Professional Documents
Culture Documents
Tugas Ica
Tugas Ica
OLEH
ELYSCIA ZAHIRA PUTRI SISWOYO
SDN SIDOKARE II SIDOARJO
RUMAH ADAT DI INDONESIA
Rumah adat Indonesia sangat beragam mengingat bahwa Indonesia merupakan negara yang
kaya akan suku dan budaya. Tidak heran apabila ternyata Indonesia pun punya banyak sekali
jenis rumah adat sesuai dengan daerahnya. Jika dihitung berdasarkan jumlah provinsi,
setidaknya ada 34 jenis rumah adat.
34 jenis rumah adat yang ada di Indonesia yaitu:
1. Rumah Krong Bade
2. Rumah Bolon
3. Rumah Gadang
4. Rumah Selaso Jatuh Kembar
5. Rumah Panggung Kajang Leko
6. Rumah Bubungan Lima
7. Rumah Limas
8. Rumah Nuwo Sesat
9. Rumah Badui/Baduy
10. Rumah Kebaya
11. Rumah Sunda
12. Rumah Joglo
13. Rumah Joglo Situbondo
14. Rumah Bangsal Kencono
15. Rumah Gapura Candi Bentar
16. Rumah Dalam Loka
17. Rumah Panjang
18. Rumah Betang
19. Rumah Tongkonan
20. Rumah Sasad
21. Rumah Rakit
22. Rumah Lamin
23. Rumah Dulohupa
24. Rumah Boyang
25. Rumah Tambi
26. Rumah Walewangko
27. Rumah Musalaki
28. Rumah Baileo
29. Rumah Bubungan Tinggi
30. Rumah Baloy
31. Rumah Banua Tada
32. Rumah Kariwari
33. Rumah Belah Bubung
34. Rumah Honai
1. Rumah Adat Aceh: Krong Bade
Orang Aceh memiliki citarasa seni yang sangat baik. Salah satunya terlihat pada
rumah khas Krong Bade. Rumah panggung dengan satu tangga di depan ini memiliki
perpaduan warna yang cantik. Rumah Krong Bade biasa dikenal juga dengan
nama rumoh Aceh. Rumah adat ini jadi salah satu budaya Indonesia yang hampir
punah.
Rumah adat ini punya tangga di bagian depan rumah dan tingginya berada beberapa
meter dari tanah. Jumlah anak tangga rumah adat Krong Bade biasanya berjumlah
ganjil. Bahan dasar pembangunan rumahnya adalah kayu, dengan banyak ukiran di
dinding rumah. Atap rumahnya terbuat dari daun rumbia dan bentuknya persegi
panjang, memanjang dari timur ke barat.
2. Rumah Adat Sumatera Utara: Bolon
Rumah Gadang khas Sumatera Barat masih banyak ditemui di provinsi ini. Rumah
Gadang atau rumah godang adalah rumah adat Minangkabau. Ornamen rumah ini juga
banyak ditemui di seluruh Indonesia, khususnya di rumah makan Padang.
Rumah adat ini punya bentuk puncak atap yang runcing, menyerupai tanduk kerbau.
Dulunya atap ini dibuat dari bahan ijuk dan bisa bertahan sampai puluhan tahun.
Tetapi belakangan, atap rumah banyak berganti dengan seng.
Rumahnya dibangun dengan bentuk empat persegi panjang, dibagi atas 2 bagian yakni
depan dan belakang. Bagian depan biasanya penuh dengan ukiran ornamen bermotif
akar, bunga, dan daun. Sedangkan bagian luar belakang dilapisi belahan bambu.
Riau memiliki beberapa jenis rumah adat, salah satunya adalah Selaso Jatuh
Kembar yang paling terkenal. Nama ini diadopsi dari bentuk bangunan yang memiliki
dua selasar. Selasar rumah panggung ini memiliki posisi lebih rendah dibanding ruang
tengah dan biasanya dijadikan tempat musyawarah.
Rumah adat ini memiliki ciri khas yakni berbentuk rumah panggung atau memiliki
kolong. Di dalam rumah hanya ada sekat yang memisahkan ruang tengah dan ruang
telo (tempat menyimpan makanan), tidak ada ruangan atau kamar-kamar.
Bahan bangunannya terbuat dari alam, seperti atap dari daun rumbia, lalu dinding,
tiang atau lantai dari kayu-kayu berkualitas baik seperti kayu meranti, kayu medang,
atau kayu punak.
Ciri khas rumah adat Bubungan Lima ini salah satunya terletak dari bentuk atapnya
yang tampak seperti bertumpuk-tumpuk. Wiranata dkk. dalam jurnal ilmiahnya yang
berjudul “Rancang Bangun Permainan Android Tiga Dimensi Teka Teki Rumah
Bubungan Lima dengan Metode Kecerdasan Buatan” menyebutkan bahwa nama
Bubungan Lima merujuk pada bentuk atapnya. Selain itu, bahan pembuat atapnya
adalah ijuk pohon enau. Namun seiring berjalannya waktu, bahan pembuat atap sudah
berganti dengan seng.
Rumah adat ini punya luas mulai dari 400 – 1000 m2 dan biasanya digunakan untuk
hajatan atau acara adat. Rangka rumah adat terbuat dari kayu seru yang cukup langka.
Bahan material untuk membuat dinding, lantai, dan pintunya menggunakan kayu
tembesu. Sedangkan untuk tiang rumah menggunakan kayu unglen yang tahan air.
Nuwo Sesat berbentuk rumah panggung bertiang dan dibuat dengan menggunakan
material papan kayu.
Nuwo Sesat memiliki fungsi sebagai tempat utama untuk pertemuan adat bagi para
purwatin atau penyeimbang saat sedang mengadakan musyawarah adat. Rumah adat
Nuwo Sesat ini disebut juga sebagai Balai Agung.
Secara fisiknya, Nuwo Sesat berbentuk rumah panggung bertiang dan sebagian besar
dari rumah adat ini dibuat dengan menggunakan material papan kayu. Pada awalnya,
rumah Nuwo Sesat mempunyai atap yang berbahan dasar anyaman ilalang. Namun,
saat ini atapnya sudah digantikan dengan genting untuk menyesuaikan dengan
perubahan zaman.
Rumah adat dari provinsi Banten ini dimiliki oleh suku Badui, kelompok etnis
masyarakat adat suku di Banten. Bentuk rumahnya sering disebut juga dengan Julang
Ngapak dan gaya bangunannya seperti rumah panggung.
Bagian atap terdiri dari daun yang disebut sulah nyanda dan bagian bilik rumah dan
pintu dibuat dari anyaman bambu yang disusun secara vertikal, dikenal dengan
nama sarigsig. Selain itu, rumah adat Baduy dibagi dalam 3 bagian,
yakni sosoro (depan), tepas (tengah), dan imah (belakang).
Rumah adat betawi memiliki nama Kebaya. Disebut sebagai rumah kebaya karena
bentuk atapnya yang mirip pelana yang dilipat dan jika dilihat dari samping, lipatan-
lipatan itu mirip dengan lipatan kebaya. Sampai sekarang, ornamen rumah tradisional
dari Betawi ini masih sering dipakai, yaitu bagian lis ukiran di bawah genteng.
Pemasangan lis khas Betawi tersebut adalah cara paling mudah untuk menunjukkan
ciri khas rumah tradisional Jakarta. Atap rumahnya terbuat dari genteng atau atep
(daun kirai yang dianyam), dinding depan dengan kayu gowok/kayu nangka, dinding
rumah lainnya dengan anyaman bambu, dan pondasi yang digunakan adalah batu kali.
Rumah adat Sunda ini mengandalkan kayu di beberapa sudut yang mudah ditemukan
di tanah Pasundan.
Masyarakat Sunda memiliki rumah tradisional unik yaitu rumah panggung tapi
dengan tangga yang pendek, berbeda dengan rumah panggung di Sumatera atau
Kalimantan. Rumah Sunda di masing-masing daerah memiliki ciri khas berbeda yang
terletak pada atapnya. Jenis atapnya antara lain: jolopong, badak heuay, perahu
kemurep, pongpok, jublek, apit gunting, dan lainnya.
Sebagian besar rumah adat Sunda mengambil bentuk dasar struktur atap pelana atau
atap gaya kampung yang dibangun di atas panggung pendek. Rumahnya terbuat dari
bahan-bahan dedaunan seperti ijuk, dedaunan palem, atau serat aren hitam. Daun-
daun ini akan menutupi kerangka kayu dan balok. Dindingnya terbuat dari anyaman
bambu.
Rumah adat dari Jawa Tengah ini memiliki ruang tamu yang biasanya disebut
pendopo.
Joglo adalah rumah adat Jawa Tengah dengan ciri atap berbentuk piramida yang
mengacu pada bentuk gunung. Secara umum ada empat bagian dari rumah Joglo,
yaitu pendopo atau ruang tamu, pringgitan atau ruang samping, ruang dalem atau
ruang utama, dan sentong sebagai ruang penyimpanan.
Joglo bisa jadi inspirasi Anda dalam membangun rumah, karena memiliki bentuk atap
yang unik dan cantik. Salah satu yang bisa diadopsi adalah pendoponya yang diadopsi
untuk teras. Tentu ada penyesuaian ukuran, karena aslinya pendopo berukuran luas.
Namun, apabila Anda ingin mencari rumah di Jawa Tengah tentu bisa menjadi opsi
terbaiknya.
Jika Anda melihat rumah tradisional Bali, pasti banyak sekali Anda melihat ukiran-
ukiran pahatan, patung, dan lainnya. Di samping itu pula, setiap rumah pasti selalu
memiliki gapura candi sebagai gerbang masuk rumah maupun Pura. Ada banyak
sekali unsur yang bisa diterapkan seperti ornamen, ukiran
Rumah adat di Nusa Tenggara Barat disebut Dalam Loka. Rumah ini digunakan oleh
Suku Sumbawa, Sasak, Dompu, dan Dongu. Rumah ini dulunya hanya digunakan
oleh raja dan kepala adat, bukan masyarakat biasa. Tapi kini Dalam Loka sudah boleh
digunakan oleh masyarakat biasa.
Hal yang unik dari Rumah adat ini yaitu ditopang dengan 99 tiang yang
melambangkan 99 sifat Allah dalam ajaran agama Islam. Area luar dilengkapi dengan
dekorasi seperti kebun istana, gapura, atau tempat lonceng.
Rumah adat Kalimantan Tengah atau rumah betang, dihuni oleh masyarakat Dayak
terutama di daerah hulu sungai. Rumahnya berbentuk panggung, punya panjang
mencapai 30-150 meter, lebar 10-30 meter, dan tinggi tiang sekitar 3-5 meter.
Arsitekturnya mirip dengan rumah adat Panjang, Kalimantan Barat.
Pada suku Dayak tertentu, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan
rumah adat Betang. Seperti, hulunya harus searah dengan matahari terbit dan hilirnya
ke arah matahari terbenam. Hal ini adalah simbol kerja keras dan bertahan hidup dari
matahari terbit sampai terbenam.
19. Rumah Adat Toraja: Tongkonan
\
Suku Toraja memiliki rumah adat yang berbentuk elegan. Lengkungan atapnya yang
menjulang seperti haluan kapal menjadi ciri khasnya. Rumah ini punya arsitektur
bangunan yang mirip dengan bangunan Suku Bugis.
Ciri khasnya adalah teras yang luas dan jumlah anak tangga yang ganjil. Untuk bahan
bangunan, sebagian besar material rumah adat Toraja menggunakan bahan-bahan
yang berasal dari alam. Saat ini sudah dilakukan memodifikasi atap tersebut untuk
bentuk bangunan yang lebih kecil. Anda yang berasal dari Toraja atau pecinta
budayanya bisa mengadopsi model atap ini.
Sasadu berasal dari kata Sasa – Sela – Lamo atau besar dan Tatadus – Tadus atau
berlindung. Dari asal katanya, arti Sasadu bermakna berlindung di rumah besar.
Bentuk rumahnya seperti rumah panggung dengan batang pohon sagu sebagai pilar
dan anyaman daun sagu sebagai penutup atap rumah.
Rumah adat Maluku Sasadu tidak punya pintu dan dinding penutup. Rumah ini
dibangun tanpa menggunakan paku, melainkan bahan alam yaitu pasak kayu. Pasak
kayu ini digunakan untuk memperkuat sambungan dan tali ijuk dari pengikat rangka
atap. Lantainya dibangun dengan semen karena pemeliharaannya lebih mudah.
Rumah ini dilengkapi juga bendera besar yang disebut panji dan bendera kecil yang
disebut dayalo.
Penamaan dari Rumah Rakit ini juga berasal dari bentuk bangunan yang sangat unik.
Supaya rumah bisa aman dan mengapung di atas permukaan air, maka rumah haruslah
dibuat menyerupai sebuah rakit yang lengkap. Banyak masyarakat yang lebih memilih
untuk membangun dan tinggal di Rumah Rakit karena meyakini bahwa air merupakan
salah satu sumber kehidupan yang sangat baik untuk menjadi sebuah mata
pencaharian.
Rumah Adat Dulohupa adalah rumah adat yang paling terkenal di daerah Gorontalo.
Mayoritas, rumah adat ini berada di Kecamatan Kota Selatan. Secara arsitektur, rumah
adat ini mengusung konsep rumah panggung. Akan tetapi, makna filosofis dari rumah
adat ini berbeda dengan rumah panggung yang berada di daerah Sumatra.
Rumah adat Sulawesi Barat ini juga terdiri dari dua jenis, yaitu Boyang Adaq dan
Boyang Beasa. Kedua rumah adat tersebut memiliki perbedaan yang kentara yaitu dari
fungsinya. Rumah adat Boyang Adaq adalah sebuah tempat tinggal yang dikhususkan
untuk kaum bangsawan atau ketua adat, sedangkan Boyang Beasa merupakan tempat
tinggal bagi masyarakat biasa.
r
Rumah adat Tambi ini dibuat berupa sebuah rumah panggung yang memiliki tiang
penyangga struktur yang pendek dan memiliki tinggi tidak lebih dari satu meter.
Sengaja dibuat tidak menyentuh dengan tanah agar permukaan di dalam rumah tidak
terlalu lembab dan tetap nyaman pada setiap cuaca yang berbeda. Tiang penyangga
struktur dari rumah Tambi ini terbuat dari kayu bonati yang merupakan salah satu
jenis dari kayu hutan yang memiliki tekstur kuat dan tidak mudah untuk lapuk.
Rumah Adat Walewangko terdiri dari tiga bagian yakni bagian bawah, bagian tengah
dan bagian atas. Pada bagian bawah rumah, terdapat tiang-tiang yang
menyangga rumah panggung. Pada bagian tengah rumah, terdapat beberapa ruangan.
Sedangkan pada bagian atas terdapat atap yang biasanya menggunakan rumbia atau
daun nipah.
27. Rumah Adat NTT: Rumah Musalaki
Rumah adat Musalaki pada awalnya dipakai sebagai sebuah tempat tinggal bagi
kepala suku dari beberapa suku yang ada di Nusa Tenggara Timur. Hingga saat ini,
desain dari rumah adat Musalaki terus digunakan sebagai salah satu acuan desain
utama bangunan pemerintahan seperti kantor Kelurahan, Kecamatan hingga
Kabupaten pada provinsi Nusa Tenggara Timur.
Rumah adat Kalimantan Utara atau yang sering disebut rumah Baloy atau rumah
Baloy Mayo sebenarnya adalah rumah adat suku Tidung, salah satu suku yang
mendiami provinsi Kalimantan Utara. Berbeda dengan suku lainnya, seperti Dayak,
suku Tidung memang masih belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia
secara luas. Apalagi, salah satu kebudayaan suku Tidung juga pernah disalahartikan
sebagai kebudayaan miliki China.
Rumah adat Sulawesi Tenggara ini terdiri dari dua kata, Banua dan Tada. Benua
mempunyai arti sebagai rumah, sementara Tada artinya adalah siku. Ketika
digabungkan, rumah ini memiliki arti sebagai rumah siku.
Menurut sejarah, rumah adat Banua Tada ini pertama kali dibangun pada masa Raja
Buton pertama, yaitu Wa Kaa Kaa. Pembuatan rumah adat ini merupakan wujud
warga adat untuk menghormati raja mereka. Pada waktu itu, rumah yang dibangun
cenderung sangat sederhana tanpa ada hiasan apapun.
Rumah Belah Bubung adalah rumah adat dari kepulauan Riau yang berada di
Indonesia.Rumah Belah Bubung juga dikenal dengan nama rumah rabung atau
rumah bubung melayu. Konon, nama rumah ini diberikan oleh orang-orang asing
yang datang ke Indonesia seperti Tiongkok dan Belanda
Rumah Belah Bubung memiliki model rumah yang sama dengan rumah panggung.
Rumah ini memiliki tinggi 2 meter dari tanah dan ditopang oleh beberapa tiang
penyangga. Rumah ini memiliki atap yang berbentuk seperti pelana kuda. Rumah
induk terbagi menjadi 4 bagian yaitu selasar, ruang induk, ruang penghubung dapur,
dan dapur. Rumah Belah Bubung memiliki bahan dasar yaitu kayu
Di Provinsi Sumatera Utara, terdapat senjata tradisional yang disebut hujur. Senjata tersebut
adalah tombak yang dibuat dari bahan logam.
Hujor digunakan masyarakat untuk berperang dan berburu. Bentuk hujor yang mirip daun
pipih dengan panjang 25 cm serta lebar 5,5 cm memudahkan penggunanya untuk beraktivitas.
Selain itu, bagian tangkai hujor sepanjang 2 m terbuat dari kayu.
Riau mempunyai banyak senjata tradisional, salah satunya adalah pedang jenawi yang sangat
populer.
Dulunya, pedang jenawi dipakai panglima kerajaan serta orang-orang yang memiliki
kekuasaan, cerdas, serta dihormati.
Jika dilihat sekilas, bentuk pedang jenawi mirip seperti katana dari Jepang.
Karih atau keris tergolong senjata tikam atau senjata tajam dari Sumatera Barat.
Karih diletakkan di depan pinggang dan biasanya dipakai oleh laki-laki. Fungsi karih adalah
untuk pertahanan diri.
Jika keris identik dengan senjata tradisional di Pulau Jawa, Bengkulu ternyata juga
mempunyai keris yang khas dengan bentuk berbeda dari keris di Jawa.
Bentuk keris asli Bengkulu seperti pisau dengan adanya lengkungan.
Keris dari Bengkulu tidak terlalu pendek, tetapi juga tidak terlalu panjang, kira-kira 13 ruas
jari atau sepanjang telapak kaki orang dewasa.
Sejarah keris Bengkulu juga unik karena dulu dipakai kepala adat dan para hulu balang raja
saat mengadakan upacara adat hingga berperang.
Beredar kepercayaan masyarakat Bengkulu bahwa orang yang menggunakan keris tersebut
adalah orang yang pemberani.
Namun, keris Bengkulu saat ini hanya dipakai saat ada upacara adat.
Senjata tradisional kerambit yang berasal dari Bengkulu tidak digunakan sembarangan karena
hanya bisa dipakai oleh orang yang pandai bersilat.
Kerambit dengan bahan besi yang mengandung baja dibuat oleh pandai besi berdasarkan
pesanan.
Bentuk kerambit melengkung dengan panjang 12 sentimeter, bagian hulu 8 sentimeter, dan
pangkal 2 sentimeter. Sedangkan kerangka kerambit memiliki ukuran 13 sentimeter.
Siwar atau badik merupakan senjata pusaka tradisional dari Kabupaten Lahat, Provinsi
Sumatera Selatan.
Sayangnya, produksi siwar secara massal sudah tidak dilakukan. Pembuatan siwar dilakukan
oleh tokoh masyarakat serta ahli waris saja.
11. Senjata Tradisional Trisula dari Sumatra Selatan
Trisula merupakan senjata tradisional yang cukup unik karena bentuknya seperti tombak
dengan mata tiga, seperti trisula milik dewa pada mitologi Yunani.
Parang dari Bangka Belitung dipakai oleh masyarakat saat berkelahi jarak pendek.
Bentuk parang mempunyai ujung lebar dan berat dengan tujuan meningkatkan berat,
sehingga lawan bisa terpotong dengan cepat.
Penggunaan parang yang ukurannya sedang adalah untuk menebang pohon.
13. Senjata Tradisional Tombak atau Payan dari Lampung
Senjata tradisional tombak dari Lampung dibedakan menjadi dua, yaitu tombak panjang
dengan ukuran lebih dari 1,5 meter dan tombak pendek yang tidak lebih dari 90 sentimeter.
Selain itu, tombak juga dijadikan sebagai benda pusaka, alat berburu, alat upacara, dan benda
religi.
Mandau adalah senjata tradisional dari kebudayaan suku Dayak di Kalimantan yang populer.
Selain berfungsi sebagai senjata tradisional, mandau juga menunjukkan kehormatan serta jati
diri seseorang.
Keris bujak beliung dari Kalimantan Selatan mempunyai panjang sampai 30 sentimeter.
Pada keris tersebut terdapat ukiran khas Kalimantan Selatan yang sekaligus menjadi motif
senjata.
Dohong dari Kalimantan Tengah hanya digunakan oleh kalangan tertentu, seperti kepala
suku, demang, dan basir.
Dohong memiliki bentuk serupa keris, tetapi ukurannya lebih besar dan lebih tajam.
Pada bagian hulu, bahan pembuatannya adalah tanduk, sedangkan sarung dohong terbuat dari
kayu.
5. Senjata Tradisional Lonjo dari Kalimantan Tengah
Lonjo merupakan senjata tradisional sejenis tombak untuk menyerang musuh dari jarak jauh
dan jarak dekat.
Saat akan digunakan, biasanya masyarakat akan melapisi bagian ujung tombak menggunakan
racun dari pelepah pohon, sehingga musuh lebih mudah dikalahkan dari jarak dekat.
Uniknya, bagian gagang tombak lonjo merupakan tangkai panjang dengan lubang yang dapat
dilepas.
Fungsinya agar bisa dipakai untuk sumpit dan mengalahkan musuh dari jarak jauh.
Golok ciomas dari Banten dulunya digunakan untuk mengusir para penjajah.
Golok ini sangat terkenal karena tajam, halus, dan bentuknya seimbang. Di samping itu,
golok ciomas juga dikenal cukup mistis.
Uniknya, pembuatan golok ciomas hanya dilakukan pada bulan kelahiran Nabi Muhammad
Saw serta wajib melalui tahapan ritual dan penempatan besi khusus.
2. Senjata Tradisional Golok dari DKI Jakarta
Kujang adalah senjata tradisional dari Jawa Barat yang mempunyai bentuk yang unik dengan
tonjolan pada pangkal, gerigi pada satu sisi dan lengkungan pada bagian ujung.
Ukuran kujang panjangnya 20-30 sentimeter dengan lebar 5 sentimeter.
Senjata keris dari Daerah Istimewa Yogyakarta dibuat dari logam. Bagian keris terdiri dari
wilah (mata pisau), warangka (sarung), dan ukiran (pegangan keris).
Celurit dari Jawa Timur dibuat dari besi atau baja dan berbentuk bilah melengkung seperti
bulan sabit dengan gagang dari kayu.
Celurit dipakai untuk membela diri dari musuh. Serta dalam kepercayaan masyarakat Jawa
Timur digunakan untuk membela harkat dan martabat.
Keris sebagai senjata tradisional masyarakat Bali mempunyai ciri khas adanya ukiran. Bentuk
keris dengan gagang kayu tersebut sangat beragam, seperti bentuk patung dewa, penari,
raksasa, kepala kuda, dan masih banyak lagi.
Keris bali digunakan untuk membela diri. Selain itu, keris juga digunakan untuk mewakili
seseorang saat menghadiri undangan pernikahan.
Masyarakat Bali percaya jika keris yang direndam di dalam air dapat dipakai untuk
mengobati seseorang dari gigitan binatang berbisa.
Nusa Tenggara Timur mempunyai senjata tradisional sundu yang menyerupai keris.
Masyarakat di sana beranggapan bahwa sundu adalah benda keramat.
Sundu mempunyai bentuk lurus dengan gagang menyerupai bentuk sayap burung. Sundu juga
mempunyai sarung dengan motif horizontal melingkar.
Sampari juga termasuk senjata tradisional seperti keris. Sampari berasal dari Pulau Sumbawa
bagian timur, Nusa Tenggara Barat.
Wamilo dari Gorontalo mempunyai bentuk mirip golok namun bagian ujung hulunya sedikit
melengkung ke bawah.
Pasatimpo adalah senjata tradisional seperti parang dengan panjang kurang lebih 40
sentimeter. Pasatimpo dibuat dari tembaga atau kuningan.
Peda adalah senjata tradisional Sulawesi sejenis parang yang dibuat dari besi dan biasa
dipakai bertani atau menyadap enau. Peda berukutan pendek sekitar 50 sentimeter.
Badik adalah senjata tradisional dari Melayu, Makassar, Bugis dan Mandar di Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Barat yang terbuat dari bahan besi, baja dan pamor.
Bentuk badik seperti pisau belati dan ukurannya pendek. Panjang bilah badik berkisar antara
20-30 sentimeter.
Senjata tradisional dari Maluku salah satunya adalah parang salawaku dengan bentuk parang
dan tameng.
Senjata dengan panjang hampir 1 meter tersebut dipakai untuk perang dan berburu binatang.
Tombak sebagai senjata tradisional dari Maluku dipakai untuk menangkap ikan.
Bagian penyusun tombak terdiri dari tongkat untuk pegangan dan mata (kepala tombak) dari
besi atau baja yang tajam.
Senjata tradisional yang cukup unik bernama pisau belati untuk berburu atau berperang
berasal dari Papua.
Senjata tersebut dibuat dari tulang kaki Burung Kasuari. Bagian hulu belati dihiasi dengan
bulu burung Kasuari.