Professional Documents
Culture Documents
BAB 2 Daun Sambiloto
BAB 2 Daun Sambiloto
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
(Ratnani, 2012)
Gambar 2.1
Daun Sambiloto
6
7
dengan berbagai nama lokal atau nama daerah, diantaranya: Ki oray, ki peurat,
chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian (China); xuyen tam lien, cong cong
50-90 cm. Memiliki batang yang disertai dengan banyak cabang berbentuk segi
empat dengan nodus yang membesar. Bentuk daun tunggal dengan tangkainya
ujungnya meruncing namun tepinya rata. Berwarna hijau tua pada permukaan
atas, hijau muda pada bagian bawah. Panjang daun 2-8cm dengan lebar 1-3 cm.
Perbungaan rasemosa yang bercabang membentuk malai dan keluar dari ujung
batang. Buah berbentuk jorong, mempunyai panjang sekitar 1,5cm dan lebar
0,5 cm, pangkal dan ujungnya tajam. Bila sudah masak akan pecah menjadi 4
yang banyak tumbuh dan ditemui di kebun, tepi sungai, di pekarangan, tanah
sambiloto ini berasal dari daerah Asia dan kemudian tersebar di berbagai daerah
sambiloto dapat ditanam dengan pola tumpang sari dengan tanaman pangan
seperti jagung. Pemilihan tanaman jagung sebagai tempat naungan cukup ideal,
karena pertumbuhan batang jagung yang tegak lurus dan pertumbuhan daunnya
dapat diatur. Selain itu juga dapat memberi tambahan keuntungan bagi petani.
(Damayanti, 2010)
a. Andrographolide
kesehatan. Senyawa kimia ini merupakan senyawa kimia aktif terbanyak pada
ini diduga menimbulkan rasa pahit yang berlebih pada daun sambiloto.
mempengaruhi kondisi rigiditas dinding sel jamur yang secara dominan terdiri
dari kitin,manno protein, dan beta glukan. Sehingga dinding sel tidak terbentuk
b. Saponin
lebih pekat tertarik keluar sel sehingga nutrisi, zat-zat metabolisme, enzim,
protein dalam sel keluar, sel jamur lisis dan jamur mengalami kematian. (Yanti
c. Flavonoid
koagulator protein. Flavonoid berperan sebagai anti bakteri dan anti jamur
kematian. (Watson & Preedy, 2007). Senyawa fenol yang terdapat pada
flavonoid juga dapat mendenaturasi protein sel dan mengerutkan dinding sel
sehingga menyebabkan lisisnya dinding sel jamur, sel jamur lisis dan kematian
d. Tannin
zat-zat metabolisme, enzim, protein dalam sel keluar, sel tidak bisa melakukan
aktivitas hidup , sel jamur lisis dan jamur mengalami kematian. (Watson &
Preedy, 2007). Mekanisme lain yang ditimbulkan oleh senyawa tannin yaitu,
e. Alkaloid
utuh sehingga menyebabkan lisisnya dinding sel jamur, sel jamur lisis dan
2.2.1 Taksonomi
dalam:
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
albicans bersifat dimorfik, slain tampak sebagai ragi dan pseudohifa C. abicans
setelah inkubasi dalam serum sekitar 90 menit pada suhu 37ºC umumnya sel-
halus, licin dan akan membentuk hifa sejati, namun pada pertumbuhan C.
asam dan gas, asam dari sukrosa, dan tidak bereaksi dengan laktosa. (Carrol,
2007)
Struktur dinding sel C. albicans terdiri dari glukan, manan, dan khitin.
Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2-30% dari berat kering dinding sel, -
6-25 % dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah, dan misellium proporsi
ini akan tetap sama, hanya saja pada misellium proporsi khitin tiga kali lebih
banyak dibandingkan dengan sel ragi. Penyusunan struktur dinding sel yang
sangat kompleks ini membuat dinding sel C. albicans memiliki ketebalan 100-
13
400nm. Dinding sel yang sangat kompleks tersebut memiliki fungsi sebagai
antimikotik. Fungsi utamanya yaitu memberi bentuk pada sel dan melindungi
Dalam (Tortora, Funke, & Case, 2004) digambarkan bahwa dinding sel
(Tjampakasari, 2006)
Gambar 2.2
Skema dinding sel C. Albicans
sel eukariotik lainnya yaitu terdiri dari lapisan fosfolipid ganda. Membran
protein ini memiliki aktifitas enzim seperti manan sintase, khitin sintase, glukan
membran sterol pada dinding sel yang merupakan tempat bekerjanya enzim-
enzim proses sintesis dinding sel memegang peranan penting sebagai target
menonjol dalam sel. Organ ini dipisahkan dari sitoplasma oleh membran yang
terdiri dari 2 lapisan. Seperti sel eukariot pada umumnya, semua DNA
2.3 Candidiasis
2.3.1 Definisi
jamur genus candida spp, seperti contohnya oleh C. albicans. Infeksi akibat
jamur ini dapat mengenai beberapa bagian tubuh seperti kulit, kuku, membrane
oleh berbagai macam spesies candida. Telah ditemukan lebih dari 150 spesies
15
candida yang telah diidentifikasi dan tujuh puluh persennya disebabkan oleh C.
yang terjadi pada mulut, hingga 80% dapat mengenai orang sehat. (Williams &
Lewis, 2011). Penyakit akibat jamur candida dapat ditemui diseluruh dunia dan
menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Sumber agen yang
pertama oleh pasien dan kemudian dapat ditularkan melalui kontak langsung
pasien AIDS atau pada pasien yang memiliki immunocompromise lebih rentan.
Yang paling sering ditemui dalam kondisi pasien seperti ini adalah candidiasis
oral oleh spesies C. albicans sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi dan
Giannini, 2013)
Genus Candida terdiri dari lebih dari 150 spesies jamur. Anggota genus
mayoritas dari spesies candida tidak dapat tumbuh pada 37 °C (suhu tubuh
manusia normal) dan karena itu, biasanya tidak terkait dengan kolonisasi
16
dalam manusia dan ini dapat bertindak sebagai patogen oportunistik pada
memiliki aktifitas adhesive. Komponen kecil dan khitin yang berada pada
kemudian berpenetrasi ke sel epitel mukosa. Dalam hal ini enzim yang berperan
Faktor endogen:
1.Perubahan fisiologik
2.Umur
Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
3.Imunologik (imunodefisiensi)
Faktor eksogen :
1. Kebersihan kulit
Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu ini akan
tergantung bagian mana yang terkena atau yang terinvasi, gambaran secara
a. Candidiasis thrush
putih yang dapat dibersihkan yang mana plak putih tersebut merupakan
kumpulan dari hifa. Mukosa dapat terlihat eritema. Biasanya pasien dengan
b. Candidiasis intertrigenosa
ditemukan. Jika kita melihat data epidemiologi memang infeksi jamur jenis ini
trigeminosa sering terjadipada daerah yang lembab serta lipatan kulit maserasi.
Ditambah lagi letak geografis Indonesia yang beriklim tropis, cuaca yang panas
c. Candidiasis vulvovaginalis
sekali terinfeksi KVV selama masa hidupnya, paling sering terjadi pada wanita
serangan infeksi kedua. Keluhan utamanya gatal didaerah vulva. Pada infeksi
berat terdapat rasa panas, nyeri sesudah miksi, dan dispereunia. Sering ditemui
bercak bercak putih kekuningan. Fluor albus pada kandidiasis vagina berwarna
d. Candidiasis diaper-rush
yang umum akibat teritisasi oleh erupsi inflamasi akut pada kulit didaerah
popok bayi. Meskipun kondisi ini relatif umum namun kondisi ini dapat
menyebabkan rasa sakit dan stres yang cukup untuk bayi sehingga seringkali
dilakukan dengan:
1. Pemeriksaan langsung
20
diperiksa dengan larutan KOH 20% atau bisa juga dengan menggunaakan
pewarnaan gram, dapat terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.
Pseudohifa
(Mutiawati, 2016)
Gambar 2.3
(1) Pseuohifa pada pewarnaan KOH
(2) Budding yeast cell
2. Pemeriksaan biakan
dekstrosa glukosa sabouraud, dapat pula media agar ini dibubuhi dengan
Kemudian perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 370 C.
koloni akan tumbuh setelah 2 hingga 5 hari, berupa koloni mukoid putih.
terhadap obat anti jamur, lokasi infeksi, penyakit yang mendasari, dan juga status
a. Selaput lendir
- Larutan ungu genitan setengah sampai satu persen untuk selaput lender,
dan mukokutan).
vaginam, jika perlu sistemik, berikan ketokonazol 1x 200mg dosis tunggal atau
3. Pengobatan sistemik
candidiasis invasive (dengan dosis 100-400 mg per hari) pilihan lain dapat
2015)
22
2.3.8 Prognosis
Ricky, 2015)
suatu agen yang dapat digunakan untuk membunuh suatu mikroorganise atau
Antijamur atau yang sering disebut antifungi mempunyai dua pengertian yaitu
fungi tanpa mematikannya (Priyanto, 2008). Cara kerja anti jamur dalam
berikut:
ion pada membran sel. Sebagai unsur penyangga adalah β glukan. Obat
terbentuk, integritas struktural dan morfologi sel jamur akan mengalami lisis.
yang menjaga integritas membran sel jamur dengan cara mengatur fluiditas dan
ini mengikat secara langsung ergosterol dan channel ion di membran sel jamur,
hal ini menyebabkan gangguan permeabilitas berupa kebocoran ion kalium dan
protein dan asam nukleat. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi
total pada sel. Bahan antimikroba yang dapat mendenaturasi protein dan asam
nukleat sehingga dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki lebih lanjut. (Jawetz,
lebih diperlukan baik kedalam maupun keluar sel karena didalam membran sel
membrane luar. Apabila fungsi membrane sel terganggu oleh adanya bahan
air raksa, dan senyawa logam berat lainnya. Zat-zat kimia tersebut efektif
terganggu, selanjutnya dapat menyebakan sel jamur hancur dan mati. (Jawetz,
DNA, RNA dan protein memegang peranan yang sangat penting dalam
pembentukan atau fungsi zat DNA, RNA dan protein mengalami gangguan
antimikroba yang tepat ketika menangani suatu kasus penyakit. Hal ini juga
resistensi pada agen antifungi disebabkan oleh adanya mutasi gen. Mutasi ini
akan mempengaruhi pompa efluks, ikatan obat dengan target enzim, biosintesis
komponen dari stuktur fungi, dan konformasi senyawa dalam sel fungi. (Sapta,
2014).
agar padat dan reservoir yang dapat berupa cakram kertas, silinder atau
cekungan yang dibuat dalam media padat. Larutan uji akan berdifusi dari
a. Pradifusi, perbedaan waktu pradifusi mempengaruhi jarak difusi dari zat uji
optimal. Perbedaan ketebalan media agar mempengaruhi difusi dari zat uji
media yang digunakan akan makin kecil diameter hambat yang terjadi.
dihasilkan lebih besar, sedangkan jika jumlah inokulum lebih besar maka
pertumbuhan antibakteri.
pada media agar, maka daerah hambat dapat diamati segera setelah adanya
pertumbuhan bakteri.
jumlah molekul zat uji yang mengion. Selain itu pH berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri.
Metode dilusi cair adalah sebuah metode yang didasarkan pada prinsip
pengenceran. Metode dilusi menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi
media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang di uji. Kemudian dari
serial. Kemudian, seri tabung diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam
dan diamati adanya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi terendah obat pada
28
tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai nampak jernih (tidak
ada pertumbuhan mikroba) disebut KHM (Kadar Hambat Minimum) dari obat.
Metode ini dipilih karena prinsip dari metode ini adalah pengenceran
larutan uji sampai diperoleh seri kadar dan pada masing-masing larutan uji
penghambatan terhadap bakteri bisa lebih sensitif. Selain itu, pada metode ini
penggunaan media dan bahan uji lebih hemat dan tidak dipengaruhi oleh tebal
penggoresan larutan uji di media padat sehingga dapat diketahui aktivitas anti
2. Titik didih pelarut, pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah
sehingga pelarut mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi pada proses
diantaranya yaitu:
1. Pelarut Etanol
Etanol 96% adalah pelarut semi polar dan pelarut yang baik untuk
ekstraksi karena dapat mengekstrak senyawa yang polar dan senyawa yang
murah, mudah didapat dan ekstrak yang diperoleh tidak mudah ditumbuhi
jamur dan bakteri serta umum digunakan dalam pembuatan ekstrak karena
mempunyai kelarutan yang relatif tinggi dan bersifat inert sehingga tidak
bereaksi dengan komponen lainnya. Etanol memiliki titik didih yang rendah
distilasi. (Diana & Gumelar, 2012). Selain itu, etanol merupakan pelarut yang
tidak karsinogen, dan mudah menguap dengan titik didih 78oC sehingga tidak
adanya noda andrographalide pada analisis kualitatif. Noda hanya terlihat pada
pelarut ekstraksi dengan kloroform dan etanol. Hal ini dikarenakan heksan
merupakan pelarut dengan indeks polaritas 0,1 (sangat rendah) dan tidak dapat
air merupakan pelarut dengan indeks polaritas tertinggi 10,2 juga tidak dapat
yang terkandung dalam bahan alam herba sambiloto tidak menghasilkan proses
ekstraksi senyawa aktif target dengan baik. Pelarut etanol yang memiliki indeks
banyak dan kemudian diikuti oleh pelarut klomoform yang memiliki indeks
polritas 6,1. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan pelarut etanol dengan
Pelarut etanol juga merupakan pelarut dengan daya ekstraktif terbesar untuk
semua bahan alam berbobot molekul rendah seperti alkaloid, saponin dan
31
2015).
2. Pelarut Metanol
dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam namun metanol bersifat lebih
(Diana & Gumelar, 2012). Menurut (Astarina, Astuti, & Warditiani, 2013)
metanol merupakan pelarut universal yang memiliki gugus polar (-OH) dan
3. Pelarut Aquades
disebut juga dengan air murni (H2O), karena H2O hampir tidak mengandung
protein. Air dapat membentuk ikatan hidrogen yang sangat kuat dengan
32
senyawa protein karena protein memiliki atom nitrogen yang merupakan salah
satu atom pembentuk ikatan hydrogen. (Dewi, Dewanti, & Setyorini, 2016).
Namun aquades atau air murni kurang baik digunakan untuk metode ekstraksi
dan maserasi karena memiliki kelemahan yaitu kurang stabil sebagai pelarut
memberikan efek farmakologi sebagai anti oksidan, anti diabetik, anti fertilitas,
anti HIV-1, anti flu, anti adhesi intraperitonial, anti malaria, anti diare,
sambiloto) dan senyawa lain yang terdapat pada sambiloto memiliki efek
toksisitas yang sangat rendah. (Widyawati, 2007). Selain itu daun sambiloto
memiliki efek sebagai anti mikroba. (Dey, Kumari, & Ota, 2013).
sering dilakukan dan terbukti bahwa ekstrak daun sambiloto memiliki efek
& Wianto, 2016) dengan metode dilusi test dengan konsentrasi 100%; 50%;
33
dapat membunuh Leptospira sp. yang ditandai dengan tidak ada bakteri
Leptospira sp. yang tumbuh atau terlihat adalah pada konsentrasi 1,56%.
lebih jelas untuk melihat pengaruh ekstrak daun sambiloto dalam menghambat