You are on page 1of 24

MAKALAH

REKAYASA IRIGASI

OLEH

NAMA : RONA EMILIA PANGGESO

STAMBUK : 6160505170050

KELAS : I6

DOSEN : IKA APRIANI, ST. MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hantarkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas Kuasa-Nyalah sehingga Makalah Rekayasa Irigasi ini dapat terselesaikan.

Makalah ini berisikan tentang pembahasan tentang sistem dan jaringan


irigasi, perencanaan petak, trase saluran, kebutuhan air irigasi, bangunan irigasi,
dan nomenklatur.

Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak


sekali kekurangan. Oleh kerena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepannya penulis bisa membuat makalah yang lebih baik
lagi.

Makassar, Juli 2020

Rona Emilia Panggeso


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam
tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi
apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media
(objek).
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia
kepada sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dengan demikian
tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman
pada saat persediaan lengas tanah tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal. Pemberian
air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi, juga ditentukan
oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan tanaman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sistem dan jaringan irigasi ?
2. Bagaimana yang dimaksud kebutuhan air irigasi?
3. Dimanakah letak bangunan utama pada bangunan irigasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui sistem dan jaringan irigasi.
2. Mengetahui kebutuhan air irigasi.
3. Mengetahui letak bangunan utama pada bangunan irigasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM DAN JARINGAN IRIGASI

1. Sistem Irigasi
Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
Pada prinsipnya irigasi adalah upaya manusia untuk mengambil air dari
sumber air, mengalirkannya ke dalam saluran, membagikan ke petak sawah,
memberikan air pada tanaman, dan membuang kelebihan air ke jaringan
pembuang.
Pemberian air irigasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan hal-
hal sebagai berikut:
1. Tempat: setiap daerah irigasi mempunyai karakteristik kebutuhan air
yang berbeda tergantung dari jenis tanah dan iklim (evapotranspirasi
dan curah hujan efektif), serta kehilangan air di saluran.
2. Jumlah: setiap daerah irigasi memiliki luas dan usaha tani yang
berbeda.
3. Waktu : setiap fase tanaman pertumbuhan (fase pengolahan tanah,
pertumbuhan dan panen) mempunyai kebutuhan air yang berbeda.
4. Mutu : air irigasi harus memenuhi standar mutu irigasi (contoh:
salinitas yang sangat rendah).
Sistem irigasi dibangun dan dikelola oleh manusia untuk tujuan kesejahteraan
manusia, sehingga manusia merupakan unsur utama dalam pembangunan dan
pengelolaan irigasi.

a. Irigasi permukaan
Irigasi permukaan atau surface irigation adalah jenis irigasi paling kuno di
Indonesia. Jenis irigasi ini memanfaatkan gravitasi, karena menerapkan
irigasi dengan cara membiarkan air mengalir ke lahan pertanian dengan
sendirinya. Agar lebih efektif, banyak petani yang mendistribusikan air ke
lahan pertanian di antara bedengan. Biasanya, jenis irigasi pertanian ini
juga dilakukan dengan cara menggenangi lahan pertanian dengan air
hingga ketinggian tertentu. Teknik irigasi ini tidak hanya memanfaatkan
daya gravitasi, tapi juga menggunakan bangunan seperti bendungan atau
pengambilan bebas. Fungsinya cocok untuk tanah pertanian dengan tekstur
halus hingga sedang. Sementara sistem irigasi penggenangan bisa
diterapkan pada daerah pertanian bertopografi cenderung datas, sehingga
pemberian air bisa merata. Jenis irigasi yang cukup tradisional ini masih
kerap digunakan oleh para petani Indonesia.

b. Irigasi mikro
Jenis irigasi yang disebut juga dengan nama irigasi tetes ini adalah cara
pemberian air terhadap tanaman secara langsung. Pemberian airnya bisa
dilakukan pada permukaan tanah ataupun di dalam tenah lewat tetesan
secara perlahan pada tanah di sekitar tumbuhan. Jenis irigasi ini
menggunakan alat pengeluaran air yang disebut emiter. Air yang sudah
keluar dari emiter dapat menyebar ke dalam profil tanah secara horizontal
dan vertikal berkat gaya kapilaritas dan gravitasi.

c. Irigasi bawah permukaan


Irigasi bawah permukaan memanfaatkan metode pengairan di dalam
lapisan tanah, sehingga air bisa meresap hingga ke bagian dasar tanah
hingga akar tumbuhan. Sistem pengairannya memanfaatkan pipa bawah
tanah atau saluran terbuka. Tanaman bisa memanfaatkan lengas tanah
yang berpindah menuju daerah akar, yang digerakkan oleh gaya kapiler.
Sederhananya, irigasi ini fokus pada bagian akar. Nutrisi yang didapat akar
disalurkan ke bagian tumbuhan lain dan memaksimalkan fungsinya
sebagai penopang.

d. Irigasi curah
Irigasi yang natural memang baik, itulah yang menjadi ide awal irigasi
curah. Irigasi ini dilakukan dengan cara menyemprotkan air ke udara untuk
kemudian jatuh ke permukaan tanah, layaknya air hujan. Fungsi jenis
irigasi ini adalah agar distribusi air bisa dilakukan secara merata. Jadi,
tidak akan terjadi kehilangan air dalam bentuk limpasan selama proses
irigasi. Sistem irigasi ini cocok untuk daerah pertanian dengan kecepatan
angin tidak terlalu besar, sehingga membuat efisiensi penggunaan air
irigasi yang lebih tinggi bisa dicapai secara lebih optimal.

Secara fisik sistem irigasi dinyatakan dua pengertian, yaitu jaringan irigasi dan
daerah irigasi. Secara fungsional jaringan irigasi dibedakan menjadi empat
komponen utama, yaitu bangunan, saluran pembawa, saluran pembuang dan
petak yang diairi.
2. Klasifikasi Jaringan Irigasi

Klasifikasi jaringan irigasi permukaan ditentukan oleh keberfungsian


sistem jaringan irigasi, yaitu (i) mengambil air dari sumber, (ii) mengalirkan air
ke dalam sistem saluran, (iii) membagi ke petak sawah, dan (iv) membuang
kelebihan air ke jaringan pembuang. Berdasarkan faktor pengaturan dan
pengukuran debit aliran serta kerumitan sistem pengelolaannya, maka sistem
jaringan irigasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) tiga macam, yaitu :

1. Jaringan Irigasi Sederhana


Jaringan irigasi sederhana dicirikan oleh kesederhanaan fasilitas
bangunan yang dimiliki, sehingga operasional pembagian air pada
jaringan irigasi sederhana pada umumnya air tidak diukur dan diatur.
Kondisi ini mungkin diterapkan jika ketersediaan air berlebihan (pada
tanah dengan kemiringan sedang sampai curam) dan jika memiliki
keterbatasan ketersediaan air irigasi maka kondisi ini harus segera
diatasi. Jaringan irigasi desa yang banyak dibangun masyarakat secara
mandiri kebanyakan dapat diklasifikasikan ke dalam jaringan irigasi
sederhana ini.

Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Sederhana


2. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Jaringan irigasi semi teknis mempunyai ciri bahwa fasilitas-fasilitas yang


ada untuk melaksanakan ke empat fungsinya sudah lebih baik dan
lengkap dibandingkan jaringan irigasi sederhana.

Misalnya, bangunan pengambilan sudah dibangun permanen, debit sudah


diukur, tetapi sistem jaringan pembagi masih sama dengan sistem irigasi
sederhana. Hal ini ditunjukkan pemisahan saluran pembawa dan
pembuang belum dipisahkan secara baik dan pembagian petak tersier
belum dilakukan secara detail, sehingga sulit dilakukan pembagian air.

Pada sistem irigasi ini, biasanya pemerintah sudah terlibat dalam


pengelolaannya, misalnya dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan
(O&P) bangunan pengambilan.

Gambar 2.2. Jaringan Irigasi Semi Teknis


3. Jaringan Irigasi Teknis

Jaringan irigasi teknis mempunyai fasilitas bangunan yang sudah lengkap.


Salah satu prinsip rancang bangun dalam jaringan irigasi adalah
pemisahan fungsi jaringan pembawa dengan jaringan pembuang.
Bangunan ukur dan bangunan pengatur sangat dibutuhkan dalam
pengaturan air irigasi. Petak tersier menjadi sangat penting karena menjadi
dasar perhitungan sistem alokasi air, baik jumlah maupun waktu.

Jaringan irigasi teknis dilengkapi : Bangunan Pengambilan yang


permanen, sistem pembagian air dapat diukur dan diatur, serta jaringan
pembawa dan pembuang telah terpisah.

Gambar 2.3 : Jaringan Irigasi Teknis


Tabel 1.1
Klasifikasi Jaringan Irigasi
Jaringan Irigasi
No Parameter
Sederhana Semi teknis Teknis
Konstruksi Semi
1. Sederhana Permanen
Bangunan Permanen/Permanen
Pengukuran
2. Tidak ada Ada Ada
debit
Pengatura
3. Tidak ada Tidak ada Ada
n debit
saluran pembawa
saluran pembawa
berfungsi ganda saluran
dan saluran
4. Fungsi saluran sebagai saluran pembawa dan
pembuang tidak
pembuang saluran
sepenuhnya terpisah
pembuang
terpisah

B. PERENCANAAN PETAK DAN TRASE SALURAN

1. Perencanaan Petak

Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu
sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai melalui
bangunan pengambilan bebas.

Petak irigasi dibagi 3 jenis yaitu :

1) Petak primer

Yaitu petak atau gabungan petak-petak sekunder yang mendapat air


langsung dari saluran induk. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer
yang mengambil airnya langsung dari sumber air.

Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan


mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder.
Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah saluran
primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer.
2). Petak sekunder

Yaitu kumpulan dari beberapa petak tersier yang mendapat air langsung
dari saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan
bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi
yang jelas, misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-
beda tergantung dari situasi daerah.
Saluran sekunder sering terletak di punggung medan, mengairi kedua sisi
saluran hingga saluran pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh
juga direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng
medan yang lebih rendah saja.

3) Petak tersier
Yaitu petak-petak sawah yang mendapat air dari bangunan sadap.
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier.

Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap
tersier yang menjadi tanggung jawab dinas pengairan, Bangunan sadap tersier
mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan petak adalah :
a. Petak mempunyai batas yang jelas pada tiap petak sehingga terpisah dari
petak sekunder yang lain dan sebagai batas petak adalah saluran drainase.
b. Bentuk petak sedapatnya bujur sangkar, uasaha ini untuk meningkatkan
efisiensi.
c. Tanah dalam suatu petak sekunder sedapat mungkin harus dapat dimiliki
oleh satu desa atau paling banyak tiga desa.
d. Desa, jalan, sungai diusahakan menjadi batas petak
e. Tiap petak harus dapat menerima atau membuang air, dan gerak pembagi
ditempatkan di tempat tertinggi.
f. Petak sekunder harus diletakkan sedekat mungkin dengan saluran
pembawa ataupun bangunan pembawa.

2. Trase Saluran
Beberapa hal yang perlu dalam perencanaan trase saluran, antara lain :

1) Trase saluran berupa garis lurus sejauh mungkin, apabila harus


berbelok maka dibuat lengkung-lengkung yang bulat.
2) Tinggi muka air diusahakan mendekati ketinggian medan atau lebih
tinggi dari medan sekelilingnya guna mengairi sawah-sawah di
sebelahnya.

3) Jumlah galian (cut) dan timbunan (fill) diusahakan seimbang, hal ini
berkaitan dengan meminimalkan biaya konstruksi saluran.

Pada umumnya trase saluran primer paralel dengan garis tinggi (saluran
garis tinggi) sedangkan trase saluran sekunder berupa di sepanjang punggung
medan. Penentuan trase saluran primer banyak parameter-parameter yang
dipertimbangkan, antara lain kemiringan dasar, bangunan-bangunan silang, dan
ketinggian pada bangunan pengambilan. Untuk itu penentuan trase saluran
primer lebih rumit.

Dalam penentuan trase saluran primer ada dua kondisi yang mungkin terjadi
yaitu :
a. Debit yang tersedia untuk irigasi melebihi (berlimpah) dibandingkan lahan
irigasi yang ada.
b. Debit yang tersedia menjadi terbatas, akibat lahan yang akan diairi diambil
secara maksimum.
Pada kondisi pertama (a), luas daerah irigasi tergantung kepada
kemiringan dasar saluran primer dan kehilangan tinggi energi yang diperlukan di
bangunan-bangunan. Kehilangan tinggi energi di saluran primer akan
dipertahankan sampai tingkat minimum.
Pada kondisi kedua (b) dengan luas daerah irigasi yang tetap, perencanaan
saluran primer tidak begitu menentukan, kehilangan tinggi energi tidak harus
dibuat minimum. Tinggi muka air dan trase yang dipilih harus memadai untuk
mencukupi kebutuhan air maksimum. Biaya pelaksanaan saluran bisa diusahakan
lebih rendah karena saluran dan bangunan dapat dibuat dengan ukuran yang
lebih kecil.
Untuk saluran primer yang paralel dengan garis tinggi pada umumnya
terdapat dua pilihan untuk menentukan letak as salurannya, yaitu :
a. Saluran primer timbunan dengan muka air di atas muka tanah asli
(natural surface).
b. Saluran primer galian dengan tinggi muka air kurang lebih sama dengan
muka tanah.

Keuntungan pada pilihan (a) saluran primer timbunan adalah semua lahan di
sebelahnya dapat diairi dari saluran primer. Kerugiannya adalah dibutuhkan
biaya pembuatan yang mahal, karena adanya timbunan.
Keuntungan pada pilihan (b) saluran primer galian adalah biaya pembuatan
yang dapat ditekan minimal (ekonomis). Kerugiannya adalah lahan yang bisa
diairi menjadi terbatas. Namun ini merupakan hal baik karena jalur-jalur saluran
di sepanjang saluran primer bisa dijadikan tempat permukiman.

Untuk saluran garis tinggi yang dimensinya besar, jika medannya tidak
teratur, maka trase salurannya tidak bisa dengan tepat paralel dengan garis tinggi
tersebut. Kadang-kadang diperlukan suatu jalur pintas (shortcut ) berupa galian
maupun timbunan. Untuk itu perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut :

 Jari-jari minimum kelengkungan mendatar (belokan) saluran adalah 8


kali lebar muka air rencana.

 Jalur pintasan tersebut kemungkinan memperpendek lintasan, tapi bisa


juga memperbesar biaya konstruksi.
 Jalur pintasan yang memendek berarti akan mengurangi/memperkecil
total kehilangan energi.
 Jalur pintasan yang melewati cekungan akan menyebabkan saluran irigasi
dan saluran pembuang ruas sebelahnya menjadi rumit dan butuh
bangunan persilangan.
Kemiringan memanjang saluran ditentukan oleh garis-garis tinggi dan lereng
saluran. Bahaya erosi pada saluran tanah akan membatasi kemiringan maksimum
dasar saluran. Jika kemiringan maksimum yang diizinkan lebih landai dari pada
kemiringan medan yang ada, maka pada jalur itu memerlukan suatu bangunan
terjun. Jika kemiringan tanah/medan lebih landai dari kemiringan minimum,
maka kemiringan dasa saluran akan dibuat sama dengan kemiringan lahan yang
ada.
Kemiringan maksimum dasar saluran tanah ditentukan dari kecepatan rata-
rata alirannya. Kecepatan maksimum aliran yang diizinkan akan ditentukan
berdasarkan karakteristik tanah.

C. KEBUTUHAN AIR IRIGASI


Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan evaportranspirasi, kehilangan air, kebutuhan airuntuk
tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui
hujan dan kontribusi air tanah.

1. Jenis Kebutuhan Air


Tiga jenis kebutuhan air adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan air tanaman (crop water requirement) adalah kebutuhan air utama
bagi tanaman sebagai konsekuensi fungsi hubungan tanaman dengan
lingkungannya.
b. Kebutuhan air pada tingkat usaha tani (farm water requirement) adalah
kebutuhan air yang diperlukan untuk suatu kelompok/golongan/petak tersier
yang meliputi kebutuhan air tanaman untuk pengolahan tanah dan kehilangan
air melalui limpasan, kebocoran, evapotranspirasi,dll.
c. Kebutuhan air irigasi (irrigation water requirement) adalah jumlah air yang
dimasukan ke jaringan irigasi melalui pintu pengambilan utama dari sumber
air dengan memperhitungkan kehilangan air di saluran.

2. Kebutuhan Air yang Diperlukan untuk Irigasi.

Kesatuan pemakaian air dihitung dengan beberapa cara seperti berikut ini:

Cara 1: menurut tinggi air yang dibutuhkan.

Banyaknya air = tingginya air yang dibutuhkan x luas tanah.

Cara 2 : banyaknya air yang dibutuhkan pada kesatuan luas untuk sekali
penyiraman atau untuk selama pertumbuhannya (m3/ha).
Cara 3 : kesatuan pengaliran air yaitu kesatuan isi dalam kesatuan waktu
pengalirannya untuk kesatuan luas (liter/detik/ha).
Cara 4 : menetukan luas tanaman yang dapat diairi oleh pengaliran air yang
banyaknya tertentu.

3. Kebutuhan Air yang Diperlukan Tanaman.

Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor evaporasi, transpirasi


yang kemudian dihitung sebagai evapotranspirasi. Besarnya kebutuhan air sawah
atau NFR (net field water requirement) dipengaruhi oleh jumlah air yang
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan tanaman dan pengolahan tanah. NFR
dibagi dalam dua jenis tanaman yaitu padi dan palawija. Kedua jenis tanaman ini
memerlukan jumlah air yang berbeda dalam peroses pengolahan tanahnya.

Untuk memperoleh hasil yang optimal, pemberian air harus sesuai dengan jumlah
dan waktu yang diperlukan tanaman:

Pembangunan Kebutuhan
tepat
irigasi air

Pemberian efisien
air

Faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan air irigasi untuk tanaman


adalah sebagai berikut :
a) Jenis tanaman
b) Cara pemberian air
c) Jenis tanah yang digunakan
d) Cara pengelolaan pemeliharaan saluran dan bangunan
e) Pengolahan tanahIklim dan keadaan cuaca

Kebutuhan air irigasi (NFR) didekati dengan metode Water Balance dengan
parameter :
a) Kebutuhan air untuk tanaman (ETc)
b) Kebutuhan air akibat perkolasi dan rembesan (P)
c) Kebutuhan air untuk pergantian lapisan air (WLR)
d) Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PL)
e) Curah hujan efektif (Ref)
EVAPOTRANSPIRASI:

Cara pengukuran :
b) Secara langsung dengan Lysimeter
c) Rumus empiris :
 Pennman Modifikasi
 Hargreaves
 Thornwaite
 Blaney-Criddle

D. BANGUNAN IRIGASI

Bangunan irigasi digunakan untuk keperluan dalam menunjang pengambilan


dan pengaturan air irigasi, sehingga air dapat mengalir dengan baik ke areal
persawahan.
a) Bangunan utama
Bangunan utama dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang
direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam
jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama bisa
mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta mengukur banyaknya air
yang masuk.
Bangunan terdiri dari bangunan-bangunan pengelak dengan peredam
energi, satu atau dua pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, dan kantong
lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-bangunan pelengkap.
Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori,
bergantung kepada perencanaannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
kategori, antara lain :
a. Bendung atau bendung gerak
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan
muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat
dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan menentukan
luas daerah yang di airi (command area). Bendung gerak adalah bangunan
yang dilengkapi pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu
terjadi banjir besar dan ditutup apabila air kecil. Di Indonesia, bendung
adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk membelokkan air sungai
untuk keperluan irigasi.
b. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai yang
mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi tanpa mengatur tinggi muka
air sungai. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka air disungai harus
lebih tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus
dapat dijamin cukup.
c. Pengambilan dari waduk
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi
surplus air disungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan air.
Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk mengatur aliran sungai. Waduk yang
berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi seperti untuk keperluan
irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali banjir, perikanan dan
sebagainya. Waduk yang berukuran kecil dipakai untuk irigasi saja.
d. Stasiun pompa
Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara
gravitasi ternyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada
mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil, tetapi biaya
eksploitasnya mahal.

b) Bangunan pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari
sumbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer,
saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan
pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, dan got miring. Saluran primer
biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya.
a. Talang
Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya,
saluran pembuang ilmiah atau cekungan dan lembah-lembah. Aliran di dalam
talang adalah aliran bebas. Talang dapat terbuat dari pasangan, beton, baja
atau kayu.
b. Gorong-gorong
Bangunan yang digunakan untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau
pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran), di bawah
jalan, atau jalan kereta api.
c. Siphon
Untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi di bawah
saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau sungai. Siphon juga dipakai
untuk melewatkan air di bawah jalan, jalan kereta api, atau bangunan-
bangunan yang lain.
d. Got miring
Di buat apabila trase saluran melewati ruas medan dengan kemiringan yang
tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang besar. Got miring berupa
potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dengan aliran superkritis, dan
umumnya mengikuti kemiringan medan alamiah. Sedangkan saluran
sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak
sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran yang ada dalam
suatu sistem irigasi.
1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
2. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut.batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
sadap terakhir.
3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
boks tersier terkahir.
4. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter
terkahir.

c. Bangunan Terjun
Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah
lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan
semacam ini mempunyai empat bagian fungsional, masing- masing memiliki
sifat-sifat perencanaan yang khas.
1. Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi superkritis
2. Bagian di mana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah
3. Bagian tepat di sebelah hilir, yaitu tempat di mana energi diredam
4. Bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi

d. Bangunan bagi dan sadap


1. Bangunan bagi terletak disaluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang
dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
2. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke
saluran tersier penerima.
3. Bangunan bagi dan sadap digabungkan menjadi satu rangkaian bangunan.
4. Boks-boks bagi disaluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau lebih
(tersier, subtersier, kuarter).

e. Bangunan pengatur dan pengukur


Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan
pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluranprimer),
cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan sekunder.
Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air
sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan
dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur dimaksudkan
untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang dialirkan.
Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan
pengatur. Peralatan ukur dapat dibedakan menjadi alat ukur aliran-atas bebas (free
overflow) dan alat ukur aliran bawah (underflow). Beberapa dari alat pengukur
dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air.

f. Bangunan Pembuang dan Penguras


Gorong-gorong adalah bangunan pembuang silang yang paling umum
digunakan sebagai lindungan-luar. Siphon dipakai jika saluran irigasi kecil
melintas saluran pembuang yang besar. Dalam hal ini, biasanya lebih aman dan
ekonomis untuk membawa air irigasi dengan siphon lewat dibawah saluran
pembuag tersebut. Bangunan penguras, biasanya dengan pintu yang dioperasikan
dengan tangan, dipakai untuk mengosongkan seluruh ruas saluran bila diperlukan.
Untuk mengurangi tingginya biaya, bangunan ini dapat digabung dengan
bangunan pelimpah.

g. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap
bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan
pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi
dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan
umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul,
jembatan penyeberangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta
bangunan lainnya.

E. NOMENKLATUR

Nomenklatur adalah standar tata nama yang diberikan kepada saluran irigasi.
Syaranamual, 2014 mengelompokan fungsi nomenkalur menjadi dua yaitu,
sebagai berikut:

1) Memberi nama bangunan-bangunan pada daerah irigasi yang luas yang


mempunyai banyak saluran-saluran pembawa dan pembuang.
2) Pemberian tanda bangunan-bangunan irigasi yang beranekaragam
sehingga dapat mengetahui lebih cepat.

Selain fungsi, beliau juga membagi syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
perencanaan sistem irigasi sebagai berikut;

1) Mudah dipahami dan diingat oleh petani, yang tidak berpendidikan


tinggi;
2) Nama yang diberikan harus pendek, dan tidak mempunyai tafsiran ganda;
3) Nama harus dipilih dan dibuat sedemikian rupa sehingga jika dibuat
bangunan baru tidak perlu mengubah semua nama yang sudah ada
Standar Tata Nama Daerah Irigasi.

1.) Daerah Irigasi


Nama yang diberikan sesuai dengan nama daerah setempat, atau
desa terdekat dengan jaringan bangunan utama atau sungai yang airnya
diambil untuk kepentingan irigasi. Menjadi catatan bahwa bapabila ada
dua atau lebih pengambilan maka daerah irigasi tersebut sebaiknya diberi
nama sesuai dengan desa-desa terdekat di daerah layanan setempat.

2.) Jaringan Irigasi Utama


Jaringan irigasi utama dikenal juga dengan jaringan irigasi primer.
Nama yang diberikan kepada jaringan irigasi primer sesuai dengan daerah
irigasi yang dilayani.
Kelanjutan dari jaringan irigasi primer adalah jaringan irigasi
skunder. Pemberian nama terhadap jaringan iigasi skunder sesuai dengan
nama desa yang terletak di petak skunder. Petak skunder sebaiknya diberi
nama sesuai dengan nama saluran sekundernya.

3.) Jaringan Irigasi Tersier


Petak tersier diberi nama sesuai dengan sadap tersier dari jaringan
utama. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama box yang
terletak di antara kedua box. Box tersier diberi kode T, diikuti nomor urut
menurut arah jarum jam, mulai dari box pertama dililir bangunan sadap
tersier.
Setelah petak tersier dilanjutkan dengan petak quarter. Petak
kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut
menurut jarum jam. Diberi kode A, B, C, dst.
Box kuarteri diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut
arah jarum jam (K1, K2, K3, dst).
Saluran kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dilayani tetapi dengan huruf kecil (a1, a2, dst,).

4.) Jaringan Pembuang


Pada umumnya, pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah
yang kesemuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran
pembuang primer baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran itu diberi
nama-nama tersendiri. Jika saluran pembuang dibagi-bagi menjadi ruas-
ruas, maka masing-masing ruas akan diberi nama mulai dari ujung hilir.
Pembuang sekunder pada umumnya berupa sungai atau anak
sungai yang lebih kecil. Beberapa diantaranya sudah mempunyai nama
yang tetap bisa dipakai, jika tidak sesuai dengan sungai tersebut akan
ditunjukan dengan sebuah huruf d (d = drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan
dibagi-bagi menjadi ruas-ruas dengan debit seragam, masing-masing
diberi nomor seri tersendiri-sendiri.
BAB III
KESIMPULAN

1. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang


pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian
di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya
dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air
sebagai media (objek).
2. Sistem jaringan irigasi dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) tiga macam, yaitu :
a. Jaringan Irigasi Sederhana
b. Irigasi curah
c. Irigasi bawah permukaan
d. Irigasi mikro
3. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori:
g. Bendung,
h. Pengambilan bebas,
i. Pengambilan dari waduk
j. Stasiun pompa.
4. Penerapan sistem irigasi permukaan memiliki pengaruh positif dan negatif
terhadap lingkungan ekologinya. Dampak negatifnya adalah dengan semakin
luasnya lahan yang digunakan untuk irigasi, maka semakin luas pula lahan-
lahan yang dialih fungsikan, salah satunya adalah hutan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2007.Irigasi.www.staffsite.gunadarma.ac.id/Pengaruh Kebijakan SDA


Terhadap Pengelolaan Irigasi. [30 April 20011]
Apriyanto, Dwi Priyo. Sistem Pemberian Kebutuhan Air Untuk Lahan Pertanian.
USM Surakarta: Fakultas Pertanian.
Aris, Bambang. 2002. Teknik Drainase Bagian Pertama. Bandung: Teknotan
Universitas Padjadjaran.
Nadeak, Ronauli. 2009. Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di
Kawasan Bendeng Kabupaten Serdang Bedagai. USU : Fakultas
Pertanian.

You might also like