Professional Documents
Culture Documents
Makalah Asma Kelompok 5
Makalah Asma Kelompok 5
SISTEM PERNAFASAN
ASMA
DISUSUN OLEH :
YGYAKARTA
2022
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data dari WHO, saat ini ada sekitar 300 juta orang yang menderita asma
di seluruh dunia. Terdapat sekitar 250.000 kematian yang disebabkan oleh
serangan asma setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di negara dengan
ekonomi rendah-sedang. Prevalensi asma terus mengalami peningkatan terutama
di negara-negara berkembang akibat perubahan gaya hidup dan peningkatan
polusi udara. (Kementerian Kesehatan RI, 2018)
Tingginya jumlah penderita asma saat ini dan kondisi lingkungan yang
berpotensi menyebabkan jumlah kasus asma semakin bertambah di kemudian
hari, menjadi masalah kesehatan yang serius. Serangan asma dapat mengganggu
pekerjaan pada orang dewasa dan mengganggu aktivitas belajar pada anakanak.
Pada kondisi yang lebih berat asma dapat mengancam jiwa dan menurunkan
kualitas hidup penderita, hal ini mencerminkan adanya kebutuhan edukasi untuk
meningkatkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat terhadap penyakit asma.
Sangat penting mencegah individu dengan predisposisi asma berkembang
menjadi asma dan mencegah pasien asma mengalami serangan asma (Balqis &
Hidayati, 2022)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
TINJAUAN TEORI
2. Faktor Resiko
Kondisi geografis suatu wilayah yang berakibat pada perubahan cuaca maupun
iklim yang menyebabkan perubahan suhu setempat menjadi ekstrim dapat
memperburuk kondisi tubuh penderita asma. Udara dingin dan kering
merupakan iritan yang sangat poten bagi penderita asma. (Nursalam et al.,
2018).
b. Allergen
Alergen spesifik dapat berupa makanan, minuman, bagian tubuh hewan atau
tumbuhan, dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari, penderita asma tidak
dapat bebas sepenuhnya dari alergen spesifik ini. Alergi makanan seperti
sayuran hijau dan buah segar misalnya, penderita asma memiliki
kecenderungan untuk tetap mengkonsumsi makanan tersebut walaupun
frekuensinya dikurangi, dengan berbagai alasan. (Nursalam et al., 2018).
Asap rokok merupakan partikel yang paling mampu menembus hingga sistem
pernafasan paling akhir, yaitu alveolus di antara seluruh partikel yang ada di
udara bebas.
3. Etiologi :
Faktor penyebab terjadinya asma dapat dikategorikan menjadi dua hal yaitu
faktor keturunan atau genetik dan faktor pencetus. Faktor pencetus sendiri
digolongkan menjadi dua hal yaitu faktor pencetus dari dalam tubuh maupun faktor
pencetus yang berasal dari luar tubuh. Contoh faktor pencetus dari dalam tubuh
antara lain adalah infeksi saluran napas, stres, aktivitas yang berat, olahraga
maupun emosi yang berlebihan. Contoh faktor pencetus dari luar tubuh atau yang
berasal dari lingkungan antara lain adalah debu, serbuk bunga, bulu binatang, zat
makanan dan minuman, obat tertentu, zat warna, bau-bauan, bahan kimia, polusi
udara, serta perubahan cuaca atau suhu (Resti, 2014)
4. Patofisiologi :
5. Pemeriksaan penunjang medis :
Menurut Ry Indriani (2021) Pemeriksaan diagnostic asma antara lain adalah
a. Sinar X (Ro. Thorax) : terlihat adanya hiperinflasi paru-paru diafragma
mendatar
b. Test Faal paru dan spiromrtri
Test faal paru dengan spirometri Spirometri digunakan untuk mengevalusi derajat
obstruksi jalan nafas. Test faal paru dilakukan sebelum dan sesudah penggubaan
bronkodilator aerosol membantu menentukan reversibilitas obstruksi jalan nafas .
Spirometri menunjukkan penurunan aliran udara ekspirasi puncak ( peak
expiratory flow rate [ PEFR] ) , volume expirasi paksa / forced expiratory volume (
FEV ) dan kapasitas vital paksa ( forced Vital capacity ( FVC) . Kapasitas residu
fungsional / fungtional residual capacity ( FRC), kapasitas total paru / total lung
capacity ( TLC ) dan volume residual / residual volume ( RV ) meningkat karena
adanya udara yang terperangkap di paru- paru
c. AGD
AGD diambil selama serangan akut untuk mengevaluasi oksigenasi, eliminasi
karbon dioksida dan status asam-basa. ADG awalnya menunjukkan hipoksemia
dengan PO2 rendah dan gangguan pernafasan ringan alkalosis dengan PH tinggi
dan PCO2 rendah karena takipnea. Obstruksi aliran udara yang parah
menyebabkan hipoksemia yang signifikan dan asidoiss respiratorik ( pH kurang
dari 7,35 dan PCO2 lebih besar dari 45 mmhg ) indikasi kegagalan pernafasan dan
kebutuhan untuk ventilasi mekanis. Hanya dilakukan pada serangan asma berat
karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik.
PaO menurun, PaCO2 : normal/menurun
Ph normal/meningkat
d. Sputum lab untuk Menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa
disertai infeksi. Pemeriksaan ini untuk Menunjukkan peningkatan kadar
eosinophil.
e. Tes IgE pada pasien yang mengalami alergi IgE akan meningkat
f. Pulse Oxymetri Untuk melihat saturasi oksigen, biasanya didapatkan hasil saturasi
oksigen yang rendah.
6. Penatalaksanaan medis
Menurut Smeltzer (2014) adapun penatalaksanaan Medis pasien Asma sebagai
berikut :
Agonis andrenergik beta, aksi singkat simpatometik (SABA) contoh;
ventulin, salbutamol. Inhaler penyelamat bronkodilator aksi cepat,
digunakan untuk asma akut atau intermiten dan asma kronis.
Kortikosteroid inhalasi, contoh; pulmicort turboheler. Dapat digunakan
secara tunggal, untuk mengurangi respon inflamasi.
Agonis beta. Inhalasi aksi lama (LABA), contoh; serevent Meredakan
bronko kortikosteroid dengan cepat, juga digunakan untuk pencegahan
asma akibat olahraga
Penyekat antagonis reseptor leukotriene (LTRA) contoh; singulair
Bronkodilator, relaksan otot polos pernapasan, menghambat enzim yang
dibutuhkan untuk mengubah asam arakidonat menjadi leukotriene.
Pemodifikasi leukotriene (LTM), contoh; luteol, zyflo Menghambat alur
leukotriene untuk membentuk inflamasi
Bronkodilator xantin, contoh; eixophilyn, sio-bid Relaksan otot polos
pernapasan, stimulasi pernapasan dan serebral Penstabil sel mast contoh;
tilade, kromolin
Agonis anti asam, anti inflamasi, menghambat pelepasan mediator inflamasi
histamine dan prostalgin.
7. penatalaksanaan keperawatan
a. Diit :
Memilih bahan makanan yang mengandung zat gizi makro(karbohidrat,protein,
lemak) dan zat gizi mikro(vitamin dan mineral)
Memilih sumber karbohirat komplek dibandingkan dengan karbohidrat
sederhanan.contoh karbohirat komplek: nasi, kentang, ubi, singkong. contoh
karbohirat sederhana:gula pasir, gula merah, sirup.kosumsi nasi kurang lebih 100
gram atau tiga perempat gelas belimbing.
Memilih protein hewani dan protein nabati dua sampai tiga porsi perhari, seperti
daging, ikan, kacang hijau, tempe, tahu, ikan sangat baik di kosumsi oleh penderita
asma karena kandungan minyak ikan dapat mengurangi peradangan,
Mengkosumsi vitamin, mineral dan antioksidan dari beragam sayuran, dan buah
buahan setiap hari, seperti sayur bayam, wortel, brokoli dan buah jeruk, apel.
menambah bumbu yang mengandung zat fitokimia anti peradangan seperti bawang
putih, jahe di setiap masakan.
Menghindari makanan pengawet yang mengandung zat pewarna, pemanis buatan
dan penguat rasa,hindari makanan junfood
Membatasi pengunaan lemak jenuh dan lemak trans yang terdapat pada produk
susu, daging berlemak margarin, minyakm goreng yang di pakai berulang
Waspadai jenis makanan tertentu yang memicu alargi, pada setiap orang berbeda.
(Sartika,2021)
b. Edukasi :
Cara mencegah dan mengendalikan Asma menurut Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Direktorat P2PM (2019) sebagai
berikut :
Hindari penggunaan kasur dan bantal kapuk
Gunakan kasur dan bantal sintesis (busa, dacron)
Ganti sprei secara teratur ( setidaknya seminggu sekali)
Berhenti merokok dan hindari asap
Olahraga teratur ( contoh senam asma, berenang)
Hindari penggunaan kipas angin karena bisa menerbangkan debu, bila
menggunakan AC bersihkan filter secara rutin
Patuh menggunakan obat pengontrol teratur sesuai anjuran dokter
Jaga kebersihan perabotan rumah, usahakan tidak memakai karpet di dalam
rumah atau kamar tidur
Gizi yang cukup dan seimbang
B. Konsep Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama pasien : Keluhan utama yang timbul pada klien dengan
asma adalah dispnea (bisa sampai sehari-hari atau berbulan-bulan), batuk,
mengi (pada beberapa kasus lebih banyak proksimal).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit
asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena
hipersensitivitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik
dan lingkungan (Muttaqin, 2012).
Sesak napas
Pernapasan cuping hidung
Bernapas melalui mulut
Suara wheezing
Suara napas tidak terdengar
Klien gelisah, lelah, keringat dingin, diaphoresis
g. Kaji obat-obatan yang biasa di minum klien
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Pasien tampak sesak napas, peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan,
Penggunaan otot bantu napas, Tampak lelah, gelisah, cemas, Diaphoresis,
Sianosis
b. Auskultasi
Suara wheezing (mengi) terutama saat ekspirasi
c. Perkusi: tidak ada kelainan
d. Palpasi: tidak ada kelainan (serangan asma yang berat dapat ditemukan
pulsus paradoksus)
Pemeriksaan penunjag
1) Pemantauan respirasi
Observasi
Terapeutik :
Edukasi :
2) Terapi Oksigen
Observasi :
Monitor kecepatalan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
1) Manajemen Energi
Observasi :
Edukasi :
2) Terapi Aktivitas
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi:
Edukasi :
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi :
Kolaborsi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
Pemantauan Respirasi
Observasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
Monitor pola nafas, bunyi nafas
Monitor kemampuan batuk efektif, adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Monitor saturasi oksigen
Monitor hasil x-ray thorax
Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien dan
dokumentasikan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
d. . Gangguan pertukaran gas dengan ketidak seimbangan ventilasi-
perfusi
Hasil yang diharapkan :
Tingkat kesadaran meningkat
Sesa nafas berkurang
Berkurangnya wheezing saat inspirasi dan ekspirasi
Dhiaporesis menurun
Gelisah menurun
SpO2 95-100%
Tidak ada sianosis perifer
AGD dalam rentang normal
Pemantauan respirasi
Observasi :
Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
Monitor pola nafas, kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum dan sumbatan jalan nafas
Auskultasi bunyi nafas
Monitor saturasi oksigen
Monitor hasil x-ray thorax
Terapeutik
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen dan penggunaan oksigen saat
aktivitas/tidur
Deskirpsi Kasus Asma
Seorang perempuan berusia 24 taun menjalani rawat inap di bangsal penyakit dalam
dengan diagnose asma
Pasien mengalamai sesak nafas sejak dua hari yang lalu, malaise dan batuk non
produktif. Saat di rumah ibupasien memberikan terapi albuterol 2,5 mg via nebulizer 2x
dalam 1 jam, namun anaknya tetap mengalami sesak nafas, ada suara nafas berbunyi ngik
ngik
Pasien mengalami sesak nafas, hanya dapat berbicara 4-5 kata dalam satu kalimat.
Hasil pemeriksaan fisik terdengar suara wheezing pada paru kanan dan kiri terlihat
penggunaan otot bantu pernafasan, frekuensi pernafsan 54x/menit tekanan darah 120/80
mmhg, suhu 37’c pasien disaarnkan untuk opname
Penatalaksanaan Terapi :
A. Analisa Data
DS : Intoleransi Ketidak
Pasien menegluh lemes. aktvitas seibangan suplai
Pasien memiliki Riwayat asma dan kebutuhan
terkontrol, Riwayat oksigen
pengobatan menggunakan
albuterol via nebulizer tidak
menolong, ada suara ngik…
ngik
DO :
Respirasi rate : 54x/menit
pasien tampak sesak, nadi :
120x/menit
Tampak penggunaan otot
bantu nafas
Terdengar bunyi nafas
tambahan wheezing pada paru
kanan dan kiri
Pasien hanya dapat berbicara
4-5 kata dalam satu kalimat
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi ditandai dengan
Pasien mengeluh sesak nafas, Pasien hanya dapat berbicara 4 – 5 kata dalam 1
kalimat, Pasien memiliki Riwayat asma Riwayat pegobatan menggunakan albuterol
via nebulizer,pasien mengatakan ada suara ngik…ngik saat bernafas, Batuk non
produktif Respirasi rate : 54x/menit pasien tampak sesak, nadi : 120x/menit,
Tampak penggunaan otot bantu nafas,Terdengar bunyi nafas tambahan wheezing
pada paru kanan dan kiri
2. Intoleransi aktvitas berhubungan dengan Ketidak seibangan suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan Pasien menegluh lemes, pasien hanya dapat berbicara 4-5
kata dalam satu kalimat, pasien memiliki Riwayat asma, Riwayat pengobatan
menggunakan albuterol via nebulizer tidak menolong, ada suara ngik…ngik,
Respirasi rate : 54x/menit pasien tampak sesak, nadi : 120x/menit, Tampak
penggunaan otot bantu nafas,Terdengar bunyi nafas tambahan wheezing pada paru
kanan dan kiri.
C. Rencana Keperawatan
Balqis, D., & Hidayati, I. (2022). Penatalaksanaan Asma Persisten Ringan Melalui Pendekatan
Dokter Keluarga. 12(April), 79–87.
Dharmayanti, I., Hapsari, D., & Azhar, K. (2015). Asma pada anak Indonesia: Penyebab dan
Pencetus. Kesmas: National Public Health Journal, 9(4), 320.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v9i4.738
Hurst, M. (2014). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Jakarta: EGC.
Kartikasari, D., Jenie, I. M., & Primanda, Y. (2019). Latihan Pernapasan Diafragma
Meningkatkan Arus Puncak Ekspirasi (Ape) Dan Menurunkan Frekuensi Kekambuhan
Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1), 53–64.
https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.691
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Penerbit Salemba
Neola, V. J., & Bustami, A. (2022). Penatalaksanaan Holistik Pasien Anak Dengan Asma
Bronkial Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga. Jurnal Ilmu
Kesehatan Indonesia (JIKSI), 3(1).
Nursalam, Hidayati, L., & Sari, N. P. W. P. (2018). Hubungan Faktor Risiko Asma
Dan Perilaku Pencegahan. Jurnal Ners, 4(1), 9–18.
Octovani, R., & Wardianti, C. (2018). Penerapan Metode Certainty Factor Untuk Mendiagnosis
Penyakit Asma Pada Pasien, 2(1), 234–240.
Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Ratna Yulia Indriani. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN POLA NAFASTIDAK
EFEKTIF. KTI/ LTA D3 KEPERAWATAN, 14-15.
Sartika, Resa Eka Ayu. (5 Mei 2021). Citing internet sources URL
https://health.kompas.com/read/2021/05/05/200000968/asma-- gejala-pemicu-faktor-risiko-
dan-perawatan. [diakses pada tanggal 17 mei 2022 pukul 12.30