Professional Documents
Culture Documents
#300922 A - Protokol Pemberian MT - V22 - Ed DJ TTD
#300922 A - Protokol Pemberian MT - V22 - Ed DJ TTD
bagi Tenaga
Kesehatan
Tatalaksana
- Balita weight faltering
- Balita berat badan kurang
- Balita gizi kurang
dengan Pemberian Makanan Tambahan
(MT) Berbasis Pangan Lokal
Tatalaksana
Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
dengan Pemberian Makanan Tambahan
(MT) Berbasis Pangan Lokal
2022
Penyusun
Pelindung:
Menteri Kesehatan
Pengarah:
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Ketua:
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kontributor:
Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG; Dr. dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K); Dr. dr. Ahmad Suryawan, Sp.A(K);
Dr. dr. Meta Herdiana Hanindita, Sp.A(K); Dr. Puspo Edi Giriwono; Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH. Dr.PH; Dr. Umi
Fahmida; Dr. Helda Khusun; Prof. Dr. Muhayatun, MT; Dr. Erry Yudhya Mulyani, S.Gz, M.Sc.
Tim Penyusun:
Esti Katherini Adhi, SST, MKM; Kartika Wahyu Dwi Putra, SKM, M.Kes; Muhammad Adil, SP, MPH; Ir. Mursalim, MPH;
Nyimas Septiani Wulandari, S.Gz; dr. Ni Made Diah PLD, MKM; dr.Yunita Rina Sari, MKM; Zahrotus Sholuhiyah, S.Gz;
Tim Editor:
Dr.Hera Nurlita, Mkes; Mahmud Fauzi, SKM, MKes
Diterbitkan oleh :
Kementerian Kesehatan RI
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Protokol bagi Tenaga Kesehatan berkontribusi dalam penyusunan buku ini, saran dan kritik kami nantikan guna
Tatalaksana Balita Weight Faltering, Berat Badan Kurang serta Gizi penyempurnaan buku saku ini.
Kurang dengan Pemberian Makanan Tambahan (MT) Berbasis Pangan
Lokal, Tatalaksana Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dengan
Pemberian Makanan Tambahan (MT) Berbasis Pangan Lokal. Protokol ini
merupakan bagian dari upaya mempercepat pencapaian target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 khususnya Jakarta, September 2022
penurunan prevalensi balita stunting, wasting dan ibu hamil KEK. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
3
LATAR BELAKANG (1/2)
Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama 1000 Hari (SSGI, 2021). Faktor lain yang turut berkontribusi pada masalah gizi kurang
Pertama Kehidupan sangat pesat, demikian pula perkembangan kognitifnya. pada balita adalah pola asuh yang kurang baik, kurangnya pengetahuan,
Ibu hamil dan Balita merupakan kelompok rawan gizi yang perlu mendapat penyakit infeksi berulang, rendahnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan,
perhatian khusus dikarenakan dampak jangka panjang yang ditimbulkan serta kondisi sosial ekonomi yang secara tidak langsung berpengaruh
apabila mereka menderita kekurangan gizi. Ibu hamil yang mengalami terhadap akses makan makanan bergizi seimbang.
kekurangan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin, kelahiran
bayi berat lahir rendah (BBLR), selanjutnya berisiko balita mengalami masalah Perlu penanganan yang komprehensif dan terintegrasi untuk menangani
gizi kurang atau stunting. masalah gizi baik pada ibu hamil maupun balita. Pelayanan pemeriksaan
kehamilan atau antenatal care terpadu, terutama pada kunjungan di trimester
Besaran masalah gizi ibu berdasarkan Riskesdas 2018 : prevalensi ibu hamil pertama yang dilakukan oleh dokter, akan mendeteksi sedini mungkin faktor
Kurang Energi Kronis 17,3%. Berdasarkan Studi Diet Total tahun 2014, lebih risiko kehamilan. Bilamana ditemukan ibu hamil dengan kurang energi kronis
dari separuh ibu hamil memiliki asupan energi sangat kurang (<70% angka (Lingkar Lengan Atas <23,5 cm) maka harus diidentifikasi penyebabnya dan
kecukupan energi) dan sekitar separuh ibu hamil mengalami kekurangan ditangani sesuai dengan kondisi ibu hamil. Selain itu juga diberikan makanan
asupan protein (<80% angka kecukupan protein) (Kementerian Kesehatan RI, tambahan disertai edukasi bahwa ibu hamil harus mengonsumsi makanan
2014). Faktor risiko ibu hamil kurang energi kronis dapat disebabkan asupan bergizi sesuai kebutuhannya selama kehamilan dan saat menyusui.
pangan yang tidak adekuat, penyakit yang diderita, tidak memadainya akses
ke fasilitas pelayanan kesehatan, aktivitas fisik yang berlebih, air bersih dan Rekomendasi WHO untuk memastikan pemenuhan gizi selama kehamilan,
higiene sanitasi yang buruk atau kombinasi diantaranya. yaitu dengan mendorong ibu hamil mendapatkan makanan bergizi seimbang
dan pemenuhan kebutuhan protein, bersama itu dilakukan pemberian tablet
Besaran masalah gizi pada balita berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia tambah darah dan penguatan melalui pendidikan gizi serta konseling (WHO,
(SSGI) 2021 : prevalensi balita gizi kurang 7,1% dan prevalensi balita stunting 2013).
24,4%. Berdasarkan sumber yang sama, proporsi makan beragam pada
baduta sebesar 52,5% dengan proporsi mulai konsumsi MPASI <6 bulan
sebesar 55,3%, balita menderita diare sebesar 9,8% dan ISPA sebesar 24,1%
4
LATAR BELAKANG (2/2)
Demikian pula bilamana ditemukan balita dengan kenaikan berat badan tidak mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan berlangsung secara
adekuat/weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang baik di Posyandu berkelanjutan. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam
ataupun di fasilitas kesehatan, maka perlu dilakukan tatalaksana dengan keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 26 jenis
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk mengidentifikasi kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, dan 110 jenis
dan mengatasi penyebab yang mendasarinya serta kondisi yang rempah dan bumbu-bumbuan (Badan Ketahanan Pangan, 2020). Terdapat
memperberat. juga 7 kelompok pangan hewani yaitu ikan laut, udang, ikan air tawar, ikan
asin, daging, telur, dan susu. Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi
Weight faltering, berat badan kurang, dan gizi kurang dapat disebabkan pemanfaatan pangan lokal sangat terbuka luas untuk penyediaan pangan
rendahnya protein energy ratio (PER) pada makanan yang dikonsumsi. Studi keluarga, termasuk untuk perbaikan gizi balita dan ibu hamil. Dari hasil studi,
Kekalih A, dkk (2015) yang menganalisis data Riskesdas 2010 menunjukkan PMT berbasis kearifan lokal lebih efektif (Amalia, 2021), dengan konseling gizi
bahwa konsumsi pangan hewani pada anak usia 6-24 bulan hanya 38,2%. dan pendampingan.
Data Riskesdas 2010, menunjukkan bahwa angka balita dengan berat badan
kurang adalah 17,9% dan gizi kurang 7,3%. Hal ini merupakan landasan
perlunya asupan protein hewani yang cukup untuk balita. Oleh karena itu,
pencegahan weight faltering, berat badan kurang, dan gizi kurang harus
menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan protein hewani pada balita
sesuai dengan ketersediaan sumber protein hewani lokal. Sebagai contoh,
telur, ikan, ayam, dan sebagainya.
5
BAGIAN 1: TATALAKSANA UNTUK BALITA
3 Gizi kurang
6
Tujuan dan sasaran
Tujuan Sasaran
Meningkatnya status gizi balita Sasaran penerima makanan
melalui pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal
tambahan berbasis pangan lokal Balita weight faltering
sesuai dengan standar yang telah Balita berat badan kurang
ditetapkan Balita gizi kurang
7
DEFINISI OPERASIONAL
INDEKS MASSA TUBUH (IMT) – perbandingan antara berat badan (kg) PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) berbasis pangan lokal adalah
dengan tinggi badan (meter), rumus perhitungan kg/m2 makanan tambahan pangan lokal yang diberikan untuk meningkatkan status
gizi pada sasaran
BALITA SASARAN – anak usia 6-59 bulan
PDK – Pangan Diet Khusus (PDK) dapat berupa PDK untuk kelompok bayi
WEIGHT FALTERING – balita dengan kenaikan BB tidak adekuat dan anak serta PDK untuk kelompok dewasa. PDK untuk kelompok bayi dan
berdasarkan usia anak terdiri atas formula bayi, formula lanjutan, formula pertumbuhan,
makanan pendamping air susu ibu dan makanan selingan untuk anak (merujuk
BALITA BERAT BADAN KURANG – balita dengan status gizi yang
pada PERBPOM No. 24 Tahun 2020)
berdasarkan indikator BB/U di bawah -2 SD
HARI MAKAN ANAK (HMA) – jumlah hari makan balita usia 6-59 bulan yang
BALITA GIZI KURANG – balita dengan status gizi yang berdasarkan indikator
mendapat makanan tambahan
BB/PB atau BB/TB pada -3 SD sampai dengan < -2 SD
RED FLAG – Tanda dan gejala kondisi medis yang menunjukkan adanya
PANGAN LOKAL – makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat
gangguan pertumbuhan dan atau perkembangan yang membutuhkan
sesuai dengan potensi sumberdaya dan kearifan lokal dan menjadi alternatif
intervensi atau tatalaksana segera. Contoh red flag pertumbuhan: infeksi
sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral
(saluran napas, saluran kemih, kulit), limfadenopati, gambaran dismorfik
MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL – makanan bergizi (bentuk wajah aneh), kelainan jantung dll. Contoh red flag perkembangan
sebagai tambahan selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna adanya ketidakmampuan melakukan tahapan perkembangan sesuai umurnya.
memenuhi kebutuhan gizi dan diberikan dalam bentuk makanan kudapan atau
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN – tempat penyelenggaraan upaya
makanan lengkap siap santap berbasis pangan lokal
pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif) yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat
8
Weight faltering
Kenaikan BB tidak adekuat berdasarkan usia
9
Balita berat badan kurang
Balita dengan tanda:
BB/U1 di bawah -2 SD
Kriteria kasus
10
Balita gizi kurang
Balita dengan tanda:
BB/PB1 atau BB/TB2 pada -3 SD sampai dengan < -2 SD
dan/atau
LiLA** di antara 11,5 cm dan < 12,5 cm pada balita 6 - 59 bulan
Kriteria kasus
11
Tatalaksana
Balita dengan weight faltering dan BB kurang Penjelasan algoritme
1
Balita ditimbang dan diukur di Posyandu
Algoritme
2 Jika ditemukan indikasi weight faltering,
POSYANDU dan BB kurang(lihat definisi operasional
Timbang dan ukur kondisi ini), maka dirujuk ke Puskesmas
1
3 Di Puskesmas, balita akan diperiksa,
termasuk dicari red flag
2 2 4 Bila ada red flag dan tidak dapat
Weight faltering BB kurang
ditangani di puskesmas: rujuk ke RS
5 Bila tidak ada red flag:
3 dirawat jalan di Puskesmas
Puskesmas diberi konseling gizi (ASI dan MP-
ASI)
Rujuk balik
12
Tatalaksana
Penjelasan algoritme
Balita dengan gizi kurang
1 Balita ditimbang dan diukur di Posyandu
Jika ditemukan indikasi gizi kurang(lihat
2
Algoritme definisi operasional kondisi ini), maka
dirujuk ke Puskesmas
POSYANDU
Timbang dan ukur 3 1 Di Puskesmas, balita akan diperiksa,
1
termasuk dicari red flag
2 4 Bila ada red flag: dan tidak dapat
2
ditangani di puskesmas: rujuk ke RS
Gizi kurang
5 Bila tidak ada red flag:
dirawat jalan di Puskesmas
3 diberi konseling gizi (ASI dan MP-
Puskesmas ASI)
4 diberi PMT lokal selama 90 hari
(lihat panduan pemberian
Rujuk balik
BB Kurang:
Indeks BB/U di atas -2 SD
Gizi Kurang:
Indeks BB/TB di atas -2 SD
14
BAGIAN 1: BALITA
PANDUAN PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
15
Prinsip utama pemberian makanan tambahan
Diberikan dengan komposisi sedikitnya 1 kali makanan lengkap dalam seminggu dan
sisanya kudapan
Bagi baduta, pemberian makanan tambahan sesuai prinsip pemberian makanan bayi
dan anak dan harus terus diiringi dengan pemberian ASI (diberikan secara on-demand
sesuai kebutuhan anak)
16
Standar makanan tambahan pangan lokal untuk balita setelah kembali ke
Posyandu sesuai prinsip Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA)
Komposisi kandungan Makanan Tambahan sejumlah energi Usia Energi Konsistensi Frekuensi Jumlah setiap kali
MP-ASI /tekstur makan
MP-ASI balita (6 - 23 bulan) dalam satu hari dan kebutuhan
6–8 200 kkal Mulai dengan 2-3
sehari 24 – 59 bulan bulan sendok
# Pedoman PMBA dan Permenkes 28 tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi Masyarakat Indonesia Mulai dengan 2-3 kali setiap hari.1- makan setiap kali
bubur kental, 2 kali makan,
makanan selingan dapat tingkatkan bertahap
Usia Balita lumat diberikan hingga ½ mangkok
berukuran
250 ml (125 ml)
Zat Gizi 6 – 8 bulan 9– 11 bulan 12-23 bulan 24-59 bulan
9 – 11 Makanan yang
550 bulan dicincang 3-4 kali setiap hari 1-
Kalori (kkal) 200 300 1400 ½ - ¾ mangkok
halus dan 2 kali selingan
300 kkal ukuran 250 ml
makanan yang dapat
(125 – 200ml)
dapat diberikan
dipegang bayi
Protein (gr) 5* 7,5 * 13,75* 35*
3-4 kali setiap hari 1-
12-23 Makanan 2 kali selingan ¾ - 1 mangkok
550 kkal
bulan keluarga dapat ukuran 250 ml
Lemak (gr) 7 10 18 47 diberikan
Frekuensi sesuai Jumlah setiap kali
Jumlah dengan kelompok makan
Jika Tdk
Protein Energy Ratio (PER) Dapat
kalori Tekstur/ usia dan sesuai dengan kelompok
Lemak 30% dari energi sesuai konsistensi Tambahkan umur, dengan
sebesar 10% - 16% ASI
dengan sesuai dengan 1-2 kali makan penambahan 1-2 gelas
(6-23
kelompok kelompok usia ekstra, 1-2 kali susu per hari @250 ml
bulan)
usia selingan dapat dan 2-3 kali cairan
diberikan.
Menu makan bersama untuk satu kali makan yang disiapkan sebanyak
30-50% MT sehari, dan ketika pulang dibawakan bahan makanan
sumber protein hewani untuk dikonsumsi di rumah Sumber sebaiknya terdiri dari zat gizi lengkap dari makanan pokok tinggi protein
(dengan mengutamakan protein sumber hewani)
Sumber: WHO. (2012). Technical note: Supplementary foods for the management of Sumber: (WHO, 2009; WHO, 2010; WHO/PAHO, 2003; UNICEF, 2013) , pada buku Pedoman Pemberian
moderate acute malnutrition in infants and children 6–59 months of age. 17
Makan Bayi dan Anak, 2019
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk balita di Indonesia
berdasar Permenkes 28/2019 (Kementerian Kesehatan RI, 2019)
18
BAGIAN 1: BALITA
EDUKASI ASI DAN PMBA
19
Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan 3 cara
Minggu
Pemantauan Tumbuh Kembang
Pertama Inisiasi menyusui dini, menyusui eksklusif (manfaat dari
menyusui) dan posisi menyusui yang baik
Tanda-tanda kecukupan ASI (lihat buku KIA 2020)
Pemberian MPASI usia 6 bulan-2 tahun sesuai rekomendasi
Minggu (PMBA)
Kedua Perawatan Anak dan pemberian makas secara responsiv
Minggu
Gizi anak (bahan makanan sumber protein hewani)
Ketiga Gizi seimbang (komposisi gizi makro dan mikro)
Demonstrasi masak
Minggu
Cara penyiapan dan pengolahan makanan yang aman
Keempat Gizi seimbang (mis. cara membaca label)
Stimulasi perkembangan
21
Pesan-pesan kunci edukasi bagi balita
ASI adalah sumber gizi yang lengkap, cukup, dan seimbang bagi bayi di bawah usia 6
bulan; kandungan proteinnya setara dengan protein hewani
Berikan protein hewani dalam jumlah yang cukup sedini mungkin saat mulai pemberian
MPASI (usia anak 6 bulan)
Konsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi berdasar usia secara jumlah, frekuensi makan,
konsistensi dan variasi makanan; pada baduta, pemberian makan harus sesuai PMBA
(Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak)
Konsumsi makanan dengan zat gizi lengkap bagi balita: karbohidrat, protein hewani,
protein nabati, lemak, vitamin, dan mineral
Utamakan protein hewani (anak balita perlu protein dan lemak lebih banyak dan serat
lebih sedikit dibanding orang dewasa)
23
Pesan pendidikan gizi: pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI)
Pemberian Makanan Pendamping adalah proses pemberian makanan dan cairan lainnya yang diberikan kepada bayi
mulai usia 6 bulan ketika ASI saja tidak lagi mencukupi kebutuhan gizi bayi.
Makanan Pendamping ASI (MPASI) adalah makanan yang diolah dari bahan lokal yang tersedia di rumah yang tepat digunakan sebagai
makanan untuk bayi mulai usia 6 bulan
MPASI dibuat dari menu makanan keluarga
Pada masa pemberian MPASI, ASI tetap terus diberikan
24
Pesan pendidikan gizi: pemantauan pertumbuhan
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan program perbaikan gizi yang
menitik beratkan pada upaya pencegahan dan penanggulangan keadaan gizi balita,
meliputi:
Penimbangan dan pengukuran Tindak lanjut setiap kasus Tindak lanjut berupa kebijakan
PB/TB secara teratur, pengisian gangguan pertumbuhan dan program di tingkat
Kurva Pertumbuhan Buku KIA, (berupa konseling dan rujukan) masyarakat serta meningkatkan
penentuan status pertumbuhan motivasi untuk
berdasarkan kenaikan berat memberdayakan keluarga
badan.
25
BAGIAN 1: BALITA
MONEV PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
26
Monev dilakukan berkesinambungan selama proses penerimaan MT
dan Pola
ePPBGM/GForm panduan; bila perlu, balik untuk keperluan
Nakes/kader dibekali agen mengarahkan pengambilan kebijakan
panduan pengumpulan Data identifikasi lain
dicatat melalui GForm proses pengukuran dan
data
(misal: histori rujukan) membantu entri data
Konsumsi
Data Pola Konsumsi dipantau menggunakan formulir SFFQ diawal, tiap bulan
dan akhir pemberian makanan tambahan
Data Berat Badan dipantau setiap minggu saat menerima makanan tambahan
27
LAMPIRAN
Bulan 1
MINGGU 3
MINGGU 1
MINGGU 4
MINGGU 2
Bulan 3
MINGGU 3 MINGGU 1
MINGGU 4 MINGGU 2
MINGGU 3
MINGGU 4
28
Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SFFQ)
pola makan balita Formulir ini diisi pada awal dan akhir pemberian Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal dengan memperhatikan
memperhatikan porsi dan ukuran (merujuk pada Buku Foto Makanan) serta frekuensi konsumsi selama 1 bulan terakhir.
Paling sering
dimasak
Frekuensi Porsi tiap kali konsumsi
dengan
akhir pemberian
….
1 Nasi/Bubur/Umbi-umbi centong/potong/
/buah
2 Roti/Mie
…. Buah/sendok
makan
…. Sendok
Makanan
Tambahan
3 Bihun/Soun
makan
4 Biskuit/kue …..keping
5 Lainnya, sebutkan........
Sumber Lauk Hewani berbasis Pangan
6
Lauk hewani (daging sapi, kambing, kerbau,
babi, ayam, bebek, kalkun, entog, ikan/produk
olahan, telur, susu/produk olahannya)
Lokal dengan
7
Lauk nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan,
oncom) memperhatikan
Minuman
8 Susu
porsi dan ukuran
9
10
Minuman kemasan berpemanis
Lainnya, sebutkan….
(merujuk pada
Lemak dan Minyak
11 Mentega / margarin
Buku Foto
12 Minyak goreng (kelapa, kelapa sawit)
Makanan Cepat Saji (Fast Food) Makanan) serta
13
Ayam goreng tepung, hamburger, pizza, nugget,
sosis atau makanan beku frekuensi
konsumsi selama
Makanan Olahan
14 Gorengan (bakwan, cireng, dll)
1 bulan terakhir
Makanan kalengan (ikan/daging kaleng, buah/
15
sayur kalengan)
16 Snack kemasan/Jajanan berbumbu instan
17 Permen/snack manis lainnya
Sayuran
18 Sayuran
Buah-buahan
19 Buah-buahan
20 Air Susu Ibu (ditanyakan bila masih menyusu)
21 Multivitamin tambahan
29
LAMPIRAN
30
BAGIAN 1: BALITA
Lampiran: penukar bahan makanan sumber
protein hewani
31
LAMPIRAN
Kandungan zat gizi satu porsi terdiri dari satu potong sedang ikan segar seberat 40 gram adalah 50
kalori, 7 gram protein dan 2 gram lemak
Daftar lauk pauk sumber protein hewani sebagai Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai
penukar 1 porsi Ikan segar: penukar 1 porsi Ikan segar:
Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam
(URT) gram (URT) gram
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20 Tepung susu krim 4 sendok makan 20
32
LAMPIRAN
33
BAGIAN 1: BALITA
Lampiran: penyiapan makanan yang aman
34
Penyiapan makanan
yang aman
36
Teknik menimbang BB bayi < 2 tahun menggunakan timbangan
dengan ketelitian 5-10 gram (1/2)
Langkah-langkah 1
1 Letakkan timbangan di tempat yang rata,
datar, dan keras. Bersih dan tidak ada beban
lain di atas timbangan
2 Baterai dipasang pada tempatnya dengan
memperhatikan posisi baterai jangan sampai
terbalik.
2
3 Tekan tombol power/On dinyalakan dan
memastikan angka pada jendela baca
Display Display kg
menunjukan angka nol. Posisi awal harus selalu
berada diangka nol (jendela baca 0,00 kg) pound
3 3
37
Teknik menimbang BB bayi < 2 tahun menggunakan timbangan
dengan ketelitian 5-10 gram (2/2)
Langkah-langkah
38
Teknik menimbang BB bayi ≥ 2 tahun menggunakan timbangan dengan
ketelitian 5-10 gram (1/2) Langkah-langkah
Persiapan: Sepatu dan pakaian luar anak harus dilepaskan dan
Sumber energi timbangan 1
digital dapat berasal dari anak menggunakan pakaian seminimal mungkin
baterai atau cahaya. Untuk
timbangan yang 2 Nyalakan dengan menekan tombol ON TARE/TARA
menggunakan cahaya,
timbangan harus diletakkan 3 Pilih unit pengukuran (pound atau kg) dengan
pada tempat dengan menekan tombol UNIT HOLD sampai display sudah
pencahayaan yang cukup menunjukkan 0,00 (kg)
pada saat digunakan.
Cara pemasangan: 4 Saat (display) layar baca menunjukkan 0,00 posisikan
1 Memastikan kelengkapan dan anak (berdiri) tepat di tengah sesuai pijakan serta
kebersihan tetap berada di atas timbangan sampai angka
2 timbangan. berat badan muncul pada layar baca dan sudah
Memasang baterai pada timbangan tidak berubah
3 yang menggunakan baterai.
Meletakkan timbangan di tempat yang
4 datar, keras,dan cukup cahaya.
Menyalakan timbangan “ ON” dan
memastikan bahwa angka yang Salah karena balita
5 muncul pada layar baca adalah 00,0. memakai baju lengkap
Timbangan siap digunakan.
33 4
39
Teknik menimbang BB bayi ≥ 2 tahun menggunakan timbangan
dengan ketelitian 5-10 gram (2/2)
Langkah-langkah
Cara penggunaan
1.
1 Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut, tutup kepala, dan
aksesoris lainnya pada balita harus dilepaskan.
2 Menyiapkan alas tipis (bukan bantal) untuk bagian kepala balita.
2.
3.
3 Balita dibaringkan telentang pada papan dengan puncak kepala
menempel pada panel bagian kepala (yang tetap).
41
Teknik mengukur panjang badan menggunakan infantometer Length
board (2/2)
4
1. Pengukuran dilakukan oleh dua orang
2. Pengukur pertama memegang dan menekan lutut atau tulang
5
kering balita agar kaki lurus dengan permukaan alat ukur.
3.
6 Pengukur kedua meletakkan tangan pada telinga balita (lengan
pengukur pertama harus lurus dan tidak tegang).
7
4. Pengukur kedua memastikan kepala balita datar di papan dan
garis imajiner (dari titik cuping telinga ke ujung mata) tegak lurus
dengan lantai tempat balita dibaringkan.
Posisi bayi 5.
8 Pengukur pertama menggerakkan alat geser ke arah telapak kaki
sudah lurus dan balita hingga posisi telapak kaki tegak lurus menempel pada alat
telapak geser. Pengukur pertama dapat mengusap telapak kaki balita
menyentuh agar balita dapat menegakkan telapak kakinya ke atas dan
papan telapak kaki segera ditempatkan menempel pada alat geser.
pembatas kaki 6.
9 Pengukur pertama membaca hasil pengukuran dimulai dari
angka kecil ke besar
7.
10 Pembacaan hasil pengukuran harus dilakukan dengan cepat
Hasil pengukuran: 68 cm dan seksama karena anak akan banyak bergerak.
8.
11 Hasil pembacaan disampaikan kepada pembantu pengukur
untuk segera dicatat.
Bila pengukuran panjang badan anak usia dibawah 2 tahun dilakukan secara berdiri, maka hasil
pengukuran harus ditambahkan 0,7 cm 42
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (1/4)
Cara Pemasangan:
1.
1 Pemasangan microtoise memerlukan setidaknya dua
orang.
2.
2 Satu orang meletakkan microtoise di lantai yang datar
dan menempel pada dinding yang rata.
3.
3 Satu orang lainnya menarik pita meteran tegak
lurus ke atas sampai angka pada jendela baca
menunjukkan nol. Kursi dapat digunakan agar
pemasangan microtoise dapat dilakukan dengan tepat.
4 Untuk memastikan microtoise terpasang dengan tegak
4.
lurus, dapat digunakan bandul yang ditempatkan di
dekat microtoise.
5.
5 Bagian atas pita meteran direkatkan di dinding dengan
memakai paku atau dengan lakban/selotip yang
menempel dengan kuat dantidak mungkin akan Perhatikan adanya sandaran
tumit untuk ketepatan
bergeser. pengukuran tinggi badan
6 Selanjutnya, kepala microtoise dapat digeser ke atas.
6.
Jika pengukuran tinggi badan anak usia ≥ 2 tahun diukur secara berbaring, maka hasil
pengukuran yang diperoleh dikurangi 0,7 cm
43
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (2/4)
Cara penggunaan
1.
1 Sepatu/alas kaki, kaus kaki, hiasan rambut, dan
tutup kepala pada anak dilepaskan.
2.
2 Pengukur utama memposisikan anak berdiri
tegak lurus di bawah microtoise membelakangi
dinding. Tangan kiri pengukur pertama
memegang dagu anak dan melihat skala ukur.
Pastikan pandangan anak lurus ke depan.
Kepala harus dalam posisi tegak lurus dengan
dinding.
3.
3 Pengukur kedua memposisikan tangan kiri pada
lutut anak, menekan kaki anak ke papan
dengan lembut agar anak berdiri tegak.
Tangan kanan pada tulang kering anak,
tungkai anak menempel ke papan dan tempat
berpijak.
44
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (3/4)
45
Teknik mengukur tinggi badan ≥ 2 tahun: (4/4)
48
Tujuan dan sasaran
Tujuan Sasaran
Meningkatnya status gizi ibu Sasaran penerima makanan
hamil melalui pemberian tambahan berbasis pangan lokal:
makanan tambahan sesuai Ibu hamil berisiko Kurang Energi
dengan standar yang telah Kronis (KEK)
ditetapkan
49
DEFINISI OPERASIONAL
INDEKS MASSA TUBUH (IMT) – perbandingan antara berat meningkatkan status gizi pada sasaran
badan (dalam kg) dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN – tempat penyelenggaraan
(kg/m2)
upaya pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif maupun
IBU HAMIL BERISIKO KEK – ibu hamil yang mempunyai ukuran rehabilitatif) yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah
Lingkar Lengan Atas (LiLA) di bawah 23,5 cm dan/atau masyarakat
50
Ibu hamil yang berisiko Kurang
Kriteria kasus Energi Kronis (KEK)
Ibu hamil yang mempunyai ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) di bawah 23,5 cm
51
Alur deteksi dan penanganan ibu hamil Kurang
Energi Kronis (KEK)
1. MT = makanan tambahan
52
Dampak dari intervensi dipantau melalui kenaikan
berat badan disesuaikan dengan status gizi ibu
Ibu Hamil
Kurus
1-3 kg 0.5 kg 12.5 – 18 kg
(<18.5 kg/m²)
Normal
1-3 kg 0.4 kg 11.5 – 16 kg 17-24 kg
(18.5 – 24.9 kg/m²)
Gemuk
1-3 kg 0.3 kg 7 – 11.5 kg 14-23 kg
(25.0 – 29.9 kg/m²)
Obesitas 11-19 kg
0.2-2 kg 0.2 kg 5 – 9 kg
(>30.0 kg/m²)
Sumber: Modifikasi buku KIA tahun 2021 edisi 3 dan Institute of Medicine (ION) tahun 2022 53
BAGIAN 2: IBU HAMIL
PANDUAN PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
54
Prinsip utama pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK
55
Standar
Kecukupan Gizi
ibu hamil
Angka Kecukupan Gizi
yang dianjurkan untuk
Wanita Usia Subur, Ibu
Hamil dan Menyusui usia
19-49 Tahun di Indonesia
(Permenkes RI No. 28
tahun 2019)
56
Standar makanan tambahan
pangan lokal untuk ibu hamil
Komposisi kandungan Makanan Tambahan bagi Standar bahan Makanan Tambahan bagi ibu
ibu hamil KEK hamil KEK untuk disiapkan sebanyak 1 kali makan
Makanan
Zat Gizi Makanan Lengkap Makanan Kudapan Makanan Kudapan Lengkap
Bahan Berat Ukuran Rumah Berat Ukuran Rumah
Energi 500 – 700kkal 510-530 kkal Makanan (gram) Tangga (URT) (gram) Tangga (URT)
Makanan 40 ½ gelas 75 ½ gelas
Pokok (beras)
Protein (gr) 18-23% 29 – 34 gram 18-23% 23 – 27 gram
Lauk hewani 1 60 1 butir besar
Ikan 75g/ 1 ekor/
(telur)
ayam 60 g/ 1 potong besar/
Lauk hewani 2 30-50 ½ potong telur 60 g/ 1 butir besar/
Lemak (gr) 20-30% 14 – 24 gram 30-40% 19 – 23 gram
(ayam/ikan/ sedang
daging 60 g 1 potong besar
daging)
58
Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan 3 cara
59
Contoh topik dan jadwal pendidikan gizi
Penjadwalan topik di lapangan bersifat situasional (sesuai kebutuhan),
bersamaan dengan pemantauan mingguan
Materi diberikan Pada kelas Ibu Hamil
Minggu
Sumber bahan Makanan Tinggi zat Besi
Ketiga
Gizi seimbang (komposisi gizi makro dan mikro, cara
membaca label)
Demonstrasi masak
Minggu
Cara penyiapan dan pengolahan makanan yang aman
Keempat Pentingnya memenuhi kebutuhan gizi Ibu Menyusui
Persiapan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
60
Pesan Pendidikan gizi: pemenuhan gizi ibu hamil
Konsultasikan kebutuhan gizi pada tenaga kesehatan berdasarkan status indeks massa tubuh (IMT)
Selain melakukan ANC, selama kehamilannya ibu perlu memperhatikan Contoh: Pemenuhan gizi ibu hamil dalam sehari
beberapa hal untuk menjaga kesehatannya dan janin yang ada di
dalam kandungannya sehingga terhindar dari anemia dan kurang gizi
kronik (KEK) yang dapat berakibat lahirnya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
atau prematur serta terhindar dari berbagai penyakit lainnya. Beberapa
hal tersebut adalah:
61
LAMPIRAN
Anjuran porsi makan dan minum menurut kecukupan energi untuk ibu
hamil dibandingkan WUS untuk konsumsi satu hari
Ibu Tidak Hamil dan Ibu Hamil Ibu Hamil
Bahan Makanan Tidak Menyusui (WUS) Trimester 1 Trimester 2 dan 3 Contoh
Nasi atau Makanan Pokok 5 porsi 5 porsi 6 porsi 1 porsi = 100 g
atau ¾ gelas nasi
Protein hewani seperti: ikan, 3 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 50 g atau 1 potong sedang ikan
telur, ayam, dan lainnya
1 porsi = 55 g atau 1 butir telur ayam
Protein nabati seperti: tahu, 3 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 50 g atau 1 potong sedang tempe
tempe, dan lainnya
1 porsi = 100 g atau 2 potong sedang tahu
Sayur - sayuran 3 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 100 g atau 1 mangkuk sayur
matang tanpa kuah
Buah - buahan 5 porsi 4 porsi 4 porsi 1 porsi = 100 g atau 1 potong sedang
pisang
1 porsi = 100 – 190g atau 1 potong besar
pepaya
63
Monev dilakukan berkesinambungan selama proses penerimaan MT
dan Pola
ePPBGM/GForm panduan; bila perlu, balik untuk keperluan
Nakes/kader dibekali agen mengarahkan pengambilan kebijakan
panduan pengumpulan Data identifikasi lain
dicatat melalui GForm proses pengukuran dan
data
(misal: histori rujukan) membantu entri data
Konsumsi
Data Pola Konsumsi dipantau menggunakan formulir SFFQ diawal, tiap bulan
dan akhir pemberian makanan tambahan
Data Berat Badan dipantau setiap minggu saat menerima makanan tambahan
64
LAMPIRAN
65
Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire (SFFQ)
Pola makan ibu hamil Formulir ini diisi pada awal dan akhir pemberian Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal dengan memperhatikan
memperhatikan porsi dan ukuran (merujuk pada Buku Foto Makanan) serta frekuensi konsumsi selama 1 bulan terakhir.
Paling sering
dimasak
Frekuensi Porsi tiap kali konsumsi
dengan
No Jenis Makanan cara...
Hari Minggu Bulan Tidak Ukuran
Porsi
(... kali) (.... kali) (.... kali) pernah (gram)
Sumber Karbohidrat
….
8 Susu
konsumsi semala 1 bulan 9
10
Minuman kemasan berpemanis
Lainnya, sebutkan….
terakhir Lemak dan Minyak
11 Mentega / margarin
12 Minyak goreng (kelapa, kelapa sawit)
Makanan Cepat Saji (Fast Food)
Ayam goreng tepung, hamburger, pizza, nugget,
13
sosis atau makanan beku
Makanan Olahan
14 Gorengan (bakwan, cireng, dll)
Makanan kalengan (ikan/daging kaleng, buah/
15
sayur kalengan)
16 Snack kemasan/Jajanan berbumbu instan
17 Permen/snack manis lainnya
Sayuran
18 Sayuran
Buah-buahan
19 Buah-buahan
20 Tablet Tambah Darah (TTD)
21 Multivitamin tambahan lainnya
66
LAMPIRAN
No Nama NIK Umur CATATAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL
Ibu BB (kg) IMT Lila (cm) MT 1 Konsumsi MT 2 Konsumsi MT 3 Konsumsi MT 4 Konsumsi MT 5 Konsumsi MT 6 Konsumsi MT 7 Konsumsi BB (kg) Lila (cm)
(kg/m2) Habis/ Habis/ Habis/ Habis/Sisa Habis/Sisa Habis/Sisa Habis/Sisa Mgg 1 Mgg 1 Dan
Sisa Sisa Sisa seterusnya
67
BAGIAN 2: IBU HAMIL
Lampiran: penukar bahan makanan sumber
protein hewani
68
LAMPIRAN
Kandungan zat gizi satu porsi terdiri dari satu potong sedang ikan segar seberat 40 gram adalah 50
kalori, 7 gram protein dan 2 gram lemak
Daftar lauk pauk sumber protein hewani sebagai Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai
penukar 1 porsi Ikan segar: penukar 1 porsi Ikan segar:
Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam Bahan makanan Ukuran Rumah Tangga Berat dalam
(URT) gram (URT) gram
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20 Tepung susu krim 4 sendok makan 20
69
LAMPIRAN
70
BAGIAN 2: IBU HAMIL
Lampiran: penyiapan makanan yang aman
71
Penyiapan makanan
yang aman
73
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Persiapan:
Pastikan pita ukur tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek
1
Responden diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang apapun
2 serta otot lengan tidak tegang
Pastikan apakah responden kidal atau bukan? Dengan cara menanyakan pada
3 responden
Jika responden tidak kidal maka yang diukur adalah lengan bagian kiri sedangkan
4 jika responden kidal maka yang diukur adalah lengan bagian kanan Alat: pita ukur/meteran
dengan ketelitian 0,1 cm
74
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Saat akan mengukur:
1 2
Menentukan titik tengah lengan Selanjutnya responden diminta meluruskan lengannya dan
biarkan menggantung bebas.
Lipat siku membentuk garis 90o kemudian ukur panjang
lengan antara pangkal bahu dengan ujung siku kemudian Lingkarkan pita ukur/meteran pada tanda pulpen
hasil pengukuran tersebut dibagi 2 (dua). Beri tanda dengan mengelilingi lengan responden (di pertengahan antara
pulpen/spidol pangkal bahu dan siku). Pengukuran tidak boleh terlalu
ketat atau longgar.
Angka
“0”
Batas angka
“0” adalah
pada lekukan
besi bagian
dalam Angka
yang
dibaca
LiLa = 26,0 cm
75
Penimbangan berat badan
Persiapan dan cara pemasangan:
76
Penimbangan Berat Badan
1 3
Petugas membaca dan segera mencatat hasil
Responden naik ke alat timbangan penimbangan yang ditunjukkan pada layar baca
Petugas
Tulis membaca
hasil penimbangan dan segera
dengan mencatat
pembulatan yang tepat
Posisi kaki tepat di tengah alat timbang,
tetapi tidak menutupi jendela baca. hasil
• Jika ≥ 00,05 dibulatkan ke atas
Responden bersikap tenang (jangan penimbangan
contoh : (72,05yang
72,1 kg),ditunjukkan
(72,35 72,4 pada layar
bergerak-gerak) dan kepala tidak kg)
baca
menunduk (memandang lurus kedepan) • Jika < 00,05 dibulatkan ke bawah
contoh : (72,04 72,0 kg), (72,34 72,3
kg)
2 4
Angka akan muncul di kaca jendela alat timbang Minta responden turun
Tunggu sampai angka tidak berubah (STATIS) atau muncul Selanjutnya alat timbang akan off secara otomatis.
huruf “O” maka bacakan dengan keras angka hasil Untuk menimbang responden selanjutnya, ulangi proses 1-4.
penimbangan oleh petugas penimbang. Angka hasil
penimbangan disebutkan ulang oleh petugas pencatat Untuk mematikan timbangan, tekan tombol OFF, pastikan
timbangan dimatikan setelah dipakai dan dismpan kembali
Bila ragu-ragu, ulangi pemeriksaan 2-3 kali dan diambil rerata
pada tempatnya
77
Teknik mengukur tinggi badan Ibu
Cara Pemasangan:
1.
1 Pemasangan microtoise memerlukan setidaknya dua
orang.
2.
2 Satu orang meletakkan microtoise di lantai yang datar
dan menempel pada dinding yang rata.
3.
3 Satu orang lainnya menarik pita meteran tegak
lurus ke atas sampai angka pada jendela baca
menunjukkan nol. Kursi dapat digunakan agar
pemasangan microtoise dapat dilakukan dengan tepat.
4 Untuk memastikan microtoise terpasang dengan tegak
4.
lurus, dapat digunakan bandul yang ditempatkan di
dekat microtoise.
5 Bagian atas pita meteran direkatkan di dinding dengan
5.
memakai paku atau dengan lakban/selotip yang
menempel dengan kuat dan tidak mungkin akan Perhatikan adanya sandaran
tumit untuk ketepatan
bergeser. pengukuran tinggi badan
6 Selanjutnya, kepala microtoise dapat digeser ke atas
6.
78
Pengukuran Tinggi Badan
Persiapan :
1 Kepala
4 Betis
1 Tumit
79
Pengukuran Tinggi Badan (berdiri)
Saat akan memasang alat pengukur tinggi badan:
1 2 3
Responden bersiap untuk naik ke alas Responden berdiri tegak, pandangan
Pasang alat ukur sesuai petunjuk alat ukur lurus ke depan.
Cari dinding rumah yang rata, lantai yang Lepas alas kaki, penutup kepala/topi/peci, Titik cuping telinga dengan ujung mata
keras dan datar. kuncir rambut/sanggul dari responden harus membentuk garis imajiner yang
Letakkan alat ukur dengan posisi tombol yang akan diukur. tegak lurus terhadap dinding belakang
pengunci alas dan bagian “d” menempel Responden diminta naik ke alas alat ukur alat ukur (membentuk sudut 90o)
dinding. dengan posisi membelakangi alat ukur. Batang alat ukur harus berada di tengah
tubuh bagian belakang responden,
jangan melenceng ke kiri atau ke kanan.
4 5 6
Gerakan alat untuk mengukur sampai Baca hasil pengukuran pada garis
Lima bagian badan menempel di alat ukur menyentuh kepala jendela baca
Bila ini tidak mungkin dilakukan, minimal 3 Responden berambut keriting tebal Jika responden lebih tinggi dari pada
bagian menempel pada alat ukur gerakkan sampai menyentuh puncak pengukur, pengukur dapat mencabut
(PUNGGUNG, PANTAT, DAN BETIS). kepala. bagian atas batang skala ukur agar tinggi
Posisi pengukur berada di depan atau kiri Kencangkan panel geser, responden badan dapat dibaca dengan mudah.
responden yang diukur. dapat diminta untuk turun dari alat ukur. Bacakan dengan keras angka hasil
pengukuran oleh petugas pengukur.
Angka hasil pengukuran disebutkan ulang
oleh petugas pencatat
Jika sudah sesuai dengan angka yang dibacakan oleh petugas pengukur maka Angka hasil pengukuran dicatat. Bila ragu-
ragu, ulangi pemeriksaan 2-3 kali dan diambil rerata
80
Email: ditgizi.kia@gmail.com