Professional Documents
Culture Documents
KOTA TANGERANG
Disusun oleh :
Nim :
TAHUN 2022
HIPERBILIRUBIN
A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadarnilainya lebih dari
normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1– 0,4
mg/dl.
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning (Ngastiyah, 2000).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang disebabkan
oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002).
B. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapatketidaksesuaian golongan
darah dan anak pada penggolongan Rhesusdan ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguanmetabolic yang terdapat pada
bayi Hipoksia atau Asidosis .
d. Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa),20 (beta) , diol
(steroid).
f. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat
misalnya pada berat badan lahir rendah.
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
C. Klasifikasi
1. Ikterus Fisiologis.Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketigayang
tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar
tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologik adalahikterus yang
mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnyamencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilirubin.Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologisadalah ikterus
yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
3. Kern Ikterus.
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek padaotak terutama pada
korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus,hipokampus, nukleus merah, dan nukleus pada
dasar ventrikulus IV.Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan
padaneonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%)dan disertai
penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus
secara klinis berbentuk kelainan syarafsimpatis yang terjadi secara kronik.
D. Patofisologi
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan sel darah
merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknyakan masuk sirkulasi, diimana hemoglobin pecah
menjadi heme dan globin.Gloobin {protein} digunakan kembali oleh tubuh sedangkan heme
akandiruah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan albumin.Kejadian yang sering
ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebab bilirubin pada streptucocus hepar yang
terlalu berlebihan. Hal ini dapatditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia,memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumberlain, atau
terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y terikat oleh
anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis ataudengan anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan
konjugasi hepar (defisiensienzim glukuronii transferase) atau bayi menderita gangguan
ekskresi,misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empeduintra/ekstra
hepatika.Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak.
Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifatindirek ini yang memungkinkan efek
patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang
terjadi padaotak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Mudah tidaknya bilirubin melalui
sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung daritingginya kadar bilirubin tetapi tergantung
pula pada keadaan neonatussen diri.
Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada bayi terdapat keadaan
imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia,hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat
yang karena trauma atauinfeksi.Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan.Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan bebanBilirubin pada
sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bilaterdapat peningkatan penghancuran
Eritrosit, Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadarBilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,
atau pada bayi hipoksia, asidosis.Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin
adalahapabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalamigangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentuBilirubin ini akan bersifat toksik
dan merusak jaringan tubuh. Toksisitasterutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat
sukar larut dalamair tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek
patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darahotak. Kelainan yang
terjadi pada otak disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbulapabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya
kadarBilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung padakeadaan neonatus.
Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otakapabila bayi terdapat keadaan BBLR,
hipoksia, dan hipoglikemia
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah;
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakithemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atauinfeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada hari ke tiga
sampai hari ke empat dan menurun pada hari kelima sampai hari ke tujuh yang biasanya
merupakan jaundice fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yangcenderung tampak kuning
terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi(bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning
kehijauan atau keruh.Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, sepertidempul
6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati
7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,epistotonus, kejang, stenosis
yang disertai ketegangan otot.
F. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius).
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental,hiperaktif, bicara lambat,
tidak ada koordinasi otot dan tangisan yangmelengking.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Test Coomb pada tali pusat BBLHasil positiftest Coomb indirek menunjukkan adanya
antibody Rh- positif, anti-A, anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari test Coomb direk
menandakan adanya sensitisasi ( Rh-positif, anti-A, anti-B)SDM dari neonatus.
b. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
c. Bilirubin total.
- Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dlyang mungkin
dihubungkan dengan sepsis.
- Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dldalam 24 jam atau
tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayicukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi
praterm tegantung pada berat badan.
d. Protein serum total Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas
ikatanterutama pada bayi praterm.
e. Hitung darah lengkap
- Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
- Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%) dengan
hemolisis dan anemia berlebihan
f. Glukosa
Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dlatau test glukosa
serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan
lemak dan melepaskan asamlemak.
g. Daya ikat karbon dioksidaPenurunan kadar menunjukkan hemolisis.
h. Meter ikterik transkutan Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin
serum.
i. Pemeriksaan bilirubin serumPada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih
6mg/dlantara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dltidak fisiologis
j. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dlantara 5-7 hari setelah
lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dltidak fisiologis.
k. Smear darah periferDapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada
penyakit RH atau sperositis pada incompabilitas ABO
l. Test Betke-Kleihauer
Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.
H. Penatalaksanaan
1. Tindakan umuma.
a. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil,mencegah truma lahir,
pemberian obat pada ibu hamil atau bayi barulahir yang dapat menimbulkan ikhterus,
infeksi dan dehidrasi.
b. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yangsesuai dengan kebutuhan
bayi baru lahir.
c. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.Berdasarkan pada penyebabnya, maka
manejemen bayi denganHiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia
danmembatasi efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyaitujuan :
1) Menghilangkan Anemia
2) Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3) Meningkatkan Badan Serum Albumin
4) Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, TransfusiPengganti, Infus
Albumin dan Therapi Obat.
a. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi denganTransfusi Pengganti untuk
menurunkan Bilirubin. Memaparkanneonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi
akanmenurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadarBilirubin dengan
cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin takterkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang
diabsorsi jaringanmengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yangdisebut
Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme
difusi. Di dalam darahFotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke
Hati.Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalamDeodenum
untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati Fototherapi mempunyai
peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah
penyebab kekuningandan hemolisis dapat menyebabkan Anemia.Secara umum Fototherapi
harus diberikan pada kadar BilirubinIndirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat
badan kurangdari 1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5mg/dl.
Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan FototherapiPropilaksis pada 24 jam
pertama pada bayi resiko tinggi dan BeratBadan Lahir Rendah.
b. Tranfusi Pengganti / TukarTransfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-
faktor :
1) Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2) Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir
3) Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
4) .Tes Coombs Positif
5) Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama
6) Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7) Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl
8) Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9) Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)terhadap sel
darah merah terhadap Antibodi Maternal.
Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
Menghilangkan Serum Bilirubin
Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan Osegera (kurang dari
2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A
dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek.
Hemoglobin harusdiperiksa setiap hari sampai stabil
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/33904559/
https://www.academia.edu/38890189/MAKALAH_INTRANATAL_CARE
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/
FORMAT PENGKAJIAN NENONATUS
RIWAYAT KEPERAWATAN
Ibu pasien mengatakan bayinya kuning sejak 2 hari sebelum lahiran dan bayinya lewer maunya minum
asi terus- menerus
Instruksi : Beri tanda cek (√) pada istilah yang tepat/sesuai dengan data-data dibawah ini. Gambarkan
semua temua abnormal secara objektif, gunakan kolom data tambahan bila perlu.
1. Reflek
Sulit menangis ( )
3. Kepala/Leher
4. Mata:
5. THT
Bentuk/posisi : simetris
b. Hidung
Septum : normal
6. Abdomen
f. Lingkar perut:...260...cm
7. Toraks
a. Simetris ( ) Asmetris ( )
8. Paru-paru
Tidak terdengar ( )
Menurun ( )
d. Respirasi : Spontan ( )
b. Murmur ( ) Gallop ( )
10. Ekstremitas
e.
Brakial kanan
Brakial kiri
Femoral kanan
Femoral Kiri
11. Umbilikus
Inflamasi ( ) Drainase ( )
12. Genital
15. Kulit
a. Warna: pink ( ) Pucat ( ) Jaundice ( )
b. Kemerahan (rash) ( )
16. Suhu
a. Lingkungan
b. Suhu kulit:........................................................
DATA IBU
Pendidikan : D3 Pendidikan : S1
RIWAYAT KELAHIRAN
Caesar ( )
Aspirasi gaster ( )
Suksion trakea ( )
Lain-lain ( )
RIWAYAT SOSIAL
= Laki- laki
= Perempuan
Budaya
Suku : Betawi
Agama : Islam
Bahasa : Indonesia
Perencanaan makanan bayi : Asi ekslusif
Perbedaan bahasa ( )
Keuangan ( )
Lain-lain ( )
Menyentuh
Memeluk
Berbicara
Berkunjung
Memanggil nama
Kontak mata
Respon :
Respon :
RIWAYAT NUTRISI
ASI : Ya Tidak
PASI : Ya Tidak
Alasan : …………………………………………………
………………………………………………….
Jenis :
RIWAYAT ELEMINASI
Konsistensi :
Warna :
DATA TAMBAHAN
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Terapi
Ners
(..Novi haryanto..)
ANALISA DATA
Bilirubin indirek :
13.90
Hiperbilirubinemia
DS
20-11-2022 Hiperbilirubinemia Risiko kerusakan
integritas kulit
- Adanya
darah meningkat
menuju intrastisial
tubuh menuju
bayi intrastisia
DS
DO
l
Bilirubin
- Adanya ikterus pada
tubuh bayi
berdifusi
menuju
ruang
interstisia
l
Ikterus
Toksik
bagi
jaringan
Risiko
kerusakan
integritas
kuli
Ikterus
Diare
1. Hiperbilirubinemia neonatal b/d ikterus dan bilirubin serum d/d bayi tampak kuning
2. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek samping pemberian fototerapi
3. Risiko kekurangan volume cairan b/d tidak adekuatnya intek cairan dan efek dari
fotetrapi
FORMAT MODEL PIE (PROBLEM INTERVENSI EVALUASI)
Masalah teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan semua
implementasi
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan
implementasi
Pasien sedang di
berikan asi
ibunya dengan
di damping
perawat jaga
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan implentasi
keperawatan