You are on page 1of 13

FLUIDA DALAM KESEHATAN

OLEH :

NAMA : SHELA MEYRISA

NIM : 22020091

KELAS : 1A KEPERAWATAN

DOSEN : Ns. Lisnawati Rahayu S.kep

STIKes MEDIKA NURUL ISLAM

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puyi syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Selawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada JunJungan kita Nabi
Muhammad SA W, beserta keluarganya dan para shahabatnya semoga kita mendapat
syafaatnya kelak di hari kiamat, aamiin.
Selanyutnya kami ucapkan terimakasih kepada pembina dan teman-teman yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan kami sangat
menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
membutuhkan keritik dan saran yang bersifat membangun untuk kelancaran tugas-tugas
selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca khususnya.

Sigli, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Fluida........................................................................................................2
B. Fluida Dalam keperawatan.......................................................................2
C. Fluida Dalam Kesehatan...........................................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................11
A. Kesimpulan.............................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11
BAB PERPUSTAKA...............................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fluida berupa gas dan cairan. Dalam kehidupan kita selalu berhubungan dengan fluida.
Gejala-gejala alam yang sering terjadi di sekitar kita biasanya disebabkan oleh pengarah
fluida, Mekanika fluida adalah suatu ilmu yang memelajari perilaku fluida baik dalam
keadaan diam (static) maupun bergerak (dynamic) serta akibat interaksi dengan media
batasnya (zat padat atau fluida dengan yang lain). Seperti kebanyakan disiplin ilmu lainnya,
mekanika fluida mempunyai sejarah panjang dalam pencapaian hasil-hasil pokok hingga
menuju ke era modern seperti sekarang ini. Mekanika fluida berkembang sejalan dengan
perjalanan perkembangan peradaban manusia. Banyak aspek kehidupan manusia yang terkait
dengan mekanika fluida, seperti transportasi, industri, aerodinamik bangunan, mesin-mesin
fluida, dan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Fluida ?

2. Bagaimana Peran Fluida dalam Keperawatan?

3. Bagaimana Manfaat Fluida Dalam Kesehatan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang Fluida.

2. Untuk mengetahui Peran fluida dalam keperawatan.

3. Untuk mengetahui Manfaat Fluida Dalam Kesehatan.


BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Fluida

Fluida merupakan bagian dari perubahan bentuk benda termasuk benda cair, gas
plasma, dan padat Fluida memiliki kemampuan untuk mengalir (atau umumnya
kemampuannya untuk mengambil bentuk yang sesuai dengan wadah mereka) Sifat ini
biasanya dikarenakan sebuah fungsi dari ketidakmampuan mereka mengadakan tegangan
geser (shear stress) atau tidak mampu mempertahankan/mengembalikan bentuknya.
Konsekuensi dari sifat ini adalah hukum Pascal yang menekankan pentingnya tekanan dalam
mengarakterisasi bentuk fluida Dapat disimpulkan bahwa fluida adalah zat atau entitas yang
ferdeformasi secara berkesinambungan apabila diberi tegangan geser walau sekecil apapun
tegangan geser itu.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari.
Setiap hari kita menghirupnya, meminumnya dan bahkan terapung atau teggelam di
dalamnya Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya, kapal laut mengapung di atasnya,
demikian juga kapal selam dapat mengapung atau melayang di dalamnya Air yang kita
minum dan udara yang kita hirup juga bersirkulasi di dalam tubuh kita setiap saat, hingga
kadang tidak kita sadari. Jika ingin menikmati bagaimana indahnya konsep mekanika fulida
bekerja, pergilah ke pantai

B.Peran Fluida dalam Keperawatan


Dalam tubuh manusia, terdapat beragam jenis fluida, baik yang berupa cairan maupun
gas. Yang berupa cairan misalnya darah dan urin sementara yang berupa gas misalnya gas
pernapasan dan gas hasil pencernaan zat makanan.
Agar peran fluida dalam tubuh manusia dapat lebih dipahami, perlu diingat beberapa
konsep dasar tentang fluida, antara lain
1. Kadaratan konsentrasi.
Semua fluida dalam tubuh manusia mengandung zat-zat tertentu, baik dalam bentuk
larutan suspensi maupun sebagai koloid Kadar zat pada fluida bisa dinyatakan secara mutlak
dengan satuan konsentrasi tertentu, misalnya molar atau persen Kadar zat pada suatu fluida
juga bisa dinyatakan sebagai kadar relatif terhadap fluida lain, misalnya isotonik, hipertonik,
atau hipotonik yang didasarkan pada kadar zat rata-rata pada darah.

2. Ruang atau kompartemen.


Suatu fluida tersimpan dalam suatu ruang atau kompartemen tertentu, misalnya
sitoplasma sel yang yang berada di dalam sel sehingga disebut cairan intrasel Cairan lain
yang berada di luar sel, disebut cairan ekstrasel Cairan ekstrasel bisa dibagi lagi menjadi
cairan interstisial yang berada di antara sel dan cairan intravaskuler yang berada di dalam
pembuluh darah

3. Pertukaran atau perpindahan fluida.


Perpindahan fluida dapat terjadi dalam satu kompartemen yang sama maupun lintas
kompartemen. Meskipun secara makroskopis suatu fluida tubuh tertentu hanya terbatas pada
kompartemennya sendiri, secara mikroskopis tidaklah demikian. Secara makroskopis, faktor
yang menyebabkan perpindahan fluida antara lain adalah gaya-gaya tertentu. Pada cairan,
gaya ini dapat berupa gaya hidrostatik ataupun gaya osmotik koloid (disebut juga gaya
onkotik). Pada gas, gaya ini misalnya berupa gaya tekan gas. Pada skala mikroskopis,
perpindahan antar- kompartemen yang terjadi pada zat terlarut dalam fluida bisa terjadi
secara aktif maupun secara pasif. Pertukaran zat secara aktif maksudnya adalah pertukaran
yang membutuhkan energi dari pemecahan senyawa tertentu yang diikuti pelepasan energi,
misalnya pemecahan adenosine trifosfat (ATP) menjadi adenosine difosfat (ADP), fosfat
non-organik (Pi), dan sejumlah energi yang akan digunakan untuk pertukaran tersebut di atas.
Selain itu, pertukaran zat juga bisa terjadi secara pasif. Pertukaran pasif ini bisa terjadi
karena adanya perbedaan atau yang biasa disebut gradien Gradien ini bisa berupa gradien
tekanan, konsentrasi, atau gradien antara dua kompartement Pertukaran fluida secara
makroskopis dan mikroskopis ini diperlukan dalam rangka menjaga keseimbangan dinamis
yang menjadi kunci homeostasis Contolnya, pertukaran ion-ion dalam menjaga
keseimbangan asam-basa tubah pertukaran gas-gas pernapasan dalam menjaga keseimbangan
metabolism tubuh, dan lain-lain.
Secara makroskopis, perpindahan fluida tubuh dalam suatu kompartemen mengikuti
prinsip dasar fisika fludia yang berlaku secara umum. Ada perbedaan kecil antara prinsip
fluida umum dan fluida tubuh yaitu bahwa tubuh mampu memodifikasi diameter pembuluh
tempat fluida secara otomatis Selain perbedaan kecil tersebut, prinsip-prinsip fisika fluida
lain dapat diterapkan dalam memahami sifat aliran fluida tubuh.
Pada sistem pembuluh darah, dapat diamati dua jenis susunan pembuluh yaitu serial
dan paralel Sistem aliran paralel dapat dilihat pada percabangan pembuluh darah menjadi
aliran darah ke beberapa organ secara paralel, misalnya. aliran darah ke otak berbeda dengan
aliran darah ke ginjal meskipun keduanya sama-sama dalam satu sistem Sementara itu, sistem
aliran darah serial juga terdapat di dalam tubuh, misalnya pada aliran vena porta hepatika.
Aliran vena porta hepatika disebut aliran serial karena bersumber dari arteri mesenterika yang
memperdarahi usus terlebih dahulu
Pada prinsip fluida sistem aliran paralel memberikan tahanan total yang lebih rendah
dibandingkan sistem tahanan serial sesuai dengan rumus berikut:
1/Rparalel total = 1/RI+1/R2+1/R3+ Rserial total RI + R2R3+...
Dengan banyaknya sistem aliran darah yang paralel dalam tubuh, tahanan pembuluh
total yang harus dilawan oleh gaya kontraksi jantung tidak terlalu besar sehingga darah bisa
mengalir secara optimal ke seluruh organ Sebaliknya, susunan serial yang pada sistem vena
porta hepatika menahan aliran darah sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran darah di
sekitar usus dan hepar tidak berlebihan demi mengoptimalkan penyerapan dan pemrosesan
zat-zat makanan di kedua organ tersebut Bunyi napas utama dan tambahan lebih nyata
terdengar jika turbulensinya semakin besar.
Untuk memperkirakan kemungkinan timbulnya suatu turbulensi, seorang fisikawan
bernama Reynold mengajukan suatu rumus yang memperhitungkan kecepatan aliran fluida,
diameter pembuluh, densitas fluida, dan viskositas fluida. Rumus Reynold adalah sebagai
berikut:
Re = angka Reynold
v = kecepatan aliran
d = diameter pembuluh
p-densitas fluida
n=viskositas fluida
Semakin besar angka Reynold, maka turbulensi semakin mungkin terjadi. Umumnya,
aliran aliran laminar terjadi pada angka Reynold kurang dari 2000. Pada angka Reynold
2000-3000, aliran laminar mulai berubah menjadi aliran turbulen. Pada angka Reynold 4000
ke atas, fludia tersebut sudah menjadi benar- benar mengalir secara turbulen
Penting untuk diingat bahwa fluida di dalam tubuh manusia tidak terbatas pada cairan
saja. Gas dalam tubuh manusia, misalnya udara pernapasan, juga bekerja mengikuti prinsip
fisika fluida. Di dalam paru, terjadi pertukaran gas antara udara pernapasan di dalam alveoli
dengan darah di pembuluh kapiler alveoli. Pertukaran gas ini terjadi sesuai dengan Hukum
Fick yang memperhitungkan kecepatan perpindahan gas dari satu medium ke medium lain
sebagai berikut:

Vgas = laju difusi atau perpindahan gas


P = tekanan parsial gas (konsentrasi satu gas tertentu dalam campuran berbagai gas)
PI = tekanan parsial gas di medium awal (sebelum berdifusi)
P2 = tekanan parsial gas di medium akhir (setelah berdifusi)
SA - luas permukaan membran yang dilalui gas saat berdifusi
T-ketebalan membran yang dilalui gas saat berdifusi
D= koefisien difusi gas (nilainya bergantung pada jenis gas)
Sesuai dengan hukum Fick, dapat diperkirakan bahwa perpindahan gas di dalam paru
terjadi secara optimal pada saat alveoli sedang mengembang karena pada saat tersebut, luas
permukaan alveoli besar dan ketebalannya kecil. Penyakit tertentu, misalnya edema paru,
terjadi karena ada penumpukan cairan di dalam rongga alveoli yang meningkatkan ketebalan
membran yang harus dilalui gas sehingga laju difusi gas menjadi berkurang dan mengganggu
pernapasan.
Prinsip fluida gas yang lain terkait dengan kohesi dan tegangan permukaan juga terjadi
di paru. Sebuah alveolus mengembang dan mengempis sesuai irama pernapasan dapat
dianggap sebagai sebuah balon yang mengembang dan mengempis. Sebuah balon mengempis
karena gaya tekan udara yang dalam balon lebih rendah daripada gaya kohesi (gaya tarik-
menarik antara partikel sejenis) di dinding balon. Pada alveolus pun demikian; adanya gaya
kohesi antara molekulmolekul air di dinding alveolus menyebabkan alveolus mengempis.
Semakin kecil radiusnya, maka gaya kohesi ini akan semakin besar sehingga alveolus yang
lebih kecil akan lebih mudah mengempis dibanding alveolus yang lebih besar sesuai Hukum
Laplace:
P-tekanan yang bersifat mengempiskan akibat adanya gaya kohesi

T= tegangan permukaan pada dinding rongga

r = radius rongga

Pada kenyataannya, alveolus yang normal TIDAK SEPENUHNYA mengikuti


Hukum Laplace sebab jika sebuah alveolus betul-betul mengikuti hukum Laplace, maka
semua alveoli akan kolaps setelah napas pertama dihembuskan. Hal ini dimungkinkan oleh
adanya suatu zat yang disebut surfaktan. Surfaktan bekerja mengurangi tegangan permukaan
pada saat alveolus mulai mengempis sehingga tekanan yang bersifat mengempiskan nilainya
relatif sama meskipun radius alveolus berubah-ubah. Hal ini memungkinkan pola pernapasan
yang ringan karena tidak membutuhkan energi besar untuk melawan tekanan akibat kohesi di
dinding alveoli tersebut.
Sayangnya, ada kondisi tertentu yang menyebabkan surfaktan tidak bekerja secara
optimal, misalnya pada bayi prematur. Pada bayi prematur, surfaktan belum terbentuk
sepenuhnya sehingga tegangan permukaan pada alveoli bayi tetap tinggi yang akibatnya
menyulitkan bayi bernapas dengan baik. Kondisi ini dikenal sebagai acute repiratory stress
disorder (ARDS). Kondisi ini dapat ditangani dengan menyuntikkan zat yang dapat
merangsang pembentukan surfaktan pada ibu hamil dengan bayi prematur SEBELUM
bayinya dilahirkan

C. Manfaat Fluida Dalam Kesehatan

Manfaat Fluida dalam kesehatan ada 2 yaitu:

1. Fluida statis atau diam: Contohnya penggunaan Sphygmomanometer (Tensi Darah)

2. Fluida Dinamis atau bergerak: Contohnya Peletakan cairan infuse.

1.Tensimeter atau Sphygmomanometer


Prinsip kerja alat pengukur tekanan darah sama dengan Manometer yang
menggunakan prinsip fluida. Manometer adalah alat pengukur tekanan yang menggunakan
tinggi kolom (tabung) yang berisi liquid statik untuk menentukan tekanan. Manset dipasang
mengikat mengelilingi lengan dan kemudian ditekan dengan tekanan di atas tekanan arteri
lengan (brachial) dan kemudian secara perlahan tekanannya diturunkan Pembacaan tinggi
mercuri dalam kolom (tabung manometer) menunjukkan peak pressure (systolic) dan lowest
pressure(diastolic).
. Cairan yang tekanannya akan diukur harus memiliki berat jenis yang lebih rendah
dibanding cairan manometrik, oleh karena itu pada alat pengukur tekanan darah dipilih air
raksa sebagai cairan manometrik karena air raksa memiliki berat jenis yang lebih besar
dibandingkan dengan berat jenis darah. Dalam kasus alat pengukur tekanan darah yang
menggunakan air raksa, berarti tekanan darah dapat diukur dengan menghitung berat jenis air
raksa dikali gravitasi dan ketinggian air raksa kemudian dikurangi berat jenis darah dikalikan
gravitasi dan ketinggian darah. Ukuran tekanan darah normal untuk manusia dewasa (dengan
kondisi saat pengukuran normal, tidak setelah berolahraga):
• Systolic: kurang dari 120 mmHg (2,32 psi atau 15 kPa)
• Diastolic: kurang dari 80 mmHg (1,55 atau 10 kPa)
2.Pemasangan infus

Sebelum infus dipasang biasanya dilakukan pengukuran tekanan darah pasien. Hal ini
dilakukan karena pemasangan impuls harus memperhatikan tekanan darah pasien dimana
tekanan infus harus lebih tinggi dari tekanan darah pasien agar cairan infus mengalir kedalam
tubuh pasien. Jika tekanan darah pasien lebih besar dari tekanan cairan infus maka yang
terjadi darah pasien akan mengalir melalui selang infus menuju kantong infus.

➤Contoh soal 1:

Darah mengalir dari pembuluh darah yang besar dengan jari-jari 0.3 cm. dimana
kelajuannya 10 cm/s kedalam daerah dimana jari-jarinya berkurang menjadi 0,2 cm akibat
penebalan dinding (aryeriosclerosis). Berapakah kelajuan darah pada bagian itu?

Jawab :

Alv2-A2v2
v2-A1.v2/A2-(0.3 cm)2(10cm/s)/(0,2 cm)2
= 22,5 cm/s.
Jadi, Aliran dari pembuluh besar menuju kecil, kelajuannya alirannya berubah dari
lambat menjadi lebih cepat.

➤ Contoh soal 2:

Radius aorta 1,0 em dan darah yang melewatinya memiliki laju sekitar 30 cm/s.
Pembuluh kapiler memiliki radius 4x10-4 cm dan darah yang melewatinya memiliki laju
sekitar 5x10-4 m/s. Perkirakan berapa banyak pembuluh kapiler yang ada dalam tubuh?
Jawab :

Al = Luar aorta
A2 = Luas seluruh pembuluh kapiler = N.rkap2
Dimana N = jumlah pembuluh kapiler,
Maka, Alvl = A2v2
(raorta2)vaorta = (N.rkap2)vkap
N=(raorta2)vaorta / (rkap2)vkap
N=Sx109 pembuluh kapiler
3. Kekentalan Darah

Semakin kental cairan yang melewati pembuluh, semakin besar gesekan terhadap dinding
pembuluh, sehinggah tahanan semakin besar.Kekentalan konsentrasi sel darah merah.

Darah normal: 3,5x Kekentalan air aliran darah penderitaan anemia: Cepat, konsentrasi
sel darah merah sangat rendah. Penderita polycythemia (kadar sel darah merah meningkat)
aliran darah sangat lambat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Prinsip fisika sangatlah berpengaruh dalam dunia keperawatan,salah satunya yaitu


prinsip kerja pada tensimeter, tensimeter raksa merupakan terapan dari ilmu fisika fluida
yaitu mengalirnya zat cair atau raksa dalam sebuah tabung dengan besar tekanan tertentu.

B. SARAN

Kami membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Kami mengambil dari
berbagai sumber, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan dan kekurangan, maka kami
sarankan untuk mencari referensi yang lebih baik. Apabila pembaca merasa ada kekurangan
dapat membaca buku yang menjadi referensi secara lengkap.
Daftar Pusaka

https://www.scribd.com/doc/94861402/aplikasi-fisika-dalam-keperawatan

http://deviretnosari.blogspot.com/2013/02/makalah-fluida-fisika.html

http://alifis.wordpress.com/2010/11/04/seri-fisika-kesehatan biofluida/amp/

http://gantenggantengschat.blogspot.com/p/blog-page.html?m=1

http://niarahmafisika.blogspot.com/2016/11/penerapan-fisika-pada- tensimeter.html

You might also like