You are on page 1of 14

ANGGARAN DASAR

BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA


(BANI)

Pasal 1
(1) Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) adalah sebuah badan
yang didirikan atas prakarsa Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
Indonesia, yang bertujuan memberikan penyelesaian yang adil dan
cepat dalam sengketa-sengketa perdata yang timbul mengenai soal-
soal perdagangan, industri dan keuangan, baik yang bersifat
nasional maupun yang bersifat internasional.
(2) Dalam melakukan tugasnya tersebut BANI adalah bebas (otonom)
dan tidak boleh dicampuri oleh sesuatu kekuasaan lain.
(3) Tanpa adanya suatu sengketa, BANI dapat menerima per-mintaan
yang diajukan oleh para pihak dalam suatu perjanjian, untuk
memberikan suatu pendapat yang mengikat mengenai sesuatu
persoalan berkenaan dengan perjanjian-perjanjian tersebut.

Pasal 2
Badan Arbitrase Nasional Indonesia didirikan untuk waktu yang tidak
ditentukan lamanya, berkedudukan di Jakarta dan mem-punyai cabang-
cabangnya di tempat-tempat lain di Indonesia yang dianggap perlu,
setelah diadakan mufakat dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
Indonesia.

Pasal 3
(1) Badan Arbitrase Nasional Indonesia terdiri atas seorang ketua,
seorang wakil ketua, beberapa orang anggota tetap, bebera-pa
orang anggota tidak tetap dan sebuah sekretariat yang dipim-pin
oleh seorang sekretaris.
(2) Mereka diangkat dan diberhentikan atas pengusulan Badan
Arbitrase Nasional Indonesia oleh Kamar Dagang dan Industri.

379
Pasal 4
(1) Apabila perjanjian arbitrase atau klausula arbitrase menun-juk
BANI sebagai badan arbitrase yang akan memutusi sengketa, atau
apabila dengan tegas disebutkan bahwa pemutusan sengketa akan
dilakukan oleh sesuatu badan arbitrase menurut “Peraturan
Prosedur BANI”, maka sengketa akan diperiksa dan diputus
menurut ketentuan-ketentuan yang berikut.
(2) Adalah diperbolehkan bahwa BANI atas persetujuan kedua belah
pihak memeriksa dan memutusi suatu sengketa dengan memakai
ketentuan-ketentuan prosedur yang menyimpang dari ketentuan-
ketentuan tersebut. Persetujuan yang demikian harus diadakan
dengan tegas dan tertulis.

Pasal 5
(1) Apabila perjanjian yang menyerahkan pemutusan sengketa kepada
arbiter/badan arbitrase atau klausula arbitrase dianggapnya sudah
mencukupi, maka ketua BANI mengeluarkan perintah untuk
menyampaikan salinan dari surat permohonan kepada si termohon,
disertai perintah untuk menanggapi permohonan tersebut dan
memberikan jawabannya secara tertulis dalam waktu tiga puluh
hari.
(2) Dalam jawaban tersebut si termohon harus pula menunjuk
(memilih) seorang arbiter atau menyerahkan penunjukan arbiter itu
kepada ketua BANI. Jika dalam jawaban tersebut tidak ditun-juk
seorang arbiter, maka dianggap bahwa si termohon menyerah-kan
penunjukan arbiter itu kepada ketua BANI.
(3) Dalam halnya para pihak telah menunjuk arbiter mereka masing-
masing, maka ketua BANI menunjuk seorang arbiter yang akan
mengetuai majelis arbiter yang akan memeriksa sengketa.
Penunjukan arbiter yang akan mengetuai majelis itu dilakukan
dengan mengindahkan usul-usul dari para arbiter masing-masing
pihak yang untuk itu dipersilakan masing-masing mengajukan dua
calon yang dipilihnya dari para anggota BANI.
(4) Apabila para pihak tidak menunjuk seorang arbiter, maka ketua
BANI akan menunjuk suatu team terdiri atas tiga orang arbiter
yang akan memeriksa dan memutusi sengketa. Jika sengketa

380
dianggapnya sederhana dan mud ah, ia akan menunjuk seorang
arbiter tunggal untuk memeriksa dan memutusinya.
(5) Arbiter-arbiter yang ditunjuk oleh ketua BANI tersebut di atas
dipilihnya dari para anggota BANI.
(6) Apabila satu pihak mempunyai keberatan terhadap seorang arbiter
yang ditunjuk oleh ketua BANI, ia diwajibkan mengajukan
alasannya. Apabila alasan itu diterima, ketua BANI akan menunjuk
arbiter lain.

Pasal 6
Majelis (team) arbiter yang dibentuk atau arbiter tunggal yang ditunjuk
menurut ketentuan-ketentuan pasal yang lalu, akan memeriksa dan
memutusi sengketa antara kedua belah pihak, atas nam a BANI, dan
menjalankan semua kewenangan BANI yang berkenaan dengan
pemeriksaan dan pemutusan sengketa.

Pasal 7
(1) Segera setelah diterimanya jawaban dari si termohon, atas perintah
ketua BANI salinan dari jawaban tersebut diserahkan kepada si
pemohon.
(2) Bersamaan dengan itu ketua BANI memerintahkan kepada kedua
pihak untuk menghadap di muka sidang arbitrase pada waktu yang
ditetapkan selambat-lambatn ya empat belas hari ter-hitung mulai
hari dikeluarkannya perintah itu, dengan pemberi-tahuan bahwa
mereka boleh mewakilkan kepada seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus.

Pasal 8
Juga apabila si termohon, setelah lewatnya tiga puluh hari tersebut
dalam Pasal 5, tidak menyampaikan jawabannya, ketua akan
memerintahkan pemanggilan kedua pihak dengan cara seperti
disebutkan dalam ayat 2 pasal yang lalu.

Pasal 9

381
(1) Dalam jawabannya atau paling lambat pada hari sidangpcr-tama si
termohon dapat mengajukan suatu tuntutan balasan.
(2) Tuntutan balasan ini oleh majelis arbiter akan diperiksa dan
diputus bersama-sama dengan tuntutan ash si pemohon.

Pasal 10
Apabila pada hari yang telah ditetapkan, si pemohon, tanpa sesuatu
alasan yang sah, tidak datang menghadap, sedangkan ia telah dipanggil
secara patut, maka majelis akan menggugurkan permohonan arbitrase.

Pasal 11
Apabila pada hari yang telah ditetapkan itu si termohon, tanpa sesuatu
alasan yang sah, tidak datang menghadap, sedangkan ia telah dipanggil
secara patut, maka ketua akan memerintahkan supaya ia dipanggil
sekali lagi untuk menghadap di muka sidang pada waktu kemudian
yang ditetapkan selambat-lambatnya empat belas hari lagi sejak
dikeluarkannya perintah tersebut.

Pasal 12

Apabila pada hari yang telah ditetapkan lagi itu si termohon tanpa
sesuatu alasan yang sah tidak dapat menghadap juga, maka
pemeriksaan akan ditemskan tanpa hadirnya si termohon dan tun tu tan
si pemohon akan dikabulkan, kecuali tun tut an itu oleh majelis
dianggap tidak berdasarkan hukum atau keadilan.

Pasal 13
(1) Apabila kedua belah pihak datang menghadap, maka terle-bih
dahulu majelis akan mengusahakan tercapainya suatu perdamaian.
(2) Apabila usaha tersebut berhasil, maka majelis akan mem-buatkan
suatu akte perdamaian dan menghukum kedua belah pihak untuk
memenuhi perdamaian tersebut.

382
(3) Apabila usaha untuk mencapai perdamaian tidak berhasil, maka
BANI akan meneruskan pemeriksaan terhadap pokok sengketa
yang dimintakan keputusan itu.

Pasal 14
(1) Kedua belah pihak dipersilakan untuk menjelaskan masing-masing
pendirian serta mengajukan bukti-bukti yang oleh mereka dianggap
perlu untuk menguatkannya.
(2) Apabila dianggap perlu, ketua, baik atas permintaan para pihak
maupun atas prakarsa BANI sendiri, dapat memanggil saksi-saksi
atau ahli-ahli untuk didengar keterangan mereka.
(3) Pihak yang minta dipanggilnya saksi/ahli, harus membayar lebih
dahulu kepada sekretaris segala biaya pemanggilan dan perjalanan
saksi/ahli tersebut.
(4) Sebelum memberikan keterangan mereka, para saksi maupun ahli
dapat disumpah terlebih dahulu bahwa mereka hanya akan
menerangkan apa yang mereka ketahui dengan sungguh-sungguh.
(5) Semua pemeriksaan dilakukan dengan pintu tertutup.

Pasal 15
(1) Selama belum dijatuhkan putusan, pemohon dapat mencabut
permohonannya.
(2) Apabila sudah ada jawaban dari termohon, pencabutan tersebut
hanya diperbolehkan dengan persetujuan termohon.
(3) Apabila pemeriksaan belum dimulai, maka biaya pemeriksa-an
dikembalikan seluruhnya kepada pemohon.
(4) Apabila pemeriksaan sudah dimulai, dari biaya tersebut
dikembalikan sebagian menurut ketetapan ketua BANI
sebagaimana dianggapnya pantas.

Pasal 16
(1) Apabila majelis menganggap pemeriksaan telah cukup, maka ketua
akan menutup pemeriksaan itu dan menetapkan suatu hari sidang
untuk mengucapkan putusan yang akan diambil.

383
(2) Majelis akan mengambil putusan dalam waktu satu bulan setelah
ditutupnya pemeriksaan.

Pasal 17
Dalam putusan dapat ditetapkan suatu jangka waktu dalam mana
putusan itu harus dipenuhi.

Pasal 18
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tanpa dipenuhinya putusan,
ketua BANI akan menyerahkan putusan kepada ketua Pengadilan
Negeri yang berwenang, untuk dijalankan.

Pasal 19
Putusan dijalankan menurut ketentuan-ketentuan dimuat dalam pasal
637 dan 639 “Reglement op de Rechtsvordering”.

Pasal 20
Biaya arbitrase ditetapkan dalam suatu peraturan tersendiri yang
menjadi lampiran dari “Peraturan Prosedur” ini.

Pasal 21
(1) Apabila tuntutannya sepenuhnya dikabulkan atau pendirian si
pemohon seluruhnya dibenarkan, biaya administrasi/pemeriksaan
dipikulkan kepada si termohon.
(2) Apabila tuntutan ditolak, biaya administrasi/pemeriksaan dipikul­
kan kepada si pemohon.
(3) Apabila tuntutan sebagian dikabulkan, biaya administrasi/
pemeriksaan dibagi antara kedua pihak menurut ketetapan yang
dianggap adil oleh BANI.
(4) Honorarium bagi para arbiter selamanya dipikul oleh kedua belah
pihak, masing-masing separuh.

384
Pasal 22
(1) Biaya pelaksanaan (eksekusi) suatu putusan arbitrase ditetapkan
dengan suatu peraturan bersama antara ketua BANI dengan para
ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
(2) Biaya pelaksanaan (eksekusi) tersebut dibebankan kepada pihak
yang telah dikalahkan dan tidak secara sukarela memenuhi putusan.

Pasal 23
Apabila dalam prosedur ada sesuatu hal yang tidak telah diatur
dalam peraturan ini, maka BANI akan menetapkan suatu ketentuan
mengenai itu.

385
ANGGARAN DASAR
BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA
(BANI)

Pasal 1
(1) Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) adalah sebuah badan
yang didirikan atas prakarsa Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
Indonesia, yang bertujuan memberikan penyelesaian yang adil dan
cepat dalam sengketa-sengketa perdata yang timbul mengenai soal-
soal perdagangan, industri dan keuangan, baik yang bersifat
nasional maupun yang bersifat internasional.
(2) Dalam melakukan tugasnya tersebut BANI adalah bebas (otonom)
dan tidak boleh dicampuri oleh sesuatu kekuasaan lain.
(3) Tanpa adanya suatu sengketa, BANI dapat menerima per-mintaan
yang diajukan oleh para pihak dalam suatu perjanjian, untuk
memberikan suatu pendapat yang mengikat mengenai sesuatu
persoalan berkenaan dengan perjanjian-perjanjian tersebut.

Pasal 2
Badan Arbitrase Nasional Indonesia didirikan untuk waktu yang tidak
ditentukan lamanya, berkedudukan di Jakarta dan mem-punyai cabang-
cabangnya di tempat-tempat lain di Indonesia yang dianggap perlu,
setelah diadakan mufakat dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
Indonesia.

Pasal 3
(1) Badan Arbitrase Nasional Indonesia terdiri atas seorang ketua,
seorang wakil ketua, beberapa orang anggota tetap, bebera-pa
orang anggota tidak tetap dan sebuah sekretariat yang dipim-pin
oleh seorang sekretaris.
(2) Mereka diangkat dan diberhentikan atas pengusulan Badan
Arbitrase Nasional Indonesia oleh Kamar Dagang dan Industri.

379
Pasal 4
(1) Apabila perjanjian arbitrase atau klausula arbitrase menun-juk
BANI sebagai badan arbitrase yang akan memutusi sengketa, atau
apabila dengan tegas disebutkan bahwa pemutusan sengketa akan
dilakukan oleh sesuatu badan arbitrase menurut “Peraturan
Prosedur BANI”, maka sengketa akan diperiksa dan diputus
menurut ketentuan-ketentuan yang berikut.
(2) Adalah diperbolehkan bahwa BANI atas persetujuan kedua belah
pihak memeriksa dan memutusi suatu sengketa dengan memakai
ketentuan-ketentuan prosedur yang menyimpang dari ketentuan-
ketentuan tersebut. Persetujuan yang demikian harus diadakan
dengan tegas dan tertulis.

Pasal 5
(1) Apabila perjanjian yang menyerahkan pemutusan sengketa kepada
arbiter/badan arbitrase atau klausula arbitrase dianggapnya sudah
mencukupi, maka ketua BANI mengeluarkan perintah untuk
menyampaikan salinan dari surat permohonan kepada si termohon,
disertai perintah untuk menanggapi permohonan tersebut dan
memberikan jawabannya secara tertulis dalam waktu tiga puluh
hari.
(2) Dalam jawaban tersebut si termohon harus pula menunjuk
(memilih) seorang arbiter atau menyerahkan penunjukan arbiter itu
kepada ketua BANI. Jika dalam jawaban tersebut tidak ditun-juk
seorang arbiter, maka dianggap bahwa si termohon menyerah-kan
penunjukan arbiter itu kepada ketua BANI.
(3) Dalam halnya para pihak telah menunjuk arbiter mereka masing-
masing, maka ketua BANI menunjuk seorang arbiter yang akan
mengetuai majelis arbiter yang akan memeriksa sengketa.
Penunjukan arbiter yang akan mengetuai majelis itu dilakukan
dengan mengindahkan usul-usul dari para arbiter masing-masing
pihak yang untuk itu dipersilakan masing-masing mengajukan dua
calon yang dipilihnya dari para anggota BANI.
(4) Apabila para pihak tidak menunjuk seorang arbiter, maka ketua
BANI akan menunjuk suatu team terdiri atas tiga orang arbiter
yang akan memeriksa dan memutusi sengketa. Jika sengketa

380
dianggapnya sederhana dan mud ah, ia akan menunjuk seorang
arbiter tunggal untuk memeriksa dan memutusinya.
(5) Arbiter-arbiter yang ditunjuk oleh ketua BANI tersebut di atas
dipilihnya dari para anggota BANI.
(6) Apabila satu pihak mempunyai keberatan terhadap seorang arbiter
yang ditunjuk oleh ketua BANI, ia diwajibkan mengajukan
alasannya. Apabila alasan itu diterima, ketua BANI akan menunjuk
arbiter lain.

Pasal 6
Majelis (team) arbiter yang dibentuk atau arbiter tunggal yang ditunjuk
menurut ketentuan-ketentuan pasal yang lalu, akan memeriksa dan
memutusi sengketa antara kedua belah pihak, atas nam a BANI, dan
menjalankan semua kewenangan BANI yang berkenaan dengan
pemeriksaan dan pemutusan sengketa.

Pasal 7
(1) Segera setelah diterimanya jawaban dari si termohon, atas perintah
ketua BANI salinan dari jawaban tersebut diserahkan kepada si
pemohon.
(2) Bersamaan dengan itu ketua BANI memerintahkan kepada kedua
pihak untuk menghadap di muka sidang arbitrase pada waktu yang
ditetapkan selambat-lambatn ya empat belas hari ter-hitung mulai
hari dikeluarkannya perintah itu, dengan pemberi-tahuan bahwa
mereka boleh mewakilkan kepada seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus.

Pasal 8
Juga apabila si termohon, setelah lewatnya tiga puluh hari tersebut
dalam Pasal 5, tidak menyampaikan jawabannya, ketua akan
memerintahkan pemanggilan kedua pihak dengan cara seperti
disebutkan dalam ayat 2 pasal yang lalu.

Pasal 9

381
(1) Dalam jawabannya atau paling lambat pada hari sidangpcr-tama si
termohon dapat mengajukan suatu tuntutan balasan.
(2) Tuntutan balasan ini oleh majelis arbiter akan diperiksa dan
diputus bersama-sama dengan tuntutan ash si pemohon.

Pasal 10
Apabila pada hari yang telah ditetapkan, si pemohon, tanpa sesuatu
alasan yang sah, tidak datang menghadap, sedangkan ia telah dipanggil
secara patut, maka majelis akan menggugurkan permohonan arbitrase.

Pasal 11
Apabila pada hari yang telah ditetapkan itu si termohon, tanpa sesuatu
alasan yang sah, tidak datang menghadap, sedangkan ia telah dipanggil
secara patut, maka ketua akan memerintahkan supaya ia dipanggil
sekali lagi untuk menghadap di muka sidang pada waktu kemudian
yang ditetapkan selambat-lambatnya empat belas hari lagi sejak
dikeluarkannya perintah tersebut.

Pasal 12

Apabila pada hari yang telah ditetapkan lagi itu si termohon tanpa
sesuatu alasan yang sah tidak dapat menghadap juga, maka
pemeriksaan akan ditemskan tanpa hadirnya si termohon dan tun tu tan
si pemohon akan dikabulkan, kecuali tun tut an itu oleh majelis
dianggap tidak berdasarkan hukum atau keadilan.

Pasal 13
(1) Apabila kedua belah pihak datang menghadap, maka terle-bih
dahulu majelis akan mengusahakan tercapainya suatu perdamaian.
(2) Apabila usaha tersebut berhasil, maka majelis akan mem-buatkan
suatu akte perdamaian dan menghukum kedua belah pihak untuk
memenuhi perdamaian tersebut.

382
(3) Apabila usaha untuk mencapai perdamaian tidak berhasil, maka
BANI akan meneruskan pemeriksaan terhadap pokok sengketa
yang dimintakan keputusan itu.

Pasal 14
(1) Kedua belah pihak dipersilakan untuk menjelaskan masing-masing
pendirian serta mengajukan bukti-bukti yang oleh mereka dianggap
perlu untuk menguatkannya.
(2) Apabila dianggap perlu, ketua, baik atas permintaan para pihak
maupun atas prakarsa BANI sendiri, dapat memanggil saksi-saksi
atau ahli-ahli untuk didengar keterangan mereka.
(3) Pihak yang minta dipanggilnya saksi/ahli, harus membayar lebih
dahulu kepada sekretaris segala biaya pemanggilan dan perjalanan
saksi/ahli tersebut.
(4) Sebelum memberikan keterangan mereka, para saksi maupun ahli
dapat disumpah terlebih dahulu bahwa mereka hanya akan
menerangkan apa yang mereka ketahui dengan sungguh-sungguh.
(5) Semua pemeriksaan dilakukan dengan pintu tertutup.

Pasal 15
(1) Selama belum dijatuhkan putusan, pemohon dapat mencabut
permohonannya.
(2) Apabila sudah ada jawaban dari termohon, pencabutan tersebut
hanya diperbolehkan dengan persetujuan termohon.
(3) Apabila pemeriksaan belum dimulai, maka biaya pemeriksa-an
dikembalikan seluruhnya kepada pemohon.
(4) Apabila pemeriksaan sudah dimulai, dari biaya tersebut
dikembalikan sebagian menurut ketetapan ketua BANI
sebagaimana dianggapnya pantas.

Pasal 16
(1) Apabila majelis menganggap pemeriksaan telah cukup, maka ketua
akan menutup pemeriksaan itu dan menetapkan suatu hari sidang
untuk mengucapkan putusan yang akan diambil.

383
(2) Majelis akan mengambil putusan dalam waktu satu bulan setelah
ditutupnya pemeriksaan.

Pasal 17
Dalam putusan dapat ditetapkan suatu jangka waktu dalam mana
putusan itu harus dipenuhi.

Pasal 18
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tanpa dipenuhinya putusan,
ketua BANI akan menyerahkan putusan kepada ketua Pengadilan
Negeri yang berwenang, untuk dijalankan.

Pasal 19
Putusan dijalankan menurut ketentuan-ketentuan dimuat dalam pasal
637 dan 639 “Reglement op de Rechtsvordering”.

Pasal 20
Biaya arbitrase ditetapkan dalam suatu peraturan tersendiri yang
menjadi lampiran dari “Peraturan Prosedur” ini.

Pasal 21
(1) Apabila tuntutannya sepenuhnya dikabulkan atau pendirian si
pemohon seluruhnya dibenarkan, biaya administrasi/pemeriksaan
dipikulkan kepada si termohon.
(2) Apabila tuntutan ditolak, biaya administrasi/pemeriksaan dipikul­
kan kepada si pemohon.
(3) Apabila tuntutan sebagian dikabulkan, biaya administrasi/
pemeriksaan dibagi antara kedua pihak menurut ketetapan yang
dianggap adil oleh BANI.
(4) Honorarium bagi para arbiter selamanya dipikul oleh kedua belah
pihak, masing-masing separuh.

384
Pasal 22
(1) Biaya pelaksanaan (eksekusi) suatu putusan arbitrase ditetapkan
dengan suatu peraturan bersama antara ketua BANI dengan para
ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
(2) Biaya pelaksanaan (eksekusi) tersebut dibebankan kepada pihak
yang telah dikalahkan dan tidak secara sukarela memenuhi putusan.

Pasal 23
Apabila dalam prosedur ada sesuatu hal yang tidak telah diatur
dalam peraturan ini, maka BANI akan menetapkan suatu ketentuan
mengenai itu.

385

You might also like