You are on page 1of 22

PERUBAHAN SOSIAL

MATA KULIAH ANTROPOLOGI RUMAH SAKIT

DOSEN PENGAMPU : SAFARI HASAN, S.IP., MMRS.

ZHALWA ANGGORO QUROTUAINI

10821032

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Perubahan Sosial” dengan tepat waktu. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada SAFARI HASAN, S.IP., MMRS. sebagai
dosen pengampu mata kuliah Antropologi Rumah Sakit yang telah membimbing
saya dalam penyusunan makalah ini.

Hal-hal yang mendorong dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai


pengganti UTS pada mata kuliah Antropologi Rumah Sakit.
Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk
ke depannya. Saya sebagai penulis pastinya tidak pernah lepas dari kesalahan.
Begitu pula dalam penyusunan makalah ini yang mempunyai banyak
kekurangan. Untuk itu saya sangat mengharap kritik dan saran yang
membangun demi peningkatan makalah saya yang selanjutnya

Kediri, 20 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

PERUBAHAN SOSIAL.........................................................................................1

Kata Pengantar...................................................................................................2

BAB I.................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN..................................................................................................4

BAB II................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN....................................................................................................5

2.1 Faktor Perubahan Sosial....................................................................10

2.2 Dampak Perubahan Sosial.................................................................12

2.2.1 Globalisasi.........................................................................................14

2.2.2 Modernisasi.......................................................................................15

2.4 Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan...............................16

2.5 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan........................17

2.6 Faktor-Faktor Pendorong Dan Penghambat Terjadinya Perubahan


Sosial Budaya................................................................................................19

BAB III................................................................................................................20

PENUTUP..........................................................................................................20

3.1 KESIMPULAN..........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN
Perubahan sosial adalah proses berkembangnya unsur-unsur sosial
budaya secara berkala yang menimbulkan perbedaan yang signifikan dalam
struktur dan fungsi masyarakat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Hal
ini disebabkan oleh perubahan yang timbul baik dari kemajuan pemikiran
manusia maupun perubahan lingkungan dan teknologi. Perubahan bersifat
universal dan merupakan faktor dalam kehidupan sosial di mana pun. Tanpa
perubahan tidak ada masyarakat. Fenomena yang tampak stabil dan tidak
berubah hanyalah stasiun yang dibekukan secara kognitif dalam aliran peristiwa
sosial yang terus menerus, potret dunia yang karenanya tidak pernah berakhir.
Masyarakat secara ontologis tidak lain adalah perubahan, pergerakan dan
transformasi, aktivitas dan interaksi, konstruksi dan rekonstruksi, tetap bukannya
stabil. Metafora kehidupan sosial menyampaikan pesan ini dengan cukup
meyakinkan. Hidup ada untuk hidup. Masyarakat ada selama mereka berubah.
Perspektif dinamis adalah satu-satunya pendekatan yang dijamin secara
ontologis dalam sosiologi. Hal ini telah diakui sejak awal ilmu pengetahuan.
Bahkan, sosiologi klasik muncul sebagai ilmu perubahan sosial tingkat makro
dalam periode perubahan besar-besaran dari masyarakat tradisional ke
masyarakat modern. Secara historis, dinamika sosial budaya selalu berkembang
dan berkembang secara dinamis, seiring dengan perubahan yang terjadi dalam
setiap sejarah aktivitas manusia. Sebagai seorang perfeksionis mandiri, berjuang
dan mandiri, ia juga terus berjuang dan bergegas untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, untuk tetap eksis dan “bertahan” di tengah kebersamaan dengan
orang lain. Antara pertemuan dengan orang lain di situs. Keinginan naluriah
“memaksa” manusia untuk mencari segala sesuatu untuk memenuhi
keinginannya tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Tempat tinggal seseorang
tidak terbatas hanya pada tempat ia dilahirkan dan dibesarkan, tetapi juga pada
tempat dan waktu lain yang menurutnya semua kebutuhan dapat dipenuhi.
Perjuangan memahami hasrat manusia diharapkan dapat membangkitkan jiwa
untuk menumpahkan isinya di mana pun berada. Karena mengeluh memuaskan
tujuan intuitif seseorang dalam hidup, kisah jiwa rasional selalu beroperasi
berdasarkan seperti apa rasanya keluhan naluriah itu (Jelamu,1988). Meskipun
dalam perubahan masyarakat ada dua pengertian yaitu masyarakat statis yang
berarti sedikit berubah dan lambat dan masyarakat dinamis yang berarti
mengalami perubahan yang cepat (maju/ mundur), setiap manusia pasti
mengalami perubahan dalam hidupnya, nilai-nilai sosial, norma, pola perilaku,
organisasi, lembaga masyarakat, lapisan masyarakat, kekuasaan, dan
sebagainya. Masyarakat saling berinteraksi terdiri dari pranata sosial, struktur
sosial, sistem nilai, norma dan berbagai sistem terkait secara langsung maupun
tidak langsung. Dalam beberapa dekade terakhir, topik kepercayaan telah
mendapat banyak perhatian sosiologis. Dari segelintir individu yang tampaknya
terpinggirkan dan diistimewakan pada awal 1980-an hingga Niklas Luhmann
pada 1979, Bernard Barber adalah perusahaan intelektual yang berkembang
dengan jumlah yayasan yang besar dan terus bertambah. Penelitian keyakinan
sosiologis telah memperoleh otonomi atas mata pelajaran ilmu sosial-psikologis,
ekonomi atau politik. Bidang ini bervariasi secara teoritis dan empiris. Dan
mereka telah dipelajari dari beberapa perspektif teoretis dan metodologis, pilihan
rasional, kultural, fungsional, simbolik-interaktif, fenomenologis dan lain-lain.
"Tanpa semua perbedaan ini, ada pengakuan akan kebutuhan dan kepercayaan
yang meluas dalam hubungan manusia dan ketidakmungkinan membangun
hubungan sosial yang langgeng tanpa kepercayaan dan makna bersama."
(Eisenstadt dan Roniger 1984:16±17).

BAB II

PEMBAHASAN
Perubahan sosial adalah perubahan mendasar yang terjadi pada struktur
sosial, sistem komunikasi dan organisasi sosial dan didefinisikan sebagai berikut.
Struktur sosial, yaitu bentuk hubungan antar individu dalam masyarakat -
interaksi sosial dan komunikasi. Sistem sosial mencakup nilai, perilaku, dan sikap
dalam kelompok sosial. Yang kedua adalah sistem komunikasi, yaitu hubungan
antar individu dalam kelompok sosial - terkait dengan nilai-nilai masyarakat dan
pola budaya. Terakhir, ada organisasi sosial yang dapat diartikan sebagai tempat
interaksi kelompok yang berkaitan dengan kesejahteraan dan keselamatan
anggota organisasi. Perubahan sosial merupakan respon atau reaksi terhadap
perubahan tiga unsur utama, yaitu faktor alam, teknologi dan budaya. Atau
perubahan cara berpikir orang, seperti pekerjaan, perilaku, budaya material,
seperti pakaian atau film, bisa disebutkan. Dalam bidang sejarah, seseorang
mampu menghadapi perubahan yang terjadi di suatu negara atau masyarakat.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa penelitian yang sering ditekankan lebih
kepada perubahan politik atau pembangunan ekonomi. Berfokus pada
perubahan perspektif sosial sering diabaikan, meskipun dapat dikatakan bahwa
ini adalah perspektif yang paling dekat dengan kehidupan manusia dan berkaitan
dengan masyarakat secara keseluruhan. Aspek sosial tidak diragukan lagi juga
dibahas dalam hal hubungan masyarakat dalam masalah ekonomi dan politik.
Padahal, perspektif sosial ini juga bisa digunakan dalam konteks pelayanan dan
fasilitas yang juga berkembang dan seringkali melibatkan isu-isu sosial.
Pengertian perubahan sosial menurut Soemardjan ini tidak berbeda jauh dengan
Kingsley Davis yang mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat (Soekanto, 1990).

Proses perubahan sosial melibatkan tiga hal, yang pertama adalah


penemuan yang berarti penciptaan dan pengembangan ide-ide baru. Maka
inovasi dapat (tidak selalu/terjadi) berarti suatu gagasan baru terbentuk dari satu
bentuk ke bentuk lain yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Akhirnya, ada
difusi, yang berarti ide-ide baru ditransfer ke dalam sistem sosial.
Konsekuensinya tercermin dalam perubahan sistem sosial yang diakibatkan oleh
adopsi/penolakan inovasi. Perubahan terjadi ketika penggunaan/penolakan ide
baru menimbulkan efek atau akibat. Proses perubahan sosial dapat terjadi
melalui aktor-aktor di luar maupun di dalam masyarakat. Kemudian ada dua
faktor yang juga mempengaruhi proses perubahan sosial yaitu faktor komunikasi,
informasi (gagasan/gagasan/kepercayaan/hasil budaya) yang ditransmisikan
kepada masyarakat. Faktor lainnya adalah inovasi, penemuan, adaptasi dan
adopsi. Ditambah lagi kondisi geografis atau yang bisa disebut tempat
pengelompokan manusia, kondisi kelompok dan ciri anatomis manusia (jarak dari
masyarakat), yang juga sangat berpengaruh terhadap proses perubahan sosial,
khususnya dalam masyarakat.
Teori perubahan sosial dikemukakan oleh para ahli dengan aksen yang
berbeda-beda sesuai dengan pemikiran mereka masing-masing. Terlepas dari
perbedaan pendapat yang jelas, para ahli sepakat bahwa perubahan sosial
terkait dengan masyarakat dan budaya serta dinamikanya. Ogburn tidak
mendefinisikan perubahan sosial, tetapi memberikan beberapa pengertian
tentang perubahan sosial. Dia berpendapat bahwa ruang lingkup perubahan
sosial mencakup elemen budaya yang berwujud dan tidak berwujud. Ia
menekankan besarnya pengaruh unsur budaya material terhadap unsur
immaterial (Soekanto, 1990). Dengan pemahaman ini, Ogburn justru
mengatakan bahwa perubahan sosial berkaitan dengan unsur fisik dan mental
manusia, karena hubungannya dengan dinamika manusia secara keseluruhan.

Sebaliknya, sosiologi Indonesia Selo Soemardjan melihat perubahan


sosial lebih dari perspektif perubahan pranata sosial masyarakat. Perubahan
lembaga sosial mempengaruhi sistem sosial, termasuk nilai, sikap, dan pola
perilaku di antara kelompok sosial. Definisi Soemardjan tentang perubahan sosial
tidak jauh berbeda dengan Kingsley Davis yang mendefinisikan perubahan sosial
sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

Perubahan budaya material lebih besar pengaruhnya terhadap perubahan


pola pikir, pola sikap dan pola perilaku masyarakat (yang bersifat spiritual).
Misalnya, kondisi ekonomi, geografis, atau biologis (unsur budaya material)
menyebabkan perubahan di bidang kehidupan sosial lainnya (pemikiran, sikap,
dan perilaku). Gillin dan Gillin juga memperkenalkan gagasan perubahan sosial.
Kedua ahli tersebut mengatakan bahwa perubahan sosial adalah penyimpangan
dari cara hidup yang diterima, yang disebabkan oleh kondisi geografis, material
budaya, struktur populasi, penyebaran ideologi atau masyarakat, atau oleh
penemuan-penemuan baru (Soekanto 1990). Dikarenakan adanya perubahan
struktur masyarakat, fungsi dan peran orang, cara berpikir dan sikap juga
berubah. Pemahaman Soemardjan dan Davis tentang perubahan sosial sangat
erat kaitannya dengan pandangan klasik Durkheim (Kamanto, 2000) tentang
perkembangan masyarakat dari sistem mekanis (yang penuh kekeluargaan,
keakraban, setiap orang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa perlu
bantuan orang lain) tidak ada spesialisasi pekerjaan) keberadaan kesadaran
kolektif kolektif) dari sistem sosial dengan karakteristik organik. Pada saat yang
sama, pembaruan memiliki arti yang lebih spesifik daripada pembaruan.
Pembaharuan bukan hanya perubahan menuju kemajuan dan pendewasaan,
tetapi kedewasaan dengan ciri khas tersendiri, itu pada dasarnya adalah apa
yang disebut keadaan modernitas yang dapat diamati secara eksternal, termasuk
urbanisasi, sekularisasi, konversi, media pribumi, promosi dan promosi
pendidikan, melek huruf, komunikasi dan transportasi, yang dapat dengan
mudah berhubungan dengan ciri-ciri lain dari perkembangan negara-negara
tersebut, misalnya individualisasi, gerak horizontal dan vertikal yang tinggi,dll.
Modernisasi sendiri merupakan suatu proses dari rangkaian upaya untuk
mencapai atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang universal,
rasional dan fungsional dan seringkali bertentangan dengan nilai-nilai tradisional.
Ketika kita berbicara tentang perubahan sosial di Indonesia, kita melihat
banyak peristiwa. Perkembangan tersebut biasanya tidak datang dengan
sendirinya, tetapi sangat didorong oleh situasi saat ini, yang berputar pada siklus
perubahan di Tanah Air Indonesia itu sendiri. Diantaranya adalah pengaruh
eksternal jangka panjang. Tanah Air Indonesia adalah bagian dari benua Asia.
Lokasinya terletak di tengah jalur perdagangan internasional antara China dan
India, dua pusat peradaban kuno di timur dan barat. Mengingat letak
geografisnya yang sangat strategis, tidak heran jika Tanah Air Indonesia sedikit
terpengaruh oleh kedua tempat tersebut. Menanggapi permintaan industri Barat
akan bahan baku, mencari pasar baru untuk produk jadi, dan mencari peluang
investasi baru di Barat, Inggris memanfaatkan sepenuhnya negara Indonesia.
Inggris mengirim imigran Cina dan India untuk mengisi kekurangan tenaga kerja
sehingga mereka dapat mengendalikan ekonomi yang ingin mereka manipulasi
dan monopoli. Tindakan Inggris mendatangkan para pendatang ini ke tanah air
karena memiliki berbagai keuntungan, seperti kemampuan menguasai kegiatan
pertambangan dan pertanian, yang dapat meningkatkan produksi pertanian di
Tanah Melayu bagi Inggris. Tampaknya kedua pendatang baru ini
mengendalikan dua sumber keuangan yang berbeda, menciptakan model
keuangan di masyarakat.

Contoh berikutnya, yang terkadang banyak kita ketahui, adalah


urbanisasi. Urbanisasi merupakan bagian dari kompleksitas perubahan sosial,
sebagaimana disebutkan oleh Ogburn, Gillin dan Gillin di atas. Kondisi ekonomi,
geografi, demografi, ideologi, biologi, penemuan-penemuan baru, dll mendorong
manusia berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Penduduk menghadapi
tekanan ekonomi di pedesaan, kebutuhan pokok seperti sandang pangan tidak
terpuaskan, “ideologi” perkotaan dan berbagai gaya hidup yang modern dan
menjanjikan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat pedesaan untuk
pindah ke kota. Perubahan struktur kehidupan kota mempengaruhi kehidupan
desa. Dengan kata lain, dalam hubungan timbal balik, dalam perembesan
budaya kota-desa atau sebaliknya, sebagai akibat perkembangan komunikasi,
transportasi, dan iptek, gaya hidup masyarakat desa dan kota mengalami
perubahan yang sangat signifikan. Perubahan pekerjaan dari bekas petani
menjadi buruh industri atau buruh pabrik mengubah pandangan dan perilaku
penduduk desa yang pindah ke kota. Di kota ia mengetahui berbagai
perkembangan yang tidak ia ketahui di desa. Dengan perubahan struktur
masyarakat, fungsi dan peran orang, cara berpikir dan sikap juga berubah.
Pemahaman Soemardjan dan Davis tentang perubahan sosial erat kaitannya
dengan pandangan klasik Durkheim (Kamanto, 2000) tentang masyarakat yang
berkembang dari sistem mekanis (penuh kekeluargaan, keakraban, setiap orang
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bergantung pada bantuan)
lainnya tidak ada spesialisasi pekerjaan). Masyarakat organik ini maju, di mana
setiap orang bekerja sesuai dengan pengetahuan khusus mereka dan
bergantung satu sama lain, ada norma hukum yang disepakati, ikatan muncul
melalui profesi atau pekerjaan, hubungan antar manusia didasarkan pada
kepentingan, dan lain-lain.

Dengan demikian, urbanisasi, industrialisasi, dan modernisasi yang


datang dari kota ke pedesaan (pinggiran), kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mempengaruhi kehidupan dan penghidupan penduduk pinggiran
kota ke kehidupan yang lebih praktis, lebih cepat, lebih ekonomis, dan lebih
nyaman, meskipun orang sering memiliki masalah dengan pencapaian teknologi
canggih. Dengan demikian, pertumbuhan dan perkembangan kota terjadi baik
untuk kota Jakarta sendiri sebagai kota metropolis maupun untuk kota-kota
sekitarnya (Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok). Menurut para sosiolog
perkotaan, meskipun kota-kota tersebut tumbuh dan berkembang, meskipun
pada mulanya kota adalah desa, yaitu desa yang mengalami perkembangan,
namun tidak setiap desa dapat berkembang menjadi kota. Ada beberapa faktor
atau persyaratan khusus yang memaksa desa menjadi kota. Salah satu yang
terpenting adalah desa menjadi pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat
industri. (Rahardjo, 1983:10).
2.1 Faktor Perubahan Sosial
Kemudian ada faktor perubahan sosial. Faktor-faktor tersebut kemudian
dikembangkan menjadi dua, yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat.
Pertama adalah faktor pendorong, yang dapat digambarkan sebagai kontak
dengan budaya lain atau difusi, kemudian juga sistem pendidikan formal lanjutan
yang menghargai karya orang lain dan juga keinginan untuk maju. Selain itu,
adanya toleransi terhadap tindakan menyimpang di masyarakat dan penegakan
sistem terbuka di masyarakat. Selain itu, terdapat populasi yang heterogen dan
ketidakpuasan profesional terhadap beberapa bidang kehidupan atau revolusi (di
masa lalu) di masyarakat. Dan orientasi masa depan juga menunjukkan nilai
yang harus diperjuangkan orang untuk meningkatkan kehidupannya. Pendidikan
adalah cara untuk menghasilkan generasi bangsa yang terbaik, yang melalui
pendidikan sesuai dengan tujuan bangsa dan mengubah seluruh aspek
kehidupan, terutama sosial budaya masyarakat manusia. Beragam keterampilan
untuk bekerja dengan teknologi canggih untuk mempercepat proses
pengembangan.

Selain faktor yang mendorong perubahan sosial, pasti ada juga faktor
yang menghambatnya. Antara lain melemahnya hubungan dengan
masyarakat/warga lain dan keterlambatan perkembangan ilmu pengetahuan di
lingkungan. Masih ada sikap yang sangat tradisional di kalangan masyarakat.
Selain itu, ada kepentingan yang mengakar dan ketakutan akan integrasi
budaya. Selain itu, terkadang muncul prasangka terhadap yang baru/aneh, yang
dapat berujung pada terciptanya masyarakat yang tertutup. Hambatan ideologis
dan kebiasaan serta kebiasaan juga dapat mempengaruhi perubahan sosial dan
nilai bahwa kehidupan pada dasarnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki, jika
orang tidak ingin menemukan perubahan yang diinginkan yang sesuai dengan
individu.

Ada juga beberapa faktor dominan yang dapat mempengaruhi terjadinya


perubahan dalam masyarakat (perubahan sosial).
1. Perubahan kondisi geografis
2. Kebudayaan materiil
3. Komposisi penduduk
4. Perubahan ideologi maupun karena difusi ataupun penemuan- penemuan
baru dalam masyarakat (Soekanto, 1987:285). Menyebabkan
pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat terjadinya perubahan struktur
masyarakat yang berkaitan dengan pranata sosial, yang pada gilirannya
mempengaruhi pranata negara itu sendiri.
Dalam istilah abstrak, masyarakat yang terdiri dari lembaga sosial, struktur
sosial, sistem nilai, norma, aturan, dan adat istiadat, menciptakan tatanan
konkret seperti : subsistem politik, subsistem ekonomi, subsistem sosial,
subsistem budaya. Berbagai perubahan masyarakat selalu terjadi dan dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Inti dari proses perubahan masyarakat itu
sendiri adalah perubahan norma atau nilai dalam masyarakat. Ketika kehidupan
masyarakat berubah, anggotanya (warga negara) mencoba mengembangkan
strategi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. (Suwaryo, Utang.
"Perubahan Sosial Dan Dinamika Pemerintahan." governance 1.1 (2010): 21-31.)
Pertambahan penduduk yang cepat di perkotaan, misalnya Jakarta, Bogor,
Tangerang, Bekas, Depok, tidak hanya disebabkan oleh kelahiran, tetapi juga
karena pesatnya urbanisasi, modernisasi, dan industrialisasi. Menurut Schooll
(1984:266), penyebab migrasi dari desa ke kota ada dua faktor, faktor pendorong
dan faktor penarik. Misalnya faktor pendorongnya adalah kemiskinan di desa
sedangkan faktor penariknya adalah :
a. Situasi keuangan kota ini dinilai lebih baik. Mereka (warga desa) berharap
mendapatkan pekerjaan di kota dan mendapatkan uang dari situ
b. Sehubungan dengan upaya mencari pekerjaan yang lebih sesuai dengan
pendidikannya
c. Kota ini memiliki fasilitas yang jauh lebih lengkap sehingga menjadi daya
tarik tersendiri
Pertambahan penduduk di Jakarta yang demikian membawa akibat penting
baik bagi Jakarta maupun sekitarnya (Botabek, Depok dan Cianjur). Dampak
langsungnya dapat berupa pertumbuhan penduduk yang cepat, yaitu
pembangunan fisik, kota yang tidak stabil dipandang sebagai masalah ekonomi
yang berkaitan dengan kesempatan kerja, penyediaan fasilitas dan pelayanan,
degradasi lingkungan dan masalah lain yang disebabkan oleh pembangunan fisik
yang tidak rata. Hal-hal di atas pada akhirnya membawa konsekuensi bagi
perkembangan masyarakat dan perubahan sosial yang terjadi di dalamnya, serta
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam produksi infrastruktur dan
pelayanan. Sehubungan dengan itu, ketika pusat-pusat industri, komersial,
pemukiman, dan pendidikan mulai bermunculan di kota-kota tersebut, sejumlah
masalah sosial muncul di kawasan tersebut, seperti : sengketa kepemilikan tanah
dan perdagangan, hubungan sosial antar warga menjadi rapuh, sekelompok
warga menghilang atau hilang, berganti pekerjaan, kemacetan lalu lintas, dll.
Budaya, yaitu penyesuaian nilai dan sikap yang mendukung perkembangan
ilmu pengetahuan, mengubah cara berpikir, mendukung pengembangan dan
penguasaan berbagai keterampilan dengan menggunakan teknologi canggih
untuk mempercepat proses pembangunan, modernisasi melalui pendidikan tinggi
dan masyarakat yang maju serta pemikiran tentang gaya hidup dan kebiasaan.
Dukungan sosial diperlukan untuk keserasian dan perkembangan pendidikan
dengan harapan dan realitas sosial.

2.2 Dampak Perubahan Sosial


Abdul Syani (2011: 204), Perubahan bisa berupa kemajuan dan
kegagalan. Unsur-unsur masyarakat dalam transisi biasanya meliputi nilai sosial,
norma sosial, pola perilaku, organisasi sosial, lembaga sosial, stratifikasi sosial,
kekuasaan, tanggung jawab, kepemimpinan, dll. Pada masyarakat maju atau
masyarakat berkembang, perubahan sosial dan budaya selalu berkaitan erat
dengan pertumbuhan ekonomi. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemard, perubahan di luar bidang ekonomi tidak dapat dihindarkan, karena
perubahan pada satu lembaga sosial menyebabkan perubahan pada lembaga
sosial lainnya. Karena selalu ada proses saling mempengaruhi antar lembaga
sosial tersebut. Perubahan saat ini tampak begitu cepat sehingga semakin sulit
untuk memprediksi bidang kehidupan masyarakat mana yang akan berubah
terlebih dahulu. Namun pada umumnya perubahan tersebut cenderung terjadi
secara berantai dan saling berhubungan antara unsur masyarakat dengan unsur
lainnya. Menurut Piotr Sztompka (2004: 13-15), memahami masalah kompleks
perubahan sosial membutuhkan tipologi proses sosial. Tipologi proses sosial
didasarkan pada empat kriteria utama, yaitu: bentuk proses sosial, hasil proses
sosial dan proses kesadaran sosial.
Diukur dari efek perubahan sosial, tidak ada yang namanya perubahan
sosial yang tidak berdampak pada masyarakat. perubahan sosial adalah
perubahan hubungan sosial atau perubahan kontinuitas hubungan sosial.
Perubahan sosial tidak hanya berdampak positif kehidupan manusia, tetapi juga
dampak negatifnya. Menurut Abdullah Idi (2011: 213), dampak atau akibat positif
dari perubahan sosial adalah :
1. Alat dan perangkat yang semakin kompleks untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
2. Perkembangan teknologi di berbagai bidang kehidupan.
3. Industri ini berkembang.
4. Menciptakan stabilitas politik.
5. Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dll.
Di sisi lain, telah terjadi perubahan sosial, beberapa di antaranya adalah:
ditambah adanya modernisasi dan globalisasi dalam masyarakat Efek positif juga
membawa efek negatif.
Arah perubahan meliputi dua arah, yaitu: pertama, perubahan dengan
melepaskan faktor/elemen kehidupan sosial yang perlu dilepaskan. Atau
perubahan dengan bentuk atau elemen baru atau yang sudah ada. Setiap
masyarakat manusia pasti mengalami perubahan selama hidupnya. Perubahan
ini bisa menjadi perubahan yang tidak nyaman dalam arti kurang terlihat. Ada
juga perubahan yang berdampak terbatas atau luas, ada juga perubahan yang
sangat lambat, namun ada juga yang bergerak cepat. Perubahan hanya dapat
ditemukan oleh mereka yang memiliki kesempatan untuk mempelajari struktur
dan kehidupan masyarakat pada waktu tertentu dan membandingkannya dengan
struktur dan kehidupan masyarakat di masa lalu. Seseorang yang belum sempat
melihat struktur dan kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, misalnya,
menganggap bahwa masyarakat ini statis, tidak berkembang dan tidak berubah.
Pernyataan seperti itu didasarkan pada pandangan yang dangkal, yang tentu
saja tidak memiliki kedalaman dan detail. Karena tidak ada masyarakat yang
selalu berdiri pada titik tertentu. Penduduk desa mengenal bisnis, alat
transportasi modern bahkan bisa mengikuti berita dari daerah lain melalui radio,
televisi, dll yang sebelumnya tidak dikenal.
Perubahan sosial dikaitkan dengan modernisasi dan dari globalisasi ke
Indonesia. Modernisasi adalah salah satu bentuk perubahan perubahan sosial,
kebanyakan perubahan sosial yang terarah dan beralasan untuk merencanakan
Globalisasi adalah sebuah proses pembentukan sistem berikutnya datang
organisasi dan komunikasi antara orang-orang di seluruh dunia sistem dan
aturan yang sama. Globalisasi adalah proses dengan batasan negara bubar dan
menjadi tidak relevan dalam kehidupan sosial modernisasi dan globalisasi
membawa serta perubahan dalam masyarakat sasaran. Namun, pengaruh
globalisasi tidak selalu positif globalisasi juga memiliki banyak dampak negatif.

2.2.1 Globalisasi
Di sisi lain, ada yang memandang globalisasi sebagai sebuah proyek
dibawa oleh negara adikuasa, bisa jadi orang memiliki penglihatan negatif atau
mencurigakan. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah adalah
kapitalisme dalam bentuk terbarunya. Negara yang kuat dan orang kaya praktis
akan mendominasi ekonomi dunia dan negara-negara kecil semakin berkurang
tidak berdaya karena tidak dapat melanjutkan. Karena globalisasi cenderung
berpengaruh itu memiliki dampak besar pada ekonomi global dan bahkan
mempengaruhi sektor lain seperti budaya dan agama. Ada juga pandangan
bahwa globalisasi adalah proses penyebaran item baru, terutama yang berkaitan
dengan informasi melalui media cetak dan elektronik.

Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya perubahan sosial


budaya, karena globalisasi adalah faktor nilai-nilai budaya eksternal, seperti
misalnya pengetahuan yang terus berkembang, kepatuhan terhadap hukum,
kemandirian, kejelian, keterbukaan, etos kerja, rasionalisme, efisiensi dan
produktivitas, keberanian kompetitif, tanggung jawab dan keberanian
menanggung resiko. Pada saat yang sama, banyak saluran proses globalisasi
yang umum adalah lembaga sosial seperti lembaga pendidikan dan ilmu
pengetahuan pengetahuan, lembaga keagamaan, lembaga komersial dan
industri internasional, saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional,
wisatawan atau wisatawan luar negeri, lembaga internasional yang mengatur
peraturan lembaga dan negara internasional dan dalam lingkungan diplomatik
bilateral dan regional.
Ada yang berpendapat bahwa mereka sedang bergerak atau memasuki
era globalisasi berbagai masalah sosial dan perubahan dalam masyarakat
Milenium 3 yaitu ketidakamanan, dengan kecenderungan ketidakmampuan
pertimbangkan apa yang terjadi. Perlu perbaikan sumber daya manusia yang
lebih baik. Perubahan itu sendiri didorong oleh tiga faktor perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, jumlah penduduk dan faktor ekologis atau
lingkungan.

2.2.2 Modernisasi
Soekanto (2011: 374), proses modernisasi merupakan proses yang
sangat kompleks utama, terkadang batasan tidak dapat ditetapkan sepenuhnya.
Mungkin di beberapa tempat modernisasi melibatkan penghapusan kebutaan
surat, di tempat lain prosesnya melibatkan penyemprotan rawa-rawa dengan
DDT untuk mengurangi sumber malaria atau juga dapat diartikan sebagai upaya
untuk membangun pembangkit listrik. Dalam misalnya, di Indonesia modernisasi
sektor pertanian sangat ditekankan di daerah lain.

Pada dasarnya konsep modernisasi mencakup perubahan yang luas


koeksistensi tradisional atau postmodern juga dalam pengertian teknologi
organisasi sosial ke model ekonomi dan politik yang menjadi ciri negara barat
modern. Ciri-ciri umum modernisasi aspek demografis dan sosiodemografis
masyarakat terwakili dalam gerakan sosial. Ini berarti proses elemen sosial
secara finansial dan psikologis, peluang untuk sebuah pola mulai muncul melalui
sosialisasi dan pola perilaku. Perwujudannya adalah aspek-aspek kehidupan
modern, seperti mekanisasi, komunikasi massa yang terorganisasi, urbanisasi,
pertumbuhan pendapatan per kapita, dll. Penampilan struktur organisasi sosial
didefinisikan sebagai elemen dan norma sebuah masyarakat yang ada ketika
orang masuk ke dalam suatu hubungan satu sama lain dalam kehidupan sosial.
Perubahan struktural bisa pranata sosial, norma masyarakat, kelas sosial,
hubungan dan sebagainya.

Selain itu, Anda tentu saja akan menemui kendala perubahan melalui
modernisasi. Keyakinan yang kuat akan hal itu kebenaran tradisi, sikap intoleran
terhadap yang menyimpang keterbelakangan pendidikan dan pembangunan
merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi menghambat proses
modernisasi. Ini adalah pendidikan yang berkembang secara ilmiah penting
untuk melanjutkan perkembangan teknologi modernisasi, namun, itu akan
mencegah regresi budaya modernisasi yang terlalu cepat juga tidak diinginkan,
karena dengan cara demikian masyarakat tidak punya waktu untuk mengatur
ulang dirinya sendiri. Karena itu, dapat dikatakan bahwa penerimaan dipengaruhi
dengan baik atau perlawanan terhadap modernisasi, terutama sikap dan nilai.
Kemampuan untuk menunjukkan keuntungan dari elemen baru dan
komparabilitasnya dengan unsur budaya yang dapat dimodernisasi konflik
dengan budaya yang ada atau membutuhkan model baru tetapi mungkin ada
unsur-unsur modernisasi itu menggantikan elemen lama, sehingga tidak mubazir.

Proses modernisasi melibatkan proses yang sangat luas dan sangat


relatif, bergantung pada dimensi ruang dan waktu. Sistem budaya pramodern
memang memiliki cara untuk melacak waktu. Misalnya, sistem kalender adalah
kekuatan budaya yang diadopsi oleh banyak orang di bidang pertanian untuk
menentukan waktu tanam dan masa tanam. Keseragaman pengukuran waktu
dengan jam mekanis, disesuaikan dengan keseragaman organisasi sosial waktu.
Salah satu aspek terpenting adalah standarisasi kalender internasional. Dimensi
waktu proses modernisasi sangat relatif. Apa yang ia hadirkan hari ini semodern
mungkin, sedikit belakangan masih dianggap sesuatu yang tradisional. Tingkat
modernisasi sangat tergantung pada orang-orang yang melakukan modernisasi.
Internet bagi orang Indonesia adalah sesuatu yang modern bahkan mewah.
Tetapi bagi orang Amerika teknologi ini adalah alat komunikasi yang umum,
bahkan mungkin cukup tradisional.

2.4 Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan


Perubahan budaya dapat disamakan dengan perubahan sosial, tetapi
perubahan budaya memiliki arti yang lebih luas. Dapat dikatakan bahwa
masyarakat dan kebudayaan saling berhubungan dan menimbulkan keterkaitan
dan hubungan sebab akibat. Konsep budaya itu sendiri merupakan ekspresi jiwa
yang diwujudkan dalam cara hidup, berpikir dan kehidupan sosial, termasuk
pengajaran seni sastra, terkadang agama, kreasi dan serta hiburan.

Sebelum melanjutkan dengan uraian tentang perubahan sosiokultural,


mari kita mulai dengan pemikir Auguste Comte. Garis pemikiran Comte dikenal
sebagai aliran positivis, yaitu pandangan bahwa masyarakat harus melalui
tahapan evolusi yang berbeda, masing-masing terkait dengan pola pemikiran
tertentu. Lebih lanjut Comte menjelaskan bahwa setiap tahap baru akan
didahului oleh konflik antara pemikiran tradisional dan progresif. Dia berpendapat
bahwa masyarakat telah menjadi lebih kompleks, terdiferensiasi, dan
terspesialisasi. Menurut Kingsley Davis dalam Nanang (2012:4) bahwa
perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi
masyarakat. Menurut Soemardjan, perubahan sosial mencakup semua
perubahan pranata manusia dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosial, yang meliputi nilai, sikap, dan pola perilaku antar kelompok sosial.
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan pranata sosial
masyarakat.Perubahan kelembagaan kemudian sistem sosial mempengaruhi
sistem tersebut sosial, termasuk nilai-nilai, perilaku atau sikap dalam masyarakat
dibentuk oleh kelompok sosial.

Ada banyak faktor yang menyebabkan perubahan sosial atau


mempengaruhi proses perubahan sosial. Kontak dengan budaya lain kemudian
menimbulkan pengaruh, perubahan pendidikan, ketidakpuasan masyarakat
terhadap bidang kehidupan tertentu, kelompok penduduk yang heterogen,
toleransi terhadap tindakan yang sebelumnya dianggap menyimpang dan tidak
menyenangkan, namun lambat laun berubah menjadi peraturan formal atau
norma hukum.

Perubahan sosiokultural sebenarnya berasal dari dua konsep yang


berbeda, yang pertama adalah perubahan sosial dari perspektif sosiologis dan
keduanya menggunakan perubahan budaya dari perspektif antropologis. Namun
secara singkat dapat diartikan bahwa perubahan sosial budaya adalah
perubahan yang meliputi hampir semua aspek. Kehidupan sosial budaya suatu
masyarakat atau komunitas. Pada dasarnya proses ini lebih condong untuk
menerima perubahan-perubahan baru yang dilakukan masyarakat secara
terkendali untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup. Akan tetapi,
perubahan sosiokultural tidak terlepas dari penilaian terhadap akibat positif dan
negatif dari responden yang mengalami langsung proses tersebut. Berdasarkan
definisi-definisi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan
sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur, dalam tatanan sosial. ,
Budaya. , elemen sosial. Institusi dan perubahan ini muncul dari urbanisasi dan
modernisasi. Perubahan sosial budaya sebenarnya adalah perubahan yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat pada unsur sosial dan budaya.

2.5 Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial dan Kebudayaan


Bentuk-bentuk perubahan sosial dan budaya terbagi menjadi tiga hal.
Pertama, perubahan cepat dan lambat dapat diartikan sebagai evolusi (tanpa
rencana) dan pemberontakan. Selain itu, perubahan kedua merupakan
perubahan kecil dan penting, yaitu unsur-unsur struktur sosial yang tidak
mengesankan atau masih dalam komunitas kecil. Industrialisasi berdampak
besar bagi masyarakat. Terakhir, ada perubahan yang diinginkan dan perubahan
yang direncanakan/tidak direncanakan.

Soerjono Soekanto (1989), berpendapat bahwa perubahan sosial

dan budaya dapat dibedakan dalam beberapa bentuk, diantaranya :

1. Perubahan Lambat dan Cepat (Evolusi)


Perubahan lambat adalah perubahan sosial budaya yang memakan
waktu lama, sebagian besar tidak terencana, spontan, tetapi sebagian
besar lebih bersifat sosial dari perkembangan sebelumnya dan mengarah
ke tingkat perkembangan yang lebih maju atau lebih baik. Di sisi lain,
perubahan cepat adalah kebalikan dari perubahan lambat dan
menghasilkan hasil yang lebih tidak pasti daripada perubahan lambat.

2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar (Industrialisasi)


Pada dasarnya, perbedaan antara keduanya adalah relatif. Namun jika
dilihat dari definisi masing-masing istilah, masih terdapat perbedaan,
sebaliknya perubahan besar justru membawa dampak positif dan negatif
bagi kehidupan manusia. Misalnya termasuk perubahan kecil seperti ganti
baju dan musik. Namun, perubahan besar dalam institusi masyarakat
(ekonomi, masyarakat, dll) mempengaruhi masyarakat, seperti kenaikan
harga BBM.

3. Perubahan yang Diinginkan dan Perubahan yang Direncanakan/Tidak


Direncanakan.
Perubahan terencana adalah perubahan yang diantisipasi dan
direncanakan oleh agen perubahan (change agent). Tentu saja, setelah
melalui proses panjang penjelasan, konfirmasi, pengamatan, dan lain-
lain, terhenti oleh keputusan yang terorganisir untuk berubah, seperti
penolakan di era Orde Baru.

Di sisi lain, perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang


sebelumnya tidak direncanakan tetapi mempengaruhi kehidupan masyarakat.
mengalami perubahan ini. Misalnya, perubahan pakaian, perubahan moral,
perubahan statistik, dll.

2.6 Faktor-Faktor Pendorong Dan Penghambat Terjadinya Perubahan Sosial


Budaya
Faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial budaya Menurut
Murdock (dalam Manan, 1989: 50) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan sosial budaya adalah:

a) Bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk


b) Perubahan lingkungan geografis
c) Perubahan ke lingkungan baru
d) Berkomunikasi dengan orang-orang dari budaya lain
e) Bencana alam dan sosial (banjir, gempa bumi, krisis keuangan)
f) Inovasi
g) Teknologi
h) Pemberontakan atau revolusi (contoh: Revolusi Kemerdekaan Indonesia)
Faktor -faktor yang menghambat terwujudnya perubahan sosial budaya
itu sendiri adalah :

a) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain


b) Keterlambatan perkembangan ilmu pengetahuan
c) Pemikiran tentang masyarakat lama (tradisional).
d) Obyek yang menarik memiliki akar yang dalam
e) Kekhawatiran melemahkannya integrasi budaya
f) Prasangka tentang penampilan atau sikap tertutup
g) Hambatan ideologis
h) Tata krama dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat tertentu.

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perubahan sosial adalah suatu proses di mana unsur-unsur sosiokultural
berkembang dari waktu ke waktu, menghasilkan perbedaan yang signifikan
dalam struktur dan fungsi masyarakat dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Hal ini disebabkan oleh perubahan yang disebabkan oleh perkembangan
pemikiran manusia serta perubahan lingkungan dan teknologi. Fenomena yang
tampaknya stabil dan tidak berubah adalah posisi yang dibekukan secara kognitif
dalam aliran peristiwa sosial yang berkelanjutan, potret dunia yang tak berujung
adalah pendekatan yang relatif aman.

Para ahli menyajikan teori-teori perubahan sosial dengan aksen yang


berbeda-beda sesuai dengan pemikiran mereka masing-masing. Dia
berpendapat bahwa ruang lingkup perubahan sosial mencakup elemen budaya
yang berwujud dan tidak berwujud. Ia menekankan besarnya pengaruh unsur
budaya yang berwujud terhadap unsur yang tidak berwujud. Sebaliknya, sosiolog
Indonesia Selo Soemardjan melihat perubahan sosial lebih dari perspektif
perubahan pranata sosial masyarakat. Perubahan lembaga sosial mempengaruhi
sistem sosial, termasuk nilai, sikap dan perilaku kelompok sosial.Perubahan
budaya material lebih besar pengaruhnya terhadap perubahan cara berpikir,
sikap dan pola perilaku masyarakat. Kedua ahli tersebut mengatakan bahwa
perubahan sosial adalah penyimpangan dari cara hidup yang diterima, yang
disebabkan baik oleh kondisi geografis, budaya material, demografi, ideologi,
atau penyebaran masyarakat atau penemuan baru. Pada saat yang sama,
pemutakhiran memiliki arti yang lebih tepat daripada pemutakhiran. Modernisasi
bukan hanya perubahan menuju kemajuan dan kedewasaan, tetapi kedewasaan
dengan karakteristiknya sendiri, yang di negara-negara Barat pada hakekatnya
adalah kondisi yang dapat diamati secara eksternal disebut modernitas,
termasuk urbanisasi, sekularisasi, demokratisasi, keterbukaan media,
peningkatan dan promosi pendidikan, literasi, komunikasi dan transportasi, yang
dapat dengan mudah dikaitkan dengan karakteristik lain dari perkembangan
negara-negara tersebut, seperti individualitas, mobilitas horizontal dan vertikal
yang tinggi, dll.

Perubahan budaya dapat disamakan dengan perubahan sosial, tetapi


perubahan budaya memiliki arti yang lebih luas. Dapat dikatakan bahwa
masyarakat dan budaya saling berhubungan, menciptakan hubungan dan
hubungan sebab akibat. Konsep budaya itu sendiri merupakan perwujudan jiwa
yang diwujudkan dalam gaya hidup, pemikiran dan kehidupan sosial, termasuk
pengajaran seni sastra, terkadang agama, kreasi dan hiburan.

Menurut Kingsley Davis, perubahan sosial di Nanang adalah perubahan


yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat. Menurut Soemardjan,
perubahan sosial mencakup semua perubahan pranata manusia dalam
masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, yang meliputi nilai, sikap, dan
pola perilaku antar kelompok sosial. Perubahan sosial dapat dimaknakan
sebagai perubahan pranata sosial pada masyarakat. Perubahan lembaga dan
sistem sosial mempengaruhi sistem sosial, termasuk nilai, perilaku atau sikap
yang dibentuk oleh kelompok sosial dalam masyarakat.

Namun secara singkat dapat diartikan bahwa perubahan sosial budaya


adalah perubahan yang meliputi hampir semua aspek. Pada dasarnya proses ini
lebih condong untuk menerima perubahan-perubahan baru dalam masyarakat
secara terkendali untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup. Pendidikan
dan perubahan sosial budaya Berkaitan dengan ketika pendidikan menjadi
subjek perubahan sosial budaya. Pada saat yang sama, perubahan sosial
budaya tidak dapat terjadi tanpa bantuan lembaga pendidikan. Namun,
pendidikan tidak dapat dilebur ke dalam proses perubahan sosial budaya,
terutama mengantisipasi budaya asing dan menyuling budaya tersebut sebagai
budaya asli Indonesia atau budaya lokal sebagai warisan budaya bangsa
Indonesia yang tidak akan hilang. atau hilangnya budaya asing.
DAFTAR PUSTAKA
Sztompka, Piotr. "Perubahan Sosial." Trauma Budaya dan Identitas
Kolektif (2004): 155.

(Marius, Jelamu Ardu. "Perubahan sosial." Jurnal Penyuluhan 2.2 (2006).)

Halim, Fatimah. "Hukum dan Perubahan Sosial." Al Daulah: Jurnal Hukum


Pidana dan Ketatanegaraan 4.1 (2015): 107-115.

Hati, Silvia Tabah, and Dosen FITK UINSU Medan. "Dampak perubahan sosial."
Jurnal Ilmu Sosial dan Budaya 4 (2020): 1-9.

Marius, Jelamu Ardu. "Perubahan sosial." Jurnal Penyuluhan 2.2 (2006).

Martono, Nanang. 2o11. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspetif Klasik, Modren,


Post Modern dan Post kolonial. Jakarta: Rajawali Pers.

You might also like