b)   $65.000
Contribution margin ratio (b : a)         65%
Total fixed expense   $90.000
Target penjualan untuk mencapai target profit = Target Profit+Fixed Cost 
     Contribution Margin Ratio
 
Target penjualan untuk mencapai target profit = ($105.000 + $90.000) : 0,65 =
$300.000
Berdasarkan data perhitungan di atas, analisis CPV berdasarkan variable costing
Income Statement bulan Januari memprediksikan laba operasi neto $105.000 pada
tingkat penjualan $300.000. Sedangkan berdasarkan absorption costing tidak
sebesar $105.000 walaupun penjualannya sebesar $300.000. Hal tersebut terjadi
karena berdasarkan metode absorption costing, laba operasi neto terpengaruh oleh
perubahan persediaan sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Pelaporan Eksternal dan Pajak Penghasilan


Absorption costing dibutuhkan untuk pelaporan eksternal. Perusahaan berupaya
untuk menggunakan variable costing pada laporan keuangan eksternal dapat
beresiko karena auditor tidak dapat menerima laporan keuangan yang tidak sesuai
dengan IFRS maupun GAAP. Sesuai peraturan pajak di US, bentuk absorption
costing harus digunakan pada saat mengisi formulir pajak. Kebanyakan negara di
Asia juga membutuhkan perhitungan berdasarkan absorption costing untuk
kebutuhan pajak. Walaupun perusahaan harus menggunakan absorption costing
untuk pelaporan eksternalnya, manajer dapat menggunakan variable costing
Income Statement untuk pelaporan internal. Tidak ada masalah akuntansi yang
dihasilkan dari penggunaan kedua metode tersebut. Penyesuaian dari laba operasi
neto variable costing menjadi laba operasi neto absorption costing dapat dengan
mudah dihasilkan pada akhir periode akuntansi.
Kelebihan Variable Costing dan Absorption Costing
Walaupun pendekatan absorption costing digunakan untuk pelaporan eksternal,
variable costing dengan laporan keuangan format kontribusi merupakan alternatif
bagi pelaporan internal. Keuntungan dari variable costing adalah sebagai berikut:

 Data yang dibutuhkan untuk analisis CPV dapat diambil langsung dari
laporan keuangan format kontribusi. Data tersebut tidak terdapat dalam
laporan keuangan dengan pendekatan absorption costing.
 Dengan variable costing, jumlah profit dalam periode tidak dipengaruhi
oleh perubahan persediaan. Apabila hal lainnya sama (selling price, costs,
sales mix , dll), profit bergerak kearah yang sama dengan penjualan ketika
menggunakan variable costing.
 Manajer sering mengasumsikan bahwa biaya produksi per unit adalah
biaya variabel itu sendiri. Hal ini merupakan masalah apabila
menggunakan absorption costing karena unit yang diproduksi merupakan
kombinasi antara biaya tetap dan variabel. Berdasarkan variable costing,
biaya produksi per unit tidak terdiri dari biaya tetap.
 Hasil dari biaya tetap pada profit dapat ditekan melalui metode variable
costing  dan pendekatan kontribusi. Total biaya tetap muncul secara
eksplisit pada Income Statement menyoroti bahwa jumlah biaya tetap
harus ditutup oleh perusahaan sehingga benar–benar menguntungkan.
Dengan absorption costing, biaya tetap bercampur dengan biaya variabel
dan bersatu menjadi COGS dan persediaan akhir.
 Data variable costing memudahkan untuk mengestimasi profit dari suatu
produk, pelanggan,dan segmen bisnis lainnya. Dengan absorption costing,
keuntungan dikaburkan oleh alokasi biaya tetap.
 Variable costing mengikat dengan metode cost control seperti standar cost
dan anggaran fleksibel.
 Laba operasi neto dari variable costing lebih mendekati arus bersih neto
dibandingkan laba operasi neto dari absorption costing. Hal ini penting
bagi perusahaan dengan masalah aruskas potensial. 
Absorption costing lebih atraktif bagi beberapa akuntan dan manajer karena
mereka percaya lebih baik menandingkan biaya dengan pendapatan. Pendukung
absorption costing berpendapat bahwa semua biaya manufaktur harus ditugaskan
untuk memproduksi dalammembandingkan biaya produksi per unit dengan
pendapatan ketika mereka terjual. Biaya tetap seperti penyusutan, pajak asuransi,
gaji supervisor, dan sebagainya pada dasarnya untuk menghasilkan produk sama
halnya dengan biaya variabel. 
Pendukung variable costing berpendapat bahwa biaya tetap manufaktur bukanlah
biaya bagi masing–masing unit yang diihasilkan. Biaya ini dikeluarkan agar
mencapai kapasitas dalam menghasilkan produk selama periode dan dikeluarkan
walaupun tidak menghasilkan apa –apa selama periode tersebut. Walaupun unit
dihasilkan atau tidak, biaya tetap manufaktur akanmemiliki jumlah yang sama.
 Absorption costing lebih umum diterima untuk mempersiapkan laporan keuangan
eksternal dan pengembalian pajak penghasilan. Mungkin dikarenakan biaya dan
masalah yang didapat untuk mempertahankan pembagian sistem biaya yaitu satu
untuk pelaporan eksternal dan satu lagi untuk pelaporan internal, kebanyakan
perusahaan menggunakan absorption costing baik untuk pelaporan eksternal dan
internal.
Impact of Lean Production
Laba operasi neto absorption costing bisa saja tak menentu, kadang–kadang
bergerak dalam arah yang berlawanan dari pergerakan penjualan. Ketika
perusahaan menggunakan metode Lean Production, masalah ini akan berkurang.
Dengan metode Lean Production, barang diproduksi sesuai pesanan dan
tujuannya untuk mengeliminasi persediaan barang jadi sepenuhnya dan
mengurangi persediaan work in process sampai hampir habis. Jika persediaan
sangat sedikit, dan perubahan persediaan sangat kecil, baik variable costing dan
absorption costing akan menunjukkan laba operasi neto yang sama. Dengan
persediaan yang sangat sedikit, laba operasi neto dari absorption costing akan
bergerak ke arah yang sama dengan penjualan. Biaya per unit produksi akan tetap
berbeda antara absorption costing dengan variable costing. Tetapi dengan Lean
Production, perbedaan tersebut akan segera hilang.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dua pendekatan umum digunakan dalam perusahaan manufaktur untuk


menentukan harga produk untuk kegunaan menilai persediaan dan harga pokok
penjualan.
1. Absorption costing
Absorption costing memperlakukan semua biaya produksi sebagai biaya
produk, tanpa membedakan apakah biaya itu variabel atau tetap. Dengan
demikian biaya produk per unit terdiri atas direct material, direct labor,
dan overhead pabrik baik tetap maupun variabel. Karena perhitungan
absorption costing melibatkan semua biaya produksi, metode ini sering
disebut sebagai  full cost method.
2. Variable costing
Dalam variable costing, hanya biaya produksi yang berubah–ubah sesuai
dengan output yang diperlakukan sebagai biaya produk. Termasuk di
dalamnya direct material, direct labor, dan overhead pabrik variabel.
Biaya overhead tetap tidak diperlakukan sebagai biaya produk dalam
metode ini. Perhitungan variable costing sering disebut sebagai direct
costing atau marginal costing.
Dua model income statement dari kedua metode tersebut adalah :

 Absorption Costing Income Statement 


Untuk menyusun absorption costing Income Statement pada bulan
Januari, Februari dan Maret, kita perlu untuk menentukan biaya
produksi per unit, COGS, dan selling dan administrative expense
untuk masing–masing bulan. 

 Variabel Costing Contribution Format Income Statement


Variabel costing income statement untuk Januari, Februari, dan
Maret menggunakan format kontribusi sebagai berikut:
Walaupun pendekatan absorption costing digunakan untuk pelaporan eksternal,
variable costing dengan laporan keuangan format kontribusi merupakan alternatif
bagi pelaporan internal. Keuntungan dari variable costing adalah sebagai berikut:
1. Data yang dibutuhkan untuk analisis CPV dapat diambil langsung dari laporan
keuangan format kontribusi. Data tersebut tidak terdapat dalam laporan keuangan
dengan pendekatan absorption costing.
2. Dengan variable costing, jumlah profit dalam periode tidak dipengaruhi oleh
perubahan persediaan. Apabila hal lainnya sama (selling price, costs, sales mix,
dll), profit bergerak ke arah yang sama dengan penjualan ketika menggunakan
variable costing.
3. Manajer sering mengasumsikan bahwa biaya produksi per unit adalah biaya
variabel itu sendiri. Hal ini merupakan masalah apabila menggunakan absorption
costing karena unit yangdiproduksi merupakan kombinasi antara biaya tetap dan
variabel. Berdasarkan variable costing, biaya produksi per unit tidak terdiri dari
dari biaya tetap.
4. Hasil dari biaya tetap pada profit dapat ditekan melalui metode variable costing
dan pendekatan kontribusi. Total biaya tetap muncul secara eksplisit pada Income
Statement, menyoroti bahwa jumlah biaya tetap harus ditutup oleh perusahaan
sehingga benar–benar menguntungkan. Dengan absorption costing, biaya tetap
bercampur dengan biaya variabel dan bersatu menjadi COGS dan persediaan
akhir.
5. Data variable costing memudahkan untuk mengetimasi profit dari suatu
produk, pelanggan, dan segmen bisnis lainnya. Dengan absorption costing,
keuntungan dikaburkan oleh alokasibiaya tetap.
6. Variable costing mengikat dengan metode cost control seperti standar cost dan
anggaran fleksibel.
7. Laba operasi neto dari variable costing lebih mendekati arus bersih neto
dibandingkan laba operasi neto dari absorption costing. Hal ini penting bagi
perusahaan dengan masalah arus kas potensial.
DAFTAR PUSTAKA

Garrison, Ray H., et.al. 2015. Managerial Accounting. Second Asia Global
Edition. Mcgraw-Hill Compabies.

You might also like