You are on page 1of 2

Allah Menghendaki Pertobatan kita / Dihalomohon Debata Hamubaonta

Mazmur 51: 1-10/ Psalmen 51: 1-10

Pertobatan ialah kepulangan kembali dengan merasakan bahwa yang ia lakukan


merupakan kesalahan dan mencoba untuk kembali memperbaikinya atau menebus. Di dalam
dogma Kristen hal pertobatan ialah suatu konsep yang menunjukkan bahwa manusia tidaklah
sempurna, ini karena ikatan manusia dengan dosa. Dosa ialah benalu atau hal yang menjadi
alasan kita tidak sempurna. Sebab itu Allah menghendaki agar kita melakukan pertobatan, Ia
mengingini, membutuhkan dan meminta. Dalam beberapa pengertian tersebut kita dapat
melihat sebagaimana sesungguhnya bahwa Allah begitu mengasihi umatNya, yang mana ia
tidak rela/ sanggup untuk meninggalkan mereka. Sebab jurang pemisah akan relasi antara kita
dengan Allah ialah keberdosaan.

Dalan dogma Kristen kita disadarkan bahwa dosa ialah ikatan daging yang timbul dari
ketidaktahuaan dan kecemaran akan hubungan dengan Allah. Dosa akan memberikan
penderitaan kepada manusia. Dalam ajaran Budha sebagaimana Sang Budha yakni Gautama
yang memperoleh pencerahan di karenakan pemahamannya melihat dunia ini yakni rasa
penderitaan. Ia mengatakan bahwa penderitaan berasal daripada nafsu. Nafsu membawa
seseorang kepada tindakan-tindakan yang keliru hingga membuatnya menderita. Sebab itu di
dalam meditasinya ia menemukan bahwa dalam mengatasinya hal tersebut ialah dengan
melatih pikiran untuk menjalani realitas (kehidupan) sebagaimana adanya. Sehingga nafsu
tidak dapat timbul dan membawa kepada pengenalan akan penderitaan.

Demikian halnya dengan pertobatan yang mana timbul dari keberdosaan yang kita
lakukan. Pada PL kita mengenal bagaimana bangsa itu melakukan pertobatan ialah dengan
melakukan korban sesembahan atau bakaran. Yang kemudian dalam PB kita diperkenalkan
kepada Yesus sebagai korban terakhir. Korban yang diberikan demi menebus dosa seluruh
manusia. Kegiatan ini (hal korban) merupakan gambaran akan usaha manusia untuk kembali
kepada Allah, tentu Allah bukanlah sosok yang meninggalkan namun manusia itu sendirilah
yang meninggakan Dia.

Dalam nas ini kita diperlihatkan bahwa Daud telah melakukan dosa yang besar di
hadapan Allah. Nas ini mengambarkan bagaimana nyanyian atau doa Daud dalam meminta
pengampuan atas dosanya. Paralel dengan 2 Sam 12: 1-15, yang menceritakan bagaimana
Natan memberikan hukuman daripada Allah kepada Daud dan bagaimana Daud menerima
dan menyesalinya selama penghukuman yang ia rasakan (7 hari). Melalui kedua nas ini kita
diperlihatkan bahwa Daud tidak berseru akan “Bagaimana ia akan melindungi dirinya
(mengurangi) melalui hukuman yang ia peroleh?” namun ia berseru “Bagaimana bisa
ternyata ia sanggup/ tega melakukan hal demikian kepada Allah?”. Daud menyadarkan
dirinya atas segala dosa yang ia perbuat, ia menjadi jauh daripada Allah.

Pertobatan ialah kesadaran diri. Hukum Taurat bukanlah hadir semata-mata demi
menjadi pembatas atas tindakan perilaku bagi bangsa Israel. Namun lebih kepada cerminan
bagi mereka. Jika kita ingin keluar rumah perihal mengikuti/ menghadiri suatu kegiatan tentu
sebelum pergi kita akan bercerminn dahulu, “Apakah ada yang kurang atau lebih dari
penampilan kita?” bahkan pulang pun kita akan kembali ke hadapan cermin untuk kembali
melihat bagaimana diri kita. Hukum Taurat ialah cermin bagi kita, yang menyadarkan apakah
yang telah kita perbuatan pada hari ini?

Demikianlah Martin Luther dalam pergumulannya dengan dogma gereja Katolik kala
itu. Ia tidak mensahkan akan tindakan orang yang membeli surat indulgensia terutama kepada
gereja yang memperjualkannya. Luther menyuarakan bahwa gereja tidaklah bekerja dengan
demikian. Ia takut bahwa teologi Kekristenan akan menjadi menyimpang. Adanya sistem
surat yang demikian membawa konsep bahwa wujud pertobatan merupakan usaha dari
manusia. Hal ini tentunya salah. Sebagaimana Daud dalam nas ini tidak mencoba berlindung
dari hukuman Allah seperti dengan membuat korban bakaran, bahkan perpuasaan yang Daud
lakukan ialah demi anaknya yang menderita sakit atas dosa dirinya. Pertobatan ialah wujud
akan keinginan kita untuk kembali bersama kepada Allah bukanlah cara untuk menebus dosa.

Luther menyebutkan bahwa terdapat dua bentuk dosa: yakni dosa leluhur dan dosa
pribadi. Yang mana Yesus telah menghapuskan ikatan dosa leluhur kita melalui
pengorbanannya. Sedang dosa pribadi merupakan hal yang muncul setiap saat, setiap hari
dalam kehidupan kita. Sebab itu dosa pribadi dapat hilang melalui pertobatan setiap saat.
Artinya seseorang tidaklah terpisah dari dosa atau kesalahan (ketidaksempurnaan) bahkan
ketika menyambut hari saja kita dapat langsung berdosa, apakah hal ini perlu membeli surat
indulgensia? Tentu secara ekonomi ini ialah kerugiaan. Oleh karena itu konsep akan
pertobatan ialah bentuk Allah mengulurkan tanganNya kepada kita. Sehingga bukan karena
usaha diri sendiri kita bersih dari dosa, namun melalui kasih Allah.

Quates: Pertobatan merupakan tindakan Allah dan usaha manusia untuk lebih mengenal
Allah. Ini merupakan jalan yang disediakan oleh Allah demi mereka yang tersesat. Harapan
akan keselamatan yang berbuah dari pengorabanan Yesus di kayu Salib, menjadi dasar kita
untuk hidup di dalam Allah.

You might also like