You are on page 1of 12

1

LAPORAN PENDAHULUAN PADA


HIPERGLIKEMI DIRUANG ANYELIR
RSUD DR. GUNAWAN MANGUNKUSUMO

Disusun Oleh :

Dwi Fitriani Amalia

1903023

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG
2022/2023
2

A. Pengertian

Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar

glukosa. Dalam darah melebihi batas normal (Perkeni, 2018). Prediabetes

merupakan kondisi tingginya gula darah puasa (gula darah puasa 100-

125mg/dL) atau gangguan toleransi glukosa (kadar gula darah 140-199mg/dL,

2 jam setelah pembebanan 75 g glukosa). Bila kadar gula darah mencapai >200

mg/dL maka pasien ini masuk dalam kelas DM (Rochmah, 2018). Menurut

American Diabetes Association (ADA), kondisi hiperglikemia adalah kadar

glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dL.

Hiperglikemia terjadi ketika tubuh kekurangan insulin dalam jumlah


tertentu, dimana kadar glukosa darah diasup tidak dapat dimanfaatkan secara
efektif sehingga glukosa dalam darah terlalu tinggi. Diabetes berhubungan
dengan metabolisme kadar glukosa dalam darahdapat disebut pula sebagai
silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan
menimbulkan berbagai macam komplikasi dan hingga kini belum tuntas
penanganannya (Fatimah, 2015).

B. Penyebab/ Faktor Predisposisi


Penyebab tidak diketahui dengan pasti akan tetapi pada umumnya diketahui
kekurangan insulin penyebab utama dan faktor herediter yang memegang
peranan penting. Literatur lain menyebutkan penyebab hiperglikemia adalah
akibat pengangkatan pankreas, kerusakan secara kimiawi sel beta pulau
langerhans, faktor predisposisi herediter, obesitas, faktor imunologi yaitu
respon autoimun (Arfawati,2019). Respon ini merupakan respon abnormal
dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.
Hiperglikemia akut paling umum diesbabkan oleh asupan nutrisi, inaktivasi,
3

inadekuat medikasi antidiabetik, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut


(Ruderma168n, 20).

C. Klasifikasi
Klasifikasi gangguan glikemi berdasarkan etiologinya :
1. Tipe 1
Disebabkan oleh rusaknya sel β pankreas biasanya menyebabkan defisiensi
insulin absolut. Rusaknya sel β pankreas dapat disebabkan oleh autoimun
atau idiopatik.
2. Tipe 2
Merupakan tipe DM yang sering ditemui, akibat dari kerusakan dalam
proses sekresi insulin dan atau akibat resistensi insulin dan sering terjadi
adalah kombinasi dari keduanya.
3. Tipe spesifik lain
- Kerusakan genetik tertentu yang mempengaruhi fungsi sel β pankreas
- Kerusakan gen dalam fungsi insulin
- Penyakit pada pankreas
- Endocrinopathies
- Induksi obat atau bahan kimia tertentu
- Infeksi

D. Patofisiologi/Pathway
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat disebabkan
oleh proses autoimun, kerja pankreas yang berlebih dan herediter. Insulin yang
menurun mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk ke dalam sel. Hal itu bisa
menyebabkan lemas dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi
tubuh dengan meningkatkan glukagon sehingga terjadi glukoneogenesis.
Selain itu tubuh akan menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan
hati serta peningkatan produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak
terhadap kelaparan sel. Dengan menurunnya insulin dalam darah, asupan
nutrisi akan meningkat sebagai akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa
4

intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula darah yang tinggi dapat
menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh darah menjadi
keras (aterosklerosis) dan bila plak ini terlepas akan menyebabkan trombus
(Arfawati,2015).

Pathway

Reaksi Autoimun Obesitas, usia, genetik

DM tipe II DM tipe II

Defisiensi Insulin

(keton) memproduksi asam Penurunan


darah timgkat tinggi pemakaian Glukosa

Nyeri Akut Hiperglikemia

poliphagi viskolita

darah
polidipsi

poliurea aliran

Darah melambat
Ketidakstabilan
kadar gula darah
Ischemic jaringan

Ketidakefektifan perfusi
jaringan parifer
5

E. Pengkajian keperawatan
1. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama
klien, umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku,
alamat. Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah
Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes
mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus datang kerumah sakit dengan keluhan utama
yang berbeda-beda. Pada umumnya seseorang datang kerumah sakit
dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan
berat badan turun.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi
apakah terdapat factor-faktor resiko terjadinya hiperglikemia misalnya
riwayat obesitas, hipertensi, atau juga
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari
hiperglikemia, penyebab terjadinya hiperglikemia serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena hiperglikemia, hal ini
berhubungan dengan proses genetik dimana orang tua dengan diabetes
mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada
anaknya.
3. Riview Of Sistem (ROS)
1. Sistem Pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
Hiperglikemia mudah terjadi infeksi.
6

2. Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal
ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada
makrovaskuler
3. Sistem gastriostestinal
Semua organ dalam sistem pencernaan, mencakup dari mulut hingga
ke anus - termasuk lambung dan usus. Salah satu aspek penting yang
harus dikaji dalam pengkajian Hiperglikemia
4. Sistes perkemihan
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih Kelebihan glukosa akan dibuang dalam. bentuk urin.
5. Sistem persyarafan
Sistem kompleks yang berperan dalam mengatur dan
mengoordinasikan seluruh aktivitas tubuh. Sistem ini memungkinkan
untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti berjalan, berbicara,
menelan, bernapas, serta semua aktivitas mental, termasuk berpikir,
belajar, dan mengingat. Ini juga membantu mengontrol bagaimana
tubuh bereaksi dalam keadaan darurat.
6. Sistem immune
Sistem daya tahan tubuh terhadap serangan substansi asing yang
terpapar ke tubuh kita.
7. Sistem reproduksi
Suatu sistem yang berbeda struktur dan fungsinya pada pria dan wanita.
Sistem reproduksi adalah kumpulan organ internal dan eksternal yang
bekerja bersama untuk tujuan prokreasi.
8. Sistem musculoskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran
masa otot.berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
9. Sistem endokrin
Jaringan kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon.
7

Termasuk poliura, polydipsia susah tidur, mudah Lelah, riwayar trauma


kepala, dan lainnya.
10. Sistem integument
Mengarah pada struktur kulit dan aksesorisnya dan
merupakan sistem organ terbesar pada tubuh manusia. Aksesori yang
dimaksud yaitu kuku, rambut, dan kelenjer.
11. Sistem sensori
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system
neurologis pasien sering mengalami penurunan sensoris. parasthesia,
anastesia, letargi, mengantuk. reflek lambat. kacau mental, disorientasi.
12. Sistem hematologi
Salah satu studi kesehatan yang khusus mempelajari mengenai darah
beserta gangguannya. Berhubungan dengan riwayat kesehatan keluarga
dan klien.

F. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0077) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
(ketaos diabetikum) dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri bagian
perut, tampak meringis kesakitan dan tampak gelisah.
2. (D.0009) Perfusi parifer tidak efektif berhubungan dengan Hiperglikemia
dibuktikan dengan Pasien mengatakan nyeri ekstremitas, pasien
mengeluh parastesia (kesemutan), turgor kulit menurun.
3. (D.0027) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
resistensi insulin ditandai dengan pasien mengeluh lemas atau lesu, mulut
terasa kering, rasa haus meningkat dan kadar glukosa darah meningkat
230 mg/dL
8

G. Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI Paraf


&KRITERIA
HASIL
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Fitri
Agen pencedera tindakan Observasi
fisiologis keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
(ketaos karakteristik, durasi
selama 3x 24 jam
diabetikum) d.d frekuensi, kualitas, intensitas
pasien ingkat nyeri
nyeri.
mengeluh nyeri menurun dengan 2. Identfikasi skala nyeri,
bagian perut, kriteria hasil : 3. Identifikasi respon nyeri non
tampak 1. Keluhan nyeri ferbal
meringis menurun. 4. Identifikasi actor yang
kesakitan dan 2. Meringis memperberat dan
tampak gelisah. memperingan nyeri.
menurun.
(D.0077) 5. Identifikasi pengetahuan dan
3. Sikap proteksi
keyakinan tentang nyeri.
menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya
4. Kesulitan tidur terhadap respon nyeri.
menurun. 7. Identifikasi pengaruh nyeri
5. Menarik diri pada kualitas hidup.
menurun 8. Monitor keberhasilan terapi
6. Berfokus pada komplementer yang sudah
diberikan.
diri sendiri 9. Monitor efek samping
menurun pemberian analgetik.
7. Diaforesis
menurun Terapeutik
8. Pola nafas 1. Berikan teknik
membaik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
9. Tekanan darah
2. Fasilitasi istirahat dan tidur.
membaik 3. Pertimbangkan jenis dan
10. Nafsu makan sumber nyeri dalam
membaik pemilihan straegi meredakan
11. Pola makan nyeri.
membaik
12. Frekuensi Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode,
nadi membaik.
dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
9

4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat.
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa ngeri.

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik.

2. Perfusi parifer Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi (I.02079) fitri


tidak efektif b.d tindakan Observasi
Hiperglikemia keperawatan 1. Periksa sirkulasi parifer (CTR
d.d Pasien selama 3x 24 jam, dan SpO2)
mengatakan maka perfusi
nyeri parifer meningkat 2. Identifikasi faktor resiko
ekstremitas, dengan Kriteria ganguan sirkulasi (diabetes)
pasien hasil :
mengeluh 1. Kekuatan nadi 3. Monitor panas kemerahan,
parastesia parifer nyeri atau bengkak pada
(kesemutan), meningkat. ekstremitas.
turgor kulit
2. Warna kulit
menurun Terapeutik
(D.0009) pucat menurun
3. Pengisian 1. Hindari pemasangan infus atau
kapiler membaik pengambilan darah diarea
4. Akral dan turgoe keterbatasan perfusi.
membaik
2. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi.

3. Hindari penekanan dan


pemasangan tournikuet pada
area yang cidera.

4. Lakukan pencegahan infeksi

5. Lakukan perawatan kaki dan


kuku.

6. Lakukan hidrasi

Edukasi
1. Informasikan tanda gejala
10

darurat yang harus dilaporkan.


2. Anjurkan berhenti merokok
3. Anjurkan berolahraga rutin.
4. Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit
terbakar.
5. Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara rutin.

3. Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia fitri


kadar glukosa asuhan (I.03115)
darah keperawatan 3x24 Observasi :
berhubungan jam diharapkan 1. Identifikasi kemungkinan
dengan Kestabilan Kadar penyebab hiperglikemia.
resistensi Glukosa Darah 2. Identifikasi situasi yang
insulin ditandai membaik dengan menyebabkan kebutuhan
dengan pasien kriteria hasil : insulin meningkat
mengeluh 1. Lelah/lesu 3. Monitor kadar glukosa darah
lemas atau lesu, menurun. 4. Monitor tanda dan gejala
mulut terasa hiperglikemia (mis.
kering, rasa 2. Mulut kering 10rofessi, 10rofession,
haus meningkat menurun polifagia, kelemahan,
dan kadar malaise, pandangan kabur,
glukosa darah 3. Rasa haus sakit kepala)
meningkat 923 menurun 5. Monitor intake dan output
mg/dL cairan
4. Kadar glukosa 6. Monitor keton urin, kadar
dalam darah analisa gas darah, elektrolit,
membaik tekanan darah ortostati, dan
frekuensi nadi
Terapeutik :
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau
memburuk.
3. Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik

Edukasi :
1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
11

3. Anjurkan kepatuhan terhadap


diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
5. Ajarkan penggunaan diabetes
(mis. Penggunaan insulin,
obat oral, monitor asupan
cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
11rofessional kesehatan)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian insulin
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV
3. Kolaborasi pemberian
kalium

H. Evaluasi

Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian


hasil yang diharapkan adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi
perlu untuk menentukan seberapa baik rencana asuhan keperawatan tersebut
berjalan, dan bagaimana secara proses yang terus menerus. Revisi rencana
keperawatan adalah komponen penting dari fase evaluasi.

I. Daftar Pustaka

Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah Isnaini, Nur Ratnasari,


Ratnasari, 14(1), 59– 68. https://doi.org/10.31101/jkk.550

Alkhar, R. (2018). Laporan Praktik Dinas KMB RSUD dr.


Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Ananta. (2018). Pola Perawatan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Kaki.


Achmad Djamil, Nur Sefa Arief Hermawan, Priscilia Dea, 6.

Azzida Dzaher. (2016). Peran perawat pada manajemen kaki penderita diabetes.
12

dr. Decroli, E. (2019). Buku Diabetes Mellitus Tipe 2. Padang: Pusat


Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam.

dr.Firdaus. (2017). Penanganan Amputasi. Retrieved from


https://hellosehat.com/pusat- kesehatan/diabetes-kencing-manis/luka-
diabetes-diamputasi/

dr.Tjin Willy. (2018). Amputasi. Retrieved from


https://www.alodokter.com/amputasi

You might also like