You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS

HIPERBILIRUBIN RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT RSUD

KOTA TANGERANG

Disusun oleh :

Nama : Novi Haryanto

Nim :

Dosen pembimbing : Ns. Mizwar Taufiq Pirmansyah S.Kep.,M.Kep

SEKOALAH TINGGI ILMU KESEHATAN

FAATHIR HUSADA TANGERANG PROGRAM PROFESI NERS

TAHUN 2022
HIPERBILIRUBIN

A. Pengertian

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadarnilainya lebih dari
normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1– 0,4
mg/dl.
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning (Ngastiyah, 2000).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang disebabkan
oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002).

B. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapatketidaksesuaian golongan
darah dan anak pada penggolongan Rhesusdan ABO. 
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguanmetabolic yang terdapat pada
bayi Hipoksia atau Asidosis .
d. Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa),20 (beta) , diol
(steroid).
f. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat
misalnya pada berat badan lahir rendah.
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.

2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya’pada


Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentumisalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganismeatau toksin yang dapat
langsung merusak sel hati dan darah merah sepertiinfeksi, Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

C. Klasifikasi
1. Ikterus Fisiologis.Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketigayang
tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar

yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan

tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologik adalahikterus yang
mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnyamencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilirubin.Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologisadalah ikterus
yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Timbul pada hari kedua - ketiga.


b. Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup
bulan dan 10 mg% pada kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
d. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.
e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
f. Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan
patologis tertentu. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia
dengan karakteristik sebagai berikut :
1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
2) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.
3) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulandan 12,5 mg% pada
neonatus cukup bulan.
4) Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensienzim G6PD dan sepsis)
5) Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu,asfiksia, hipoksia, sindrom
gangguan pernafasan, infeksi,hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia.Icterus patologis adalah suatu keadaan dimana kadar
konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensiuntuk
menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik,atau mempunyai hubungan
dengan keadaan yang patologis. Brownmenetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin
mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utellymenetapkan
10 mg% dan 15 mg%.3.

3. Kern Ikterus.
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek padaotak terutama pada
korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus,hipokampus, nukleus merah, dan nukleus pada
dasar ventrikulus IV.Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan
padaneonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%)dan disertai
penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus
secara klinis berbentuk kelainan syarafsimpatis yang terjadi secara kronik.

D. Patofisologi
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan sel darah
merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknyakan masuk sirkulasi, diimana hemoglobin pecah
menjadi heme dan globin.Gloobin {protein} digunakan kembali oleh tubuh sedangkan heme
akandiruah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan albumin.Kejadian yang sering
ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebab bilirubin pada streptucocus hepar yang
terlalu berlebihan. Hal ini dapatditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia,memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumberlain, atau
terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y terikat oleh
anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis ataudengan anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan
konjugasi hepar (defisiensienzim glukuronii transferase) atau bayi menderita gangguan
ekskresi,misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empeduintra/ekstra
hepatika.Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak.
Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifatindirek ini yang memungkinkan efek
patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang
terjadi padaotak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Mudah tidaknya bilirubin melalui
sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung daritingginya kadar bilirubin tetapi tergantung
pula pada keadaan neonatussen diri.
Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan
imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia,hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat
yang karena trauma atauinfeksi.Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan.Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebanBilirubin pada
sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bilaterdapat peningkatan penghancuran
Eritrosit, Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadarBilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,
atau pada bayi hipoksia, asidosis.Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin
adalahapabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalamigangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentuBilirubin ini akan bersifat toksik
dan merusak jaringan tubuh. Toksisitasterutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat
sukar larut dalamair tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek
patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darahotak. Kelainan yang
terjadi pada otak disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbulapabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya
kadarBilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung padakeadaan neonatus.
Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otakapabila bayi terdapat keadaan BBLR,
hipoksia, dan hipoglikemia

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah;
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakithemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atauinfeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada hari ke tiga
sampai hari ke empat dan menurun pada hari kelima sampai hari ke tujuh yang biasanya
merupakan jaundice fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yangcenderung tampak kuning
terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi(bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning
kehijauan atau keruh.Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, sepertidempul
6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati
7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,epistotonus, kejang, stenosis
yang disertai ketegangan otot.

F. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius).
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,hiperaktif, bicara lambat,
tidak ada koordinasi otot dan tangisan yangmelengking.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Test Coomb pada tali pusat BBLHasil positiftest Coomb indirek menunjukkan adanya
antibody Rh- positif, anti-A, anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari test Coomb direk
menandakan adanya sensitisasi ( Rh-positif, anti-A, anti-B)SDM dari neonatus.
b. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.

c. Bilirubin total.
- Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dlyang mungkin
dihubungkan dengan sepsis.
- Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dldalam 24 jam atau
tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayicukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi
praterm tegantung pada berat badan.
d. Protein serum total Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas
ikatanterutama pada bayi praterm.
e. Hitung darah lengkap
- Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
- Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%) dengan
hemolisis dan anemia berlebihan
f. Glukosa
Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dlatau test glukosa
serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan
lemak dan melepaskan asamlemak.
g. Daya ikat karbon dioksidaPenurunan kadar menunjukkan hemolisis.
h. Meter ikterik transkutan Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin
serum.
i. Pemeriksaan bilirubin serumPada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih
6mg/dlantara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dltidak fisiologis
j. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dlantara 5-7 hari setelah
lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dltidak fisiologis.
k. Smear darah periferDapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada
penyakit RH atau sperositis pada incompabilitas ABO
l. Test Betke-Kleihauer
Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.

2. Pemeriksaan radiology Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau


peningkatandiafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
3. Ultrasonografi Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic denganekstra
hepatic.
4. Biopsy hatiDigunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukarseperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepaticselain itu juga untuk
memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati,hepatoma.

H. Penatalaksanaan
1. Tindakan umuma.
a. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil,mencegah truma lahir,
pemberian obat pada ibu hamil atau bayi barulahir yang dapat menimbulkan ikhterus,
infeksi dan dehidrasi.
b. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yangsesuai dengan kebutuhan
bayi baru lahir.
c. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.Berdasarkan pada penyebabnya, maka
manejemen bayi denganHiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia
danmembatasi efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyaitujuan :
1) Menghilangkan Anemia
2) Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3) Meningkatkan Badan Serum Albumin
4) Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, TransfusiPengganti, Infus
Albumin dan Therapi Obat.
a. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi denganTransfusi Pengganti untuk
menurunkan Bilirubin. Memaparkanneonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi
akanmenurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadarBilirubin dengan
cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin takterkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang
diabsorsi jaringanmengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yangdisebut
Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme
difusi. Di dalam darahFotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke
Hati.Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalamDeodenum
untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati Fototherapi mempunyai
peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah
penyebab kekuningandan hemolisis dapat menyebabkan Anemia.Secara umum Fototherapi
harus diberikan pada kadar BilirubinIndirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat
badan kurangdari 1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5mg/dl.
Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan FototherapiPropilaksis pada 24 jam
pertama pada bayi resiko tinggi dan BeratBadan Lahir Rendah.
b. Tranfusi Pengganti / TukarTransfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-
faktor :
1) Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2) Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir
3) Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
4) .Tes Coombs Positif
5) Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama
6) Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7) Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl
8) Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9) Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
 Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)terhadap sel
darah merah terhadap Antibodi Maternal.
 Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
 Menghilangkan Serum Bilirubin
 Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
 Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan Osegera (kurang dari
2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A
dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek.
Hemoglobin harusdiperiksa setiap hari sampai stabil
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/33904559/

https://www.academia.edu/38890189/MAKALAH_INTRANATAL_CARE

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/
FORMAT PENGKAJIAN NENONATUS

Identitas Bayi: Identitas Orang Tua:

Nama Bayi : by ny. y Nama Ayah : Bpk. N

Jenis Kelamin : laki-laki Nama Ibu : Ny. Y

Tanggal lahir :1, November 2022 Pekerjaan Ayah : PNS

Anak ke :2 Pendidikan Ibu : IRT

Umur : 2 hari 0 bulan Agama : Islam

BB/PB : 260kg/52 Suku/Bangsa : Indonesia

Apgar Score :9 Alamat : jalan kihajar dewantoro

RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan Utama : bayi kuning

Lama Keluhan : Setelah lahir 2 hari yang lalu

Akibat timbulnya keluhan : bayinya lewer

Faktor yang memperberat : tidak ada

2. Riwayat Kesehatan lalu :

Ibu pasien mengatakan bayinya kuning sejak 2 hari sebelum lahiran dan bayinya lewer maunya minum
asi terus- menerus

PENGKAJIAN FISIK NEONATUS

Instruksi : Beri tanda cek (√) pada istilah yang tepat/sesuai dengan data-data dibawah ini. Gambarkan
semua temua abnormal secara objektif, gunakan kolom data tambahan bila perlu.

1. Reflek

Moro ( ) Menggenggam ( ) Menghisap ( ) Startle ( )

Tonik leher ( ) Neck-righting ( ) Reflek Gallant ( )


2. Tonus Aktifitas

a. Aktif ( ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang ( )

b. Menangis keras ( ) Lemah ( ) Melengking ( )

Sulit menangis ( )

3. Kepala/Leher

a. Fontanel Anterior : Lunak ( ) Tegas ( )

Datar ( ) Menonjol ( ) Cekung ( )

b. Sutura Sagitalis : Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh ( )

c. Gambaran Wajah : Simetris ( ) Asimetris ( )

d. Molding : Caput sucedanum ( ) Cephalohematoma ( )

4. Mata:

a. Simetris ( ) Tidak simetris ( )

b. Sekresi : Ada ( ) Tidak ada ( )

c. Purulen : Ada ( ) Tidak ada ( )

d. Jaundice: ada ( ) tidak ada ( )

e. Sklera : Putih bersih ( ) Jundice ( ) Kemerahan ( )

f. Konjunctiva : Merah muda ( ) Anemis ( ) Hiperemi ( )

g: Gerakan bola mata : Normal (  ) Tidak normal ( )

5. THT

a. Telinga Normal ( ) Abnormal ( )

Bentuk/posisi : simetris

Sekresi/cairan : Ada/tidak ada

b. Hidung

Bentuk : Normal ( ) tidak normal ( )


Simetris : simentris antara lubang hidung kiri dan kanan

Cuping Hidung : tidak ada cuping saat pengkajian

Septum : normal

Sekresi : tidak ada

6. Abdomen

a. Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung ( )

b. Auskultasi Abdomen : tymphani hiperthimpani

c. Bising Usus : Tidak terdengar Ada :…30 …x/menit

d. Perkusi Abdomen : Sonor. Pekak ()

e. Tali pusat :Arteri:…..buah Vena:………..buah

Normal Layu lain-lain:……………….

f. Lingkar perut:...260...cm

7. Toraks

a. Simetris ( ) Asmetris ( )

b. Retraksi: Ada ( ) Tidak Ada ( )

c. Kalvikula: Normal ( ) Abnormal ( )

8. Paru-paru

a. Suara nafas Dextra & Sinistra : Sama ( ) Tidak sama ( )

b. Bunyi nafas di semua lapang paru : Terdengar ( )

Tidak terdengar ( )

Menurun ( )

c. Suara nafas : Bersih ( ) Ronchi ( ) Rales ( ) Sekresi ( )

d. Respirasi : Spontan ( )

Alat Bantu :.........................................................................


9. Jantung

a. Bunyi : Normal Sinus Rhythm (NSR) ( ) Frekuensi:...135...x/menit

b. Murmur ( ) Gallop ( )

c. Waktu pengisian kapiler :..............................................................

10. Ekstremitas

a. Gerakan Bebas ( ) ROM terbatas ( ) Tidak terkaji ( )

b. Ekstremitas Atas : Normal () Abnormal ( ), sebutkan:........

c. Ekstremitas Bawah : Normal () Abnormal ( ), sebutkan:........

d. Panggul : Normal () Abnormal ( ), sebutkan:........

e.

Nadi perifer Keras Lemah Tidak ada

Brakial kanan 

Brakial kiri 

Femoral kanan 

Femoral Kiri 

11. Umbilikus

Normal () Abnormal ( )

Inflamasi ( ) Drainase ( )

Jumlah pembuluh darah:....................................

12. Genital

Perempuan normal ( ) Laki-laki normal () Abnormal ( )

13. Anus : Paten () Imperforata ( )

14. Spina : Normal ( ) Abnormal ( )

15. Kulit
a. Warna: pink ( ) Pucat ( ) Jaundice ( )

Sianosis pada ( ) Kuku ( ) Sirkumoral ( )

Periorbital ( ) Seluruh tubuh ( )

b. Kemerahan (rash) ( )

c. Tanda lahir:...............tidak ada ............................................................................

16. Suhu

a. Lingkungan

Penghangat radian ( ) Pengaturan Suhu ( )

Inkubator ( ) Suhu Ruang ( ) Boks Terbuka ( )

b. Suhu kulit:........................................................

DATA IBU

Nama Ibu : By ny. y Nama Ayah : Tn N

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS

Pendidikan : D3 Pendidikan : S1

Alamat : Jln Kihajar Dewantor Gang H. Sal kelurahan gondrong kecamatan

RIWAYAT PRANATAL (ANC)

 Jumlah Kunjungan : 19 kunjungan


 Bidan/Dokter : bidan
 Pend-Kes yang didapat : Penyuluhan tentang mengahadapi kelahiran
 HPHT : 14 hari menurut ibu pasien
 Kenaikan BB selama Hamil :  11 kg pada saat hamil
 Komplikasi kehamilan : tidak ada
 Komplikasi obat : tidak ada
 Obat-obatan yang didapat : tidak ada
 Pengobatan yang didapat : tidak ada
 Riwayat hospitalisasi : Ibu pasien mengatakan menjadi sering ke rs
 Golongan darah Ibu hamil : Golongam darah ibu pasien B rhesus Positif
 Kehamilan direncanakan/tidak : tidak

RIWAYAT PERSALINAN (INTRA NATAL)


 Awal persalinan :
 Ibu mengatakan merasakan sakit perut tembus belakang disertai pelepasan lendir dan
darah
 Lama persalinan :
 Ibu pasien mengatakan kurang lebih 1 jam dengan melahirkan secara normal.
 Komplikasi persalinan :
 Tidak ada permasalahan selama persalinan
 Terapi yang diberikan
- jenis dan jumlah :
- lama pemberian :
 Lama antara ruptur vagina saat partus :
 Ibu pasien mengatakan  30 menit untuk di lakukan jahit
 Jumlah cairan ketuban :
 Ibu pasien mengatakan tidak ingat berapa cairan yang keluar
 Anestesi yang diberikan :
 Tidak mengunakan obat bius karna ibu pasien melahirkan pasien dengan cara normal
 Ada/tidak mekonium :
 Ibu pasienya mengatakan tidak ingat

CATATAN MONITORING FETUS

 Indikasi dilakukan monitoring : tidak ada


 Monitoring internal/eksternal : tidak ada
 Pola FHR (Fetal Hearth Rate) : tidak ada
 Analisa Gas Darah : tidak ada

RIWAYAT KELAHIRAN

 Lama kala II :  1 jam


 Cara melahirkan : Pervaginam (  ) Bantuan forceps/vacum extrasi ( )

Caesar ( )

 Tempat melahirkan : Rumah bersalin/RS (  ) Rumah ( ) Tempat lain ( )


 Anestesi yang didapat : tidak ada
 Obat-obatan : tidak ada
 Pola FHR (Fetal Hearth Rate) Kala II :
 Presentasi : distosi Bahu ( ) compoun ( )

RIWAYAT POST NATAL


 Usaha nafas dengan bantuan ( ) Tanpa bantuan ( )
 Apgar score menit pertama ( ) menit kelima (  )
 Kebutuhan resusitasi :
 Adanya trauma lahir ( )
 Adanya narkosis ( )
 Keluarnya urin ( ) BAB ( )

 Respon fisiologis atau perilaku yang bermakana:

 Prosedur yang dilakukan

Aspirasi gaster ( )

Suksion trakea ( )

Lain-lain ( )

RIWAYAT SOSIAL

 Strukstur Keluarga (Genogram)

= Laki- laki

= Perempuan

 Budaya

Suku : Betawi

Agama : Islam

Bahasa : Indonesia
 Perencanaan makanan bayi : Asi ekslusif

 Problem sosial yang penting :

Kurang sistem pendukung sosial ( )

Perbedaan bahasa ( )

Riwayat penyalahgunaan zat adiktif ( )

Lingkungan rumah yang kurang memadai ( )

Keuangan ( )

Lain-lain ( )

 Hubungan orang tua dan bayi :

IBU TINGKAH LAKU AYAH

 Menyentuh

 Memeluk

 Berbicara

 Berkunjung

 Memanggil nama

 Kontak mata

Penerimaan ibu terhadap kehadiran bayinya : Bagus

Penerimaan suami dan keluarga terhadap kehadiran bayi : Bagus

Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Bagus

Keluarga yang masih tinggal serumah : Mertua kakak kandung

Orang tua sendiri lain-lain: tidak ada

 Orang terdekat yang dapat dihubungi : kakak dari suami

 Orang tua berespon terhadap penyakit : Ya ( ) Tidak ( )

Respon :

 Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : Ya ( ) Tidak ( )

Respon :

 Anak Lain : tidak ada respon

Jenis Kelamin Anak Riwayat Persalinan Riwayat Imunisasi


Laki - laki Normal Lengkap

RIWAYAT NUTRISI

ASI : Ya Tidak

Colostrums : Ya Tidak, alasan……………

PASI : Ya Tidak

Alasan : …………………………………………………

………………………………………………….

Jenis :

RIWAYAT ELEMINASI

Miksi : Belum Sudah:……………x/24 jam

Mekonium : Belum Sudah:……………x/24 jam

Konsistensi :

Warna :

DATA TAMBAHAN

 Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium

 Terapi

 Incubator dan sinar uv


Tangerang ,.22 November 2022..

Ners

(..Novi haryanto..)
ANALISA DATA

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH

20 -11 - DS Multietiologi (peningkatan Hiperbilirubinemia


DO
2022 - Adanya ikterus produksi bilirubin, gangguan pada neonatus
- Kadar bilirubin serum
Bilirubin total : 14.90 konjugasi bilirubin, gangguan
Bilirubin direk : 1.0
Bilirubin indirek : transport bilirubin dalam
13.90
DS
vaskuler, gangguan fungsi
DO
hepar, gangguan eksresi
- Adanya ikterus
bilirubin)
- Kadar bilirubin serum
Hiperbilirubinemia
Bilirubin total : 14.90

Bilirubin direk : 1.0

Bilirubin indirek :

13.90

Hiperbilirubinemia

DS
20-11-2022 Hiperbilirubinemia Risiko kerusakan

integritas kulit

DO Konsentrasi bilirubin pada

- Adanya
darah meningkat

ikterus Bilirubin indirek


pada
Difusi cairan intravaskuler

menuju intrastisial

tubuh menuju
bayi intrastisia
DS

DO
l
Bilirubin
- Adanya ikterus pada

tubuh bayi

berdifusi
menuju
ruang
interstisia
l
Ikterus
Toksik
bagi
jaringan
Risiko
kerusakan
integritas
kuli

Bilirubin berdifusi menuju


ruang interstisial

Ikterus

Toksik bagi jaringan

Risiko kerusakan integritas


kuli

20-11-2022 DS Hiperbilirubinemia Risiko defisien


volume
DO
cairan
- Penurunan berat badan Peningkatan perombakan
Bilirubin
lahir

Sekresi cairan empedu pada


Usus

Peningkatan peristaltic usus

Diare

Kehilangan cairan aktif

Risiko defisien volume


cairan

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Hiperbilirubinemia neonatal b/d ikterus dan bilirubin serum d/d bayi tampak kuning

2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek samping pemberian fototerapi

3. Risiko kekurangan volume cairan b/d tidak adekuatnya intek cairan dan efek dari
fotetrapi
FORMAT MODEL PIE (PROBLEM INTERVENSI EVALUASI)

MASALAH WAKTU IMPLEMENTASI WAKT EVALUASI


U

1 20-11- Mengobservasi JAM S:-


2022 13:10
tanda-tanda O:
JAM
(warna) kuning  Pasien tampak
13:00
masih kuning
pada bayi
 Pasien masih di
dalam incubator
ruangan
 Pasien
mengunakan
kacamata
khusus
A:

Masalah teratasi
sebagian

P:

Lanjutkan semua
implementasi

2 20-11- Memeriksa kadar JAM S :-


2022 15:00
serum bilirubin O:
JAM
 Pasien tampak
15:00
sedang
melakukan
pemeriksaan
darah
A:

Masalah teratasi

P:

Lanjutkan
implementasi

3 20-11- Menimbang berat JAM S:


2022 17:00
badan setiap hari  Pasien tampak
JAM menangis
17:00 O:

 Pasien sedang di
berikan asi
ibunya dengan
di damping
perawat jaga
A:

Masalah teratasi

P:

Lanjutkan implentasi
keperawatan

You might also like