You are on page 1of 19

ANGGARAN PEMERINTAH APBN

Oleh kelompok 4

Andi Septia Ismail

Felmi Juliana

Andi Faoziah Azizah

Muhammad Yusuf

Dosen Pengajar:

JUHASDI, S.E., M.M

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah “Akuntansi Sektor Publik
Syariah” dengan judul “Anggaran Pemerinta APBN”.

Terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Juhasdi., S.E., M.M selaku dosen
mata kuliah Akuntansi Sektor Publik Syariah yang telah mempercayakan kami untuk
menyusun dan memabahas tugas makalah ini. Demikianlah tugas ini kami susun
semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas kelompok dan penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Watampone, 1 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .......................................................................................i

DAFTARISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan penulisan ..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3

A. Pengertian dan Ruang Lingkup APBN ...............................................3


B. Bentuk Struktur dan Susunan APBN..................................................5
C. Prinsip-prinsip dalam APBN ...............................................................9
D. Perencanaan dan Penganggaran APBN………….…….............. 11
E. Surplus dan Keseimbangan dalam APBN Negara………….... .14

BAB III PENUTUP ..........................................................................................15

A. Kesimpulan ..........................................................................................15
B. Saran ....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan


tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran bisa dibaratkan
sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang memiliki dua sisi,
yaitu sisi penerimaan atau yang diakui sebagai pendapatan dan sisi pengeluaran.
Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian pada kedua sisi.

Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga, banyak dipengaruhi


perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaan anggaran
perusahaan banyak ditentukan oleh hasil penerimaan dari penjualan produk, yang
dipengaruhi oleh daya beli masyarakat sebagai cerminan pertumbuhan ekonomi.
Adapun sisi pengeluaran anggaran perusahaan dipengaruhi antara lain oleh
perubahan harga bahan baku, tarif listrik dan bahan bakar minyak (BBM), perubahan
ketentuan upah, yang secara umum mengikuti perubahan tingkat harga secara umum.
Ketidakpastian yang dihadapi rumah tangga dan perusahaan dalam menyusun
anggaran juga dihadapi oleh para perencana anggaran negara yang bertanggungjawab
dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
Setidaknya terdapat enam sumber ketidakpastian yang berpengaruh besar dalam
penentuan volume APBN yakni (i) harga minyak bumi di pasar internasional; (ii)
kuota produksi minyak mentah yang ditentukan OPEC; (iii) pertumbuhan ekonomi;
(iv) inflasi; (v) suku bunga; dan (vi) nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika
(USD). Hasil penetapannya disebut sebagai asum-asumsi dasar penyusunan RAPBN.
Penerimaan dan pengeluaran untuk anggaran negara lazim disebut pendapatan dan
belanja.

1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama
pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk
mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya
menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam
konteks ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang
dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN. sehingga APBN benar-
benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan
mengelola perekonomian negara dengan baik.
Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara, sejak beberapa tahun yang lalu telah diintrodusir Reformasi
Manajemen Keuangan Pemerintah. Reformasi tersebut mendapatkan landasan hukum
yang kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara, dan UU No. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara.
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Ruang Lingkup APBN


2. Bentuk Struktur dan susunan APBN
3. Prinsip-prinsip dalam APBN
4. Perencanaan dan Penganggaran APBN
5. Surplus Dan Keseimbangan dalam APBN
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian APBN dan Ruang Lingkup APBN ?


2. Untuk Mengetahui Berbagai Bentuk Struktur dan Susunan APBN ?
3. Dapat mengetahui Tentang Prinsip-prinsip dalam APBN ?
4. Bagaimanakah Bentuk Perencanaan dan Penganggaran APBN ?
5. Untuk Mengetahui Tentang Surplus Dan Keseimbangan dalam APBN ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan


tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun, anggaran bisa di ibaratkan
sebagai anggaran rumah tangga dalam sebuah Negara.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan


tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat. (Pasal 1
angka 7, UU No. 17/2003). Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004.
tentang Perbendaharaan Negara, APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:
1. Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.
2. Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
3. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang
akanditerima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan
penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka
melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi,
peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada
akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui rekening kas


umum negara. (Pasal 12 ayat (2) UU No. 1/2004)Tahun anggaran adalah periode
pelaksanaan APBN selama 12 bulan. Sejak tahun 2000, Indonesia menggunakan

3
tahun kalender sebagai tahun anggaran, yaitu dari tanggal 1 Januari sampai dengan
tanggal 31 Desember. Sebelumnya, tahun anggaran dimulai tanggal 1 April sampai
dengan 31 Marettahun berikutnya. Penggunaan tahun kalender sebagai tahun
anggaran ini kemudian dikukuhkan dalam UU Keuangan Negara dan UU
Perbendaharaan Negara (Pasal 4 UU No. 17/2003 dan Pasal 11 UU No. 1/2004).
Sebagaimana ditegaskan dalam Bagian Penjelasan UU No. 17/2003,anggaran
adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai fungsi
akuntabilitas, pengeluaran anggaran hendaknya dapat dipertanggung jawabkan
dengan menunjukkan hasil (result) berupa outcome atau setidaknya output dari
dibelanjakannya dana-dana publik tersebut. Sebagai alat manajemen, sistem
penganggaran selayaknya dapat membantu aktivitas berkelanjutan untuk
memperbaiki efektifitas dan efisiensi program pemerintah.Sedangkan sebagai
instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untukmewujudkan pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai
tujuan bernegara.
Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi
otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi
otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan
mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Fungsi pengawasan
mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa Anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektifitas perekonomian. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa
kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Fungsi
stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

4
Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN )
1. Fungsi alokasi, yaitu penerimaan yang berasal dari pajak dapat dialokasikan
untuk pengeluaran yang bersifat umum, seperti pembangunan jembatan, jalan, dan
taman umum.
2. Fungsi distribusi, yaitu pendapatan yang masuk bukan hanya digunakan untuk
kepentingan umum,tetapi juga dapat dipindahkan untuk subsidi dan dana pensiun.
3. Fungsi stabilisasi, yaitu Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) berfungsi
sebagai pedoman agar pendapatan dan pengeluaran keunagn negara teratur sesuai
dengan di terapkan.Jika pemndapatan dipakai sesuai dengan yang di
terapkan, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) berfungsi
sebagai stabilisator.

B. Bentuk Struktur dan Susunan APBN

Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut i-account. Dalam
beberapa hal, isi dari i-account sering disebut postur APBN. Beberapa faktor penentu
postur APBN antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a) Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi.
b) Kebijakan pendapatan negara.
c) Kebijakan pembangunan ekonomi.
d) Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum.
e) Kondisidankebijakanlainnya.
Contohnya, target penerimaan negara dari sumber daya alam migas turut
dipengaruhi oleh besaran asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan
asumsi nilai tukar. Target penerimaan perpajakan ditentukan oleh target
inflasi serta kebijakn pemerintah terkait perpajakan seperti perubahan besaran

5
Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan
jumlah wajib pajak dan lainnya.
Penerimaan Hibah
a) Penerimaan Perpajakan
· Pendapatan pajak dalam negeri
· Pendapatan pajak penghasilan (PPh).
· Pendapatan pajak pertambahan nilai (PPN) dan jasa dan pajak
penjualan atas barang mewah.
· Pendapatan pajak bumi dan bangunan (PBB).
· Pendapatan cukai
· Pendapatan pajak lainnya.
· Pendapatan pajak internasional
· Pendapatan bea masuk
· Pendapatan bea keluar
b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
· Penerimaan sumber daya alam
· Penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA
migas).
· Penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA
non-migas).
c) Pendapatan bagian laba BUMN
· Pendapatan laba BUMN perbankan
· Pendapatan laba BUMN non-perbankan.

d) PNBP lainnya
· Pendapatan dari pengelolaan BMN.
· Pendapatan jasa.
· Pendapatan bunga.
· Pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi.

6
· Pendapatan pendidikan.
· Pendapatan gratifikasi dan uang hasil sitaan korupsi.
· Pendapatn iuran dan denda.
e) Pendapatan BLU
· Pendapatan jasa layanan umum.
· Pendapatan hibah badan layanan umum.
· Pendapatan hasil kerja sama BLU.
· Pendapatan BLU lainnya.

2. Belanja Negara
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
· Asumsi dasar makro ekonomi.
· Kebutuhan penyelenggaran negara.
· Kebijakan pembangunan.
· Resiko (bencana alam, dampak krisis global).
· Kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, besaran belanja subsidi energi dipengaruhi oleh asusmsi
ICP, nilai tukar, serta target volume BBM subsidi.
a. Belanja pemerintah pusat
Belanja pemerintah pusat menurut fungsi adalah :
· Fungsi pelayanan umum.
· Fungsi pertahanan.
· Fungsi ketertiban dan keamanan.
· Fungsi ekonomi.
· Funsi lingkungan hidup.
· Fungsi perumahan dan fasilitas umum.
· Fungsi kesehatan.
· Fungsi pariwisata.
· Fungi agama.

7
· Fungsi Pendidikan
· Fungsi perlindungan sosial.
b. Belanja pemerintah pusat menurut jenis adalah :
· Belanja pegawai
· Belanja barang.
· Belanja modal.
· Pembayaran bunga utang.
· Subsidi.
· Belanja hibah.
· Bantuan sosial.
· Belanja lainnya.
c. Transfer ke daerah
Rincian anggaran transfer ke daerah adalah :
Dana Perimbangan :
· Dana Bagi Hasil.
· Dana Alokasi Umum.
· Dana Alokasi Khusus.
· Dana Otonomi Khusus.
· Dana Otonomi Khusus.
· Dana Penyesuaian.
d. Pembiayaan
Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
· Asumsi dasar makro ekonomi.
· Kebijakan pembiayaan.
· Kondisi dan kebijakan lainya.
- Pembiayaan Dalam Negeri
Pembiayan dalam negeri meliputi :
· Pembiayaan perbankan dalam negeri
· Pembiayaan non-perbankan dalam negeri :

8
 Hasil pengelolaan aset
 Surat berharga negara neto.
 Pinjaman dalam negeri neto.
 Dana investasi pemerintah.
 Kewajiban penjaminan.
- Pembiayaan Luar Negeri
Pembiayaan luar negeri meliputi :
 Penarikan pinjaman luar negeri, terdiri atas pinjaman program
dan pinjaman proyek.
 Penerusan pinjaman.
 Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, terdiri atas jatuh
tempo dan moratorium.

C. Prinsip – Prinsip dalam APBN


Secara garis besar prinsip – prinsip dalam APBN diantaranya :
- Prinsip Anggaran Defisit
- Prinsip Anggaran dinamis
- Prinsip Anggaran Fungsional

1. Prinsip Anggaran Defisit

Anggaran Defisit

PNH – BN = DA
DAP = AP – TP
PbDN = PkDN + Non-Pk DN
PbLN = PPLN – PC PULN
Keterangan :

PNH = pendapatan negara dan hibah


BN = belanja negara

9
DA = defisit Anggaran
PbDN= pembiayaan DN
PkDN= Perbankan DN
Non-PkDN = Non-Perbankan DN
PbLN= pembiayaan LN
PPLN= penerimaan pinjaman LN
PCPULN = pembayaran cicilan pokok Utang luar Negeri
BLN = bantuan luar negeri

Anggaran Berimbang

PDN – PR = TP
DAP = AP – TP
Keterangan :

PDN = Pendapatan DN
PR = Pengeluaran Rutin
TP = Tabungan Pemerintah
DAP = Defisit Anggaran Pembangunan
AP = Anggaran Pembangunan

2. Prinsip Anggaran Dinamis

Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif.

- Anggaran bersifat dinamis absolut apabila Tabungan Pemerintah


(TP) dari tahun ke tahun terus meningkat.
- Anggaran bersifat dinamis relatif apabila prosentase kenaikan TP
(DTP) terus meningkat atau prosentase ketergantungan pembiayaan
pembangunan dari pinjaman luar negeri terus menurun.
3. Prinsip Anggaran Fungsional

10
Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan/ pinjaman LN hanya
berfungsi untuk membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran
pembangunan) dan bukan untuk membiayai anggaran belanja rutin.

Prinsip ini sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai
pelengkap” dalam pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil
sumbangan bantuan/ pinjaman luar negeri terhadap pembiayaan anggaran
pembangunan, maka makin besar fungsionalitas anggaran.

D. Perencanaan dan Penganggaran APBN

Tahapan ini dilakukan pada tahun anggaran tersebut dilaksanakn (APBN t-1) yang
meliputi dua kegiatan yaitu, perencanaan dan penganggaran.

Tahap perencanaan dimulai dari :

- Penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional.


- Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru
dan indikasi kebutuhan anggaran.
- Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan
inisiatif baru berdasarkan proritas pembangunan serta analisa pemenuhan
kelayakan dan efisiensi indikasi kebutuhan dananya.
- Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan.
- K/L menyusun rencana kerja (Renja).
- Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dilaksanakan antara K/L,
Kementerian Perencanaan, dan Kementerian Keuangan.
- Rancangan awal RKP disempurnakan.

11
- RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan
DPR.
Tahap penganggaran dimulai dari :
- Penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif.
- Penetapan pagu indikatif, penetapan pagu anggaran K/L
- Penyusuan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L).
- Penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan
rancangan undang-undang tentang APBN.
- Penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangna UU
tentang APBN kepada DPR.
Penetapan/Persetujuan APBN
Kegiatan penetapan/persetujuan ini dilakukan pada APBN t-1, sekitar
bulan Oktober-Desember. Kegiatan dalam tahap ini berupa pembahasan
Rancangan APBN dan Rancangan Undang-Undang APBN serta
penetapannya oleh DPR. Selanjutnya berdasarkan persetujuan DPR,
Rancangan UU APBN ditetapkan menjadi UU APBN. Penetapan UU APBN
ini diikuti dengan penetapan Keppres mengenai rincian APBN sebagai
lampiran UU APBN dimaksud.
Pelaksanaan APBN
Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1,
kegiatan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31 Desember pada tahun
berjalan (APBN t). Dengan kata lain, pelaksanaan APBN dilakukan oleh
pemerintah dalam hal ini kementerian /lembaga (K/L). K/L mengusulkan
konsep Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) berdasarkan Keppres
mengenai rincian APBN dan menyampaikannya ke Kementerian Keuangan
untuk disahkan. DIPA adalah alat untuk melaksanakn APBN. Berdasarkan
DIPA inilah para pengelola anggaran K/L (Pengguna Anggaran, Kuasa
Pengguna Anggaran, dan Pembantu Pengguna Anggaran) melaksanakan
berbagai macam kegiatan sesuai tugas dan fungsi instansinya.

12
Pelaporan dan Pencatatan APBN
Tahap pelaporan dan pencatatan APBN dilaksanakan bersamaan tahap
pelaksanaan APBN, 1 Januari – 31 Desember. Laporan keuangan pemerintah
dihasilkan melalui proses akuntansi, dan disajikan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan pemerintah yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas, serta catatan atas laporan keuangan.
Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN
Tahap terakhir siklus APBN adalah tahap pemeriksanaandan
pertanggungjwaban yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan berakhir
(APBN t+1), sekitar bulan Januari-Juli. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Badan
PemeriksaKeuangan(BPK).
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan APBN secara
keseluruhan selama 1 tahun anggaran, Presiden menyampaikan rancangan
undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepda DPR
berupa laporan keuangan yang telah diperiksa BPK, selambat-lambatnya 6
bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Prinsip Penyusunan APBN


Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada 3, yaitu :
1. Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan
penyetoran.
2. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
3. Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan
penuntutan denda.
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN yaitu :
1. Hemat, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan.
2. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
3. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri
dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.

13
Azas Penyusunan APBN
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas :
1. Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
2. Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas.
3. Penajaman prioritas pembangunan.
4. Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara.

E. Surplus Dan Keseimbangan dalam APBN

Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan


pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit;
sebaliknya, penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus. Sejak
Tahun 2000, Indonesia menerapkan anggaran defisit menggantikan anggaran
berimbang dan dinamis yang telah digunakan selama lebih dari tiga puluh
tahun. Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu:
keseimbangan primer (primary balance) dan keseimbangan umum
(overall balance). Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi
belanja tidak termasuk pembayaran bunga. Keseimbangan umum adalah total
penerimaan dikurangi belanja termasuk pembayaran bunga.
Jadi di sini yang di maksud dengan keseimbangan surplus dapat di
nilai dari penerimaan suatu Negara dengan belanjah pemerintah yang sama-
sama akan mencapai titik keseimbangan antara penerimaan dan belanjah
Negara. Kita dapat menilai hasil dari suatu proses pengimplementasikan
semua peranan struktur dan sudah menjalankan tugas dan fungsi sebagai
orang yang mengatur dan menjalankan suatu prekonomian Negara yang baik.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa dalam APBN (Anggara
Pendapatan Belanja Negara), adalah hasil dari perencanaan dan penganggaran yang
berupa daftar mengenai macam-macam kegiatan terpadu,baik yang menyakut
penerimaan maupun pengeluarannya yang dinyatakan dalam satuan uang dalam
jangkah waktu tertentu,biasanya adalah satu tahun.

APBN adalah daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana


penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. Tujuan penyusunan
APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi
keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan
kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja,
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan untuk
tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.

B. Saran

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh


penyusun, disini kami menerima pendapat dan kritikan yang bersifat membangun
oleh pembaca agar kedepannya penyusun mampu menulis lebih baik lagi, maka
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan kepada
pembaca untuk membaca literatur-literatur yang telah dilampirkan pada daftar
rujukan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Purwiyanto MA, dkk. 2013. Dasar-Dasar Praktek Penyusunan APBN di


Indonesia. JakartaPusat : Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Deddi., Putra, Iswahyudi Sondi, dkk. 2007. Akuntansi Pemerintah Salemba


Empat:Jakarta.

http://denysindrajaya.blogspot.co.id/2012/12/makalah-apbn.html-Juni.

https://iniituhome.blogspot.com/2016/10/tugas-makalah-anggaran-pendapatan-dan.html

16

You might also like