Professional Documents
Culture Documents
Pemikiran P. Islam Kel 7.
Pemikiran P. Islam Kel 7.
Disusun oleh:
Kelompok 7
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, mari panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul “PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE SEBELUM INDONESIA
MERDEKA (1900-1945)” untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran
Pendidikan Islam
Penulis
iii.
ii.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Kesimpulan........................................................................................... 7
B. Saran..................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8
iii.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada abad ke-
7 M. atau pada abad ke-I H Hijriyah.1 Dengan demikian maka berarti orang Islam
yang masuk ke Indonesia pada saat itu adalah orang-orang yang dalam
pengamalan agamanya beraliran Al-Salaf al-shaleh (orang-rang terdahulu yang
shaleh golongan angkatan pertama). Pada abad ke-I H. ini belum dikenal adanya
madzhab Syafi’ie, Maliki, Hanafi dan Hambali. Walaupun Islam masuk ke
Indonesia abad ke-7 M. tetapi penyebarannya baru meluas pada abad ke-13 M.
Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan agama Islam dapat tersebar dengan
cepat di seluruh Indonesia pada masa permulaan, yaitu : Agama Islam tidak
sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah dianut oleh
segala golongan umat manusia. 2
Untuk masuk Islam cukup hanya dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat saja. Dalam agama Islam hanya sedikit tugas dan kewajiban. Penyiaran
Islam dilakukan dengan cara berangsur angsur sedikit demi sedikit. Penyebaran
Islam dilakukan dengan cara kebijaksanaan dan cara yang sebaik-baiknya.
Penyiaran agama Islam dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum,
dapat dimengerti oleh golongan bawah sampai golongan atas, yang hal ini sesuai
dengan sabda Nabi Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pendidikan Islam
2. Bagaimana Perkembangan Pendidikan islam periode sebelum Indonesia
merdeka (1900-1945)
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui penjelasan pendidikan islam
2. Mengetahui Perkembangan Pendidikan islam periode sebelum Indonesia
merdeka (1900-1945)
1
] Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam, PT. Raja Grafido Persada,1999. Hlm. 17
2
Prof. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Hidakarya Agung, Jakarta,
1985, hlm. 14]
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. Perkembangan Pendidikan Islam Periode Sebelum Indonesia Merdeka (1900-
1945)
Bersamaan masuknya agama Islam ke Indonesia, maka masuk pula
kebudayaannya. Pengaruh kebudayaan Islam meliputi semua segi kehidupan,
termasuk pendidikan. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia
muslim yang sholeh (berakhlak) yang baik. Ada dua lembaga pendidikan penting
pada penyebaran agama Islam yakni : langgar dan pesantren disusul kemudian
adanya madrasah. Pendidikan agama Islam tidak terbatas, siapapun boleh
mengikuti lembaga pendidikan Islam, sifat pendidikan demokratis dan pengajaran
untuk rakyat. Di suatu tempat seperti di Sumatera Barat tidak ada pemisahan
antara langgar dan pesantren, di sini sekolah agama Islam disebut surau.
Kemudian sekolah- sekolah Islam berkembang dan mendirikan bangunan sekolah3
Pada awal abad 20 M, pendidikan di Indonesia terpecah menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Pendidikan yang diberikan oleh sekolah-sekolah Barat yang sekuler yang tak
mengenal ajaran agama/sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah
Belanda.
2. Pendidikan yang diberikan oleh pondok pesantren yang hanya mengenal
agama saja
3
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya : Pustaka Pelajar, 2003), hlm 69
3
Asia Timur Raya4
Isi kurikulum pendidikan masa penjajahan Belanda berorientasikan kepada
tujuan untuk mempersiapkan tenaga pegawai yang diperlukan oleh pemerintah
Belanda. Tujuan pendidikan pada masa itu adalah untuk memperoleh tenaga kerja
murah dan cenderung memberi peluang bagi pelaksana pendidikan menjalankan
kebijaksanaan yang sering bertentangan dengan prinsip moral. Ciri-ciri umum
pendidikan kolonial Belanda adalah gradualisme, dualisme, pengawasan pusat
yang ketat, pendidikan pegawai lebih diutamakan, konkordansi, dan tidak ada
perencanaan yang sistematis bagi pendidikan pribumi5
Pada masa penjajahan Jepang, perkembangan pendidikan mempunyai arti
tersendiri bagi bangsa Indonesia, yakni terjadinya keruntuhan sistem
pemerintahan kolonial Belanda. Jenis pendidikan pada masa ini kurang
memperhatikan isinya. Isi kurikulumnya bertujuan untuk membantu kelancaran
dan pertahanan Jepang selama mereka berada di Indonesia. Anak didik pada
waktu itu harus membantu Jepang dalam peperangan sehingga anak-anak pribumi
harus mengikuti latihan militer di sekolah. Karena itu yang diajarkan pada masa
pemerintahan Belanda diubah sesuai dengan keinginan bangsa Jepang. Jadi, pada
masa penjajahan Jepang tujuan pendidikan yang dilaksanakan adalah untuk
mendapat tenaga kerja rendahan (murah) dan untuk membentuk tentara yang siap
melawan sekutu. Sedangkan lembaga pendidikan Islam atau pesantren pada masa
penjajahan lebih ditekankan pada pengetahuan dan keterampilan berguna bagi
penghayatan agama. Ciri-ciri lembaga pendidikan Islam atau pesantren pada masa
itu adalah :
a. Menyiapkan calon kyai atau ulama yang hanya menguaasi masalah agama
semata.
b. Kurang diberikan pengetahuan untuk menghadapi perjuangan hidup
sehari-hari dan pengetahuan umum sama sekali tidak diberikan.
c. Sikap isolasi yang disebakan karena sikap non kooperasi secara total dari
pihak pesantren terhadap apa saja yang berbau Barat.
4
Historis Pendidikan
5
Muhaimin, Op.Cit., hlm 70 77 Muhaimin, Op.Cit., hlm 70
4
Sedangkan ciri-ciri pendidikan sekolah Barat pada masa penjajahan adalah :
5
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa pada periode sebelum
Indonesia merdeka, terdapat berbagai corak pengembangan pendidikan Islam,
yaitu isolatif-tradisional, dan sintesis. Isolatif-tradisional dalam arti tidak mau
menerima apa saja yang berbau Barat (kolonial) dan terhambatnya pengaruh
pemikiran-pemikiran modern dalam Islam untuk masuk ke dalamnya,
sebagaimana tampak jelas pada pendidikan pondok pesantren tradisional yang
hanya menonjolkan ilmu-ilmu agama Islam dan pengetahuan umum sama sekali
tidak diberikan8.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
Muhaimin, Op.Cit., hlm 73-74 81 Muhaimin, Op.Cit., hlm 73-74
9
Abdullah Idi, Op.Cit., hlm 18-19 80 Abdullah Idi, Op.Cit., hlm 18-19
6
Pendidikan atau dalam bahasa Arab tarbiyah yang berarti mendidik.
Sasaran pendidikan tidak hanya terfokus kepada perkembangan jasmani
peserta didik, namun rohani juga menjadi perhatian dalam kegiatan
pendidikan. Para ahli pendidikan banyak memberikan definisi tentang
makna pendidikan yang semunya mengarah kepada perbaikan diri peserta
didik. Marimba mendefinisikan pendidikan dengan bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian utama.
Bersamaan masuknya agama Islam ke Indonesia, maka masuk pula
kebudayaannya. Pengaruh kebudayaan Islam meliputi semua segi
kehidupan, termasuk pendidikan. Tujuan pendidikan Islam adalah
membentuk manusia muslim yang sholeh (berakhlak) yang baik. Ada dua
lembaga pendidikan penting pada penyebaran agama Islam yakni : langgar
dan pesantren disusul kemudian adanya madrasah. Pendidikan agama Islam
tidak terbatas, siapapun boleh mengikuti lembaga pendidikan Islam, sifat
pendidikan demokratis dan pengajaran untuk rakyat. Di suatu tempat seperti
di Sumatera Barat tidak ada pemisahan antara langgar dan pesantren, di sini
sekolah agama Islam disebut surau. Kemudian sekolah- sekolah Islam
berkembang dan mendirikan bangunan sekolah
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Kami sebagai penulis
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat di harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat di jadikan sumber referensi dan bermanfaat bagi para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA