You are on page 1of 28

MAKALAH KEPERWATAN MEDIKAL BEDAH

SISTEM PERNAFASAN

ASMA

DISUSUN OLEH :

1. PRASTIWI INDRASWARI                202243005


2. AJENG KURNIAWATI                  202243012
3. ERVAN PRATAMA PUTRA             202243019
4. HENI WIDIARTI                            202243026
5. MARIA WAHYU TRIHAYATI         202243033
6. PAULINA DYASTRI NARESWARI 202243041
7. KATARINA RATNAWATI               202243029
8. THERESIA SUPRIATI                   202243054

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YGYAKARTA

2022
BAB I
PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas


yang menyebabkan penyempitan saluran napas (hiperaktifitas bronkus) sehingga
menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa
berat, dan batuk terutama pada malam atau dini hari . (Kementerian Kesehatan
RI, 2018). Asma juga merupakan suatu penyakit yang tidak dapat menular
namun bisa menjadi salah satu penyebab utama kematian secara global. Asma
merupakan suatu penyakit yang dapat mengganggu saluran pernapasan, penyakit
asma bukan hanya menyerang orang dewasa namun asma juga dapat menyerang
pada anak-anak.yang dimana sistem imun pada tubuh mereka belum kuat untuk
menahan penyakit ini (Octovani & Wardianti, 2018). 

Asma dapat dikategorikan menjadi atopik (bukti adaya sensitisasi


alergen, seringkali pada pasien dengan riwayat rinitis alergika, eksema) dan non-
atopik. Pada kedua tipe, episode bronkospasme dapat dipicu oleh berbagai
mekanisme, seperti infeksi saluran napas (terutama virus), pajanan lingkungan
terhadap iritan (misalnya, asap, uap), udara dingin, stres, dan olahraga (Balqis &
Hidayati, 2022).

Data dari WHO, saat ini ada sekitar 300 juta orang yang menderita asma
di seluruh dunia. Terdapat sekitar 250.000 kematian yang disebabkan oleh
serangan asma setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di negara dengan
ekonomi rendah-sedang. Prevalensi asma terus mengalami peningkatan terutama
di negara-negara berkembang akibat perubahan gaya hidup dan peningkatan
polusi udara. (Kementerian Kesehatan RI, 2018)

Tingginya jumlah penderita asma saat ini dan kondisi lingkungan yang
berpotensi menyebabkan jumlah kasus asma semakin bertambah di kemudian
hari, menjadi masalah kesehatan yang serius. Serangan asma dapat mengganggu
pekerjaan pada orang dewasa dan mengganggu aktivitas belajar pada anakanak.
Pada kondisi yang lebih berat asma dapat mengancam jiwa dan menurunkan
kualitas hidup penderita, hal ini mencerminkan adanya kebutuhan edukasi untuk
meningkatkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat terhadap penyakit asma.
Sangat penting mencegah individu dengan predisposisi asma berkembang
menjadi asma dan mencegah pasien asma mengalami serangan asma (Balqis &
Hidayati, 2022)

Secara medis, penyakit asma merupakan penyakit yang sulit untuk


disembuhkan, namun penyakit ini dapat dikontrol sehingga tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari. Pengendalian penyakit asma dapat dilakukan dengan
menghindari faktor pencetus, yaitu segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya
gejala penyakit asma. Jika yang menderita penyakit asma seusia anakanak dan
terus-menerus, maka mereka akan mengalami suatu gangguan proses tumbuh
kembang serta penurunan kualitas hidup (Dharmayanti, Hapsari, & Azhar,
2015). 

B. Rumusan Masalah 

1. Bagaimana konsep teori dari penyakit Asma?

2. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit Asma?

C. Tujuan

 1. Mengetahui konsep teori dari  penyakit Asma.

2. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan penyakit Asma.

D. Manfaat

Manfaat Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan


pengetahuan bagi penulis dan dapat membuka wawasan pembaca tentang
penyakit Asma dan bagaimana asuhan keperwatan  pada penyakit asma.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian  
Asma merupakan penyakit respiratorik kronik yang tidak menular dan
mengakibatkan obstruksi dan hiperaktivitas saluran respiratori, asma dapat terjadi
pada semua usia baik anak-anak maupun orang dewasa, akan tetapi patogenesisnya
berawal dari usia dini (IDAI,2016). Penyakit asma yang sering kambuh dapat
terjadi dari ringan sampai berat. Proses inspirasi pada penderita asma terjadi ketika
ada kontraksi yang minimal dari otot pernapasan yang mengakibatkan diafragma
terdorong ke atas sehingga membuat rongga dada dan pengembangan paru menjadi
minimal. Selain itu, penyempitan bronkus menyebabkan fungsi paru pada penderita
asma terjadi penurunan Force Expired Volume in one second (FEV₁), Forced Vital
Capacity (FVC), serta rasio FEV₁ dan FVC (Rhoades, 2011 dalam Santoso,
Harmayetty, & Bakar 2014). Sedangkan menurut (Hurst, M 2014). Asma adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh reaksi berlebihan jalan nafas terhadap iritan
atau stimuli lain. Pada paru normal, iritan mungkin tidak memberikan pengaruh.
Asam dianggap sebagai kondisi kronis dan inflamasi serta merupakan suatu jenis
penyakit paru obstruksi kronis. Akibatnya, klien asma mengalami konstruksi
bronkial, spasme, peningkatan sekresi muskus/lender, edema mukusa,dan
pernafasan kusmaul

2. Faktor Resiko  

a.  Perubahan suhu terkait kondisi geografis

Kondisi geografis suatu wilayah yang berakibat pada perubahan cuaca maupun
iklim yang menyebabkan perubahan suhu setempat menjadi ekstrim dapat
memperburuk kondisi tubuh penderita asma. Udara dingin dan kering
merupakan iritan yang sangat poten bagi penderita asma. (Nursalam et al.,
2018).
b.      Allergen

Alergen spesifik dapat berupa makanan, minuman, bagian tubuh hewan atau
tumbuhan, dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari, penderita asma tidak
dapat bebas sepenuhnya dari alergen spesifik ini. Alergi makanan seperti
sayuran hijau dan buah segar misalnya, penderita asma memiliki
kecenderungan untuk tetap mengkonsumsi makanan tersebut walaupun
frekuensinya dikurangi, dengan berbagai alasan. (Nursalam et al., 2018).

c.      Aktivitas fisik

Aktivitas fisik yang sering menyebabkan kemunculan gejala asma adalah


olahraga dan melakukan pekerjaan berat, bila tubuh lelah akibat aktivitas fisik
yang dilakukan, maka tubuh akan mengkompensasi dengan bernafas lebih
cepat, dengan tujuan memperoleh oksigen yang lebih banyak untuk kepentingan
metabolisme (Nursalam et al., 2018)

d.      Paparan asap rokok

Asap rokok merupakan partikel yang paling mampu menembus hingga sistem
pernafasan paling akhir, yaitu alveolus di antara seluruh partikel yang ada di
udara bebas.

3. Etiologi  : 
Faktor penyebab terjadinya asma dapat dikategorikan menjadi dua hal yaitu 
faktor keturunan atau genetik dan faktor pencetus. Faktor pencetus sendiri
digolongkan menjadi dua hal yaitu faktor pencetus dari dalam tubuh maupun faktor
pencetus yang berasal dari luar tubuh. Contoh faktor pencetus dari dalam tubuh
antara lain adalah infeksi saluran napas, stres, aktivitas yang berat, olahraga
maupun emosi yang berlebihan. Contoh faktor pencetus dari luar tubuh atau yang
berasal dari lingkungan antara lain adalah debu, serbuk bunga, bulu binatang, zat
makanan dan minuman, obat tertentu, zat warna, bau-bauan, bahan kimia, polusi
udara, serta perubahan cuaca atau suhu (Resti, 2014)
4. Patofisiologi  : 
5. Pemeriksaan penunjang medis  : 
Menurut Ry Indriani (2021) Pemeriksaan diagnostic asma antara lain adalah 
a. Sinar X (Ro. Thorax) : terlihat adanya hiperinflasi paru-paru diafragma
mendatar
b. Test Faal paru dan spiromrtri
Test faal paru dengan spirometri Spirometri digunakan untuk mengevalusi derajat
obstruksi jalan nafas. Test faal paru dilakukan sebelum dan sesudah penggubaan
bronkodilator aerosol membantu menentukan reversibilitas obstruksi jalan nafas .
Spirometri menunjukkan penurunan aliran udara ekspirasi puncak ( peak
expiratory flow rate [ PEFR] ) , volume expirasi paksa / forced expiratory volume (
FEV ) dan kapasitas vital paksa ( forced Vital capacity ( FVC) . Kapasitas residu
fungsional / fungtional residual capacity ( FRC), kapasitas total paru / total lung
capacity ( TLC ) dan volume residual / residual volume ( RV ) meningkat karena
adanya udara yang terperangkap di paru- paru
c. AGD
AGD diambil selama serangan akut untuk mengevaluasi oksigenasi, eliminasi
karbon dioksida dan status asam-basa. ADG awalnya menunjukkan hipoksemia
dengan PO2 rendah dan gangguan pernafasan ringan alkalosis dengan PH tinggi
dan PCO2 rendah karena takipnea. Obstruksi aliran udara yang parah
menyebabkan hipoksemia yang signifikan dan asidoiss respiratorik ( pH kurang
dari 7,35 dan PCO2 lebih besar dari 45 mmhg ) indikasi kegagalan pernafasan dan
kebutuhan untuk ventilasi mekanis. Hanya dilakukan pada serangan asma berat
karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik.
 PaO menurun, PaCO2 : normal/menurun
 Ph normal/meningkat
d. Sputum lab untuk Menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa
disertai infeksi. Pemeriksaan ini untuk Menunjukkan peningkatan kadar
eosinophil.
e. Tes IgE pada pasien yang mengalami alergi IgE akan meningkat
f. Pulse Oxymetri Untuk melihat saturasi oksigen, biasanya didapatkan hasil saturasi
oksigen yang rendah.
6. Penatalaksanaan medis 
Menurut Smeltzer (2014) adapun penatalaksanaan Medis pasien Asma sebagai
berikut :
  Agonis andrenergik beta, aksi singkat simpatometik (SABA) contoh;
ventulin, salbutamol. Inhaler penyelamat bronkodilator aksi cepat,
digunakan untuk asma akut atau intermiten dan asma kronis.
 Kortikosteroid inhalasi, contoh; pulmicort turboheler. Dapat digunakan
secara tunggal, untuk mengurangi respon inflamasi.
 Agonis beta. Inhalasi aksi lama (LABA), contoh; serevent Meredakan
bronko kortikosteroid dengan cepat, juga digunakan untuk pencegahan
asma akibat olahraga
 Penyekat antagonis reseptor leukotriene (LTRA) contoh; singulair
Bronkodilator, relaksan otot polos pernapasan, menghambat enzim yang
dibutuhkan untuk mengubah asam arakidonat menjadi leukotriene.
 Pemodifikasi leukotriene (LTM), contoh; luteol, zyflo Menghambat alur
leukotriene untuk membentuk inflamasi
 Bronkodilator xantin, contoh; eixophilyn, sio-bid Relaksan otot polos
pernapasan, stimulasi pernapasan dan serebral Penstabil sel mast contoh;
tilade, kromolin
 Agonis anti asam, anti inflamasi, menghambat pelepasan mediator inflamasi
histamine dan prostalgin. 
7. penatalaksanaan keperawatan 
a. Diit  : 
 Memilih bahan makanan yang mengandung zat gizi makro(karbohidrat,protein,
lemak) dan zat gizi mikro(vitamin dan mineral)
 Memilih sumber karbohirat komplek dibandingkan dengan karbohidrat
sederhanan.contoh karbohirat komplek: nasi, kentang, ubi, singkong. contoh
karbohirat sederhana:gula pasir, gula merah, sirup.kosumsi nasi kurang lebih 100
gram atau tiga perempat gelas belimbing.
 Memilih protein hewani dan protein nabati dua sampai tiga porsi perhari, seperti
daging, ikan, kacang hijau, tempe, tahu, ikan sangat baik di kosumsi oleh penderita
asma karena kandungan minyak ikan dapat mengurangi peradangan,
 Mengkosumsi vitamin, mineral dan antioksidan dari beragam sayuran, dan buah
buahan setiap hari, seperti sayur bayam, wortel, brokoli dan buah jeruk, apel.
 menambah bumbu yang mengandung zat fitokimia anti peradangan seperti bawang
putih, jahe di setiap masakan.
 Menghindari makanan pengawet yang mengandung zat pewarna, pemanis buatan
dan penguat rasa,hindari makanan junfood
 Membatasi pengunaan lemak  jenuh dan lemak trans yang terdapat pada produk
susu, daging berlemak margarin, minyakm goreng yang di pakai berulang
 Waspadai jenis makanan tertentu yang memicu alargi, pada setiap orang berbeda.
(Sartika,2021)

b. Edukasi :
Cara mencegah dan mengendalikan Asma menurut Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Direktorat P2PM (2019) sebagai
berikut :
 Hindari penggunaan kasur dan bantal kapuk
 Gunakan kasur dan bantal sintesis (busa, dacron)
 Ganti sprei secara teratur ( setidaknya seminggu sekali)
 Berhenti merokok dan hindari asap
 Olahraga teratur ( contoh senam asma, berenang)
 Hindari penggunaan kipas angin karena bisa menerbangkan debu, bila
menggunakan AC bersihkan filter secara rutin
 Patuh menggunakan obat pengontrol teratur sesuai anjuran dokter
 Jaga kebersihan perabotan rumah, usahakan tidak memakai karpet di dalam
rumah atau kamar tidur
 Gizi yang cukup dan seimbang
B. Konsep Asuhan keperawatan
1. Pengkajian 

Pengkajian focus pasien dengan asma

a. Keluhan utama pasien : Keluhan utama yang timbul pada klien dengan
asma adalah dispnea (bisa sampai sehari-hari atau berbulan-bulan), batuk,
mengi (pada beberapa kasus lebih banyak proksimal).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian riwayat kesehatan sekarang yang mendukung keluhan utama


dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai sesak nafas yang
dialami klien secara PQRST menurut Rohman dan Walid (2012) yaitu :

P : Provokatus –Paliatif Apa yang menyebabkan gejala, apa yang bisa


memperberat, apa yang bisa mengurangi.

Q : Qualitatif/quantitatif Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala


dirasakan.

R : Region Dimana gejala dirasakan

S : Skala-Severity Seberapa tingkat keparahan dirasakan, pada skala berapa.

T : Time Kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala dirasakan,


tibatiba atau bertahap, seberapa lama gejala dirasakan.

c. Kaji riwayat sakit sebelumnya


 

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya


infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan
polip hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen
yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang
dilakukan untuk meringankan gejala asma (Muttaqin, 2012)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit
asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena
hipersensitivitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik
dan lingkungan (Muttaqin, 2012).

e. Kaji tanda tanda vital klien


 

 Frekuensi pernapasan meningkat


 Saturasi oksigen turun
 

f. Kaji manifestasi klinis dari gangguan jalan napas


 

 Sesak napas
 Pernapasan cuping hidung
 Bernapas melalui mulut
 Suara wheezing
 Suara napas tidak terdengar
 Klien gelisah, lelah, keringat dingin, diaphoresis
g. Kaji obat-obatan yang biasa di minum klien

Obat obatan yang pernah diminum sebelumnya untuk mengatasi serangan


asma, atau pasien belum pernah minum obat untuk mengatasi asmanya

h. Kaji riwayat alergi terhadap obat

i. Kaji riwayat alergi terhadap debu, makanan tertentu, udara

j. Kaji factor-faktor yang merangsang timbulnya serangan asma pada klien

 
Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi
Pasien tampak sesak napas, peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan,
Penggunaan otot bantu napas, Tampak lelah, gelisah, cemas, Diaphoresis,
Sianosis

b. Auskultasi
Suara wheezing (mengi) terutama saat ekspirasi
c. Perkusi: tidak ada kelainan
d. Palpasi: tidak ada kelainan (serangan asma yang berat dapat ditemukan
pulsus paradoksus)

Pemeriksaan penunjag

a. Hasil laborat: AGD, kadar IgE, darah lengkap


b. Hasil radiologi: foto thorax
2. Diagnosa keperawatan
Menurut (Doengoes M. E., 2019) adapun kemungkinan diagnosa yang
muncul pada pasien asma adalah sebagai berikut 
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan
nafas dibuktikan dengan Dyspnea , kesulitan dalam mengucapkan kata-kata
dengan jelas, perubahan kedalaman dan frekuensi pernafasan, adanya bunyi
nafas tambahan ( mengi, ronki, krekels), batuk tidak efektif, gelisah dan
sianosis.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
ventilasi-perfusi ( skresi tertahan,bronkospasme, udara terperangkap) dan
atau perubahan membrane kapiler – alveolar dibuktikan dengan Dyspnea,
gelisah, pernafasan abdominal, tachycardia, Gas darah arteri abnormal,
hypoxia, hiperakpnia, terdapat cuping hidung, sianosis perifer, penurunan
toleransi terhadap aktivitas
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
d. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan ketidak seimbangan antara suplai
Oksigen dan kebutuhan oksigen

3. Rencana keperawatan berdasrkan Pokja SDKI (2019)

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi

Hasil yang diharapkan :

Pola nafas membaik dengan kriteria

 Frekuensi nafas dan kedalaman nafas membaik


 Keluhan sesak nafas berkurang
 Napas cuping hidung berkurang
 Penggunaan otot bantu nafas berkurang
 Kecemasan / gelisah berkurang
 SpO2 dalam rentang 95-100%.

1) Pemantauan respirasi

Observasi

 Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen


 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas.
 Monitor adanya sumbatan jalan napas.

Terapeutik :

 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

Edukasi :

 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantaua


 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

2) Terapi Oksigen

Observasi :
 Monitor kecepatalan aliran oksigen
 Monitor posisi alat terapi oksigen
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen

Terapeutik :

 Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu


 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :

 Ajarkan keluarga menggunakan O2 di rumah

Kolaborasi :

 Kolaborasi penentuan dosis oksigen


d. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan ketidak seimbangan antara suplai
Oksigen dan kebutuhan oksigen
Hasil yang diharapkan
Toleransi Aktifitas meningkat dengan kriteria :
 SpO2 95-100%
 Kelelahan menurun
 Perasaan Lelah menurun
 Tidak ada sianosis
 Frekuensi nafas membaik 16-20x/menit

1)     Manajemen Energi
Observasi :

 Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan


 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik

 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,


kunjungan)
 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi :

 Anjurkan tirah baring


 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

2)     Terapi Aktivitas
Observasi :

 Identifikasi deficit tingkat aktivitas


 Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
 Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
 Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang
 Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas

Terapeutik :

 Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami


 Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi danrentang aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
 Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
 Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
 Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energy,
atau gerak
 Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika perlu
 Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
 Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan emosional
(mis. kegitan keagamaan khusu) untuk pasien dimensia, jika perlu
 Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur,
dan aktif
 Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan ( mis. vocal group, bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permaianan sederhana, tugas rutin, tugas
rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kart)
 Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
 Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
 Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas

Edukasi :

 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu


 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam
menjaga fungsi dan Kesehatan
 Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika perlu
 Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas

Kolaborasi:

 Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan memonitor


program aktivitas, jika sesuai
 Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme
jalan nafas
Hasil yang diharapkan
Bersihan nafas efektis dengan kriteria hasil :
 Batuk efektif meningkat
 Produksi sputum menurun
 Suara tambahan berkurang smpai dengan hilang
 Sesak nafas berkurang
 Gelisah menurun
 Sullit berbicara menurun
 Frekuensi dan pola nafas membaik
Observasi
 Identif ikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
 Monitor input dan output cairan
Terapeutik
 Atur posisi semifowler atau fowler
 Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
 Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik / ekspektoran jika perlu
Manajemen jalan nafas
 Observasi :
 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas
 Monitor bunyi nafas tambahan ( weezhing, ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah , warna, aroma)
 Terapeutik :
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
 Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi :
 Kolaborsi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
Pemantauan Respirasi
       Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
 Monitor pola nafas, bunyi nafas
 Monitor kemampuan batuk efektif, adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor hasil x-ray thorax
 Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien dan
dokumentasikan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
d. . Gangguan pertukaran gas dengan ketidak seimbangan ventilasi-
perfusi
Hasil yang diharapkan :
 Tingkat kesadaran meningkat
 Sesa nafas berkurang
 Berkurangnya wheezing saat inspirasi dan ekspirasi
 Dhiaporesis menurun
 Gelisah menurun
 SpO2 95-100%
 Tidak ada sianosis perifer
 AGD dalam rentang normal
      Pemantauan respirasi
      Observasi :
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
 Monitor pola nafas, kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum dan  sumbatan jalan nafas
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor hasil x-ray thorax

Terapeutik

 Atur pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien dan


dokumentasikan
      Edukasi
 Jelaskan tujuan dan proseur pemantauan
Terapi Oksigen
      Observasi
 Monitor posisi alat terapi oksigen, kecepatan aliran oksigen
 Monitor efektifitas terapi oksigen (oximetri, Analisa gas darah)
 Monitor tanda-tada hipovetilasi
 Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
       Terapeutik
 6.     Pertahankan kepatenan jalan nafas
 7.     Berikan oksigen tambahan, jika perlu
 Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi

Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah

                  Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen dan penggunaan oksigen saat
aktivitas/tidur
Deskirpsi Kasus Asma

Seorang perempuan berusia 24 taun menjalani rawat inap di bangsal penyakit dalam
dengan diagnose asma

Riwayat penyakit sekanrang :

Pasien mengalamai sesak nafas sejak dua hari yang lalu, malaise dan batuk non
produktif. Saat di rumah ibupasien memberikan terapi albuterol 2,5 mg via nebulizer 2x
dalam 1 jam, namun anaknya tetap mengalami sesak nafas, ada suara nafas berbunyi ngik
ngik

Kondisi saat ini :

Pasien mengalami sesak nafas, hanya dapat berbicara 4-5 kata dalam satu kalimat.
Hasil pemeriksaan fisik terdengar suara wheezing pada paru kanan dan kiri terlihat
penggunaan otot bantu pernafasan, frekuensi pernafsan 54x/menit tekanan darah 120/80
mmhg, suhu 37’c pasien disaarnkan untuk opname

Penatalaksanaan Terapi :

1. Nebulisasi 3x1 dengan ventoilin dan flixotide


2. Oksigen 3-4 lpm.

 
A. Analisa Data

No Data penunjang Masalah Kemungkinan


penyebab
1 DS: Pola nafas tidak Sindrom
 Pasien mengeluh sesak nafas efektif hipoventilasi
 Pasien hanya dapat berbicara 4
– 5 kata dalam kalimat
 Pasien memiliki Riwayat asma
terkontrol dan Riwayat
pengobatan dengan
menggunakan albuterol via
nebulizer tidak menolong, ada
suara ngik…ngik
 Batuk non produktif
DO:
 Respirasi rate : 54x/menit
pasien tampak sesak, nadi :
120x/menit
 Tampak penggunaan otot
bantu nafas
 Terdengar bunyi nafas
tambahan wheezing pada paru
kanan dan kiri

DS : Intoleransi Ketidak
 Pasien menegluh lemes. aktvitas seibangan suplai
 Pasien memiliki Riwayat asma dan kebutuhan
terkontrol, Riwayat oksigen
pengobatan menggunakan
albuterol via nebulizer tidak
menolong, ada suara ngik…
ngik
DO :
 Respirasi rate : 54x/menit
pasien tampak sesak, nadi :
120x/menit
 Tampak penggunaan otot
bantu nafas
 Terdengar bunyi nafas
tambahan wheezing pada paru
kanan dan kiri
 Pasien hanya dapat berbicara
4-5 kata dalam satu kalimat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi ditandai dengan
Pasien mengeluh sesak nafas, Pasien hanya dapat berbicara 4 – 5 kata dalam 1
kalimat, Pasien memiliki Riwayat asma Riwayat pegobatan menggunakan albuterol
via nebulizer,pasien mengatakan ada suara ngik…ngik saat bernafas, Batuk non
produktif Respirasi rate : 54x/menit pasien tampak sesak, nadi : 120x/menit,
Tampak penggunaan otot bantu nafas,Terdengar bunyi nafas tambahan wheezing
pada paru kanan dan kiri
2. Intoleransi aktvitas berhubungan dengan Ketidak seibangan suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan Pasien menegluh lemes, pasien hanya dapat berbicara 4-5
kata dalam satu kalimat, pasien memiliki Riwayat asma, Riwayat pengobatan
menggunakan albuterol via nebulizer tidak menolong, ada suara ngik…ngik,
Respirasi rate : 54x/menit pasien tampak sesak, nadi : 120x/menit, Tampak
penggunaan otot bantu nafas,Terdengar bunyi nafas tambahan wheezing pada paru
kanan dan kiri.
C. Rencana Keperawatan

No Tanggal Tujuan & Kriteria hasil Rencana tindakan


1 Pola Nafas membaik setelah 1. Monitor pola nafas
dilakukan tidakan keperawatan (frekuensi,
selama 3 x 24 jam dengan kedalaman,usaha bernafas)
kriteria hasil : 2. Monitor pola nafas, SpO2
a. Dyspnea menurun 3. Monitor adanya sumbatan
b. Frekuensi nafas jalan nafas
membaik 4. Monitor bunyi nafas
(RR: 16-20 x/menit) tambahan
c. Penggunaan Otot bantu 5. Pertahankan kepatenan
nafas menurun jalan nafas
d. Kedalaman nafas 6. Berikan oksigen
membaik 7. Beri posisi semifowler
e. Bunyi nafas tambahan 8. Beri minum hangat
menurun 9. Edukasi cara identifikasi
f. Ekskursi dada membaik dan menghindari pemicu
(debu, bulu hewan,serbuk
bunga,asap rokok,polutan
udara, suhu ingkungan
ekstream, alergi makanan
10. Edukasi Teknik relaksasi
nafas dalam
11. Kolaborasi pemberian
bronkodilator nebulizer
Ventolin : flexotide 3x1
2 Intoleransi berkurang sampai 1. Identfikasi kemampuan
dengan hilang setelah dilakukan berpartisipasi dalam
Tindakan keperawatan selama 3 aktifitas tertentu
x 24 jam dengan kriteria hasil : 2. Fasilitasi aktivitas fisik
a. Saturasi Osigen sesuai dengan kebutuhan
meningkat ( dukungan perawatan diri
b. Keluhan Lelah menurun mandi, dukungan
c. Perasaan lemah menurun perawatan diri berpaiakan,
d. Frekuensi nafas dukungan perawatan diri
membaik (16-20x/menit) toileting)
e. Warna kulit membaik 3. Anjurkan pasien untuk
f. Tidak ada sianosi perifer tirah baring
4. Beri posisi semi fowler
5. Libatkan keluarga dalam
aktifitas
Daftar Pustaka

Balqis, D., & Hidayati, I. (2022). Penatalaksanaan Asma Persisten Ringan Melalui Pendekatan
Dokter Keluarga. 12(April), 79–87.

Dharmayanti, I., Hapsari, D., & Azhar, K. (2015). Asma pada anak Indonesia: Penyebab dan
Pencetus. Kesmas: National Public Health Journal, 9(4), 320.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v9i4.738

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK   MENULAR


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT,         
Kemenkes. Direktorat P2PM ( P2ptm.go.id )

Doengoes, M. E. (2019). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Asuhan Klien Anak-


Dewasa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hurst, M. (2014). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Jakarta: EGC.

Kartikasari, D., Jenie, I. M., & Primanda, Y. (2019). Latihan Pernapasan Diafragma
Meningkatkan Arus Puncak Ekspirasi (Ape) Dan Menurunkan Frekuensi Kekambuhan
Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1), 53–64.
https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.691

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Penerbit Salemba

Neola, V. J., & Bustami, A. (2022). Penatalaksanaan Holistik Pasien Anak Dengan Asma
Bronkial Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga. Jurnal Ilmu
Kesehatan Indonesia (JIKSI), 3(1).

Nursalam, Hidayati, L., & Sari, N. P. W. P. (2018). Hubungan Faktor Risiko Asma
Dan Perilaku Pencegahan. Jurnal Ners, 4(1), 9–18.

Octovani, R., & Wardianti, C. (2018). Penerapan Metode Certainty Factor Untuk Mendiagnosis
Penyakit Asma Pada Pasien, 2(1), 234–240.

Pittara. (10 Januari 2022). Citing internet sources URL https://www.alodokter.com/asma.


[diakses pada tanggal 17 mei 2022 pukul 11.30]

Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Ratna Yulia Indriani. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN POLA NAFASTIDAK
EFEKTIF. KTI/ LTA D3 KEPERAWATAN, 14-15.

Sartika, Resa Eka Ayu. (5 Mei 2021). Citing internet sources URL 
https://health.kompas.com/read/2021/05/05/200000968/asma-- gejala-pemicu-faktor-risiko-
dan-perawatan. [diakses pada tanggal 17 mei 2022 pukul 12.30

Smeltzer, S, C. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC

You might also like