Professional Documents
Culture Documents
Keakuratan Kode Diagnosis Pada Penyakit Stroke: Karya Tulis Ilmiah
Keakuratan Kode Diagnosis Pada Penyakit Stroke: Karya Tulis Ilmiah
LITERATURE REVIEW
KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PADA PENYAKIT STROKE
LITERATURE REVIEW
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaiakan pendidikan Program Studi
AGIEL PRATIWI
NIM 18.03.146
2021
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Latar Belakang: pendokumentasian rekam medis pada penyakit stroke, adalah kode diagnosis pasien
yang dimana digunakan sebagai acuan dalam penentuan besar biaya pelayanan kesehatan, dalam
penelitian ini keakuratan kode diagnosis pada stroke belum dikatakan baik karena masih banyak
ditemukannya kode diagnosis yang tidak akurat pada rekam medis pasien.
Tujuan: diindentifikasinya persentase keakuratan kode diagnosis pada penyakit stroke dan
dideskripsikannya faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan kode diagnosis pada penyakit stroke
Metodologi: metode penelitian ini menggunakan Literature review dengan jenis Literature reviewnya
adalah narrative review.
Hasil: berdasarkan hasil telaah yang dilakukan pada jurnal menunjukkan bahwa ketidakakuratan kode
diagnosis pada stroke masih dalam kategori tinggi dimana terdapat 4 jurnal yang memiliki
ketidakakuratan kode diagnosisnya kurang baik dikarenakan memiliki persentase ketidakakuratan yang
tinggi sebanyak 68% sedangkan hanya 1 jurnal yang memiliki persentase ketidakakuratan kodenya bisa
dikatakan baik sebesar 17%.
Kesimpulan: faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan kode diagnosis pada penyakit stroke
tergolong tinggi dikarenakan Tulisan dokter yang sulit terbaca, rekam medis yang tidak lengkap dan
kurangnya komunikasi terhadap tenaga medis lainnya.
vi
ABSTRACT
Background: Documentation of medical records in stroke, is a patient diagnosis code which is used as
a reference in determining the cost of health services, in this study the accuracy of the diagnosis code
for stroke has not been said to be good because there are still many inaccurate diagnostic codes found in
the patient's medical record.
Aim: identification of the percentage of accuracy of the diagnosis code in stroke and describe the factors
that influence the inaccuracy of the diagnosis code in stroke
Methodology: this research method uses literature review with the type of literature review is narrative
review.
Results: based on the results of a study conducted on journals, it shows that the inaccuracy of the
diagnosis code in stroke is still in the high category where there are 4 journals that have an inaccurate
diagnosis code that is not good because it has a high percentage of inaccuracy as much as 68% while
only 1 journal that has a code inaccuracy percentage can be said good by 17%.
Conclusion: the factors that influence the inaccuracy of the diagnosis code in stroke are high due to
doctors' writings that are difficult to read, incomplete medical records and lack of communication with
other medical personnel.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat dan
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh
gelar Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan di Stikes Panakkukang
Makassar.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat kepada
orang tua ibunda tercinta Halija yang telah tulus mendo’akan, menyemangati, dan
memberikan dukungan baik secara moral maupun material. Dan tak lupa penulis
2. Bapak Dr. Ns. Makkasau, M.Kes. selaku Ketua STIKES Panakkukang Makassar
serta selaku penguji yang senantiasa memberi arahan dan masukan berupa kritik
4. Ibu Ns. Suriyani, M.Kep Dan S. L. N. Nastika Gabriela Maruapey, S.St. selaku
viii
untuk mengarahkan penulis dalam penulisan serta memberikan semangat serta
5. Bapak DRS. JB. Lande, M.Min selaku penguji yang senantiasa menyediakan
waktu dan berkenan memberikan ilmu, koreksi dan saran yang diberikan.
6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf Program Studi D3 RMIK yang telah
mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat serta bantuan yang diberikan
7. Terima kasih kepada saudara-saudara dan keluarga besar yang telah memberikan
doa yang tulus serta dukungan moral maupun material selama perjalanan
Hapsa, Alifyah, Sahara, Velicia, Fajrina, Dhana, Aisyah, Dita, Fia, Kiki, Fatwa,
dan Eisya yang telah menemani keseharian penulis susah maupun senang dari
awal hingga saat ini selama berada di bangku hperkuliahan, serta selalu
10. Terima kasih pula kepada pihak lain yang selalu memberikan doa yang
ix
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kesalahan yang terdapat pada karya tulis ini, penulis memohon maaf atas kekurangan
dan kesalaham tersebut. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
kesempurnaan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga Karya Tulis
Penulis
AGIEL PRATIWI
x
DAFTAR ISI
xi
D. Tinjauan Tentang Penyakit Stroke ....................................................... 13
B. Pembahasan ......................................................................................... 26
A. Kesimpulan .......................................................................................... 32
B. Saran .................................................................................................... 32
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
pelayanan rawat inap kepada pasien melalui upaya pengobatan dan penyembuhan
tentang rekam medis, menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien. Manfaat rekam medis
dapat dipakai untuk pemeliharaan kesehatan, pengobatan pasien, alat bukti dalam
proses penegakan hukum atas tindakan medis, dasar pembayaran biaya pelayanan
arahan ICD-10 (WHO, 2016). Keakuratan kode diagnosis dan tindakan sangat
1
2
sistem cas-mix. Kode diagnosis yang tidak akurat akan menyebabkan data tidak
akurat. Kode yang salah akan menghasilkan tarif yang salah. Pengkodean yang
akurat diperlukan rekam medis yang lengkap. Keakuratan dalam pemberian kode
diagnosis merupakan hal yang harus diperhatikan oleh tenaga perekam medis,
penagihan kembali biaya, beserta hal-hal lain yang berkaitan dalam asuhan dan
Tenth Revision (ICD-10) dari World Health Organization (WHO), yaitu sistem
klasifikasi statistik penyakit yang komprensif dan digunakan serta diakui secara
22 Bab yang memuat berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia. Salah satunya
kardiovaskular yang terjadi karena adanya gangguan pada pembuluh darah arteri
penyakit stroke. Dengan didukung oleh pernyataan dr. Andre Lukas, Sp. S. bahwa
penyakit stroke dapat didiagnosis melalui gejala-gejala umum yang dialami oleh
penderita stroke, maka data yang diminta sebagai masukan pada sistem ini
penyakit stroke yang diderita, tingkat kepercayaannya, dan solusi yang disarankan
Salah satu data yang penting dalam pendokumentasian rekam medis pada
penyakit stroke, adalah kode diagnosis pasien yang dimana digunakan sebagai
acuan dalam penentuan besar biaya pelayanan kesehatan, dalam penelitian ini
keakuratan kode diagnosis pada stroke belum dikatakan baik karena masih banyak
ditemukannya kode diagnosis yang tidak akurat pada rekam medis pasien.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafitri & Novita (2021)
bahwa terkait pengkodean pada penyakit stroke ditemukan pada rekam medis
pasien dengan pengkodean pada kasus penyakit stroke tidak akurat dikarenakan
yang menyebabkan kode diagnosis pada penyakit stroke menjadi tidak akurat.
berdasarkan rekam medis pada pasien rawat inap terdapat rekam medis pasien
pada penyakit stroke tidak akurat. Hal ini dikarenakan kurang memperhatikan
dengan keluhan lemas pada tangan dan kaki kiri, hasil CT-Scan dinyatakan pasien
I61.9 namun, oleh petugas koding memberi kode I64. Kode tersebut tidak akurat
infaction.
B. Rumusan Masalah
Tabel 1 PICO
Kriteria Uraian
C (Comparision) -
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
stroke.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
stroke.
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi rumah sakit, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
b. Bagi tenaga rekam medis dan informasi kesehatan, hasil penelitian ini
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Koding
dalam pengkodean diagnosis utama pasien pada lembar ringkasan masuk dan
keluar, serta sebab kematian pada pasien. Koding dilakukan oleh seseorang
yang benar-benar terampil di dalam bidangnya yang disebut juga dengan koder
2018).
dengan arahan ICD-10 (WHO, 2016). Keakuratan kode diagnosis dan tindakan
dengan sistem casemix. Kode diagnosis yang tidak akurat akan menyebabkan
data tidak akurat. Kode yang salah akan menghasilkan tarif yang salah.
dalam pemberian kode diagnosis merupakan hal yang harus diperhatikan oleh
manajemen data klinis, penagihan kembali biaya, beserta hal-hal lain yang
7
8
2. Manfaat/Tujuan Koding
Menurut Savitri Citra Budi, tujuan dari Kode klasifikasi penyakit oleh
9-CM. Manfaat dari koding salah satunya dapat menerima data rekam medis
dari bagian assembling, dan mampu memberikan kode penyakit pasien dengan
menggunakan ICD-9.
a. Tenaga Medis
merupakan input yang akan dikoding oleh petugas koding di bagian rekam
medis.
b. Petugas Koding
pelaksana rekam medis khususnya tenaga koding baik dari segi kualitas
medis. Kualitas petugas koding pada unit rekam medis di Rumah Sakit
c. Kebijakan
yang berlaku.
d. Sarana/Prasarana
efisien.
a. Tentukan jenis pernyataan yang akan dikode dan rujuk ke section yang
cidera, atau kejadian lain yang biasa diklasifikasikan pada Bab XX, lihat
b. Tentukan lokasi “lead term” untuk penyakit dan cidera ini biasanya berupa
sebuah kata benda untuk kondisi patologis. Namun, beberapa kondisi yang
berupa kata sifat atau eponym (nama orang) biasa juga terdapat disini.
c. Baca dan pedomani semua catatan yang terdapat dibawah “lead term”.
11
d. Baca semua term yang dikurung oleh parantheses setelah “lead term”
(modifier ini bias mempunyai nomor kode), sampai semua kata didalam
e. Ikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang “see” dan “see also” di dalam
indeks.
dash (-) pada posisi ke-4 berarti bahwa sebuah karakter ke-4 terdapat pada
tambahan tidak diindeks, kalau ini digunakan, ia harus dicari pada volume
1.
g. Baca setiap inclusion atau exclusion term dibawah kode yang dipilih atau
h. Tentukan kode.
dapat merekam data kesehatannya dengan cara yang sama dan komparabel.
Klasifikasi ini dikembangkan, dipantau dan dilindungi hak cipta oleh organisasi
12
kesehatan dunia (WHO) di amerika serikat NCHS (National Center for Health
perubahan dan modifikasi pada kode ICD dan bekerja sama dengan WHO.
masalah yang terkait adalah suatu klasifikasi penyakit, merupakan suatu sistem
disepakati.
1. ICD-10 Volume 1
kategori tiga karakter dan daftar tabulasi dari “ïnclusions” dan subkategori
tingkat mandatory untuk pelaporan kepada basis data kematian WHO (WHO
tujuan statistik. Volume tersebut juga dilengkapi definisi-definisi dari isi tiap
2. ICD-10 Volume 2
mortalitas, presentasi statistik serta petunjuk praktis bagi pengguna ICD agar
pemahaman tentang tujuan dan struktur ICD sangat penting artinya bagi
3. ICD-10 Volume 3
ICD-10 Volume 3 adalah indeks abjad dari penyakit dan kondisi yang
terdapat pada daftar tabulasi. Pada volume ini terdapat 3 seksi, yaitu:
a. Seksi I : Data semua terminology klasifikasi pada chapter I-XIX dab XXI,
b. Seksi II : Indeks penyebab luar dari morbiditas dan mortalitas serta semua
c. Seksi III : Daftar obat dan bahan kimia yang dikode sebagai keracunan dan
efek samping pada obat chapter XIX dan XX yang menerangkan keracunan
karena kecelakaan, bunuh diri, tidak jelas atau efek obat. Berdasarkan ICD-
Berbicara mengenai kode ICD Stroke sendiri, seperti pada kasus stroke
Menurut (Hatta 2011 dalam maryati, 2016) pengertian diagnosis dibagi menjadi
dua yaitu:
disebabkan oleh kondisi yang ada atau muncul sebagai akibat dari
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun
otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di
15
otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi
saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke
(Muswati, 2016).
aliran darah pada pembuluh darah diblokir oleh gumpalan darah. Hal ini
jaringan otak. Gejala yang paling umum adalah lemah mendadak atau mati rasa
pada wajah, lengan atau kaki, paling sering pada satu sisi tubuh (Erawantini &
Chairina, 2016).
pembicaraan, kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata, kesulitan berjalan,
diketahui penyebabnya, pingsan atau tidak sadarkan diri. Efek dari stroke
tergantung pada bagian mana dari otak terluka dan seberapa parah itu dipengaruhi.
Stroke yang sangat parah dapat menyebabkan kematian mendadak tanpa adanya
darah, maka otak nantinya tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi.
Hal itulah yang membuat sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Dengan
terjadinya kondisi ini, maka bisa saja menyebabkan bagian tubuh yang
dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi secara baik. Hal ini
menjadikan stroke harus ditangani secara cepat (Erawantini & Chairina, 2016).
16
Karena sel otak bisa saja mati hanya dalam hitungan menit bahkan detik.
Jika tindakan penanganan dapat dilakukan secara cepat juga tepat, maka besar
kemungkinan tingkat kerusakan otak, selain itu bisa juga mencegah munculnya
a. Stroke Iskemik
memasok darah ke otak tersumbat. Jenis stroke ini yang paling umum (hampir
b. Stroke haemorrhage
jaringan otak yang dituju. Selain itu, darah membanjiri dan memampatkan
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Sumber Data
Dimana data sekunder adalah data yang sudah diolah terlebih dahulu dan baru
didapatkan oleh peneliti dari sumber yang lain sebagai tambahan informasi.
C. Kata Kunci
Kata kunci yang digunakan dalam mencari jurnal “Kode diagnosis pada
system”
OR OR
17
18
D. Database Pencarian
E. Strategi Pencarian
dicari sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan menggunakan strategi
Boolean System yaitu perintah dengan penggunaan kata AND, OR, NOT pada kata
kunci pencarian, maka hal ini berarti memberikan perintah untuk memunculkan
circulatory system
Kriteria inklusi adalah syarat atau ketentuan yang harus dipenuhi dalam
artikel tersebut agar bisa dijadikan sebagai data dalam melakukan Literature
Review. Sedangkan kriteria eksklusi adalah indikator yang ketika ditemukan pada
artikel tersebut maka artikel tersebut tidak diambil dalam proses Literature
Review. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada literature review ini, yaitu:
19
INKLUSI EKSKLUSI
penyakit stroke.
semantic scholar dengan strategi pencarian “Kode Diagnosis Pada Penyakit Stroke
artikel/jurnal yang sesuai dengan kata kunci yang dimasukkan. Kemudian setelah
artikel/jurnal terduplikasi
(n=5)
Artikel/jurnal setelah
terduplikasi
(n=74)
Artikel/jurnal yang tidak
sesuai dengan topik penelitian
(n=32)
Artikel/jurnal yang sesuai dengan
topik penelitian
(n=42)
Artikel/jurnal
Tidak full text
(n=12)
Artikel/jurnal dengan
full text
(n=30) Artikel/jurnal full text yang tidak
memenuhi kriteria
(n=25)
Artikel/jurnal full text yang
memenuhi kriteria
(n=5)
H. Ekstraksi Data
Ekstraksi data merupakan proses atau tindakan dimana data yang diambil atau di ekstrak dari berbagai sumber
data sebagai system operasional yang biasanya tidak terstruktur untuk melakukan proses data lebih lanjut, mungkin juga
menambahkan data.
Berikut ini adalah table hasil ekstraksi data dari jurnal yang telah diseleksi:
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian adalah proses pengaturan dan pengelompokkan secara baik tentang informasi suatu kegiatan
berdasarkan fakta melalui usaha pikran peneliti dalam mengolah dan menganalisa topik penelitian secara sistematis dan
objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis sehingga terbuat sebuah prinsip-prinsip umum
atau teori.
Tabel 5
22
23
memperhatikan keseluruhan
informasi penunjang.
4 Supriyadi Rekam medis Tinjauan ketepatan Deskriptif Keakuratan kode diagnosis pada Google
(2018) (Vol.1, No.1) kode diagnosis kualitatif stroke yang tidak tepat sebanyak scholar
stroke penyebab 17% dari 100 sampel yang
dasar kematian disebabkan kurangnya pengetahuan
berdasarkan ICD-10 dari koder, dan bentuk formulir
kurang terpadu dalam mendukung
coder melakukan reseleksi.
5 Marsela & Administration Studi literature Kuantitatif Keakuratan kode diagnosis pada Google
putra (2021) & health tentang keakuratan stroke yang tidak akurat sebanyak scholar
information of kodefikasi diagnosis 68% dari 57 sampel yang
journal (Vol.2 penyakit stroke disebabkan karena kurang telitinya
No.1) coder dalam pemberian kode
terhadap diagnosis yang telah ditulis
oleh dokter, dokter tidak menuliskan
diagnosis pada rekam medis pasien
dan masih menggunakan singkatan.
25
Berdasarkan pada tabel di atas dari 5 jurnal yang di review, pada jurnal
penelitan yang dilakukan oleh Rahmawati & Utami (2020) persentase keakuratan kode
diagnosis pada stroke dalam kategori tidak akurat sebanyak 44% dari 100 sampel yang
disebabkan oleh tulisan dokter yang tidak terbaca dan keterbatasan ilmu pengetahuan
coder.
Adapun persentase keakuratan kode diagnosis pada stroke yang tidak akurat
sebanyak 58,1% dari 51 sampel terdapat pada hasil penelitian Mardaiawati & Akika
(2020) yang disebabkan karena tidak terbacanya Tulisan dokter, penggunaan singkatan
penulisan diagnosis yang tidak sesuai aturan dan masih di temukan resume keluar
Pada penelitian Sari & Wariyanti (2017) Keakuratan kode diagnosis pada
disebabkan karena kesalahan koder dalam mengkode pada karakter ke-3 dan kurang
17% dari 100 sampel yang disebabkan kurangnya pengetahuan dari koder, dan bentuk
Sedangkan pada penelitian Marsela & Putra (2021) keakuratan kode diagnosis
pada stroke tingkat persentase ketidakakuratannya adalah 68% dari 57 sampel yang
disebabkan karena kurang telitinya coder dalam pemberian kode terhadap diagnosis
yang telah ditulis oleh dokter, dokter tidak menuliskan diagnosis pada rekam medis
B. Pembahasan
kode diagnosis pada stroke yang akurat sebanyak 56% (56 rekam medis)
sedangkan persentase kode diagnosis pada stroke dalam kategori tidak akurat
sebanyak 44% (44 rekam medis). Adapun penelitian yang dilakukan oleh
dari 51 sampel. Dan penelitian yang dilakukan oleh Sari & Wariyanti (2017)
kode diagnosis pada stroke yang akurat sebanyak 31 (72,10%) rekam medis,
(83 rekam medis) dan persentase ketidakakuratannya sebanyak 17% (17 rekam
medis). Sedangkan pada penelitian Marsela & Putra (2021) masih banyak
ditemukannya kode diagnosis pada stroke yang tidak akurat sebanyak 68%
(39 rekam medis) dan kode diagnosis yang akurat sebanyak 32% (18 rekam
medis).
kodenya rendah sebesar 17% pada jurnal penelitian [4]. Sedangkan ke-4 jurnal
27
lainnya, 44% pada jurnal penelitian [1], 58% pada jurnal penelitian [2],
68% pada jurnal penelitian [5], dan 27,90% pada jurnal penelitian [3].
banyaknya kode yang tidak akurat ialah tidak lengkapnya atau akuratnya
karakter ke-4 pada kode penyakit stroke, yang dimana kode tersebut merupakan
kode pemeriksaan penunjang, yang biasanya tidak diisi oleh dokter pada rekam
medis pasien.
Penelitian ini sesuai dengan teori Hatta dalam Harti el al., dikatakan
tepat apabila >80% dan disebut terbaik apabila 100% (Harti el al,. 2016).
kode diagnosis penyakit pada stroke yang dilakukan terhadap hasil penelitian
penyakit pada stroke, dimana salah satu jurnal yang memiliki persentase
Penelitian ini tidak sesuai dengan teori WHO dalam Maryati el al.,
(2018) bahwa kode diagnosis yang tidak akurat akan mempengaruhi kualitas
data statistik dan pembayaran biaya kesehatan dengan sistem casemix, juga
28
menyebabkan data tidak akurat dan menghasilkan tarif yang salah (Maryati el
al., 2018).
Penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori Supriyadi (2018) bahwa
bidangnya yang disebut juga dengan koder dengan menggunakan alat bantu
Dalam menentukan sebuah kode penyakit maupun tindakan harus tepat dan
hal ini dapat mempengaruhi proses pembayaran, indeks penyakit, dan laporan
stroke, disebabkan oleh tulisan dokter yang tidak terbaca, keterbatasan ilmu
[1]. Adapun faktor lainnya yang disebabkan karena tidak terbacanya tulisan
dokter, penggunaan singkatan penulisan diagnosis yang tidak sesuai aturan dan
masih di temukan resume keluar pasien yang tidak lengkap. Terdapat pada
penunjang.
pengetahuan dari koder, dan bentuk formulir kurang terpadu dalam mendukung
tingkat ketidakakuratan kodenya yang paling tinggi dan hal ini disebabkan
karena kurang telitinya koder dalam pemberian kode terhadap diagnosis yang
telah ditulis oleh dokter, dokter tidak menuliskan diagnosis pada rekam medis
diagnosis pasien, untuk menghasilkan kode diagnosis yang lengkap dan akurat
dilakukan oleh koder, dimana dilihat dari prosedur dalam pemberian kode
diagnosis berdasarkan ICD-10 yang tidak dijalankan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Artinya kelengkapan kode yang diberikan oleh koder masih belum bisa
30
dikatakan lengkap, karena belum memenuhi kriteria yang diinginkan. Jika kode
terminologi medis agar tidak ada lagi kode yang tidak akurat dan tidak lengkap.
Apabila masih ada kode yang tidak akurat dan tidak lengkap maka akan
berdampak pada pembiayaan pasien, kualitas pelayanan rumah sakit, dan hasil
pelaporan.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Hatta dalam Harti el al,.(2016)
bahwa kualitas petugas koding pada unit rekam medis di rumah sakit dapat
dilihat dari latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan pelatihan terkait
sendiri dalam melakukan penulisan pada rekam medis pasien yaitu tulisannya
rekam medis pasien terutama pada lembaran pemeriksaan penunjang. Hal ini
dapat dikonfirmasi oleh petugas medis kepada dokter yang bertanggung jawab
berbunyi “Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau
dimaksud pada ayat 1 harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien
menerima pelayanan”.
pengobatan, laporan operasi atau prosedur lain merupakan input yang akan
diagnosis pada stroke salah satunya adalah petugas koding itu sendiri atau
cara pengkodean, dan faktor lainnya yaitu petugas medis (dokter) yang dimana
tulisannya sulit untuk dibaca oleh petugas koding, dan kurang dalam
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari ke-5 jurnal yang telah ditelaah menunjukkan bahwa ketidakakuratan kode
diagnosis pada stroke masih dalam kategori tinggi dimana terdapat 4 jurnal
yaitu tulisan dokter yang tidak bisa dibaca dan rekam medis yang tidak lengkap,
petugas koding atau koder yang kurang teliti, kurangnya pengetahuan dan
B. Saran
1. Sebaiknya koder atau petugas koding dapat lebih teliti dalam melakukan
pengkodean penyakit maupun tindakan pada rekam medis pasien dan harus
32
33
2. Sebaiknya perekam medis maupun tenaga medis lainnya, baik dokter dan
perawat, dapat bersosialisasi dan berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
Dalam rangka melengkapi rekam medis yang sesuai dengan standar prosedur
Erawantini, f., & chairina, r. R. L. (2016). Analisis faktor risiko stroke berdasarkan
telaah berkas rekam medis periode 2015 di rs jember klinik. Prosiding seminar
hasil penelitian dan pengabdian masyarakat danaboptntahun2016,11–16.
Https://publikasi.polije.ac.id/index.php/prosiding/article/viewfile/210/212
Kanggeraldo, j., sari, r. P., & zul, m. I. (2018). Sistem pakar untuk mendiagnosis
penyakit stroke hemoragik dan iskemik menggunakan metode dempster shafer.
Jurnal resti (rekayasa sistem dan teknologi informasi), 2(2), 498–505.
Https://doi.org/10.29207/resti.v2i2.268
Maimun nur, j. N., & dkk. (2018). Pengaruh kompetensi coder terhadap keakuratan
dan ketepatan pengkodean menggunakan icd-10. Kesmas, 1(1).
Mardiawati, d., & akika, t. F. (2020). Identifikasi keakuratan kode underlyimg cause of
death (ucod) kasus stroke berdasarkan icd-10 di rumah sakit tk.iii dr.
Reksowidiwiryo padang. Administration & health information of journal,(1),10–
18. Http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi/article/download/2/11
Marsela, p., & putra, d. M. (2021). Studi literatur tentang keakuratan kodefikasi
diagnosis penyakit stroke. 2(1), 118–125.
Maryati, w., wannay, a. O., & suci, d. P. (2018). Hubungan kelengkapan informasi
medis dan keakuratan kode diagnosis diabetes mellitus. Jurnal rekam medis dan
informasi kesehatan, 1(2), 96. Https://doi.org/10.31983/jrmik.v1i2.3852
Prof. Dr. Suryana, Ms. (2012). Metodologi Penelitian : Metodologi Penelitian Model
Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia,
1–243. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
34
35
Sari, s. M. E., & wariyanti, a. S. (2017). Keakuratan kode diagnosis stroke di rumah
sakit islam amal sehat sragen. Stikes mitra husada karanganyar, 11(2), 90.
Syafitri, e., & novita, d. (2021). Diagnosa pasien rawat inap dengan dispute klaim
inacbg ’ s. 2(1), 43–50.
Bapak Djamaluddin Saleh dan Ibu Halija, penulis adalah anak ketiga