You are on page 1of 11

MAKALAH

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM


PADA PERIODE SEBELUM INDONESIA MERDEKA
(1900-1945)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam
Dosen pengampu Bapak Gianto, M,Pd.I

Disusun oleh:

Kelompok 7

1. Dini Rahmadani 2111101003


2. Qori Abdillah Syahadi 2111101173
3. Ilham Gunawan 2111101169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, mari panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul “PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE SEBELUM INDONESIA
MERDEKA (1900-1945)” untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran
Pendidikan Islam

Penulis sangat menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat


banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi pemaparan, penyajian,
penyampaian, pemahaman, dan masih banyak lagi tentunya. Maka dari itu,
penulis sangat membutuhkan masukan, saran serta kritik yang membangun
dari pembaca sekalian demi kelancaran dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Dalam proses pembuatan makalah ini pun penulis
mendapatkan banyak pembelajaran sehingga penulis pun mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua sehingga


menambah wawasan dan pengetahuan yang dapat di terapkan dalam
kehidupan sehari-hari

Samarinda, 25 Oktober 2022

Penulis

iii.
ii.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

A. Pengertian Pendidikan Islam.................................................................2


B. Perkembangan Pendidikan islam periode sebelum Indonesia merdeka (1900-
1945)...................................................................................................... 3

BAB III PENUTUP.........................................................................................7

A. Kesimpulan........................................................................................... 7
B. Saran..................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8

iii.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia pada abad ke-
7 M. atau pada abad ke-I H Hijriyah.1 Dengan demikian maka berarti orang Islam
yang masuk ke Indonesia pada saat itu adalah orang-orang yang dalam
pengamalan agamanya beraliran Al-Salaf al-shaleh (orang-rang terdahulu yang
shaleh golongan angkatan pertama). Pada abad ke-I H. ini belum dikenal adanya
madzhab Syafi’ie, Maliki, Hanafi dan Hambali. Walaupun Islam masuk ke
Indonesia abad ke-7 M. tetapi penyebarannya baru meluas pada abad ke-13 M.
Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan agama Islam dapat tersebar dengan
cepat di seluruh Indonesia pada masa permulaan, yaitu : Agama Islam tidak
sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah dianut oleh
segala golongan umat manusia. 2
Untuk masuk Islam cukup hanya dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat saja. Dalam agama Islam hanya sedikit tugas dan kewajiban. Penyiaran
Islam dilakukan dengan cara berangsur angsur sedikit demi sedikit. Penyebaran
Islam dilakukan dengan cara kebijaksanaan dan cara yang sebaik-baiknya.
Penyiaran agama Islam dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum,
dapat dimengerti oleh golongan bawah sampai golongan atas, yang hal ini sesuai
dengan sabda Nabi Muhammad SAW.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pendidikan Islam
2. Bagaimana Perkembangan Pendidikan islam periode sebelum Indonesia
merdeka (1900-1945)

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui penjelasan pendidikan islam
2. Mengetahui Perkembangan Pendidikan islam periode sebelum Indonesia
merdeka (1900-1945)

1
] Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam, PT. Raja Grafido Persada,1999. Hlm. 17
2
Prof. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Hidakarya Agung, Jakarta,
1985, hlm. 14]
1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam


Pendidikan atau dalam bahasa Arab tarbiyah yang berarti mendidik.
Sasaran pendidikan tidak hanya terfokus kepada perkembangan jasmani peserta
didik, namun rohani juga menjadi perhatian dalam kegiatan pendidikan. Para ahli
pendidikan banyak memberikan definisi tentang makna pendidikan yang semunya
mengarah kepada perbaikan diri peserta didik. Marimba mendefinisikan
pendidikan dengan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian utama.
Sementara itu, Zuhairini, mengelompokkan definisi pendidikan menjadi
dua kelompok, yaitu pendidikan dalam arti luas dan pendidikan dalam arti sempit.
Pendidikan dalam arti luas adalah seluruh proses hidup dan kehidupan manusia,
segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh
pendidikan baginya. Sedangkan pendidikan dalam arti sempit adalah suatu
kegiatan memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup kepada generasi yang
sedang tumbuh yang pada prakteknya identik dengan pendidikan formal di
sekolah dan dalam situasi dan kondisi serta lingkungan belajar yang serba
terkontrol.
Ahmad Tafsir mengatakan bahwa pendidikan adalah kegiatan pendidikan
yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru (pendidik), mencakup
pendidikan formal, maupun nonformal serta informal. Sedangkan yang dimaksud
dengan pendidikan Islam adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya
manusia yang bersumber dan berpedomankan ajaran Islam sebagaimana
termaktub dalam Al-Qur’an dan terjabar dalam sunnah Rasul. Pendidikan Islam
banyak memiliki tujuan yang ingin dicapai, dan yang paling tinggi adalah
penanaman nilai-nilai akhlaqul karimah kepada seseorang. Al-Syaibani
mengatakan bahwa mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat
akhlakul karimah.

2
B. Perkembangan Pendidikan Islam Periode Sebelum Indonesia Merdeka (1900-
1945)
Bersamaan masuknya agama Islam ke Indonesia, maka masuk pula
kebudayaannya. Pengaruh kebudayaan Islam meliputi semua segi kehidupan,
termasuk pendidikan. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia
muslim yang sholeh (berakhlak) yang baik. Ada dua lembaga pendidikan penting
pada penyebaran agama Islam yakni : langgar dan pesantren disusul kemudian
adanya madrasah. Pendidikan agama Islam tidak terbatas, siapapun boleh
mengikuti lembaga pendidikan Islam, sifat pendidikan demokratis dan pengajaran
untuk rakyat. Di suatu tempat seperti di Sumatera Barat tidak ada pemisahan
antara langgar dan pesantren, di sini sekolah agama Islam disebut surau.
Kemudian sekolah- sekolah Islam berkembang dan mendirikan bangunan sekolah3
Pada awal abad 20 M, pendidikan di Indonesia terpecah menjadi dua
golongan, yaitu :
1. Pendidikan yang diberikan oleh sekolah-sekolah Barat yang sekuler yang tak
mengenal ajaran agama/sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah
Belanda.
2. Pendidikan yang diberikan oleh pondok pesantren yang hanya mengenal
agama saja

Pada zaman Belanda, pendidikan kolonial sangat berbeda dengan


pendidikan Islam Indonesia yang tradisional, bukan saja dari segi metode, tetapi
lebih khusus dari segi isi dan tujuannya. Pelaksanaan pendidikan dan
persekolahan yang dikelola pemerintah kolonial mempunyai ciri khas, yang mana
isi pendidikannya berpusat pada pengetahuan dan keterampilan duniawi yaitu
pendidikan umum. Kurikulum pendidikan pada masa itu diwarnai oleh misi
penjajahan Belanda, begitu juga halnya dengan kurikulum zaman Jepang,
sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan atau tujuan pendidikan pada zaman
ini adalah untuk menciptkan sumber daya manusia yang dapat membantu misi
penjajahan di tanah air. Belanda, misalnya dengan memanfaatkan pribumi untuk
mengeruk kekayaan alam seoptimal mungkin, sedangkan Jepang dikenal dengan

3
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya : Pustaka Pelajar, 2003), hlm 69

3
Asia Timur Raya4
Isi kurikulum pendidikan masa penjajahan Belanda berorientasikan kepada
tujuan untuk mempersiapkan tenaga pegawai yang diperlukan oleh pemerintah
Belanda. Tujuan pendidikan pada masa itu adalah untuk memperoleh tenaga kerja
murah dan cenderung memberi peluang bagi pelaksana pendidikan menjalankan
kebijaksanaan yang sering bertentangan dengan prinsip moral. Ciri-ciri umum
pendidikan kolonial Belanda adalah gradualisme, dualisme, pengawasan pusat
yang ketat, pendidikan pegawai lebih diutamakan, konkordansi, dan tidak ada
perencanaan yang sistematis bagi pendidikan pribumi5
Pada masa penjajahan Jepang, perkembangan pendidikan mempunyai arti
tersendiri bagi bangsa Indonesia, yakni terjadinya keruntuhan sistem
pemerintahan kolonial Belanda. Jenis pendidikan pada masa ini kurang
memperhatikan isinya. Isi kurikulumnya bertujuan untuk membantu kelancaran
dan pertahanan Jepang selama mereka berada di Indonesia. Anak didik pada
waktu itu harus membantu Jepang dalam peperangan sehingga anak-anak pribumi
harus mengikuti latihan militer di sekolah. Karena itu yang diajarkan pada masa
pemerintahan Belanda diubah sesuai dengan keinginan bangsa Jepang. Jadi, pada
masa penjajahan Jepang tujuan pendidikan yang dilaksanakan adalah untuk
mendapat tenaga kerja rendahan (murah) dan untuk membentuk tentara yang siap
melawan sekutu. Sedangkan lembaga pendidikan Islam atau pesantren pada masa
penjajahan lebih ditekankan pada pengetahuan dan keterampilan berguna bagi
penghayatan agama. Ciri-ciri lembaga pendidikan Islam atau pesantren pada masa
itu adalah :

a. Menyiapkan calon kyai atau ulama yang hanya menguaasi masalah agama
semata.
b. Kurang diberikan pengetahuan untuk menghadapi perjuangan hidup
sehari-hari dan pengetahuan umum sama sekali tidak diberikan.
c. Sikap isolasi yang disebakan karena sikap non kooperasi secara total dari
pihak pesantren terhadap apa saja yang berbau Barat.

4
Historis Pendidikan

(http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_13.html, diakses 13 Maret


2009 )

5
Muhaimin, Op.Cit., hlm 70 77 Muhaimin, Op.Cit., hlm 70

4
Sedangkan ciri-ciri pendidikan sekolah Barat pada masa penjajahan adalah :

a. Hanya menonjolkan intelek dan sekaligus hendak melahirkan golongan


intelek.
b. Pada umumnya bersikap negatif terhadap agama Islam.
c. Alam pikirannya terasing dari kehidupan bangsanya.

Rencana pelajaran (kurikulum) di pesantren ditetapkan oleh kyai dengan


menunjuk kitab-kitab apa yang harus dipelajari. Kenaikan kelas atau tingkat
ditandai dengan bergantinya kitab yang ditelaah setelah kitab- kitab sebelumnya
selesai dipelajarinya ukuran kealiman seorang santri6. Dengan demikian fungsi
pendidikan Islam adalah melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai Ilahi dan
insani sebagaimana terkandung dalam kitab-kitab ulama terdahulu. Fungsi ini
melekat pada setiap komponen aktivitas pendidikan Islam. Hakikat tujuan
pendidikan Islam adalah terwujudnya penguasaan ilmu agama Islam sebagaimana
tertuang dan terkandung dalam kitab-kitab produk ulama terdahulu serta
tertanamnya perasaan agama yang mendalam dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari

Hakikat pendidik adalah orang yang mampu memahami kitab-kitab


keagamaan yang sulit dan mampu mengajarkanya kepada pihak lain. Hakikat
peserta didik adalah seseorang yang sedang belajar memahami agama dan
mengembangkan perasaan beragama yang mendalam. Kurikulum adalah rencana
pelajaran sebagaimana tertuang dalam kitab-kitab keagamaan produk ulama
terdahulu. 7Evaluasi adalah penilaian terhadap kemampuan santri akan kitab-kitab
yang dipelajari untuk selanjutnya meningkat dalam mempelajari kitab yang baru
dan Menyadari keadaan pendidikan pada masa penjajahan yang sangat
merendahkan martabat bangsa sendiri, maka muncul tokoh-tokoh masyarakat
yang berkeinginan untuk mendirikan lembaga pendidikan

Mengenai corak pendidikan pada periode ini, Wirjosukarto dalam bukunya


Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam menjelaskan bahwa ada dua corak
pendidikan, yaitu corak lama yang berpusat di pondok pesantren, dan corak baru
dari perguruan (sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah Belanda).
selanjutnya, Wirjosukarto merinci ciri-ciri dari setiap corak tersebut, yaitu corak
lama adalah : Menyiapkan calon kiai atau ulama’ agama semata. Kurang diberi
pengetahuan umum, atau sama sekali tidak diberikan. Sikap isolasi karena adanya
sikap nonkoperasi secara total dari pesantren terhadap segala sesuatu yang berbau
Barat. Sedangkan ciri-ciri corak baru sebagaimana yang dijelaskan oleh
Wirjosukarto adalah: Hanya menonjolkan intelek dan sekaligus hendak
melahirkan golongan intelek. pada umumnya bersikap negatif terhadap agama
Islam. Alam pikirannya terasing dari kehidupan bangsanya. (Wirjosukarto dalam
Susanto, 2009: 12). Abuddin Nata (2004: 194) menyebutkan bahwa sebelum tahun
1900 pendidikan Islam di Indonesia masih bersifat halaqoh (nonklasikal), dan
lembaga pendidikan pun tidak besar.
6
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam; (Cet.I; Bandung: Angkasa,2003), hlm. 17.
7
Abdullah Idi, Op.Cit., hlm 15 79 Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta :
Pedoman Ilmu Jaya, 2003), Hlm 5-6.

5
Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa pada periode sebelum
Indonesia merdeka, terdapat berbagai corak pengembangan pendidikan Islam,
yaitu isolatif-tradisional, dan sintesis. Isolatif-tradisional dalam arti tidak mau
menerima apa saja yang berbau Barat (kolonial) dan terhambatnya pengaruh
pemikiran-pemikiran modern dalam Islam untuk masuk ke dalamnya,
sebagaimana tampak jelas pada pendidikan pondok pesantren tradisional yang
hanya menonjolkan ilmu-ilmu agama Islam dan pengetahuan umum sama sekali
tidak diberikan8.

Hakikat pendidikan Islam adalah upaya melestarikan dan mempertahankan


khazanah pemikiran ulama terdahulu sebagaimana tertuang dalam kitab-kitab
mereka. Tujuan utama pendidikannya adalah menyiapkan calon-calon kiai atau
ulama menguasai masalah agama semata. Sedangkan sintesis yakni
mempertemukan antara corak lama (pondok pesantren) dan corak baru (model
pendidikan kolonial atau Barat) yang berwujud sekolah atau madrasah. Dalam
realitanya, corak pemikiran sintesis ini mengandung beberapa variasi pola
pendidikan Islam, yaitu9 :

1. Pola pendidikan madrasah mengikuti format pendidikan Barat terutama


dalam sistem pengajarannya secara klasikal, tetapi isi pendidikan tetap
lebih menonjolkan ilmu-ilmu agama Islam.
2. Pola pendidikan madrasah yang mengutamakan mata pelajaran agama,
tetapi mata pelajaran umum secara terbatas juga diberikan. Pola
pendidikan madrasah yang menggabungkan secara lebih seimbang antara
muatan keagamaan dan non keagamaan.
3. Pola pendidikan sekolah yang mengikuti pola gubernemen dengan
ditambah beberapa mata pelajaran agama.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

8
Muhaimin, Op.Cit., hlm 73-74 81 Muhaimin, Op.Cit., hlm 73-74

9
Abdullah Idi, Op.Cit., hlm 18-19 80 Abdullah Idi, Op.Cit., hlm 18-19

6
Pendidikan atau dalam bahasa Arab tarbiyah yang berarti mendidik.
Sasaran pendidikan tidak hanya terfokus kepada perkembangan jasmani
peserta didik, namun rohani juga menjadi perhatian dalam kegiatan
pendidikan. Para ahli pendidikan banyak memberikan definisi tentang
makna pendidikan yang semunya mengarah kepada perbaikan diri peserta
didik. Marimba mendefinisikan pendidikan dengan bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian utama.
Bersamaan masuknya agama Islam ke Indonesia, maka masuk pula
kebudayaannya. Pengaruh kebudayaan Islam meliputi semua segi
kehidupan, termasuk pendidikan. Tujuan pendidikan Islam adalah
membentuk manusia muslim yang sholeh (berakhlak) yang baik. Ada dua
lembaga pendidikan penting pada penyebaran agama Islam yakni : langgar
dan pesantren disusul kemudian adanya madrasah. Pendidikan agama Islam
tidak terbatas, siapapun boleh mengikuti lembaga pendidikan Islam, sifat
pendidikan demokratis dan pengajaran untuk rakyat. Di suatu tempat seperti
di Sumatera Barat tidak ada pemisahan antara langgar dan pesantren, di sini
sekolah agama Islam disebut surau. Kemudian sekolah- sekolah Islam
berkembang dan mendirikan bangunan sekolah

B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Kami sebagai penulis
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat di harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat di jadikan sumber referensi dan bermanfaat bagi para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam, PT. Raja Grafido Persada,1999.


Prof. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Hidakarya
7
Agung, Jakarta,
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya : Pustaka
Pelajar, 2003
Historis Pendidikan
(http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_13.ht
ml, diakses 13 Maret 2009 )
Muhaimin, Op.Cit., hlm 70 77 Muhaimin, Op.Cit.,
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam; (Cet.I; Bandung: Angkasa,2003),
Abdullah Idi, Op.Cit., hlm 15 79 Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Islam,
(Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2003),
Muhaimin, Op.Cit., hlm 73-74 81 Muhaimin, Op.Cit.,
Abdullah Idi, Op.Cit., hlm 18-19 80 Abdullah Idi, Op.Cit.,

You might also like