You are on page 1of 11

STUDI KASUS PEMBELAJARAN KIMIA DI SMAN 8 BANDA ACEH TAHUN

2022/2023

Rachmina

Program Studi Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana


Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Email: rachmina@edu.unsyiah.ac.id

Abstrak

Salah satu kendala yang terjadi saat praktikum adalah kurangnya persiapan dari peserota didik.
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar peserta didik. Metode
yang digunakan adalah metode survey dengan jenis penelitian deskriptif. Sampel dari penelitian
ini adalah seorang guru serta peserta didik kelas XI MIA. Pengumpulan data yaitu dengan
observasi, wawancara, dokumentasi, hasil belajar peserta didik dan pemberian angket. teknik
pengumpulan data diperoleh melalui angket yang dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis
angket motivasi adalah diperoleh indikator relevance dengan presentase masing-masing kelas
adalah 74% dengan predikat cukup dan 78% dengan predikat baik. Pada kategori confidence
persentase dari kelas MIA1 dan MIA3 adalah 72% dan 69% memiliki kategori cukup. Indikator
kepuasan atau satisfaction hasil presentase menunjukkan 66% dan 70% berpredikat cukup.
Persentase rata-rata hasil belajar peserta didik dengan kategori pengetahuan adalah 75% yang
memiliki predikat cukup. Sedangkan nilai rata-rata keterampilan peserta didik adalah 76%
memiliki predikat baik. Maka dapat disimpulkan bahwa sekolah ini telah melakukan kegiatan
pembelajaran kimia dengan baik.
Kata Kunci: Praktikum, Motivasi, Hasil Belajar, Pembelajaran Kimia

Abstract

One of the obstacles that occur during the practicum is the lack of preparation from the students.
This case study aims to determine the motivation and learning outcomes of students. The method
used is survey method with descriptive research type. The sample of this research is a teacher and
students of class XI MIA. Data collection is by observation, interviews, documentation, student
learning outcomes and the provision of questionnaires. Data collection techniques were obtained
through questionnaires which were analyzed descriptively. The result of the motivation
questionnaire analysis is that relevance indicators are obtained with the percentage of each class
being 74% with sufficient predicate and 78% with good predicate. In the confidence category,
the percentage of MIA1 and MIA3 classes is 72% and 69% has a sufficient category. The
indicator of satisfaction or satisfaction of the percentage results shows 66% and 70% predicated
enough. The average percentage of student learning outcomes in the knowledge category is 75%
which has a sufficient predicate. Meanwhile, the average value of students' skills is 76% and has
a good predicate. So it can be concluded that this school has carried out chemistry learning
activities well.
Keywords: Experiment, Motivation, Learning Outcomes, Chemistry learning
PENDAHULUAN

Belajar merupakan kegiatan penting untuk dilakukan. Sekarang ini setiap orang
berhak mendapat pendidikan dan wajib belajar selama 12 tahun melalui program Indonesia
Pintar (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2015:12). Sebelumnya hanya 9
tahun wajib belajar sampai jenjang SMP sederajat maka sekarang sampai jenjang SMA
sederajat. Pembelajaran dilakukan setiap hari disekolah dengan berbagai mata pelajaran
salah satunya adalah kimia.
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang materinya bersifat abstrak dan
kompleks. Kimia dapat didefinisikan sebagai pelajaran yang erat kaitannya dengan struktur,
materi, sifat dan lain sebagainya. Segala sesuatu yang ada di bumi selalu berhubungan
dengan kimia, mulai dari hal yang terkecil yang ada di sekitar kita sampai ke hal-hal besar
yang mencakup teknologi masa kini tidak terlepas dari ilmu kimia. Sehingga mata pelajaran
kimia sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari (Rodríguez-Becerra et al.,
2020).
Kimia yang bersifat abstrak untuk memahaminya dibutuhkan penalaran yang
tinggi. Karena materi kimia berkaitan dengan bagaimana membuktikan teori yang ada
sehingga pembelajaran kimia tidak hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta, konsep atau prinsip, tetapi juga suatu proses penemuan yang harus
dilakukan oleh peserta didik. Salah satu bentuk untuk memudahkan peserta didik belajar
adalah melalui pengalaman. Alternatif yang dapat dilakukan guru untuk memfasilitasi
peserta didik dalam belajar kimia melalui pengalaman belajar langsung adalah dengan
menggunakan kegiatan praktikum karena praktikum sangat erat kaitannya dengan
pelajaran sains termasuk kimia (Candra & Hidayati, 2020).
Di kelas guru menjelaskan pelajaran baik yang bersifat konsep, fakta, prinsip,
hukum, postulat maupun teori. Selain belajar di kelas peserta didik juga melakukan kegiatan
pembelajaran di laboratorium. Berbeda dengan dikelas yang mempelajari teori, kegiatan
pembelajaran kimia di laboratorium merupakan kegiatan praktek. Peserta didik menerapkan
keterampilan atau mempraktekkan sesuatu, selain itu peserta didik juga berinteraksi
dengan alat dan bahan (Supatmi, 2022). Ketika praktikum hal-hal yang telah diajarkan
lebih mudah untuk dipahami peserta didik karena langsung mempraktekkannya. Sehingga
kegiatan praktikum merupakan kegiatan yang penting. Namun, untuk mendukung semua
kegiatan praktikum diperlukan alat-alat dan bahan-bahan yang memadai. Sarana dan
prasaran untuk praktikum diharapkan tersedia disetiap sekolah(Muhammad Yusuf, Irianto,
& Djalil, 2019).
Peran guru juga sangat krusial dalam proses belajar mengajar baik di kelas maupun
di laboratorium.. Guru dituntut harus merencakan dan melaksanakan pembelajaran yang
sesuai dengan kompetensi dasar (Mubin, Lestari, & Kurniawan, 2018). Selain itu guru
mendesain praktikum, membuat penuntun praktikum, dan sebagai pengamat. Tetapi sering
kali guru memiliki peran ganda saat pembelaran praktikum. Guru juga berperan sebagai
laboran, karena belum ada tenaga laboran khusus laboratorium kimia (Burhanuddin,
Andayani, Junaidi, Hadisaputra, & Hakim, 2020). Guru juga sebagai pengelola
laboratorium. Kegiatan guru ini dapat berupa perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi di laboratorium (Nahdiyaturrahmah, Pujani, & Selamet, 2020).
Kegiatan praktikum juga dapat meningatkan motivasi peserta didik untuk semangat
belajar. Motivasi merupakan hal yang krusial bagi proses belajar mengajar. Motivasi yang
dimiliki juga dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik (Simatupang, 2021). Motivasi
merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh peserta didik. Motivasi berkaitan dengan
kesiapan peserta didik untuk menerima infomasi atau materi yang diberikan oleh guru.
Memberikan satu topik sehingga peserta didik mengeksplorasi banyak kajian ilmu yang
berkaitan dengan topik tersebut juga dapat memotivasi peserta didik (Hashimoto, 2020).
Masalah yang dikaji dalam studi kasus ini adalah bagaimana kondisi kegiatan
praktikum di laboratorium yang menunjang pembelajaran kimia di SMA Negeri 8 Banda
Aceh agar praktikum berjalan dengan baik. Sehingga tujuan dari studi kasus ini adalah
untuk mengetahui kondisi kegiatan praktikum di laboratorium yang menunjang
pembelajaran kimia di SMA Negeri 8 Banda Aceh.
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan jenis
penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 8 Banda Aceh yang
berlokasi di jalan Tgk. Chik Dipineung Raya, Kota Baru, Kec. Kuta Alam, Kota
Banda Aceh. Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA 1 dan XI
MIA 3. Jumlah dari peserta didik adalah 60 orang. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi, wawancara dengan guru peserta didik, dokumentasi,
memberikan angket kepada peserta didik serta data hasil belajar peserta didik. Angket
yang diberikan adalah angket motivasi peserta didik terhadap pembelajaran kimia.
Angket motivasi ini memiliki beberapa indikator yaitu attention (perhatian),
relevance (relevansi), confidence (percaya diri), satisfaction (kepuasan). Penilaian
dalam angket menggunakan skala likert dengnan pilihan jawaban sangat setuju, setuju,
ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Data yang terkumpul akan dianalisis
(Purwanto, 2004:102):
R
NP = × 100 %
SM

Keterangan :
NP = nilai pesentase yang dicari
R = skor mentah yang diperoleh
SM = skor maksimum tes
Untuk pemberian skor dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Skor Penilaian Motivasi Peserta Didik Terhadap Pembelajaran Kimia
Skor rata-rata Predikat
86-100% Sangat baik
76-85% Baik
60-75% Cukup
55-59% Kurang
≤ 54% Kurang sekali
(Sumber : Purwanto, 2004:103)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Observasi laboratorium dilakukan sebelum dilaksanakannya kegiatan praktikum.
Laboratorium IPA ini merupakan laboratoirum gabungan dimana pada pelajaran kimia,
biologi dan fisika akan dilakukan dilaboratorium ini. Laboratorium ini memiliki alat-alat
praktikum cukup lengkap namun bahan-bahan kimia yang ada banyak yang sudah
kadaluwarsa. Hal ini menyebabkan praktikum yang dilaksanakan mengharuskan membawa
bahan masing-masing. Untuk memperlancar kegiatan praktikum dibutuhkan alat dan bahan
yang memadai serta pengetahuan dalam penggunaanya (Juvitasari, Melati, & Lestari, 2018).
Walau memiliki kekurangan bahan, praktikum tetap dilaksanakan sehingga peserta didik
memiliki keterampilan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai (Ratmini, 2017). Praktikum
biasanya menggunakan bahan-bahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari sehingga mudah
untuk mencarinya (Sapitri, Hadisaputra, & Junaidi, 2020).
Observasi pembelajaran dilakukan dikelas XI MIA 1 dan 3 pada kegiatan praktikum.
Peserta didik pada pertemuan sebelumnya sudah diarahkan oleh guru mengenai praktikum
yang akan dilakukan. Praktikum yang dilakukan pada materi laju reaksi yaitu membuat
eskrim. Alat dan bahan untuk melaksanakan praktikum sudah dibawa peserta didik dari
rumah. Sehingga alat dan bahan dari laboratorium tidak digunakan sama sekali karena hasil
dari praktikum ini akan dikonsumsi. Kegiatan ini diawali dengan guru yang menyampaikan
arahan sedikit mengenai pembuatan eskrim dan dilanjutkan dengan guru mengarahkan
untuk melakukan praktikum diluar ruangan laboratorium. Setiap kelompok mengambil
tempat sesuai dengan kelompoknya. Kelompok terdiri dari 5-6 peserta didik. Peserta didik
terlihat mandiri dan sangat bersemangat saat praktikum. Praktikum meningkatkan interaksi
aktif peserta didik, mereka terlibat aktif dalam pembelajaran untuk merangsang motivasi
peserta didik dan hasil belajar yang lebih baik guru diharapkan sering melaksanakan
kegiatan praktikum di laboratorium (Tuyishime, 2022).
Kemudian setiap kelompok diwawancarai dengan pertanyaan yang sama. Pertanyaan
pertama yang diajukan adalah “apakah kelompok ini memiliki panduan/penuntun
praktikum?”. Kelompok 1 sampai 6 baik kelas MIA 1 dan MIA 3 tidak diberikan penuntun
praktikum. Pertanyaan kedua yaitu “ bagaimana kelompok anda menentukan alat dan bahan
yang digunakan?”. Rata-rata jawaban dari setiap kelompok cenderung sama yaitu kami
melakukan penelusuran/browsing internet mengenai alat dan bahan membuat eskrim.
pertanyaan terakhir yang diajukan adalah “apakah kalian sudah paham mengenai langkah-
langkah membuat eskrim?”. Dalam menjawab pertanyaan ini banyak kelompok yang sudah
paham tetapi terdapat beberapa kelompok yang kurang paham karena mereka hanya
mendapat sumber bacaan dari internet. Penggunaan teknologi internet bagi peserta didik
dapat membantu mereka dalam memperoleh pengetahuan terlebih peserta didik juga tertarik
menggunakannya (Rodríguez-Becerra et al., 2020).
Sedikit kendala yang dialami yaitu penggunaan wadah pembuatan eskrim yang
kurang sesuai serta kekurangan bahan seperti garam dapur dan es batu. Guru mengatakan
hal ini terjadi karena praktikum ini merupakan kegiatan mandiri/proyek dari peserta didik
sehingga guru tidak memberikan penuntun. Peserta didik telah diarahkan untuk
mengeksplorasi mengenai alat, bahan serta langkah-langkah dari pembuatan eskrim yang
akan dilakukan. Hal ini tentu dapat meningkatkan kemandirian peserta didik namun, karena
sumber bacaan yang digunakan peserta didik kurang terpercaya sehingga terdapat sedikit
kekurangan persiapan dalam melaksanakan praktikum(Ramadhan & Suyanto, 2020).
Praktikum berjalan lancar tetapi terdapat beberapa kelompok yang sedikit terlambat
menyelesaikan praktikum membuat eskrim ini. Sehingga ketika jam pelajaran kimia sudah
habis masih terdapat peserta didik yang masih merapikan atau melanjutkan sedikit lagi
pembuatan es krim. Praktikum ini dilaksanakan dalam dua jam pelajaran. Salah satu faktor
jarang dilaksanaan praktikum karena kekurangan waktu(Nuswowati, Sumarni, & Taufiq,
2020). Pertemuan selanjutnya akan diadakan pembahasan mengenai praktikum yang telah
dilakukan. Saat pembahasan ini setiap kelompok ditugaskan untuk membuat laporan
praktikum dan video pembuatan eskrim sehingga akan dipresentasikan di pertemuan
selanjutnya. Format dalam menuliskan laporan telah ditentukan oleh guru. Jangka waktu
yang diberikan guru ini akan mempengaruhi kesiapan peserta didik dalam mengerjakan
tugas(Amida, Chang, & Yearwood, 2020).
Di sekolah perlu adanya kerjasama antara sekolah dan pemerintah dalam memenuhi
standar sarana prasarana di laboratorium IPA seperti perbaikan bak cuci, lemari asam, dan
pencahayaan, serta pengadaan obat-obtan P3K dan alat kebakaran sehingga kegiatan
praktikum dapat terlaksana dengan maksimal(Hayati & Sumarsih, 2020; Marlan, 2020).
Dukungan dari sekolah dan pemerintah diharapkan dapat mengurangi kendala dalam
kegiatan praktikum. Faktor utama yang menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum
kimia adalah tidak tersedianya alokasi waktu pelaksanaan, kurangnya tenaga pengelola
laboratorium dan ketersediaan bahan kimia(Nurhafidhah, Mauliza, Hasby, Yakob, &
Alvina, 2021). Kegiatan praktikum yang sering dilakukan dapat meningkatkan keterampilan
proses sains peserta didik (Supatmi, 2022).
Pemberian angket dilakukan ketika peserta didik telah selesai mempresentasikan
hasil praktikum mereka. Angket ini disusun berdasarkan Keller (1987) motivasi peseerta
didik dibagi atas 4 indikator. Angket ini berisi 21 pernyataan dengan pernyataan positif dan
negatif. Indikator attention (perhatian) berjumlah 7 pernyataan, indikator relevance
(relevansi) berjumlah 5 pernyataan, 4 pernyataan mengenai confidence (percaya diri),
dan yang terakhir satisfaction (kepuasan) berjumlah 5 pernyataan. Motivasi peserta
didik dalam mengikuti pelajaran kimia dapat di lihat berdasarkan hasil dari rekapitulasi
data angket yang sebelumnya sudah diisi oleh peserta didik.
Berdasarkan tabel 1 maka untuk indikator attention (perhatian) pada kelas MIA 1
dan MIA3 memiliki predikat cukup. Indikator relevance dengan presentase masing-masing
kelas adalah 74% dengan predikat cukup dan 78% dengan predikat baik. Pada kategori
confidence persentase dari kelas MIA1 dan MIA3 adalah 72% dan 69% memiliki kategori
cukup. Indikator kepuasan atau satisfaction hasil presentase menunjukkan 66% dan 70%
berpredikat cukup (Purwanto, 2004:103).

Kelas XI MIA1 Kelas XI MIA 3


100% 100%
80% 80%
60% 60%
40% 68% 74% 72% 66% 40% 75% 78% 69% 70%
20% 20%
0% 0%
n e e n
ntio a nc enc ctio io
n
nc
e
nc
e
ion
v id a t t
tte ele nf isf n a e c
A R o a t tte elev nfid tisfa
C St A R Co St
a

Gambar 1. Rata-rata jawaban angket peserta didik

Motivasi belajar yang dimiliki peserta didik dipengaruhi dari banyak faktor. Faktor
yang mempengaruhi yaitu memiliki cita-cita dan aspirasi peserta didik, kemampuan peserta
didik, kondisi peserta didik, dan kondisi lingkungan peserta didik (Kartini, Rohaeti, &
Fatimah, 2020). Motivasi peserta didik juga dipengaruhi oleh kebijakan sekolah, status
kesehatan peserta didik, peran guru, faktor internal dari peserta didik, dan fasilitas sekolah
(Allahqoli dkk., 2019). Jadi, terdapat dua faktor yaitu faktor instrinsik yaitu self efficacy
atau kepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki, memiliki rasa membutuhkan untuk
mendapat pengetahuan, serta ekstrinsik yaitu lingkungan sekolah, dan metode pembelajaran
guru (Pranitasari & Maulana, 2022).
Hubungan emosional positif yang dimiliki peserta didik dengan guru, teman
sebagaya serta sekolah akan meningkatkan motivasi belaajr peserta didik (Korpershoek,
Canrinus, Fokkens-Bruinsma, & de Boer, 2020). Peserta didik yang memotivasi diri untuk
berprestasi akan meningkat prestasi belajarnya (Febriana, 2017). Hasil belajar dalam
pembelajaran kimia tidak hanya sebatas pada aspek kognitif tetapi harus melihat aspek
afektif dan psikomotorik (Rahayu, 2020). Ketiga aspek tersebut dapat terukur dari kegiatan
belaahr mengajar di kelas maupun saat kegiatan praktikum. Rekapitulasi hasil belajar
peserta didik dapat dilihat dari gambar 2.
Rekapitulasi nilai rata-rata peserta didik seperti pada gambar 2 didapatkan dari
nilai hasil ujian semester peserta didik kelas XI. Rata-rata nilai peserta didik dalam bidang
pengetahuan adalah 75% yang memiliki predikat cukup. Sedangkan nilai rata-rata
keterampilan peserta didik adalah 76% memiliki predikat baik (Purwanto, 2004:103). Nilai
kognitif peserta didik merupakan hasil ujian semester sedangkan nilai psikomotirik
merupakan nilai akhir dari pelaksanaan praktikum peserta didik.

Nilai Rata-Rata Pelajaran


Kimia
100%
75%76% 75%76% 75%76% Kognitif
80%
Psikomotorik
60%
40%
20%
0%
2019/2020 2020/2021 2021/2022

Gambar 2. Rekapitulasi nilai rata-rata peserta didik kelas XI selama 3 tahun terakhir
Pemahaman konsep yang dimiliki peserta didik akan mempengaruhi hasil belajar
peserta didik (Sappaile, 2019). Peserta didik yang tidak paham mengenai materi akan
mengalmi kesulitan belajar. Kesulitan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan eksternal (Sanjiwani, Muderawan, & Sudiana, 2018). Faktor internal penyebab
kesulitan belajar adalah pemahaman konsep prasyarat, konsep materi sekarang, kemampuan
matematika, dan motivasi yang rendah. Faktor eksternal yaitu cara guru mengajar, teman
sebaya, waktu belajar yang tidak efektif. Hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan
melalui peningkatan motivasi belajar (Andriani & Rasto, 2019; Budiariawan, 2019).

KESIMPULAN
Studi kasus yang dilakukan di SMA Negeri 8 Banda Aceh, hasil observasi yaitu
praktikum dilaksanakan berbasis proyek dimana peserta didik antusias namun terjadi
keterlambatan penyelesaian praktikum, peserta didik juga memiliki motivasi untuk belajar
kimia dengan kategori baik dan cukup pada setiap indikatornya, serta hasil pembelajaran
peserta didik juga baik dalam hal pengetahuan dan keterampilan dengan kategori cukup
dan baik. Berdasarkan hal ini guru dapat mensiasatinya dengan menghimbau peserta didik
untuk mengumpulkan terlebih dahulu pedoman praktikum telah mereka kerjakan
berkelompok agar ditelaah kembali oleh guru.

DAFTAR PUSTAKA

Allahqoli, L., Nithyanantham, V., Rahmani, A., Allahveisi, A., Gheshlagh, R., Fallahi, A.,
& Nemat-Shahrbabaki, B. (2019). Exploring the factors affecting the motivation for
learning from the perspective of public health students: A qualitative study. Journal of
Mind and Medical Sciences, 6(2), 319–326. https://doi.org/10.22543/7674.62.p319326
Amida, A., Chang, I., & Yearwood, D. (2020). Designing A Practical Lab-Based
Assessment : A Case Study. Journal of Engineering, Design and Technology, 18(3),
567–581. https://doi.org/10.1108/JEDT-08-2019-0194
Andriani, R., & Rasto, R. (2019). Motivasi Belajar Sebagai Determinan Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 4(1), 80–86.
https://doi.org/10.17509/jpm.v4i1.14958
Budiariawan, I. P. (2019). Hubungan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Pada Mata
Pelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, 3(2), 103.
https://doi.org/10.23887/jpk.v3i2.21242
Burhanuddin, Andayani, Y., Junaidi, E., Hadisaputra, S., & Hakim, A. (2020). Pelatihan
Pengeolaan Laboratorium Pendidikan Kimia Bagi Guru Di Kota Mataram. PEPADU,
2(2), 120–123.
Candra, R., & Hidayati, D. (2020). Penerapan Praktikum dalam Meningkatkan
Keterampilan Proses dan Kerja Peserta Didik di Laboratorium IPA. Edugama: Jurnal
Kependidikan Dan Sosial Keagamaan, 6(1), 26–37.
https://doi.org/10.32923/edugama.v6i1.1289
Febriana, B. W. (2017). Analysis of student’s achievement motivation in learning
chemistry. International Journal of Science and Applied Science: Conference Series,
1(2), 117. https://doi.org/10.20961/ijsascs.v1i2.5132
Hashimoto, S. (2020). How are students motivated for learning multidisciplinary field:
Biomedical engineering? IMCIC 2020 - 11th International Multi-Conference on
Complexity, Informatics and Cybernetics, Proceedings, 2(7), 210–214.
Hayati, A., & Sumarsih, S. (2020). Evaluasi Standar Sarana Dan Prasarana Laboratorium
IPA Di Sekolah Model SMA Negeri 7 Bengkulu Selatan. Manajer Pendidikan: Jurnal
Ilmiah Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana, 14(2), 60–67.
https://doi.org/10.33369/mapen.v14i2.12827
Juvitasari, P. M., Melati, H. A., & Lestari, I. (2018). Deskripsi pengetahuan alat praktikum
kimia dan kemampuan psikomotorik siswa MAN 1 Pontianak. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 7(7), 1–13.
Kartini, I. I., Rohaeti, E. E., & Fatimah, S. (2020). Gambaran Motivasi Belajar Peserta
Didik Saat Pandemi COVID 19 (Studi Kasus pada Peserta Didik Kelas VII SMP N 1
Arjasari yang sedang Belajar dari Rumah karena Pandemi Covid 19). FOKUS (Kajian
Bimbingan & Konseling Dalam Pendidikan), 3(4), 140.
https://doi.org/10.22460/fokus.v3i4.5334
Keller, J. M. (1987). Development and Use of the ARCS Model of Instructional Design.
Journal Of Instructional Development, 10(3), 2–100.
Korpershoek, H., Canrinus, E. T., Fokkens-Bruinsma, M., & de Boer, H. (2020). The
relationships between school belonging and students’ motivational, social-emotional,
behavioural, and academic outcomes in secondary education: a meta-analytic review.
Research Papers in Education, 35(6), 641–680.
https://doi.org/10.1080/02671522.2019.1615116
Marlan, M. (2020). Studi Evaluasi Sarana Dan Prasarana Laboratorium Kimia Sma Negeri
5 Bengkulu Selatan. Manajer Pendidikan: Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan
Program Pascasarjana, 14(2), 68–74. https://doi.org/10.33369/mapen.v14i2.12834
Mubin, H., Lestari, I., & Kurniawan, A. D. (2018). Analisis Kompetensi Guru Dalam
Merencanakan dan Melaksanakan Pembelajaran Kimia Berbasis Kurikulum 2013 Studi
Kasus Di Kelas X SMA Negeri 6 Pontianak. Ar-Razi Jurnal Ilmiah, 6(2), 53–60.
Retrieved from
https://www.fairportlibrary.org/images/files/RenovationProject/Concept_cost_estimate
_accepted_031914.pdf
Muhammad Yusuf, M., Irianto, I., & Djalil, S. (2019). Aplikasi Pengolahan Data Alat dan
Bahan Kimia Laboratorium Kimia Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang. Al
Ulum Sains Dan Teknologi, 4(2), 6–13.
Nahdiyaturrahmah, Pujani, N. M., & Selamet, K. (2020). Pengelolaan Laboratorium Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) SMP Negeri 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI), 3(2), 118–129.
Nurhafidhah, N., Mauliza, M., Hasby, H., Yakob, M., & Alvina, S. (2021). Analysis of
Chemistry Lab Readiness for Practice in High School : A Case Study. Proceedings of
the 2nd International Conference on Science, Technology, and Modern Society
(ICSTMS 2020), 576, 272–276. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210909.061
Nuswowati, M., Sumarni, W., & Taufiq, M. (2020). Analysis of quantity and quality the
implementation of high school chemical practicum in Semarang city. Journal of
Physics: Conference Series, 1567(4). https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1567/4/042011
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Petunjuk Teknis Program
Indonesia Pintar (PIP). Jakarta Selatan: Kemendikbud.
Pranitasari, D., & Maulana, I. (2022). Intrinsic and Extrinsic Factors Affecting Student
Motivation in Completing Thesis. Technium Social Sciences Journal, 27(Xx), 527–
538. https://doi.org/10.47577/tssj.v27i1.5473
Purwanto, M. N. (2004). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Rahayu, A. (2020). Analisis Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Pada Praktikum Dasar-
Dasar Kimia Analitik. Dalton : Jurnal Pendidikan Kimia Dan Ilmu Kimia, 3(1), 1–10.
https://doi.org/10.31602/dl.v3i1.3102
Ramadhan, T., & Suyanto, S. (2020). Biology science practicum learning: An evaluation
study in junior high school of Ngemplak-Indonesia. JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia), 6(3), 361–366. https://doi.org/10.22219/jpbi.v6i3.13657
Ratmini, W. S. (2017). The Implementation of Chemistry Practicum at SMA Laboratorium
Undiksha Singaraja in the School Year 2016/2017. Jurnal Pendidikan Indonesia, 6(2),
242–254. https://doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v6i2.11881
Rodríguez-Becerra, J., Cáceres-Jensen, L., Díaz, T., Druker, S., Padilla, V. B., Pernaa, J., &
Aksela, M. (2020). Developing Technological Pedagogical Science Knowledge
Through Educational Computational Chemistry : A Case Study Of Pre-Service
Chemistry Teachers Perceptions. The Royal Society of Chemistry, 1(3), 1–20.
https://doi.org/10.1039/x0xx00000x
Sanjiwani, N. L. ., Muderawan, I. ., & Sudiana, I. . (2018). Analisis Kesulitan Belajar Kimia
Pada Materi Larutan Penyangga Di Sma Negeri 2 Banjar. Jurnal Pendidikan Kimia
Undiksha, 2(2), 75. https://doi.org/10.23887/jjpk.v2i2.21170
Sapitri, R. D., Hadisaputra, S., & Junaidi, E. (2020). Pengaruh Penerapan Praktikum
Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Keterampilan Literasi Sains dan Hasil Belajar.
Jurnal Pijar Mipa, 15(2), 122–129. https://doi.org/10.29303/jpm.v15i2.1342
Sappaile, N. (2019). Hubungan Pemahaman Konsep Perbandingan Dengan Hasil Belajar
Kimia Materi Stoikiometri. JIP STKIP Kusuma Negara Jakarta, 10(2), 58–71.
Simatupang, A. (2021). Hubungan Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Kimia Di Sma Negeri 2 Kota Jambi. SECONDARY: Jurnal Inovasi
Pendidikan Menengah, 1(3), 199–205. https://doi.org/10.51878/secondary.v1i3.346
Supatmi, S. (2022). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Melalui Praktikum Kimia.
Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 12(1), 47–57. Retrieved from
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jrpk/article/view/3067
Tuyishime, J. P. (2022). The Role of Practical Approach on Students ’ Engagement in
Biology : A Case of Lower Secondary Schools in Rulindo District , Rwanda. East
African Journal of Education and Social Sciences, 3(3), 129–139.

You might also like