You are on page 1of 4

i

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Haji merupakan rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat,
shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang
dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan)
dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab
Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (Wikipedia, 2014). Hal ini
ditegaskan oleh firman Allah Q.S Ali-Imran (3 : 97):
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam”.
Ayat di atas menunjukkan bahwa mampu merupakan syarat wajib haji. Syarat
mampu dalam haji yaitu seseorang sehat fisiknya dan punya harta untuk bekal dan
perjalanan tanpa menyusahkan diri, tidak ada penyakit yang menghalangi, tidak ada
kemalasan atau musuh yang merintangi, begitu pula tidak lemah untuk berjalan, atau
tidak dihalangi dari kurangnya perbekalan air atau bekal secara umum, maka
seseorang sudah dikenakan kewajiban haji (Tausikal, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat ibadah haji itu?
2. Apakah hukum melaksanakan ibadah haji?
3. Apa hikmah dari melaksanakan ibadah haji?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ibadah haji.
2. Untuk mengetahui hukum hukum melaksanakan ibadah haji.
3. Mengetahui hikmah melaksanakan ibadah haji.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Haji menurut bahasa atau etimologi berarti al qashd ila mu’azhzham( pergi
menuju suatu yang diagungkan ). Para ulama bahasa berdalih atas hal tersebut
dengan merujuk ujaran seorang penyair:
Aku saksikan banyak sekali datang dari auf
Yang berhaji , mengunjungi baju celup warna merah
Yang beraroma za’faran
Sang penyair ( al mukhayall as sa’ad ) menggabarkan kondisi orang yang bolak
balik ke tempat yang didiami az zarbaqon bin zabarqon yang dicelip engan minyak
za’faran . secara ekspilit mereka tidak mengunjunginya untuk mengangungkannnya.
Adapun menurut istilah atau tertimologi ,jika kalangan ahli bahasa menyebut
haji untuk segala jenis maksud berpergian atau al qoshd secaraumum maka kalangan
ahli fiqih mengkhuskannnya hanya untuk niatan datang kebaitulah guna menunaikan
ritual ritual peribadatan atau manasik tertentu . ibnu al humam mengatakan haji
adalah pergi mengunjungi tempat tempat tertentu dengan perilaku tertentu pada
waktu tertentu.
Tempat tempat tertentu yang dimasud adalahka’bah dimekkah , safa dan
marwa, muzdalifah, arafah. Sedangkan perilaku tertentunya adalah ihram , thawaf ,
sa’i, dan wuquf di arafah.
Sementarawakt tertentu nya adalah bulan syawal , dzul qa’dah,dan 10 hari
pertama dzulhijjah . inilah waktu haji secara global merujuk pada firman Allah ;
“(musim ) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi “ (QS.al baqoroh(2):197).
Adapun waktu khusu setiap untuk setiap prilaku haji memliki waktu yang utama dan
makruh dilaksanakan sebeum bulan lainnya.
Wukuf di arafah waktunya adalah sejak tergelincirmya matahari tanggal 9 dzulhijjah
hingga terbitnya waktu hari nahar ( tangal 10 dzulhijjah). Waktu thawaf fardhu, yaitu
thawaf idhafah adalah seja awal terbit fajar hari nahar samapi waktu yang tidak
terhingga . jika dilakukan dihari harinya maka haji sah . dan jika thawaf dilakukan
setelah setelah bulan bulan tersebut ,maka thawafnya tetap sah dan bermanfaat bagi
berikutnya karena hilangnya kesempatan haji tahun ini. 1
1
Azzam, A. a. (2018). Fiqih Ibadah (5 ed.). (L. Kamran As'at Irsyady, Penerj.) jakarta: Amzah.

2
3

You might also like