You are on page 1of 50

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW
KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PADA PENYAKIT STROKE

Disusun dan diajukan oleh


AGIEL PRATIWI
NIM. 18.03.146

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESHATAN
MAKASSAR 2021
KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW

KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PADA PENYAKIT STROKE

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaiakan pendidikan Program Studi

Diploma3Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

Disusun dan diajukan oleh

AGIEL PRATIWI

NIM 18.03.146

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

2021

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

AGIEL PRATIWI : KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PADA STROKE


PEMBIMBING : SURIYANI dan S. L. N. NASTIKA GABRIELA MARUAPEY
(xii + 36 halaman + 6 tabel + 1 gambar + 1 Lampiran)

Latar Belakang: pendokumentasian rekam medis pada penyakit stroke, adalah kode diagnosis pasien
yang dimana digunakan sebagai acuan dalam penentuan besar biaya pelayanan kesehatan, dalam
penelitian ini keakuratan kode diagnosis pada stroke belum dikatakan baik karena masih banyak
ditemukannya kode diagnosis yang tidak akurat pada rekam medis pasien.
Tujuan: diindentifikasinya persentase keakuratan kode diagnosis pada penyakit stroke dan
dideskripsikannya faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan kode diagnosis pada penyakit stroke
Metodologi: metode penelitian ini menggunakan Literature review dengan jenis Literature reviewnya
adalah narrative review.
Hasil: berdasarkan hasil telaah yang dilakukan pada jurnal menunjukkan bahwa ketidakakuratan kode
diagnosis pada stroke masih dalam kategori tinggi dimana terdapat 4 jurnal yang memiliki
ketidakakuratan kode diagnosisnya kurang baik dikarenakan memiliki persentase ketidakakuratan yang
tinggi sebanyak 68% sedangkan hanya 1 jurnal yang memiliki persentase ketidakakuratan kodenya bisa
dikatakan baik sebesar 17%.
Kesimpulan: faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan kode diagnosis pada penyakit stroke
tergolong tinggi dikarenakan Tulisan dokter yang sulit terbaca, rekam medis yang tidak lengkap dan
kurangnya komunikasi terhadap tenaga medis lainnya.

Kata kunci: keakuratan, kode diagnosis, penyakit stroke

vi
ABSTRACT

AGIEL PRATIWI : ACCURACY OF DIAGNOSIS CODE ON STROKE


SURIYANI and SLN NASTIKA GABRIELA MARUAPEY
(xii + 36 pages + 6 tables + 1 figure + 1 Appendix)

Background: Documentation of medical records in stroke, is a patient diagnosis code which is used as
a reference in determining the cost of health services, in this study the accuracy of the diagnosis code
for stroke has not been said to be good because there are still many inaccurate diagnostic codes found in
the patient's medical record.
Aim: identification of the percentage of accuracy of the diagnosis code in stroke and describe the factors
that influence the inaccuracy of the diagnosis code in stroke
Methodology: this research method uses literature review with the type of literature review is narrative
review.
Results: based on the results of a study conducted on journals, it shows that the inaccuracy of the
diagnosis code in stroke is still in the high category where there are 4 journals that have an inaccurate
diagnosis code that is not good because it has a high percentage of inaccuracy as much as 68% while
only 1 journal that has a code inaccuracy percentage can be said good by 17%.
Conclusion: the factors that influence the inaccuracy of the diagnosis code in stroke are high due to
doctors' writings that are difficult to read, incomplete medical records and lack of communication with
other medical personnel.

Keywords: accuracy, diagnosis code, stroke

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

“Literature Review Keakuratan Kode Diagnosis Pada Penyakit Stroke”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh

gelar Ahli Madya Rekam Medis dan Informasi Kesehatan di Stikes Panakkukang

Makassar.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat kepada

orang tua ibunda tercinta Halija yang telah tulus mendo’akan, menyemangati, dan

memberikan dukungan baik secara moral maupun material. Dan tak lupa penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes. selaku Ketua Yayasan Perawat

Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau, M.Kes. selaku Ketua STIKES Panakkukang Makassar

serta selaku penguji yang senantiasa memberi arahan dan masukan berupa kritik

dan saran yang bermanfaat dan memotivasi bagi penulis.

3. Bapak Syamsuddin, A.Md.PK., SKM., M.Kes. selaku Ketua Prodi D3 Rekam

Medis dan Informasi Kesehatan STIKES Panakkukang Makassar.

4. Ibu Ns. Suriyani, M.Kep Dan S. L. N. Nastika Gabriela Maruapey, S.St. selaku

dosen pembimbing yang senantiasa menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran

viii
untuk mengarahkan penulis dalam penulisan serta memberikan semangat serta

motivasi bagi penulis.

5. Bapak DRS. JB. Lande, M.Min selaku penguji yang senantiasa menyediakan

waktu dan berkenan memberikan ilmu, koreksi dan saran yang diberikan.

6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf Program Studi D3 RMIK yang telah

mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat serta bantuan yang diberikan

kepada penulis selama menuntut ilmu di STIKES Panakkukang Makassar.

7. Terima kasih kepada saudara-saudara dan keluarga besar yang telah memberikan

doa yang tulus serta dukungan moral maupun material selama perjalanan

kehidupan penulis lalui sampai saat ini.

8. Terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuanganku Bau Mangga Village

Hapsa, Alifyah, Sahara, Velicia, Fajrina, Dhana, Aisyah, Dita, Fia, Kiki, Fatwa,

dan Eisya yang telah menemani keseharian penulis susah maupun senang dari

awal hingga saat ini selama berada di bangku hperkuliahan, serta selalu

memberikan motivasi dan membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2018 D3 RMIK, Kelas C, atas segala

dukungan yang kurang lebih 3 tahun kita berjuang di bangku perkuliahan.

10. Terima kasih pula kepada pihak lain yang selalu memberikan doa yang

tulus,dukungan, semangat, serta mptivasi kepada penulis salam mengerjakan

tugas akhir ini yang penulis tidak dapat sebut satu-persatu.

ix
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan

kesalahan yang terdapat pada karya tulis ini, penulis memohon maaf atas kekurangan

dan kesalaham tersebut. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk kepentingan kemajuan karya tulis ini untuk mencapai

kesempurnaan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga Karya Tulis

Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua, Aamin.

Makassar, 2 Juni 2021

Penulis

AGIEL PRATIWI

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PENGAJUAN KARYA TULIS ILMIAH .................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

C. Tujuan penelitian ................................................................................. 4

D. Manfaat penelitian ................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6

A. Tinjauan Tentang Pengkodean Penyakit .............................................. 6

B. Tinjauan Tentang ICD-10 (International Statistical Classification

Of Diseases And Related Health Problems Tenth Revision) ............ 10

C. Tinjauan Tentang Diagnosis ............................................................... 12

xi
D. Tinjauan Tentang Penyakit Stroke ....................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 17

A. Desain Penelitian .................................................................................. 17

B. Sumber Data ......................................................................................... 17

C. Kata Kunci ........................................................................................... 17

D. Database Pencarian .............................................................................. 18

E. Strategi Pencarian ................................................................................ 18

F. Kriteria Inklusi Dan Ekslusi ................................................................. 18

G. Sintesis Hasil Literature....................................................................... 19

H. Ekstraksi Data ...................................................................................... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 22

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 22

B. Pembahasan ......................................................................................... 26

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 32

A. Kesimpulan .......................................................................................... 32

B. Saran .................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1: PICO ...................................................................................... 4

Tabel 2 : Kata Kunci ............................................................................ 16

Tabel 3 : Strategi Pencarian Jurnal....................................................... 17

Tabel 4 : Kriteria Inklusi Dan Eksklusi................................................ 18

Tabel 5 : Ekstraksi Data ....................................................................... 21

Table 6 : Hasil Literature Review ........................................................ 25

xiii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 : Diagram Alir Prisma ............................................................... 19

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa globalisasi saat ini pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan.

Salah satunya rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

gawat darurat. Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan memberikan

pelayanan rawat inap kepada pasien melalui upaya pengobatan dan penyembuhan

di masing-masing kelas perawatan atau bangsal. Oleh karena itu dalam

pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada pasien, rumah sakit harus ditunjang

dengan sarana yang memadai salah satunya dengan menyelenggarakan rekam

medis (Maryati et al., 2018).

PERMENKES RI Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 Bab I Pasal 1

tentang rekam medis, menjelaskan bahwa rekam medis adalah berkas yang

berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien. Manfaat rekam medis

dapat dipakai untuk pemeliharaan kesehatan, pengobatan pasien, alat bukti dalam

proses penegakan hukum atas tindakan medis, dasar pembayaran biaya pelayanan

kesehatan, data statistik kesehatan, keperluan pendidikan dan penelitian dalam

melakukan pengkodean diagnosis (Nur et.al, 2018).

Pelaksanaan kodefikasi diagnosis harus lengkap dan akurat sesuai dengan

arahan ICD-10 (WHO, 2016). Keakuratan kode diagnosis dan tindakan sangat

1
2

mempengaruhi kualitas data statistik dan pembayaran biaya kesehatan dengan

sistem cas-mix. Kode diagnosis yang tidak akurat akan menyebabkan data tidak

akurat. Kode yang salah akan menghasilkan tarif yang salah. Pengkodean yang

akurat diperlukan rekam medis yang lengkap. Keakuratan dalam pemberian kode

diagnosis merupakan hal yang harus diperhatikan oleh tenaga perekam medis,

ketepatan data diagnosis sangat penting di bidang manajemen data klinis,

penagihan kembali biaya, beserta hal-hal lain yang berkaitan dalam asuhan dan

pelayann kesehatan (Maryati et al., 2018).

Pengkodean diagnosis harus dilaksanakan sesuai aturan sistem koding

Internasional Statistical Classification Of Diseases And Related Health Problems

Tenth Revision (ICD-10) dari World Health Organization (WHO), yaitu sistem

klasifikasi statistik penyakit yang komprensif dan digunakan serta diakui secara

international (Hatta, 2008).

ICD-10 terbagi atas volume 1, 2, dan 3. Pada ICD-10 Volume 1, terdapat

22 Bab yang memuat berbagai penyakit pada sistem tubuh manusia. Salah satunya

penyakit stroke yang terkait sistem sirkulasi. Stroke merupakan penyakit

kardiovaskular yang terjadi karena adanya gangguan pada pembuluh darah arteri

menuju ke otak. Stroke adalah penyebab utama kecacatan dan kesakitan

(Kanggeraldo et al., 2018).

Alternatif untuk melakukan diagnosis penyakit stroke tanpa harus

berkonsultasi langsung kepada dokter ataupun melakukan pengecekan

ke laboratorium adalah suatu sistem sebagai alat bantu untuk mendiagnosis


3

penyakit stroke. Dengan didukung oleh pernyataan dr. Andre Lukas, Sp. S. bahwa

penyakit stroke dapat didiagnosis melalui gejala-gejala umum yang dialami oleh

penderita stroke, maka data yang diminta sebagai masukan pada sistem ini

merupakan gejala-gejala umum. Sistem ini nantinya menghasilkan output berupa

penyakit stroke yang diderita, tingkat kepercayaannya, dan solusi yang disarankan

(Kanggeraldo et al., 2018).

Salah satu data yang penting dalam pendokumentasian rekam medis pada

penyakit stroke, adalah kode diagnosis pasien yang dimana digunakan sebagai

acuan dalam penentuan besar biaya pelayanan kesehatan, dalam penelitian ini

keakuratan kode diagnosis pada stroke belum dikatakan baik karena masih banyak

ditemukannya kode diagnosis yang tidak akurat pada rekam medis pasien.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafitri & Novita (2021)

bahwa terkait pengkodean pada penyakit stroke ditemukan pada rekam medis

pasien dengan pengkodean pada kasus penyakit stroke tidak akurat dikarenakan

koder kurang memperhatikan pemeriksaan penunjang pada rekam medis pasien

yang menyebabkan kode diagnosis pada penyakit stroke menjadi tidak akurat.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Sari & Wariyanti, (2017)

berdasarkan rekam medis pada pasien rawat inap terdapat rekam medis pasien

pada penyakit stroke tidak akurat. Hal ini dikarenakan kurang memperhatikan

informasi penunjang keakuratan kode penyakit stroke. Sebagai contoh pasien

dengan keluhan lemas pada tangan dan kaki kiri, hasil CT-Scan dinyatakan pasien

tersebut terkena intracerebral haemorragic, seharusnya kode yang akurat adalah


4

I61.9 namun, oleh petugas koding memberi kode I64. Kode tersebut tidak akurat

karena kode I64 digunakan untuk stroke. Not specified as haemorrhage or

infaction.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

membuat literature review dengan mengambil judul literature review,

“ Keakuratan Kode Diagnosis Pada Penyakit Stroke” Berdasarkan ICD-10 Pada

rekam medis pasien.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

membuat Literature Review tentang: “Bagaimana keakuratan kode diagnosis pada

penyakit stroke berdasarkan ICD-10 pada rekam medis pasien?”

Tabel 1 PICO

Kriteria Uraian

P (Population) Rekam medis pada penyakit stroke

I (Intervention) Kode diagnosis penyakit stroke

C (Comparision) -

O (Outcome) Keakuratan kode diagnosis


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah, diketahuinya

keakuratan kode diagnosis pada penyakit stroke berdasarkan ICD-10 pada

rekam medis pasien.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

a. Diindentifikasinya persentase keakuratan kode diagnosis pada penyakit

stroke.

b. Dideskripsikannya faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan kode

diagnosis pada penyakit stroke.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi institusi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

bagi institusi pendidikan STIKES Panakkukang Makassar khususnya

program studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

b. Bagi mahasiswa Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, hasil penelitian

ini diharapkan dapat memberi tambahan ilmu pengetahuan dalam

penentuan pengkodean diagnosis khususnya pada kasus pasien penyakit

stroke.
6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi rumah sakit, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

evaluasi dan peningkatan mutu pelayanan khususnya dalam melakukan

pengkodean pada rekam medis pasien.

b. Bagi tenaga rekam medis dan informasi kesehatan, hasil penelitian ini

dapat menambah wawasan dan masukan dalam melaksanakan tugas di unit

rekam medis khususnya bagian pada koding.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengkodean Penyakit

1. Definisi Koding

Koding merupakan fungsi bagian dari Rekam Medis yang bertugas

dalam pengkodean diagnosis utama pasien pada lembar ringkasan masuk dan

keluar, serta sebab kematian pada pasien. Koding dilakukan oleh seseorang

yang benar-benar terampil di dalam bidangnya yang disebut juga dengan koder

dengan menggunakan alat bantu diantaranya buku ICD (International

Statistical classification of Diseases and related health problems) (Supriyadi,

2018).

Pelaksanaan kodefikasi diagnosis harus lengkap dan akurat sesuai

dengan arahan ICD-10 (WHO, 2016). Keakuratan kode diagnosis dan tindakan

sangat mempengaruhi kualitas data statistik dan pembayaran biaya kesehatan

dengan sistem casemix. Kode diagnosis yang tidak akurat akan menyebabkan

data tidak akurat. Kode yang salah akan menghasilkan tarif yang salah.

Pengkodean yang akurat diperlukan rekam medis yang lengkap. Keakuratan

dalam pemberian kode diagnosis merupakan hal yang harus diperhatikan oleh

tenaga perekam medis, ketepatan data diagnosis sangat penting di bidang

manajemen data klinis, penagihan kembali biaya, beserta hal-hal lain yang

berkaitan dalam asuhan dan pelayanan kesehatan (Maryati et al., 2018).

7
8

2. Manfaat/Tujuan Koding

Menurut Savitri Citra Budi, tujuan dari Kode klasifikasi penyakit oleh

WHO (World Health Organization) bertujuan untuk menyeragamkan nama

dan golongan penyakit, cedera, gejala, dan faktor yang mempengaruhi

kesehatan. Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya

termasuk Indonesia menggunakan klasifikasi penyakit revisi 10 ICD-10.

Sedangkan untuk pengkodean tindakan medis dilakukan menggunakan ICD-

9-CM. Manfaat dari koding salah satunya dapat menerima data rekam medis

dari bagian assembling, dan mampu memberikan kode penyakit pasien dengan

menggunakan ICD-10, dan memberikan kode tindakan pada pasien dengan

menggunakan ICD-9.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Koding

Menurut Hatta dalam Harti el al., (2016), adapun faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi proses koding yaitu:

a. Tenaga Medis

Tenaga medis (dokter) sebagai pemberi pelayanan utama pada

seorang pasien bertanggung jawab atas kelengkapan dan kebenaran data

dokumentasi, khususnya data klinik, yang tercantum dalam dokumen

rekam medis. Data klinik berupa riwayat penyakit, hasil pemeriksaan,

diagnosa, perintah pengobatan, laporan operasi atau prosedur lain


9

merupakan input yang akan dikoding oleh petugas koding di bagian rekam

medis.

b. Petugas Koding

Kunci utama koding dalam pelaksanaan koding adalah koder atau

petugas koding. Akurasi koding (penentuan kode) merupakan tanggung

jawab tenaga rekam medis, khususnya tenaga koding. Kurangnya tenaga

pelaksana rekam medis khususnya tenaga koding baik dari segi kualitas

maupun kuantitas merupakan faktor terbesar dari penyelenggaraan rekam

medis. Kualitas petugas koding pada unit rekam medis di Rumah Sakit

dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan

pelatihan terkait yang pernah diikuti.

c. Kebijakan

Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib

administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit. Isi rekam medis merupakan dokumen resmi mencatat

seluruh proses pelayanan medis di Rumah Sakit, dan sangat bermanfaat

antara lain bagi aspek administrasi, medis, hukum, keuangan, penelitian,

dokumentasi, perencanaan serta pemanfaatan sumber daya. Agar dapat

tercipta keseragaman dan persamaan pengertian rekam medis di rumah

sakit yang sesuai dengan klasifikasi, kodefikasi penyakit dan masalah

terkait dalam Permenkes No 269/MENKES/Per/III/2008, maka perlu

adanya suatu pedoman pengelolaan rekam medis di rumah sakit yang


10

dituangkan dalam suatu kebijakan rumah sakit. Kebijakan rumah sakit

yang dituangkan dalam bentuk SK Direktur, proses tetap atau SOP

(Standard operating procedures) akan mengikat dan mewajibkan semua

petugas di rumah sakit yang terlibat dalam pengisian lembar-lembar rekam

medis untuk melaksanakannya sesuai dengan peraturan dan perundangan

yang berlaku.

d. Sarana/Prasarana

Sesuai dengan standar pelayanan rekam medis, maka fasilitas dan

peralatan yang cukup harus disediakan guna tercapainya pelayanan yang

efisien.

4. Langkah-Langkah Dalam Mengkode

Menurut (Erawantini & chairina, 2016) langkah-langkah dalam

mengkode, sebagai berikut:

a. Tentukan jenis pernyataan yang akan dikode dan rujuk ke section yang

sesuai pada indeks alphabet (volume 3). Pernyataan adalah penyakit,

cidera, atau kejadian lain yang biasa diklasifikasikan pada Bab XX, lihat

section II pada Indeks.

b. Tentukan lokasi “lead term” untuk penyakit dan cidera ini biasanya berupa

sebuah kata benda untuk kondisi patologis. Namun, beberapa kondisi yang

berupa kata sifat atau eponym (nama orang) biasa juga terdapat disini.

c. Baca dan pedomani semua catatan yang terdapat dibawah “lead term”.
11

d. Baca semua term yang dikurung oleh parantheses setelah “lead term”

(modifier ini bias mempunyai nomor kode), sampai semua kata didalam

diagnosis telah diperhatikan.

e. Ikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang “see” dan “see also” di dalam

indeks.

f. Rujuk ke daftar tabulasi (Volume 1) untuk memastikan nomor kode yang

dipilih. Perhatikan bahwa sebuah kode 3-karakter didalam indeks dengan

dash (-) pada posisi ke-4 berarti bahwa sebuah karakter ke-4 terdapat pada

volume 1. Subdivisi lebih lanjut yang digunakan pada posisi karakter

tambahan tidak diindeks, kalau ini digunakan, ia harus dicari pada volume

1.

g. Baca setiap inclusion atau exclusion term dibawah kode yang dipilih atau

dibawah judul bab, blok atau judul kategori.

h. Tentukan kode.

B. Tinjauan Tentang ICD-10 (International Statistical Classification Of Diseases

And Related Health Problems Tenth Revision)

ICD-10 adalah singkatan dari International Statistical Classification Of

Diseases And Related Health Problems Tenth Revision-10th. WHO

mempromosikan klasifikasi tersebut dengan tujuan agar berbagai negara di dunia

dapat merekam data kesehatannya dengan cara yang sama dan komparabel.

Klasifikasi ini dikembangkan, dipantau dan dilindungi hak cipta oleh organisasi
12

kesehatan dunia (WHO) di amerika serikat NCHS (National Center for Health

Statistic) CMS (pusat Medicare dan Medicaid Services) mengawasi semua

perubahan dan modifikasi pada kode ICD dan bekerja sama dengan WHO.

ICD-10 atau klasifikasi international mengenai penyakit-penyakit dan masalah-

masalah yang terkait adalah suatu klasifikasi penyakit, merupakan suatu sistem

kategori yang mengelompokkan suatu penyakit menurut kriteria yang telah

disepakati.

1. ICD-10 Volume 1

Bagian terbesar volume1 memuat klasifikasi utama, terdiri dari

kategori tiga karakter dan daftar tabulasi dari “ïnclusions” dan subkategori

empat karakter. Klasifikasi daftar-daftar dari kategori tiga-karakter merupakan

tingkat mandatory untuk pelaporan kepada basis data kematian WHO (WHO

Mortality database) dan untuk komparasi internasional. Volume 1 berisikan

klasifikasi yang menunjukkan kategori-kategori dimana suatu diagnosis akan

dialokasikan guna mempermudah penyortiran dan penghitungan data untuk

tujuan statistik. Volume tersebut juga dilengkapi definisi-definisi dari isi tiap

kategori, subkategori dan item dalam daftar tabulasi.

2. ICD-10 Volume 2

Volume 2 berisikan deskripsi tentang sejarah ICD berikut struktur dan

prinsip klasifikasi; aturan-aturan yang berkaitan dengan koding morbiditas dan

mortalitas, presentasi statistik serta petunjuk praktis bagi pengguna ICD agar

dapat memanfaatkan klasifikasi yang ada sebaik-baiknya. Pengetahuan dan


13

pemahaman tentang tujuan dan struktur ICD sangat penting artinya bagi

statistisi dan analis informasi kesehatan, serta petuga koding (koder).

3. ICD-10 Volume 3

ICD-10 Volume 3 adalah indeks abjad dari penyakit dan kondisi yang

terdapat pada daftar tabulasi. Pada volume ini terdapat 3 seksi, yaitu:

a. Seksi I : Data semua terminology klasifikasi pada chapter I-XIX dab XXI,

kecuali obat dan bahan kimia.

b. Seksi II : Indeks penyebab luar dari morbiditas dan mortalitas serta semua

terminology yang diklasifikasikan pada chapter XX.

c. Seksi III : Daftar obat dan bahan kimia yang dikode sebagai keracunan dan

efek samping pada obat chapter XIX dan XX yang menerangkan keracunan

karena kecelakaan, bunuh diri, tidak jelas atau efek obat. Berdasarkan ICD-

10 volume 1 WHO 2010 bahwa unuk kategori blok.

Berbicara mengenai kode ICD Stroke sendiri, seperti pada kasus stroke

haemorrhage dengan diagnosis sekunder hipertensi kodenya yaitu I60. Namun

jika penyakit stroke ditinjau menggunakan kode ICD/kode BPJS,

maka kodenya adalah I61.9 dan diagnosa sekunder I10.


14

C. Tinjauan Tentang Diagnosis

Menurut (Hatta 2011 dalam maryati, 2016) pengertian diagnosis dibagi menjadi

dua yaitu:

1. Diagnosis utama atau kondisi utama adalah suatu diagnosis/kondisi yang

menyebabkan pasien memperoleh perawatan atau pemeriksaan, yang

ditegakkan pada akhir episode pelayanan dan bertanggung jawab atas

kebutuhan sumber daya pengobatannya.

2. Diagnosis sekunder, Komorbiditas, dan Komplikasi

a. Diagnosis sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis utama pada

saat pasien masuk atau yang terjadi selama episode pelayanan.

b. Komordibitas adalah penyakit yang menyertai diagnosis utama atau

kondisi pasien saat masuk dan membutuhkan pelayanan/asuhan khusus

setelah masuk dan selama dirawat.

c. Komplikasi adalah penyakit yang timbul dalam masa pengobatan dan

memerlukan pelayanan tambahan sewaktu episode pelayanan, baik yang

disebabkan oleh kondisi yang ada atau muncul sebagai akibat dari

pelayanan yang diberikan kepada pasien.

D. Tinjauan Tentang Penyakit Stroke

Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun

global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah

otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di
15

otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi

terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel

saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke

(Muswati, 2016).

Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya karena

aliran darah pada pembuluh darah diblokir oleh gumpalan darah. Hal ini

memotong pasokan oksigen dan nutrisi sehingga menyebabkan kerusakan pada

jaringan otak. Gejala yang paling umum adalah lemah mendadak atau mati rasa

pada wajah, lengan atau kaki, paling sering pada satu sisi tubuh (Erawantini &

Chairina, 2016).

Gejala lain termasuk: kebingungan, kesulitan berbicara atau memahami

pembicaraan, kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata, kesulitan berjalan,

pusing, kehilangan keseimbangan atau koordinasi, sakit kepala parah tanpa

diketahui penyebabnya, pingsan atau tidak sadarkan diri. Efek dari stroke

tergantung pada bagian mana dari otak terluka dan seberapa parah itu dipengaruhi.

Stroke yang sangat parah dapat menyebabkan kematian mendadak tanpa adanya

darah, maka otak nantinya tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi.

Hal itulah yang membuat sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Dengan

terjadinya kondisi ini, maka bisa saja menyebabkan bagian tubuh yang

dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi secara baik. Hal ini

menjadikan stroke harus ditangani secara cepat (Erawantini & Chairina, 2016).
16

Karena sel otak bisa saja mati hanya dalam hitungan menit bahkan detik.

Jika tindakan penanganan dapat dilakukan secara cepat juga tepat, maka besar

kemungkinan tingkat kerusakan otak, selain itu bisa juga mencegah munculnya

kemungkinan komplikasi (Muswati, 2016).

Menurut (Sari & Wariyanti, 2017) berdasarkan penyebabnya ada dua

jenis stroke yaitu:

a. Stroke Iskemik

Stroke iskemik (non haemorrhage) terjadi bila pembuluh darah yang

memasok darah ke otak tersumbat. Jenis stroke ini yang paling umum (hampir

90% stroke adalah iskemik).

b. Stroke haemorrhage

Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor atau

pecah di dalam atau di sekitar otak sehingga menghentikan suplai darah ke

jaringan otak yang dituju. Selain itu, darah membanjiri dan memampatkan

jaringan otak sekitarnya sehingga mengganggu atau mematikan fungsinya.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Literature Review dengan jenis

narrative review. Narrative review bertujuan untuk mengidentifikasi dan

merangkum artikel yang telah diterbitkan sebelummnya.

B. Sumber Data

Sumber data pada penelitian Literature Review adalah data sekunder.

Dimana data sekunder adalah data yang sudah diolah terlebih dahulu dan baru

didapatkan oleh peneliti dari sumber yang lain sebagai tambahan informasi.

C. Kata Kunci

Kata kunci yang digunakan dalam mencari jurnal “Kode diagnosis pada

penyakit stroke” atau “Kodefikasi penyakit dan masalah terkait circulatory

system”

Table 2 Kata Kunci

Kode diagnosis AND Penyakit stroke

OR OR

Kodefikasi AND Penyakit Circulatory System

17
18

D. Database Pencarian

Dalam pencarian jurnal nasional, peneliti menggunakan database

pencarian jurnal yaitu semantic scholar dan google scholar.”

E. Strategi Pencarian

Strategi pencarian yang digunakan untuk mendapatkan jurnal/artikel yang

dicari sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan menggunakan strategi

Boolean System yaitu perintah dengan penggunaan kata AND, OR, NOT pada kata

kunci pencarian, maka hal ini berarti memberikan perintah untuk memunculkan

artikel dengan kata kunci

Table 3 Strategi Pencarian Jurnal

DATABASE STRATEGI PENCARIAN JURNAL

SEMANTIC SCHOLAR Kode diagnosis pada penyakit stroke

GOOGLE SCHOLAR Kodefikasi penyakit dan masalah terkait

circulatory system

F. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

Kriteria inklusi adalah syarat atau ketentuan yang harus dipenuhi dalam

artikel tersebut agar bisa dijadikan sebagai data dalam melakukan Literature

Review. Sedangkan kriteria eksklusi adalah indikator yang ketika ditemukan pada

artikel tersebut maka artikel tersebut tidak diambil dalam proses Literature

Review. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada literature review ini, yaitu:
19

Table 4 Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

INKLUSI EKSKLUSI

Artikel tahun 2016-2021 Jurnal penelitian tidak full text.

Keakuratan kode diagnosis pada Analisis Faktor resiko stroke

penyakit stroke berdasarkan rekam medis pasien.

Factor yang mempengaruhi Analisis faktor ketidaklengkapan

ketidakakuratan kode diagnosis pada rekam medis pada kasus stroke.

penyakit stroke.

G. Sintesis Hasil Literature

Berdasarkan hasil pencarian artikel/jurnal pada google scholar dan

semantic scholar dengan strategi pencarian “Kode Diagnosis Pada Penyakit Stroke

atau Kodefikasi Penyakit Circulatory System. Peneliti menemukan 79

artikel/jurnal yang sesuai dengan kata kunci yang dimasukkan. Kemudian setelah

dilakukan seleksi dari 79 artikel/jurnal didapatkan sebanyak 74 artikel/jurnal

setelah penghapusan artikel yang terduplikasi. Kemudian dilakukan penyaringan

berdasarkan yang memenuhi kriteria ditemukan 5 artikel/jurnal yang sesuai dan

akan dipaparkan pada hasil penelitian.


20

Pencarian artikel/jurnal dengan Pencarian artikel/jurnal dengan


database google scholar database semantic scholar
(n=56) (n=23)

Artikel/Jurnal Yang Didapatkan


(n=79)

artikel/jurnal terduplikasi
(n=5)
Artikel/jurnal setelah
terduplikasi
(n=74)
Artikel/jurnal yang tidak
sesuai dengan topik penelitian
(n=32)
Artikel/jurnal yang sesuai dengan
topik penelitian
(n=42)
Artikel/jurnal
Tidak full text
(n=12)
Artikel/jurnal dengan
full text
(n=30) Artikel/jurnal full text yang tidak
memenuhi kriteria
(n=25)
Artikel/jurnal full text yang
memenuhi kriteria
(n=5)

Gambar 1 Diagram Alir Prisma


21

H. Ekstraksi Data

Ekstraksi data merupakan proses atau tindakan dimana data yang diambil atau di ekstrak dari berbagai sumber

data sebagai system operasional yang biasanya tidak terstruktur untuk melakukan proses data lebih lanjut, mungkin juga

menambahkan data.

Berikut ini adalah table hasil ekstraksi data dari jurnal yang telah diseleksi:

Table 4 Ekstraksi Data

No Nama Judul Desain Presentase Sampel Faktor yang


peneliti,th penelitian ketidakakuratan mempengaruhi
kode ketidakakuratan kode
1
2
3
4
5
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian adalah proses pengaturan dan pengelompokkan secara baik tentang informasi suatu kegiatan

berdasarkan fakta melalui usaha pikran peneliti dalam mengolah dan menganalisa topik penelitian secara sistematis dan

objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis sehingga terbuat sebuah prinsip-prinsip umum

atau teori.

Tabel 5

Hasil literature review

No Nama penulis Nama jurnal Judul Desain Hasil penelitian Sumber


(tahun) (Vol.No) penelitian data
1 Rahmawati & Jurnal Hubungan Ketepatan Retrospektif Ketidakeakuratan kode diagnosis Google
Utami,(2020) manajemen Penulisan pada stroke terdapat hubungan scholar
informasi Terminologi Medis antara ketepatan dalam penulisan
kesehatan Terhadap terminologi medis yang
Keakuratan Kode ketidakakuratan pada diagnosis

22
23

Indonesia Pada Sistem stroke sebanyak 44% yang


(vol.8 No.2) Cardiovascular disebabkan oleh tulisan dokter yang
(Stroke). tidak terbaca dan keterbatasan ilmu
pengetahuan coder.
2 Mrdiawati & Administration Identifikasi Kuantitaif, Keakuratan kode diagnosis pada Semantic
Akika (2020) & health keakuratan kode deskrptif stroke yang tidak akurat sebanyak scholar
information of underlying cause of 58,1% dari 51 berkas rekam medis,
journal (Vol.1 death (ucod) kasus yang disebabkan karena tidak
No.1) stroke berdasarkan terbacanya Tulisan dokter,
icd-10 di rumah sakit penggunaan singkatan penulisan
tk.iii dr. diagnosis yang tidak sesuai aturan
Reksodiwiryo dan masih di temukan resume keluar
padang. pasien yang tidak lengkap.
3. Sari & Rekam medis Keakuratan kode Deskriptif Keakuratan kode diagnosis pada Semantic
wariyanti diagnosis stroke dengan stroke yang tidak akurat sebanyak scholar
(2017) pendekatan 27,90% dari 43 sampel yang
retrospektif disebabkan karena kesalahan koder
dalam mengkode pada karakter ke-3
dan kurang teliti dalam
24

memperhatikan keseluruhan
informasi penunjang.
4 Supriyadi Rekam medis Tinjauan ketepatan Deskriptif Keakuratan kode diagnosis pada Google
(2018) (Vol.1, No.1) kode diagnosis kualitatif stroke yang tidak tepat sebanyak scholar
stroke penyebab 17% dari 100 sampel yang
dasar kematian disebabkan kurangnya pengetahuan
berdasarkan ICD-10 dari koder, dan bentuk formulir
kurang terpadu dalam mendukung
coder melakukan reseleksi.
5 Marsela & Administration Studi literature Kuantitatif Keakuratan kode diagnosis pada Google
putra (2021) & health tentang keakuratan stroke yang tidak akurat sebanyak scholar
information of kodefikasi diagnosis 68% dari 57 sampel yang
journal (Vol.2 penyakit stroke disebabkan karena kurang telitinya
No.1) coder dalam pemberian kode
terhadap diagnosis yang telah ditulis
oleh dokter, dokter tidak menuliskan
diagnosis pada rekam medis pasien
dan masih menggunakan singkatan.
25

Berdasarkan pada tabel di atas dari 5 jurnal yang di review, pada jurnal

penelitan yang dilakukan oleh Rahmawati & Utami (2020) persentase keakuratan kode

diagnosis pada stroke dalam kategori tidak akurat sebanyak 44% dari 100 sampel yang

disebabkan oleh tulisan dokter yang tidak terbaca dan keterbatasan ilmu pengetahuan

coder.

Adapun persentase keakuratan kode diagnosis pada stroke yang tidak akurat

sebanyak 58,1% dari 51 sampel terdapat pada hasil penelitian Mardaiawati & Akika

(2020) yang disebabkan karena tidak terbacanya Tulisan dokter, penggunaan singkatan

penulisan diagnosis yang tidak sesuai aturan dan masih di temukan resume keluar

pasien yang tidak lengkap.

Pada penelitian Sari & Wariyanti (2017) Keakuratan kode diagnosis pada

stroke, persentase ketidakakuratannya sebanyak 27,90% dari 43 sampel yang

disebabkan karena kesalahan koder dalam mengkode pada karakter ke-3 dan kurang

teliti dalam memperhatikan keseluruhan informasi penunjang.

Dalam penelitian Supriyadi (2018) persentase ketidakakuratannya sebanyak

17% dari 100 sampel yang disebabkan kurangnya pengetahuan dari koder, dan bentuk

formulir kurang terpadu dalam mendukung coder melakukan reseleksi.

Sedangkan pada penelitian Marsela & Putra (2021) keakuratan kode diagnosis

pada stroke tingkat persentase ketidakakuratannya adalah 68% dari 57 sampel yang

disebabkan karena kurang telitinya coder dalam pemberian kode terhadap diagnosis

yang telah ditulis oleh dokter, dokter tidak menuliskan diagnosis pada rekam medis

pasien dan masih menggunakan singkatan.


26

B. Pembahasan

1. Persentase ketidakakuratan kode diagnosis pada stroke

Pada hasil penelitian Rahmawati & Utami (2020) terdapat persentase

kode diagnosis pada stroke yang akurat sebanyak 56% (56 rekam medis)

sedangkan persentase kode diagnosis pada stroke dalam kategori tidak akurat

sebanyak 44% (44 rekam medis). Adapun penelitian yang dilakukan oleh

Mardaiawati & Akika (2020) terdapat 58,1% ketidakakuratan kode diagnosis

dari 51 sampel. Dan penelitian yang dilakukan oleh Sari & Wariyanti (2017)

kode diagnosis pada stroke yang akurat sebanyak 31 (72,10%) rekam medis,

dan yang tidak akurat sebanyak 12 (27,90%) rekam medis.

Dalam penelitian Supriyadi (2018) berdasarkan perhitungan jumlah

persentase keakuratan kode diagnosis pada stroke sebanyak 83%

(83 rekam medis) dan persentase ketidakakuratannya sebanyak 17% (17 rekam

medis). Sedangkan pada penelitian Marsela & Putra (2021) masih banyak

ditemukannya kode diagnosis pada stroke yang tidak akurat sebanyak 68%

(39 rekam medis) dan kode diagnosis yang akurat sebanyak 32% (18 rekam

medis).

Dari ke-5 jurnal yang telah ditelaah menunjukkan bahwa

ketidakakuratan kode diagnosis pada stroke masih dalam kategori tinggi.

Dimana ke-5 jurnal tersebut hanya 1 yang memiliki persentase ketidakakuratan

kodenya rendah sebesar 17% pada jurnal penelitian [4]. Sedangkan ke-4 jurnal
27

lainnya, 44% pada jurnal penelitian [1], 58% pada jurnal penelitian [2],

68% pada jurnal penelitian [5], dan 27,90% pada jurnal penelitian [3].

Tingginya persentase ketidakakuratan kode Diagnosis pada penyakit

stroke yang telah di telaah menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi

banyaknya kode yang tidak akurat ialah tidak lengkapnya atau akuratnya

karakter ke-4 pada kode penyakit stroke, yang dimana kode tersebut merupakan

kode pemeriksaan penunjang, yang biasanya tidak diisi oleh dokter pada rekam

medis pasien.

Penelitian ini sesuai dengan teori Hatta dalam Harti el al., dikatakan

bahwa standar pengukuran kinerja pengkodean secara kualitatif dinyatakan

tepat apabila >80% dan disebut terbaik apabila 100% (Harti el al,. 2016).

Perbandingan hasil antara jurnal yang membahas tentang keakuratan

kode diagnosis penyakit pada stroke yang dilakukan terhadap hasil penelitian

dari masing-masing jurnal dan penyebab ketidakakuratan kode diagnosis

penyakit pada stroke, dimana salah satu jurnal yang memiliki persentase

ketidakakuratan kode paling tinggi sebanyak 68% terdapat pada jurnal

penelitian. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi dalam

melakukan pengkodean diagnosis.

Penelitian ini tidak sesuai dengan teori WHO dalam Maryati el al.,

(2018) bahwa kode diagnosis yang tidak akurat akan mempengaruhi kualitas

data statistik dan pembayaran biaya kesehatan dengan sistem casemix, juga
28

menyebabkan data tidak akurat dan menghasilkan tarif yang salah (Maryati el

al., 2018).

Penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori Supriyadi (2018) bahwa

Koding dilakukan oleh seseorang yang benar-benar terampil di dalam

bidangnya yang disebut juga dengan koder dengan menggunakan alat bantu

diantaranya buku ICD (International Statistical classification of Diseases and

related health problems) (Supriyadi, 2018).

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diketahui bahwa

persentase ketidakakuratan kode diagnosis pada stroke masih sangat tinggi.

Dalam menentukan sebuah kode penyakit maupun tindakan harus tepat dan

akurat terutama dalam melakukan pengkodean pada penyakit stroke. Karena

hal ini dapat mempengaruhi proses pembayaran, indeks penyakit, dan laporan

morbiditas dan mortalitas pada rumah sakit.

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan kode diagnosis pada stroke.

Faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan kode diagnosis pada

stroke, disebabkan oleh tulisan dokter yang tidak terbaca, keterbatasan ilmu

pengetahuan koder dan penggunaan singkatan. Terdapat pada jurnal penelitian

[1]. Adapun faktor lainnya yang disebabkan karena tidak terbacanya tulisan

dokter, penggunaan singkatan penulisan diagnosis yang tidak sesuai aturan dan

masih di temukan resume keluar pasien yang tidak lengkap. Terdapat pada

jurnal penelitian [2].


29

Dari hasil penelitian pada jurnal [3], faktor ketidakakuratan kode

diagnosis dapat disebabkan karena kesalahan koder dalam mengkode pada

karakter ke-3 dan kurang teliti dalam memperhatikan keseluruhan informasi

penunjang.

Dalam jurnal penelitian [4], merupakan jurnal penelitian yang tingkat

ketidakakuratannya rendah, dan ketidakakuratan itu disebabkan kurangnya

pengetahuan dari koder, dan bentuk formulir kurang terpadu dalam mendukung

koder melakukan reseleksi. Sedangkan pada jurnal penelitian [5], merupakan

tingkat ketidakakuratan kodenya yang paling tinggi dan hal ini disebabkan

karena kurang telitinya koder dalam pemberian kode terhadap diagnosis yang

telah ditulis oleh dokter, dokter tidak menuliskan diagnosis pada rekam medis

pasien dan masih menggunakan singkatan.

Dari analisis ke-5 jurnal di atas yang telah dijelaskan menunjukkan

bahwa faktor yang paling banyak mempengaruhi ketidakakuratan kode

diagnosis adalah kurang pengetahuan koder dalam melakukan pengkodean,

dimana pengetahuan koder sangatlah mempengaruhi proses dalam mengkode

diagnosis pasien, untuk menghasilkan kode diagnosis yang lengkap dan akurat

pada rekam medis pasien.

Dalam kelengkapan kode diagnosis pada rekam medis pasien yang

dilakukan oleh koder, dimana dilihat dari prosedur dalam pemberian kode

diagnosis berdasarkan ICD-10 yang tidak dijalankan sesuai dengan aturan yang

berlaku. Artinya kelengkapan kode yang diberikan oleh koder masih belum bisa
30

dikatakan lengkap, karena belum memenuhi kriteria yang diinginkan. Jika kode

tidak diisi dengan lengkap maka belum bisa dikatakan akurat.

Oleh karena itu, sebaiknya pada saat melakukan pengkodean diagnosis

penyakit, petugas berpedoman dengan menggunakan ICD-10 dan buku

terminologi medis agar tidak ada lagi kode yang tidak akurat dan tidak lengkap.

Apabila masih ada kode yang tidak akurat dan tidak lengkap maka akan

berdampak pada pembiayaan pasien, kualitas pelayanan rumah sakit, dan hasil

pelaporan.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Hatta dalam Harti el al,.(2016)

bahwa kualitas petugas koding pada unit rekam medis di rumah sakit dapat

dilihat dari latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan pelatihan terkait

yang pernah diikuti.

Adapun faktor lainnya yang dikarenakan dokter penanggung jawab itu

sendiri dalam melakukan penulisan pada rekam medis pasien yaitu tulisannya

yang tidak dapat dibaca oleh petugas koding, juga menggunakan

singkatan-singkatan yang sulit diartikan oleh koder, dan tidak melengkapi

rekam medis pasien terutama pada lembaran pemeriksaan penunjang. Hal ini

dapat dikonfirmasi oleh petugas medis kepada dokter yang bertanggung jawab

untuk menanyakan terkait kurang jelasnya penulisan dan kelengkapan rekam

medis pasien tersebut.


31

Dalam hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 pasal 2 ayat 1 yang

berbunyi “Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau

secara elektronik” dan pasal 5 ayat 2 berbunyi “rekam medis sebagaimana

dimaksud pada ayat 1 harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien

menerima pelayanan”.

Tenaga medis (dokter) sebagai pemberi pelayanan utama pada seorang

pasien bertanggung jawab atas kelengkapan dan kebenaran data dokumentasi,

khususnya data klinik, yang tercantum dalam dokumen rekam medis.

Data klinik berupa riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosa, perintah

pengobatan, laporan operasi atau prosedur lain merupakan input yang akan

dikoding oleh petugas koding di bagian rekam medis (Muswati, 2016).

Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan kode

diagnosis pada stroke salah satunya adalah petugas koding itu sendiri atau

perekam medis yang pengetahuannya masih kurang dalam memperhatikan tata

cara pengkodean, dan faktor lainnya yaitu petugas medis (dokter) yang dimana

tulisannya sulit untuk dibaca oleh petugas koding, dan kurang dalam

melengkapi rekam medis pasien. Hal ini sangat mempengaruhi dalam

melakukan klaim data pasien pada rumah sakit.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari ke-5 jurnal yang telah ditelaah menunjukkan bahwa ketidakakuratan kode

diagnosis pada stroke masih dalam kategori tinggi dimana terdapat 4 jurnal

yang memiliki ketidakakuratan kode diagnosisnya kurang baik dikarenakan

memiliki persentase ketidakakuratan yang tinggi sebanyak 68% sedangkan

hanya 1 jurnal yang memiliki persentase ketidakakuratan kodenya bisa

dikatakan rendah sebesar 17%.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan kode diagnosis pada stroke

yaitu tulisan dokter yang tidak bisa dibaca dan rekam medis yang tidak lengkap,

petugas koding atau koder yang kurang teliti, kurangnya pengetahuan dan

keterbatasan ilmu koder dalam melakukan pengkodean. Petugas koding yang

masih kurang kompeten tidak teliti dalam memperhatikan informasi

penunjangnya dalam rekam medis pasien.

B. Saran

1. Sebaiknya koder atau petugas koding dapat lebih teliti dalam melakukan

pengkodean penyakit maupun tindakan pada rekam medis pasien dan harus

sering melakukan crosscheck pada ICD-10 Volume 1 untuk disesuaikan dengan

diagnosisnya, agar kode yang dihasilkan dapat lebih akurat.

32
33

2. Sebaiknya perekam medis maupun tenaga medis lainnya, baik dokter dan
perawat, dapat bersosialisasi dan berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya.

Dalam rangka melengkapi rekam medis yang sesuai dengan standar prosedur

untuk menghasilkan kode yang akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Erawantini, f., & chairina, r. R. L. (2016). Analisis faktor risiko stroke berdasarkan
telaah berkas rekam medis periode 2015 di rs jember klinik. Prosiding seminar
hasil penelitian dan pengabdian masyarakat danaboptntahun2016,11–16.
Https://publikasi.polije.ac.id/index.php/prosiding/article/viewfile/210/212

Kanggeraldo, j., sari, r. P., & zul, m. I. (2018). Sistem pakar untuk mendiagnosis
penyakit stroke hemoragik dan iskemik menggunakan metode dempster shafer.
Jurnal resti (rekayasa sistem dan teknologi informasi), 2(2), 498–505.
Https://doi.org/10.29207/resti.v2i2.268

Maimun nur, j. N., & dkk. (2018). Pengaruh kompetensi coder terhadap keakuratan
dan ketepatan pengkodean menggunakan icd-10. Kesmas, 1(1).

Mardiawati, d., & akika, t. F. (2020). Identifikasi keakuratan kode underlyimg cause of
death (ucod) kasus stroke berdasarkan icd-10 di rumah sakit tk.iii dr.
Reksowidiwiryo padang. Administration & health information of journal,(1),10–
18. Http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi/article/download/2/11

Marsela, p., & putra, d. M. (2021). Studi literatur tentang keakuratan kodefikasi
diagnosis penyakit stroke. 2(1), 118–125.

Maryati, w., wannay, a. O., & suci, d. P. (2018). Hubungan kelengkapan informasi
medis dan keakuratan kode diagnosis diabetes mellitus. Jurnal rekam medis dan
informasi kesehatan, 1(2), 96. Https://doi.org/10.31983/jrmik.v1i2.3852

Muswati, i. J. (2016). Perilaku pencegahan komplikasi stroke pada penderita


hipertensi. 15. Pelaksanaan pengkodean diagnosa penyakit. (2020). 1(2), 177–
185.

Peraturan Menteri Kesehatan No 269/MENKES/PER/III. (2008). Peraturan Menteri


Kesehatan No 269/MENKES/PER/III/2008.

Prof. Dr. Suryana, Ms. (2012). Metodologi Penelitian : Metodologi Penelitian Model
Prakatis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia,
1–243. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Rahmawati, E. N., & Utami, T. D. (2020). Hubungan Ketepatan Penulisan Terminologi


Medis Terhadap Keakuratan Kode Pada Sistem Cardiovascular Di Rumah Sakit
Panti Waluyo Surakarta. Jurnal Manajemen Informasi

34
35

Sari, s. M. E., & wariyanti, a. S. (2017). Keakuratan kode diagnosis stroke di rumah
sakit islam amal sehat sragen. Stikes mitra husada karanganyar, 11(2), 90.

Supriyadi, a. (2018). Tinjauan ketepatan kode diagnosis stroke penyebab dasar


kematian berdasarkan icd-10 occupation of the precision of the main diagnosis
code. 1, 1–6.

Syafitri, e., & novita, d. (2021). Diagnosa pasien rawat inap dengan dispute klaim
inacbg ’ s. 2(1), 43–50.

STIKES Panakkukang. D3 RMIK. Pedoman karya tulis ilmiah literature review.


RIWAYAT HIDUP PENULIS

Agiel Pratiwi lahir di Makassar tanggal 22 Juli 2000 dari pasangan

Bapak Djamaluddin Saleh dan Ibu Halija, penulis adalah anak ketiga

dari 3 bersaudara. Penulis bertempat tinggal di Pattunuang Lr.5.

Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar pada tahun (2007-2012)

di SD Inpres Antang I, kemudian melanjutkan Pendidikan Sekolah

Menengah Pertama tahun (2012-2015) di SMP Negeri 17 Makassar, setelah itu

menyelesaikan Sekolah Menengah Kejuruan pada tahun (2015-2018) di SMK Pratidina

Makassar. Selanjutnya pada tahun 2018 penulis melanjutkan perkuliahan di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Panakukkang Makassar dengan mengambil jurusan

D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

You might also like