Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN MODUL 4 Prak Tulang Shinta Shilkiaturrahma - 211FF03124
LAPORAN MODUL 4 Prak Tulang Shinta Shilkiaturrahma - 211FF03124
SISTEM LOKOMOTORIUS
Disusun oleh :
Shinta shilkiaturrahma_211FF03124
2022
1. Tujuan
2. Prinsip
Sistem lokomotorius adalah sistem yang dapat menggerakan tubuh. Sistem ini terdiri dari
sistem skelet dan sistem otot. Sistem skelet meliputi semua tulang termasuk tulang rawan.
Sistem otot merupakan sistem penggerak yang terdiri dari otot skelet, otot polos dan otot
jantung.
Pertumbuhan tulang dan otot mengakibatkan badan menjadi lebih tinggi dan lebih besar.
Gerakan tubuh disebabkan oleh peristiwa kontraksi dan relaksasi otot. Kontraksi dan
relaksasi otot terjadi karena adanya peristiwa biokimia pada sel otot. Struktur karakteristik
otot dan sendi menentukan jenis dan jumlah gerakan yang mungkin terjadi.
Alat :
Alat bedah, gelas piala 100 ml, cawan petri, pipet tetes, seperangkat alat pencatat yang terdiri
dari kimograf, statif dan stimulator, beban 10-100 g, benang, kabel, lampu kerosin, alat
pemanas dan pendingin.
Bahan :
Catatan:
NaCl 6,50 g
KCl 0,14 g
CaCl2 0,12 g
NaH2PO4 0,01 g
NaHCO3 0,20 g
Aquadest ad 1 Liter
Hewan Percobaan :
Katak
5. Prosedur kerja
Prosedur:
Carilah dari literatur, amati dan gambarkan dalam laporan saudara mengenai bagianbagian
tulang yang meliputi epifisis, rongga medula, tulang batu karang, tulang pejal (kompak).
Dengan merujuk pada literatur gambaran potongan melintang suatu oto dan myofibril.
Tuliskan bagian-bagian dari suatu otot skelet dan myofibril pada laporan praktikum anda.
Selain itu amati, pelajari dan gambarkan serta tuliskan pad alaporan anda secara ringkas
mengenai struktur anatomis dan sifat-sifat dari sel otot polos dan otot jantung.
Letakan tangan anda pada meja dalam keadaan rileks, telapak tangan menghadap ke atas.
Tempatkan sebuah buku diatas telapak tangan, kemudian buat masing-masing untuk
mengangkat buku tersebut.
Amati permukaan anterior lengan atas anda selama anda melakukan demikian. Jelaskan tipe
kontraksi yang terjadi, apakah kontraksi isometri atau isotonic? Letakan lengan bawah anda
sekali lagi dengan rileks pada meja dengan telapak tangan meghadap keatas. Tempatkan
beberapa buku diatas telapak tangan anda, atau dapat pula diletakan beban lain yang
sedemikian beratnya sehingga tidak mungkin terangkat oleh anda.
Semua alat harus sudah tersedia dan tersusun, proses isolasi silakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin serta selama percobaan, otot harus selalu dijaga.
Prosedur:
Suatu preparat otot gastrocnemius terisolasi lain direndam dalam larutan ringer yang
didinginkan
Angkat preparat sesudah beberapa lama, kemudian pasangkan pada kelm dan
pengumpil
Pertahankan kelembaban dan suhu rendah dengan membasahinya dnegan larutan
ringer dingin
Berikan stimulus tunggal, yang dicatat pada kimograf berkecepatan tinggi
Basahi otot dengan larutan ringer hangat (±30˚C)
Setelah 3-5 menit penghangatan, berikan lagi stimulus dan catat kontraksinya pada
kimograf.
SISTEM SKELET
FISIOLOGI TULANG
1000 ML
Direndam selama 6 hari lalu, diamati warna dan tekstur pada tulang tersebut
SISTEM SKELET
Diletakkan tangan pada meja dalam keadaan rileks (telapak tangan menghadap ke atas)
-Bau : asam
-Warna : coklat
-Tekstur: lunak, rapuh, tidak mudah
patah
-Bau : Amis
-warna : putih tulang kemerahan
-tekstrur : keras
Asam
asetat Tulang sesudah di rendam :
10%
-Bau : Bau asam yang sangat
menyengat
-Warna : putih pucat
- Tekstur : kelopos, agak lunak
Tulang sebelum di rendam :
-Bau : amis
Asam -Warna : segar pada umumnya
asetat Tekstur : keras
25%
Tulang sesudah di rendam :
Tulang -
pejal
(kompak)
90
Nacl 0,9 % : 100 × 400=3,6 ml
5
Asam asetat 5% : 100 × 400=20 ml
10
Asam asetat 10% : 100 × 400=40 ml
25
Asam asetat 25% : 100 × 400=100 ml
Fisiologi otot skelet
Kontraksi isometric & isotonic
Gambar Keterangan
Gerakan tubuh dimungkinkan oleh kerja sama antar
tulang dan otot, otot memiliki gaya mengerut
menggerakan tulang atau kulit dan mekanisme terrentu
oleh sebab itu otot sering disebut alat gerak aktif,
sedangkan tulang merupakan alat gerak pasif. 1. Tulang
Perhatikan gambar tulang-tulang yang menyusun rangka
tubuh.
berbentuk gelendong, memiliki inti satu di tengah, Memiliki banyak inti sel yang berada di bagian
tengah
berkerja secara tidak sadar, terdapat pada organ dalam Memiliki garis terang dan gelap
Terletak di dinding jantung
Berbentuk panjang dan bercabang
8. Pembahasan
Pada praktikum kali ini Berdasarkan mekanisme fisiologis tulang dan otot. tentang
Sistem Lokomotorius. Sistem Lokomotorius merupakan system yang dapat menggerakkan
tubuh yang terdiri dari system skelet dan system otot. Sistem skelet terdiri dari semua tulang
termasuk tulang rawan. Bentuk tubuh manusia dipertegas dengan adanya tulang, dengan
adanya tulang, maka tubuh bisa berdiri dengan kokoh, tegak dan mampu bergerak dengan
dukungan dari jaringan tubuh lainnya. Tanpa tulang manusia tidak bisa berjalan dengan
tegak dan bergerak dengan dinamis. Bisa dibayangkan, bagaimana bentuk tubuh manusia
tanpa tulang atau tubuh dengan tulang yang keropos yang lebih dikenal dengan Osteoporosis.
Tulang disebut alat gerak pasif karena digerakkan oleh otot. Akan tetapi tulang tetap
mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan terjadi tanpa tulang.
Tulang Rawan (Kartilago) adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah
dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat lentur karena
tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu condroithin sulfat yang
didalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin. Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur
dan lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa. Pada zat interseluler tersebut juga
terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna yang berisi sel tulang rawan yaitu chondrosit..
Tulang rawan ada tiga tipe yaitu: hialin, elastik dan serat. [Sedangkan system otot meliputi
otot skelet, otot polos dan Otot jantung.
Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini merupakan otot paling istimewa
karena memiliki bentuk yang hampir sama dengan otot lurik, yakni mempunyai lurik-lurik
tapi bedanya dengan otot lurik yaitu bahwa otot lirik memiliki satu atau dua nukleus yang
terletak di tengah/tepi sel. Dan otot jantung adalah satu-satunya otot yang memiliki
percabangan yang disebut duskus interkalaris. Otot ini juga memiliki kesamaan dengan otot
polos dalam hal cara kerjanya yakni involuntary (tidak disadari) Pada saat otot terstimulasi
dan depolarisasi elektrik sampai dalam reticulum sarkoplasmik dekat fibril, ion Ca++
dilepaskan. Ion tersebut selanjutnya akan berikatan dengan protein pengontrol kontraksi,
troponin. Penempelan ion Ca++ menyebabkan perubahan bentuk dari troponin dan
menyebabkan molekul tropomiosin dapat bergerak dari posisi semula yang terblok. Proses
tersebut akan menghasilkan sisi aktif dari filamen aktin. Saat sisi aktif terbentuk, kepala
myosin atau filamen tebal akan menempel pada sisi aktif tersebut dan membentuk jembatan
antara filamen tebal dan filamen tipis. Penempelan tersebut adalah proses kontraksi yang
ditandai dengan terbentuknya kompleks aktin-miosin (aktomiosin). Jadi, peran ion Ca++
adalah membuat aktin menjadi aktif setelah ion tersebut menempel pada troponin, suatu
protein control dalam kontraksi otot. Hal tersebut juga dibuktikan dengan terhentinya
kontraksi otot setelah kadar ion Ca++ dalam sel otot berkurang.
Pada percobaan system skelet, kita menggunakan tulang paha ayam yang direndam
dengan Asam asetat/cuka selama 6 hari. Dengan memakai larutan nacl 5%, asam asetat 5%,
asam asetat 10%, asam asetat 15%, dan asam asetat 25% Setelah diamati, tulang paha ayam
tersebut mengalami kerusakan karena asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus
ditangani di sungkup asap (fume hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat
encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat
adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada
sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.
Pada percobaan kedua, yaitu Sistem otot.kita mengamati proses kontraksi otot ketika
mengangkat beban yang ringan dan beban yang berat. Ketika lengan mengangkat beban yang
ringan, tidak ada perubahan yang terjadi karena ukurannya sama dengan lengan sehingga
lengan sangat mudah mengangkat beban tersebut sedangkan ketika lengan mengangkat beban
yang berat, karena otot membutuhkan tekanan yang sama agar bisa
mengangkat/menyeimbangkan dengan beban tersebut otot berkontraksi otot
memendek ,bisepnya terlihat. Otot manusia bekerja dengan cara berkontraksi sehingga otot
akan memendek, mengeras dan bagian tengahnya menggelembung (membesar). Karena
memendek maka tulang yang dilekati oleh otot tersebut akan tertarik atau terangkat.
Kontraksi satu macam otot hanya mampu untuk menggerakkan tulang kesatu arah
tertentu. Agar tulang dapat kembali ke posisi semula, otot tersebut harus mengadakan
relaksasi dan tulang harus ditarik ke posisi semula. Untuk itu harus ada otot lain yang
berkontraksi yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk menggerakkan
tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi semula diperlukan
paling sedikit dua macam otot dengan kerja yang berbeda.
8. Kesimpulan
Pada kesimpulan praktikum ini yaitu fisiologi tulang system skelet, kita menggunakan
tulang paha ayam yang direndam dengan Asam asetat/cuka selama 6 hari. Dengan memakai
larutan nacl 5%, asam asetat 5%, asam asetat 10%, asam asetat 15%, dan asam asetat 25%
Setelah diamati, tulang paha ayam. Dan Sistem otot.kita mengamati proses kontraksi otot
ketika mengangkat beban yang ringan dan beban yang berat. Ketika lengan mengangkat
beban yang ringan, tidak ada perubahan yang terjadi karena ukurannya sama dengan lengan
sehingga lengan sangat mudah mengangkat beban tersebut sedangkan ketika lengan
mengangkat beban yang berat.
9. Daftar Pustaka
Arifin, S., Yani, S. 2013. Atlas Anatomi Otot Manusia Untuk Fisioterapi. PT. Sejahtera
Bersama Yuk.
Pearce, C.E. 2002 ; Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis ; PT Gramedia Pustaka Umum,
Jakarta.
Snell, S.Richard, 1997; Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran; Bagian Ketiga, Alih
Bhasa Jan Tambayong, Penerbit Buku Kedokteraan, Jakarta.