You are on page 1of 7

SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR

YOGYARTA, 20 AGUSTUS 2018


ISSN 1978-0176

PENENTUAN LEBAR CELAH UDARA SISTEM LEVITASI PADA


PURWARUPA MAGLEV CONVEYOR MENGGUNAKAN SISTEM
REGRESI LINIER BERGANDA

Ikhsan Mahfudin1, Supriyono2, Aliq3 , Deny Viviantoro4


1,2,3
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - Badan Tenaga Nuklir Nasional, Yogyakarta,
Indonesia
4
Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
E-mail : ikhsanmahfudin@gmail.com

ABSTRAK

PENENTUAN LEBAR CELAH UDARA SISTEM LEVITASI PADA PURWARUPA MAGLEV


CONVEYOR MENGGUNAKAN SISTEM REGRESI LINIER BERGANDA. Telah dilakukan penelitian
terkait penentuan lebar celah udara dalam sistem maglev conveyor yang dilakukan dengan menggunakan
metode sistem regresi linier berganda. Permasalahan lebar celah udara menjadi penting karena mencerminkan
tingkat kestabilan sistem maglev conveyor yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
menganalisis faktor arus eksitasi, beban dan tegangan guna menentukan secara akurat pengaruhnya terhadap
penentuan lebar celah udara dalam levitasi sistem maglev conveyor dalam rangka optimalisasi sistem kontrol
levitasi. Penelitian ini dibuat melalui proses pengambilan data sekunder dari penelitian sebelumnya, dimana
data penelitian sebelumnya direpresentasikan dengan model sistem regresi linier berganda serta dilakukan
serangkaian uji statistik. Hasil penelitian melalui perhitungan koefisien regresi diperoleh hasil persamaan
Z = 4,4006 + 1,8673X1 – 0,0847X2 dan Z = 4,4036 + 0,7992X3 – 0,0847X2 dengan : Z = lebar celah udara
(mm), X1 = arus eksitasi (A), X1 = beban (N), dan X1 = tegangan (V). Persamaan yang diperoleh memenuhi tiga
asumsi pada uji asumsi klasik yaitu residual berdistribusi normal, homoskedastisitas, non-multikolinieritas.
Kemudian berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa arus eksitasi dan beban memiliki pengaruh signifikan
terhadap lebar celah udara.

Kata kunci: levitasi, maglev, regresi linier berganda, lebar celah udara

ABSTRACT

DETERMINATION OF AIR GAP WIDTH LEVITATION SYSTEM ON PROTOTYPE MAGLEV


CONVEYOR USING MULTIPLE LINEAR REGRESSION MODELS. Research has been done to determine
the relationship between variable reported in previous research using multiple linear regression method. The
previous research has resulted experimental of air gap width measured in a maglev conveyor module. Air gap
width problem becomes important because it shows the stability level of maglev conveyor system has been
constructed. This study was conducted to analyze the relationship current, load, and voltage factors by
representing those factors into multiple linear regression to determine accurately the effect on the
determination of the air gap width in the magnetic levitation conveyor system in order to optimize the levitation
control system. This model was built using experimental data reported by previous research. The results of
research through regression coefficient test obtained the results of the equation Z = 4,4006 + 1,8673X1 –
0,0847X2 and Z = 4,4036 + 0,7992X3 – 0,0847X2 with Z = air gap width (mm), X1 = current (A), X2 = load
(N), and X3 = voltage (V). The equation satisfies three assumptions in the classical assumption test that is the
normal distributed residual, homoscedasticity, non-multicolinearity. Based on test results obtained that current
and load have a significant influence to the air gap width.

Keywords : levitation, maglev, multiple linear regression, air gap width

PENDAHULUAN mengukir paradigma peradaban manusia


bahwa teknologi menjadi kebutuhan yang tak
Perkembangan ilmu pengetahuan dan terhindarkan. Saat ini melalui hasil sumber
teknologi semakin berkembang pesat dari daya alamnya, Indonesia telah turut andil
waktu ke waktu dan tanpa disadari telah dalam pengembangan teknologi masa depan

[ 428 ]
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYARTA, 20 AGUSTUS 2018
ISSN 1978-0176

melalui pengembangan Material Logam Tanah


Jarang (LTJ)[1].

Neodymium (Nd) merupakan salah satu


unsur yang mendominasi senyawa LTJ dan
juga merupakan magnet permanen yang
berkemampuan tinggi. [1]Pengujian penerapan
olahan Magnet Neodymium untuk
mendapatkan kepercayaan konsumen dalam
rangka meningkatkan nilai ekonomisnya dapat
dilakukan melalui pengaplikasian pada
teknologi maglev sebagai sistem transportasi Gambar. 1. Design tampak depan maglev
masa depan. Namun, yang akan kami bahas conveyor
dalam tulisan ini adalah terkait penerapan
teknologi dasar (konvensional) maglev terlebih
dahulu, yaitu jenis levitasi Electromagnetic
Suspension (EMS).
Seiring sistem levitasi konvensional
dipahami dan diterapkan, maka pengembangan
teknologi maglev akan semakin pesat di
Indonesia sehingga tiba saatnya produk lokal
LTJ dimanfaatkan secara optimal pada bidang
maglev. Pengkajian serta penelitian yang dapat
dilakukan adalah menerapkan teknologi
konvensional maglev sebagai sistem Gambar. 2 Puwarupa maglev conveyor
transportasi barang jarak dekat dalam
bangunan industri, khususnya pada sistem
conveyor. Regresi Linier Berganda
Melalui penelitian yang telah dilakukan Seperti yang telah diketahui bersama
tahun 2017 oleh Deny Viviantoro tentang bahwa matematika merupakan salah satu
pengaturan lebar celah udara sistem levitasi bidang yang memiliki sumbang sih yang
pada purwarupa maglev conveyor signifikan terhadap percepatan perkembangan
menggunakan arduino, telah didapatkan data tersebut melalui model-model persamaan yang
percobaan yaitu arus eksitasi, beban, tegangan, dapat mempermudah penyelesaian suatu
dan lebar celah udara. Permasalahan yang masalah.
dihadapi adalah kestabilan lebar celah yang Salah satu metode yang sering
harus dikendalikan untuk mendapatkan levitasi digunakan untuk memodelkan suatu
yang stabil. Desain sistem kontrol perlu permasalahan yang menyangkut beberapa
dilakukan dan pola hubungan antara arus variabel yang terkait dengan sebuah
eksitasi, beban dan lebar celah perlu permasalahan adalah regresi linier dan akan
dimodelkan untuk mengatasi permasalahan lebih detail dibahas terkait dengan regresi linier
tersebut. Dalam penelitian ini, model regresi berganda.
linier berganda diusulkan untuk Regresi linier berganda adalah model
merepresentasikan data eksperimen penelitian regresi atau prediksi yang melibatkan lebih dari
sebelumnya ke dalam sebuah model sehingga satu variabel bebas atau prediktor. Istilah
pada fase selanjutnya dapat dimanfaatkan regresi linier berganda dapat disebut juga
untuk mengatur lebar celah udara sistem dengan istilah multiple liniar regression. Kata
levitasi pada purwarupa maglev conveyor yang multiple berarti jamak atau lebih dari satu
sedang dikembangkan. variabel.
Model regresi linier berganda ini akan
digunakan untuk merepresentasikan hasil
penelitian sebelumnya dan sekaligus akan
diverifikasi melalui uji-uji statistik meliputi uji
normalitas, uji multikoliniearitas, uji

[ 429 ]
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYARTA, 20 AGUSTUS 2018
ISSN 1978-0176

autokolerasi, uji heteroskedastisitas, uji Kemudian untuk mencari medan magnetik


statistik F , dan uji statistik t untuk (Pers. 3) dibutuhkan gaya magnetisasi seperti
mendapatkan model regresi linear berganda pada Pers. 2 dengan 𝜇 merupakan
yang valid. permeabilitas relativ material.

TEORI Fm NI Amp.turn
H= = ( ⁄m)
Levitasi Magnetik l l
Levitasi berasal dari bahasa Latin levis, (3)
ringan, adalah suatu proses dimana sebuah
benda terangkat melawan gravitasi dalam B = μH (4)
posisi stabil oleh sebuah gaya, tanpa kontak
fisik [2]. Magnetic levitation merupakan proses
pengangkatan sebuah objek tanpa Regresi Linier Berganda
menggunakan bantuan apapun selain medan Model regresi linier berganda
magnet. Teknologi ini telah banyak dipakai di merupakan regresi yang digunakan untuk
dunia industri dan transportasi. Sistem ini meramalkan suatu variabel tidak bebas apabila
dapat mengurangi gesekan dan suara bising semua nilai dua atau lebih variabel bebas
yang biasa ditimbulkan oleh komponen- diketahui[4]. Hubungan variabel-variabel
komponen yang saling kontak pada sistem tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
konvensional. Yi = B0 + B1 X1i + B2 X2i +…+
Bk Xki + εi (5)
Elektromagnetik dengan variabel Yi adalah variabel
Sebuah elektromagnetik pada bentuk respons, variabel BkXki disebut veriabel
yang paling sederhana merupakan sebuah prediktor, B0 disebut konstanta, dan Bk adalah
kabel yang digulung menjadi satu loop atau koefisien regresi atau nilai parameter dengan k
lebih. Kumparan atau gulungan tersebut = 1,2,3,4,5,….n serta εi sebagai kesalahan
dinamakan solenoid. Ketika arus mengalir pada pengganggu.
kumparan, sebuah medan magnet dihasilkan
sepanjang kumparan tersebut. Uji Metode Klasik
Untuk memperoleh hasil analisis data
Gaya Magnetomotive (m.m.f) yang memenuhi syarat pegujian, maka
Magnetomotive force (m.m.f.) atau gaya dilakukan pengujian asumsi klasik pada regresi
gerak magnetik merupakan besaran yang linier berganda. Uji asumsi klasik terdiri dari
menunjukkan banyaknya fluks magnet dalam uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
rangkaian elektromagnet. Gaya gerak magnetik heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
dapat diketahui dengan hukum Ohm, melalui
Pers. (1) [3]. 1. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk
Fm = N.I (ampere.lilit) (1) mengetahui apakah model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi
Dengan N adalah jumlah lilitan dan I adalah normal. Seperti diketahui bahwa uji F dan uji t
besarnya arus listrik yang melalui kumparan. mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
Gaya gerak magnetik juga dapat divari dengan distribusi normal.
menurunkan persamaan energi magnetik sesuai
persamaan berikut : 2. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah terjadinya
i2 hubungan linier antara variabel bebas dalam
Fm = C( x ) (2)
satu model regresi linier berganda[5]. Cara
untuk uji multikolinearitas dengan melihat nilai
dimana variance inflation factor (VIF). Bila VIF lebih
C = konstanta dari 10 maka terjadi multikolinearitas, begitu
i = arus listrik kumparan pula sebaliknya kalau VIF di bawah 10 maka
x = jarak benda hal tersebut tidak terjadi.

[ 430 ]
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYARTA, 20 AGUSTUS 2018
ISSN 1978-0176

3. Uji Autokolerasi 4) Membandingkan nilai t hasil perhitungan


Autokolerasi adalah terjadinya korelasi dengan nilai t menurut tabel. Bila nilai t
antara satu variabel error dengan variabel error hitung lebih besar daripada nilai t tabel
yang lainnya. Autokolerasi seringkali terjadi maka H0 ditolak dan Ha diterima.
pada data time series dan dapat juga terjadi
pada data cross section tetapi jarang[6]. METODE
Sumber Data
4. Uji Heteroskedastisitas Sumber data yang digunakan dalam
Pada model regresi linier klasik adalah penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
bahwa gangguan yang muncul bersifat penelitian oleh Deny Viviantoro. Data tersebut
homokedastisitas, yaitu semua gangguan berasal dari percobaan pengaruh tegangan, arus
tersebut mempunyai varian yang sama. eksitasi, beban, dan medan magnet terhadap
Pengujian ini untuk mengetahui apakah model lebar celah udara sistem levitasi pada
regresi layak dipakai untuk memprediksi purwarupa maglev conveyor. Data diambil
variabel terikat dipengaruhi oleh variabel pada tahun 2017 di Laboratorium Listrik
bebas. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir.

Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F) Variabel Penelitian


Uji statistik F pada dasarnya Objek pengamatan pada penelitian ini
menunjukan apakah semua variabel adalah purwarupa maglev conveyor. Variabel
independen yang dimasukkan dalam model responnya adalah lebar celah udara antara
mempunyai pengaruh secara bersama-sama elektromagnet dengan kaki kereta dan variabel
terhadap variabel terikat[7]. bebasnya adalah arus eksitasi kumparan
Berikut langkah-langkah menguji hipotesis: elektromagnetik, tegangan sumber AC, dan
1) Merumuskan hipotesis beban yang harus diangkat oleh elektromagnet.
2) Menentukan taraf signifikasi yang
digunakan sebesar α Analisis Data
3) Menentukan uji statistik nilai F Tahapan-tahapan analisis penentuan
JKR/(p) lebar celah udara sistem levitasi pada
F= (6)
JKG/(n-p-1) purwarupa maglev conveyor adalah sebagai
berikut :
Keterangan : 1. Membuat penjumlahan X1, X2, X12, X22,
p = banyaknya parameter model regresi X1X2.
n = banyaknya pengamatan 2. Menyusun hasil dalam perkalian matriks .
4) Membandingkan nilai F hasil perhitungan 3. Menyelesaikan dengan metode gauss pada
dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F aplikasi MATLAB.
hitung lebih besar daripada nilai F tabel 4. Memasukan penyelesaian ke dalam
maka H0 ditolak dan Ha diterima. pemodelan variabel Z dengan variabel
bebas arus eksitasi dan beban.
Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji 5. Subtitusi persamaan tegangan sebagai
Statistik t) fungsi arus eksitasi ke persamaan Z.
Uji ini merupakan pengujian secara 6. Diperoleh persamaan lebar celah sebagai
individu yang digunakan untuk mengetahui fungsi tegangan dan beban.
apakah masing-masing variabel independen 7. Melakukan pengujian terhadap persamaan
benar-benar memberikan pengaruh signifikan dengan memasukkan nilai acak dari
terhadapa variabel dependen[7]. tegangan dan beban.
Berikut langkah-langkah pengujian 8. Melakukan uji asumsi klasik (uji
hipotesis : normalitas, uji autokorelasi,uji
1) Merumuskan hipotesis multikoliniearitas dan heterokedastisitas).
2) Menentukan taraf signifikasi yang 9. Menguji persamaan terhadap penduga
digunakan sebesar α parameter dengan uji F untuk pengujian
3) Menentukan uji statistik nilai t bersama-sama dan pengujian secara parsial
βj
t = Se(β ) (7) dengan menggunakan uji t.
j

[ 431 ]
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYARTA, 20 AGUSTUS 2018
ISSN 1978-0176

HASIL DAN PEMBAHASAN kenaikan arus eksitasi dengan celah udara


bertambah sehingga dapat dikatakan bahwa
Pemodelan Regresi linier berganda arus eksitasi berbanding lurus dengan lebar
Pengerjaan rancang bangun maglev celah udara. Selain itu, beban yang digunakan
conveyor dilanjutkan pada analisis dengan data juga mempengaruhi lebar celah udara yang
pengujian agar didapatkan informasi terjadi. Hubungan tersebut dapat dimodelkan
karakteristik hasil penelitian. Pengujian melalui persamaan regresi linier berganda
meliputi pengujian laju kenaikan temperatur, dengan lebar celah udara sebagai variabel
pengujian gaya angkat terhadap lebar celah respons dan arus eksitasi serta beban sebagai
udara pada saat tanpa beban, dan pengujian variabel prediktor. Sesuai Pers. (5) diperoleh
gaya angkat terhadap lebar celah udara pada persamaan matriks sebagai berikut:
saat berbeban. Dari pengujian yang dilakukan
pada Bulan Juli - Agustus 2017 diperoleh data 15 68,09 863,26 B0
sesuai dengan tabel sebagai berikut: [ 68,09 321,97 3952,421] [B1 ] =
863,26 3952,42 50435,3 B2
Tabel. 1. Hubungan tegangan dan arus eksitasi 120
awal [ 565,92 ] (8)
6905,28
Tegangan (V) Arus Eksitasi
Awal (A) Nilai konstanta dan koefisien regresi
2,3 1 diperoleh dengan menyelesaikan mariks pada
4,4 2 software MATLAB. Metode yang digunakan
7,1 3 dalam proses pemrograman adalah matriks left
9,5 4 division. Hasil yang diperoleh kemudian
11,7 5 menghasilkan persamaan :
14 6
Z = 4,4006 + 1,8673X1 – 0,0847X2 (9)
16,6 7
18,6 8
dengan memasukan persamaan pada Tabel. 1
Tabel. 2. Hubungan arus eksitasi, beban, dan yaitu X1 = 0,428 X3 + 0,007 maka diperoleh
lebar celah udara persamaan pemodelan lebar celah udara
sebagai fungsi tegangan dan beban sebagai
berikut :
Arus Eksitasi Beban Lebar
Z = 4,4036 + 0,7992X3 – 0,0847X2 (10)
(A) (N) Celah udara
(mm)
dimana:
3,03 47,53 6
Z = lebar celah (mm)
3,28 52,54 6
X1 = arus eksitasi (A)
3,42 57,54 6
X2 = beban (N)
3,65 62,55 6
X3 = tegangan (V)
3,94 67,56 6
4,09 47,53 8
4,50 52,54 8
4,65 57,54 8
4,75 62,55 8
4,86 67,56 8
4,89 47,53 10
5,45 52,54 10
5,64 57,54 10
5,91 62,55 10
6,03 67,66 10

Hasil pada Tabel. 2 menunjukan bahwa Gambar. 3. Hubungan arus eksitasi, beban, dan
terdapat hubungan yang linier antara kenaikan lebar celah udara

[ 432 ]
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYARTA, 20 AGUSTUS 2018
ISSN 1978-0176

Uji Normalitas Uji Heteroskedastisitas


Tabel. 3. Uji Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized
Residual
N 15
Normal Mean ,0000000
Parametersa,b Std.
,19622772
Deviation
Most Extreme Absolute ,202
Differences Positive ,202
Negative -,110 Gambar. 4. Scatterplot residual
Test Statistic ,202
Asymp. Sig. (2-tailed) ,101c Berdasarkan plot antara residual
terstandarisasi dan prediktor terstandarisasi serta
Tabel. 3 di atas menunjukan bahwa plot residual terhadap plot variabel lebar celah
pengujian normalitas pada model OLS dengan tidak menghasilkan suatu pola tertentu dan
kolmogrov-smirnov di dapat nilai p – value = menyebar sehingga dapat disimpulkan bahwa
0,101 dengan nilai signifikasi yang digunakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
sebesar 5 %. Maka H0 diterima. Dapat
disimpulkan bahwa data lebar celah Uji Koefisien Regresi Secara Bersama
menggunakan metode OLS berdistibusi normal. Hipotesis yang digunakan dalam uji secara
bersama yaitu :
Uji Multikolinieritas H0 = B j = 0
Tabel. 4. Uji Multikolinieritas pada regresi H1 = paling sedikit ada satu B j ≠ 0 dengan
linier berganda j= 2,3
Variabel VIF Keterangan dengan menggunakan taraf signifikasi 5%
bebas diperoleh nilai Fo(2)(12) = 3,89 dan nilai Fo =
arus 1,133 Tidak terjadi 439,207 . Sehingga diperoleh bahwa Fo =
eksitasi 439,207 > Fo(2)(12) = 3,89 artinya terdapat
beban 1,133 Tidak terjadi pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
Tabel. 4 tersebut menunjukan bahwa antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
nilai VIF dari kedua variabel bebas lebih
kecildari 10, artinya tidak terjadi Uji Koefisien Regresi Secara Individual
multikolinieritas pada model regresi yang Hipotesis yang digunakan dalam uji ini
mengandung hubungan tersebut. yaitu:
H0 = Bj = 0
Uji Autokolerasi H1 = Bj ≠ 0, dengan j = 2,3
Tabel. 5. Uji Autokolerasi dengan menggunakan taraf signifikasi α = 5%
dan diperoleh nilai t dari tabel sebesar 2,92.
Nilai Dubin- Keterangan Kemudian diperoleh nilai t hitung sesuai dengan
watson tabel berikut :
Tidak ada Tabel. 6. Nilai t-statistic variabel bebas
1,489
keputusan
Nilai Durbin-watson yang diperoleh Variabel Koefisien t0
dari perhitungan sebesar 1,489. Nilai DW bebas
dengan taraf signifikasi 5% diperoleh Dubin X1 0,8794 29,638
Lower (dL) = 0,9455 dan Dubin Upper (dU) = X2 0,0062 -10,125
1.5432. Hasil tersebut mengakibatkan tidak
ada keputusan alias ragu-ragu dalam Menurut nilai t-statistic dapat diketahui
terpenuhinya asumsi ini karena nilai DW bahwa variabel bebas yang berpengaruh secara
diantara dL dan dU. signifikan terhadap variabel tak bebas lebar

[ 433 ]
SEMINAR NASIONAL SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYARTA, 20 AGUSTUS 2018
ISSN 1978-0176

celah udara adalah besar arus eksitasi pada DAFTAR PUSTAKA


kumparan dan beban yang digunakan.
1. DRN, 2016, Agenda Riset Nasional 2016-
2019, Kementrian Riset Teknologi dan
KESIMPULAN
Pendidikan Tinggi .
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
2. Gallagher, P.K., Hanbook of Thermal
dapat diambil kesimpulan yaitu :
Analysis and Calorimetry: Recent
1. Pemodelan lebar celah udara pada
Advances, Techniques and Application.
purwarupa maglev conveyor dengan
Amsterdam: Elsevier, 2008.
metode regresi linier berganda diperoleh
3. Han, H-S & Kim D-S, Magnetic Levitation
sebagai berikut :
Maglev Technology and Applications.
Z = 4,4006 + 1,8673X1 – 0,0847X2
Dordrecht: Springer Science+Business
Z = 4,4036 + 0,7992X3 – 0,0847X2
Media Dordrecht, 2016.
berdasarkan hasil pemodelan tersebut
4. Supranto, J., Statistika Teori dan Aplikasi,
diperoleh sampel yaitu apabila terdapat arus
edisi ketujuh. Jakarta : Penerbit Erlangga,
eksitasi 6 ampere dan beban 65 newton
2008.
akan diperoleh lebar celah udara sebesar
5. Gujarati, Damodar, Ekonometri Dasar.
10,09 mm. Nilai tersebut mendekati nilai
Terjemahan : Sumarno Zain. Jakarta :
lebar celah udara sebenarnya yaitu 10 mm.
Erlangga, 2003.
2. Model regresi linier berganda yang
6. Widarjono, A., Ekonometrika : Teori dan
dihasilkan memenuhi ketiga asumsi dalam
Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
model uji asumsi klasik yaitu residual
Yogyakarta : Ekonisia Fakultas Ekonomi
berdistribusi normal, homoskedastisitas,
Universitas Islam Indonesia, 2007.
non-multikolinieritas.
7. Ghozali, A. C. I., Teori Akuntasi,
3. Berdasarkan pengujian koefisien regresi
Semarang : Training Centre University,
diperoleh bahwa arus eksitasi dan beban
2003.
berpengaruh signifikan terhadap lebar celah
udara.

SARAN
Terdapat beberapa saran untuk penelitian
serupa, antara lain:
1. Perlu dilakukan pengujian langsung dengan
menggunakan alat terhadap model regresi
linier berganda yang dihasilkan pada
purwarupa maglev conveyor agar
mengetahui tingkat keakuratan dan error
dari pemodelan yang telah dibuat.
2. Menambah variasi data yang digunakan
untuk meningkatkan tingkat akurasi
pemodelan lebar celah udara.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Kepala Laboratorium Listrik Arus Kuat
STTN-BATAN yang telah memberikan akses
untuk menggunakan fasilitas laboratorium dan
penggunaan purwarupa maglev conveyor.
Ucapan terima kasih juga disampaikan juga
kepada mahasiswa program studi elektro
mekanika tahun 2016 yang telah membantu
pengumpulan data untuk penelitian ini.

[ 434 ]

You might also like