You are on page 1of 3

Nama : 1.

Nadila Fitria ( 2010221013 )


2. Fadhillah Alifah ( 2010221004 )
Kelas : Kelembagaan Dan Kepemimpinan Agribisnis

Peran BPPT Dalam Bidang Pertanian

1. Pengertian BPPT
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah non-
departemen yang berada dibawah koordinasi Kementerian Negara Riset dan Teknologi
yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan
penerapan teknologi.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga Pemerintah


Non Kementerian yang mempunyai tugas dalam bidang pengkajian dan penerapan
teknologi. BPPT memiliki peran untuk mengkolaborasikan pengguna komersial (industri)
dan pengguna akhir (masyarakat) menjadi mitra dan secara konsisten terus
mengembangkan produk unggulan dan inovatif.

BPPT memiliki 34 Pusat/Balai Litbang di Kawasan PUSPIPTEK. Pusat/Balai


Litbang tersebut berada di bawah Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi,
Kedeputian Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam, Kedeputian Teknologi
Agroindustri dan Biteknologi, Kedeputian Teknologi Informasi, Energi, dan Material,
serta Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa.

2. Sejarah BPPT

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga Pemerintah


Non-Kementerian yang berada dibawah koordinasi Badan Riset Inovasi Nasional yang
bertanggung jawab langsung ke Presiden dalam menjalankan tugas pemerintahan di
bidang pengkajian dan penerapan teknologi. Proses pembentukan BPPT bermula dari
gagasan Presiden RI ke-2, Soeharto kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28-
Januari-1974. Dengan surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5-Januari-1974, Prof Dr.
Ing. B.J. Habibie diangkat sebagai penasehat pemerintah di bidang advance teknologi dan
teknologi penerbangan yang bertanggung jawab langsung pada presiden dengan
membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina.
Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina
No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi Divisi Advance
Teknologi Pertamina. Kemudian diubah menjadi Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus
1978. Diperbaharui dengan Surat Keputusan Presiden No.47 tahun 1991.

3. Peran BPPT Dalam Bidang Pertanian


a. BPPT Terapkan Smart Farming Untuk Meningkatkan Produksi

Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan keterbatasan lahan serta peningkatan


konsumsi, guna mencukupi kebutuhan pangan, pertanian adalah kuncinya. Smart farming
yang digadang-gadang akan menjadi konsep pertanian di masa depan karena keterbatasan
lahan. Dalam penerapannya, tidak hanya tentang penerapan teknologi, namun kunci utama
adalah tentang data yang terukur, apa saja yang dibutuhkan tanaman guna mencapai hasil
produksi yang optimal, prediksi panen, keamanan dan pencegahan hama, serta manajemen
operasional yang semua itu dapat dilakukan dengan penerapan teknologi smart farming.
Melalui pemanfaatan teknologi seperti big data, machine learning, dan Internet of
Things (IoT) smart farming dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi dalam
industri agrikultur.

BPPT sebagai lembaga pengkajian dan penerapan telah melakukan beberapa inovasi
di bidang pertanian dan kesehatan seperti teknologi perbanyakan bibit, teknologi
pengolahan pangan, teknologi pasca panen serta teknologi pengolahan rumput laut, selain
itu Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris dengan memiliki potensi pertanian yang
besar. Sektor pertanian memiliki potensi besar dan bagi generasi milenial, dan ini menjadi
tantangan untuk bagaimana memajukan produksi pertanian terlebih di era industri 4.0.
Dengan menggunakan teknologi pertanian cerdas atau smart farming guna meningkatkan
produktivitas pertanian sehingga profesi petani dapat dijadikan sebuah cita-cita, ujarnya.
Sehingga, generasi petani milenial di harapkan bisa masuk dan berperan di sektor ini dengan
penguasaan teknologi merubah tradisional farming menjadi modern dan lebih
menguntungkan
b. Dengan Bantuan Teknologi BPPT Dorong Produktifitas Pertanian Di
Perkotaan
Produk pertanian pada umumnya dihasilkan dari daerah pedesaan namun seiring
bertambahnya waktu maka luas lahan pertanian semakin berkurang karena adanya alih
fungsi lahan pertanian. Oleh karena itu, perlu di kembangkan teknologi pertanian yang tidak
banyak memerlukan lahan luas tetapi mempunyai produktifitas yang cukup tinggi.
Teknologi pertanian perkotaan atau teknologi urban farming merupakan salah satu solusi
untuk permasalahan tersebut, contohnya adalah teknologi budidaya tanaman berbasis air
atau hidroponik.
Berkaca dari hal tersebut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama
mitra kerja Komisi VII DPR RI menggelar diseminasi atau kegiatan penyebaran hasil
inovasi terkait teknologi hidroponik guna mendukung urban farming. Teknologi hidropopik
yang diberikan adalah hasil desain dari Pusat Teknologi pertanian dan Pusat Teknologi
Bioindustri. Teknologi ini telah dikembangkan oleh BPPT sejak 20 tahun yang lalu dan akan
terus dilanjutkan untuk mendukung urban farming.
Diharapkan teknologi hidroponik dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi
kelompok wanita tani sehingga urban farming dapat berkembang dengan pesat di
masyarakat. Diharapkan juga urban farming yang didukung menggunakan teknologi
hidroponik selain menghijaukan kota juga dapat memperdayakan ekonomi masyarakat dan
menjadi program yang berkelanjutan, bukan hanya hidroponik hortikultura pangan saja
tetapi juga tanaman non pangan seperti anggrek dan tanaman hias lainnya.

You might also like