You are on page 1of 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA BAYI DENGAN BBLR DI

RUANG PERINATOLOGI RSUD SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

Di susun oleh:
ANISA NURUL FAUZIAH
SN211006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(kurang dari 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction/
IUGR) (Pudjiadi, dkk., 2013).
2. Etiologi
Etiologi menurut Pudjiadi, dkk (2013) adalah sebagai berikut:
a. Faktor ibu
a) Penyakit: Hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, infeksi akut, serta kelainan
kardiovaskuler.
b) Gizi ibu hamil: Keadaan gizi ibu sebelum hamil sangat besar pengaruhnya
pada berat badan bayi yang dilahirkan. Pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan
oleh ibunya. Agar dapat melahirkan bayi normal, ibu perlu mendapatkan
asupan gizi yang cukup dan seimbang.
c) Usia ibu : angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah
20 tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
d) Keadaan sosioal ekonomi : keadaan ini sangat berpengaruh terhadap
timbulnya prematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan sosial
ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang
baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
e) Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan
ibu yang perokok.

b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun
3. Manifestasi Klinik

a. Sebelum bayi lahir


a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan
lahir mati.
b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c) Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat, gerakan janin
lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
e)Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan
hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia
gravidarum atau perdarahan ante partum.
b. Setelah bayi lahir
• BB < 2500 gr

• PB < 45 cm

• LD < 30 cm

• LK < 33 cm

• Kepala > badan


• Kulit tipis transparan, lanugo banyak

• Ubun-ubun dan sutura lebar

• Genetalia immature

• Rambut halus, tipis

• Elastisitas daun telinga kurang

• Tangis lemah

• Tonus otot leher lemah


c. Bayi KMK, dibagi dalam stadium :
- I = Kurus relatif lebih panjang, kulit tipis & kering
- II = I + warna kehijauan pada kulit, plasenta, umbilicus
- III = I + warna kuning pada kulit, kuku dan tali pusat
4. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang akan terjadi pada Bayi Baru Lahir Rendah
meliputi:
a. Hipotermi
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal
dan stabil yaitu 36 C sampai dengan 37 C. Segerah setelah lahir bayi di
harapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan
suhu ini memberikan pengaru pada kehilangan panas tubuh bayi,
hipotemi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan anas
dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena
pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan
yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh,
permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan
sehingga mudah kehilangan panas.
Tanda klinis hipotermi : Suhu tubuh dibawah normal, kulit
dingin, akral dingin, dan sianosis.
b. Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukan
bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50 % pada bayi matur :
Glokosa merupakan sumber utama energi selama masa janin, glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena
terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa, bayi ateren dapat mempertahankan kadar gula darah
50 – 60 mg/dL selama
72 jam pertama, bayi berat lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi, Hipoglikemia
bila kadar gula darah sama dengan kurang dari 20 mg/Dl.
Tanda klinis hipoglikemia : gemetar atau tremor, sianosis, apatis,
kejang, tangisan lemah atau melengking, kelumpuhan atau letergi,
kesulitan minum, terdapat gerakan putar mata, keringat dingin,
hipotermia, gagal jantung dan henti jantung.
c. Perdarahan intracranial
Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma
lahir, disseminated intravascular coagulopathy atautrombositopenia
idiopatik, Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah
merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama
minggu pertama kehidupan.
Tanda klinis perdarahan intracranial :
1) Kegagalan umum untuk bergerak normal
2) Refleks moro menurun atau tidak ada
3) Tonus otot menurun
4) Letargi
5) Pucat (anemis) dan sianosis
6) Apneu
7) Kegagalan menetek dengan baik
8) Muntah yang kuat
9) Tangisan bernada yang tinggi dan tajam
d. Penyakit yang diderita nantinya :
1) Hiperaktivitas
2) Kesulitan interaksi sosial, komunikasi karena rasa malu yang besar
3) Gangguan penglihatan
4) Mengalami kelumpuhan
5) Autis
5. Patofisiologi dan Pathway
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain
yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan,
kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui
efek buruk yang menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor
zat-zat gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab
itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa
kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan
akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya. Berkaitan
dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik anatomik maupun fisiologik
maka mudah timbul masalah misalnya:
a. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak
dibawah kulit , permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan BB, otot yang tidak
aktif, produksi panas yang berkurang.
b. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR, hal ini
disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot
pernapasan yang masih lemah.
c. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari
motilitas usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah.
d. Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi urine berkurang.
e. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih
belum baik.
f. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering
menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi menjadi
hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan ini menyebabkan aliran darah
ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya otoregulasi
serebral pada bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh
kapiler yang rapuh.
PATHWAY
6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Penatalaksanaan BBLR Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan
bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada
masa neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun
psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2018).
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan mempertahankan respirasi.
Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan
suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami
defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas,
merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika
mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan
berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema
paru dan retinopathy of prematurity.
b. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah pemberian kehangatan
eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas
merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi
harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan
pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (2006) suhu optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C-
37,5°C. Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa
cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2012):
1). Kangoroo mother care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya
2). Pemancar panas
3). Ruangan yang hangat
4). Inkubator
5) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru lahir terutama pada bayi
preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga rentan dengan penyakit.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :

a) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harusmelakukan cuci tangan terlebih
dahulu.
b) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur. Ruang perawatan
bayi juga harus dijaga kebersihannya.
c) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang perawatan bayi
sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti
masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.
6). Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori, elektrolit,
dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena kandungan air
ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal
ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal
bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap
kehilangan cairan
7). Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan
belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh
ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan
dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan
yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka
dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu harus
didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi
normal dapat menunjukkan stress dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas
sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek
menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas
lambung bayi prematur sangat terbatas dan mempengaruhi pernafasan. Kapasitas lambung
berdasarkan umur dapat diukur sebagai berikut (Jones, 2015).

Umur Kapasitas (ml)


Bayi baru lahir 10-20
1 minggu 30-90
2-3 minggu 75-100
1 bulan 90-150
3 bulan 150-200
1 tahun 210-360

8). Stimulasi sensori


Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan gantung yang
dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam unit perawatan dapat memberikan
stimulasi visual. Suara radio dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara
dapat memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari
orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan,
menggendong, atau
membelai memberikan rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena selama
pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung bayi dan mengajak
bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.
9). Dukungan dan keterlibatan keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan membuat stress
bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi
bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah
dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi bayinya,
takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari
perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis
emosional, antara lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat, menyentuh,
dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru karena
melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih nyaman dan percaya
diri dalam merawat bayinya.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas pasien
Identitas pasien berupa: nama, tanggal lahir, usia, pendidikan, alamat, nama ayah dan ibu, pekerjaan
ayah dan ibu, agama, alamat, suku bangsa.
B. Keluhan utama

Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga professional.
1. Riwayat penyakit sekarang

Untuk mengetahui lebih detail hal yang berhubungan dengan keluhan utama.
a. Munculnya keluhan

Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba), presipitasi/ predisposisi

(perubahan emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan, toksin/allergen, infeksi).

b. Karakteristik

Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi, timing (terus menerus/intermiten, durasi

setiap kalinya), hal-hal yang meningkatkan / menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala-gejala lain

yang berhubungan.

c. Masalah sejak muncul keluhan

Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.

4. Riwayat masa lampau

a. Prenatal

Keluhan saat hamil, tempat ANC, kebutuhan nutrisi saat hamil, usia kehamilan (preterm, aterm, post term),
kesehatan saat hamil dan obat yang diminum.

b. Natal

Tindakan persalinan (normal atau Caesar), tempat bersalin, obat-obatan yang digunakan.

c. Post natal

Kondisi kesehatan, apgar score, Berat badan lahir, Panjang badan lahir, anomaly kongenital.

d. Penyakit waktu kecil

e. Pernah dirawat di rumah sakit. Penyakit yang diderita, respon emosional

f. Obat-obat yang digunakan (pernah/sedang digunakan) Nama obat dan dosis, schedule, durasi, alasan
penggunaan obat.

g. Allergi

Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat, tanaman, produk rumah tangga.

h. Imunisasi ( imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu imunisasi)

5. Riwayat keluarga

Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik berhubungan / tidak berhubungan dengan penyakit
yang diderita klien), gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi).
2. Pola Gordon

a. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

Status kesehatan sejak lahir, pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi, penyakit yang menyebabkan

anak absen dari sekolah, praktek pencegahan kecelakaan (pakaian, menukar popok,dll), kebiasaan merokok

orang tua, keamanan tempat bermain anak dari kendaraan, praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga,

menyimpan obat-obatan,ddl).

b. Nutrisi metabolik

Pemberian ASI / PASI, jumlah minum, kekuatan menghisap, makanan yang disukai / tidak disukai,

makanan dan minuman selama 24 jam, adakah makanan tambahan/vitamin, kebiasaan makan, BB lahir dan

BB saat ini, masalah dikulit:rash, lesi,dll.

c. Pola eliminasi

Pola defekasi (kesulitan, kebiasaan, ada darah/tidak), mengganti pakaian dalam / diapers (bayi), pola eliminasi

urin (frekuensi ganti popok basah/hari, kekuatan keluarnya urin, bau, warna)

d. Aktivitas dan pola latihan

Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun yang digunakan), kebersihan sehari-hari,

aktivitas sehari-hari (jenis permainan, lama, teman bermain, penampilan anak saat bermain, dll),

tingkat aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans, persepsi terhadap kekuatan, kemampuan kemandirian

anak (mandi, makan, toileting, berpakaian, dll.)

e. Pola istirahat tidur

Pola istirahat/tidur anak (jumlahnya), perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nokturia, posisi tidur anak,

gerakan tubuh anak.

f. Pola kognitif-persepsi

Responsive secara umum anak, respons anak untuk bicara, suara, objek sentuhan, apakah anak mengikuti

objek dengan matanya, respon untuk meraih mainan, vocal suara, pola bicara kata-kata, kalimat,

menggunakan stimulasi/tidak, kemampuan untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor telepon,

kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan; lapar, haus, nyeri, tidak nyaman.
g. Persepsi diri – pola konsep diri

Status mood bayi / anak (irritabilitas), pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetensi, banyak/tidaknya

teman.

h. Pola peran – hubungan

Struktur keluarga, masalah/stressor keluarga, interaksi antara anggota keluarga dan anak, respon anak/bayi

terhadap perpisahan, ketergantungan anak dengan orang tua.

i. Sexualitas

Perasaan sebagai laki-laki / perempuan (gender), pertanyaan sekitar sexuality bagaimana respon orang tua.

j. Koping – pola toleransi stress

Apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat stress, toleransi stress, pola penanganan masalah,

keyakinan agama.

k. Nilai – pola keyakinan

Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen, keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama.
C. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum

Kesadaran, postur tubuh, fatigue

b. Tanda – tanda vital

Tekanan darah. Nadi, respirasi, suhu

c. Ukuran anthropometric

Berat badan, panjang badan, lingkar kepala

d. Mata

Konjungtiva, sclera, kelainan mata

e. Hidung

Kebersihan, kelainan

f. Mulut
Kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis

g. Telinga

Fungsi pendengaran, kelainan, kebersihan

h. Dada

Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (jantung, paru-paru)

i. Abdomen

Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

j. Punggung

Ada/tidak kelainan

k. Genetalia

Kebersihan, terpasang kateter/tidak, kelainan

l. Ekstremitas

Odema, infuse/transfuse, kontraktor, kelainan

m. Kulit

Kebersihan kulit, turgor kulit, lesi, kelainan

10. Pemeriksaan tumbuh kembang

1) Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

kejadian-kejadian penting: pertama kali mengangkat kepala, berguling, duduk sendiri, berdiri,

berjalan, berbicara/kata-kata bermakna atau kalimat, gangguan mental perilaku.

2) Pelaksanaan pemeriksaan pertumbuhan

a. Pengukuran Berat badan

b. Pengukuran Tinggi badan

c. Pengukuran lingkar lengan atas

d. Pengukuran lingkar kepala

e. Kecepatan tumbuh
3) Pelaksanaan DDST

Berdasarkan hasil pengkajian melalui DDST (Denver Development Screening Test) untuk

umur 0 – 6 tahun perkembangan anak di atur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor

perkembangan yang meliputi:

a. Kemandirian dan bergaul

Kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan orang lain.

b. Motorik halus

Kemampuan anak untuk menggunakan bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot halus sehingga tidak perlu
tenaga, namun perlu koordinasi yang lebih kompleks.

c. Kognitif dan bahasa

Kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pendapat melalui pengucapan kata-kata, kemampuan
mengerti dan memahami perkataan orang lain serta berfikir.

d. Motorik kasar

Kemampuan anak untuk menggunakan dan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan
tenaga. Jika usia> 6 tahun tanyakan tumbuh kembang secara umur sebagai berikut:

a. Berat badan lahir, 1 tahun, dan saat ini

b. Pertumbuhan gigi, usia gigi tumbuh, jumlah gigi, masalah dengan pertumbuhan gigi

c. Usia saat mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama

d. Perkembangan sekolah, lancer, masalah disekolah

e. Interaksi dengan publik dan orang dewasa

f. Partisipasi dengan kegiatan organisasi (kesenian, olahraga,dsb)


D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.

2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.

3. Titer torch sesuai indikasi.


4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.

5. Pemantauan elektrolit.

6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dindin dada (D.0005)

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makan (D.0019)

3) Hipotermia berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan (D.0132)

4) Ikterus neonatus berhubungan dengan usia kurang dari 7 hari (D.0024)

3. Perencanaan Keperawatan (Tujuan, Kriteria hasil, dan tindakan keperawatan)

NO TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


DX HASIL (SLKI) (SIKI)
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan napas (I.01011)
selama 3x 24 jam diharapkan hasil pola Observasi :
napas membaik (L.01004) dengan 1) Monitor pola napas
kriteria hasil :
1) Dispnea menurun 2) Monitor bunyi napas

2) Penggunaan otot bantu napas 3) Monitor seputum


menurun
Terapeutik :
3) Pemanjangan fase ekspirasi menurun 1) Lakukan penghisapan lender kurang dari 15
detik

2) Berikan oksigen

3) Posisikan semi fowler atau fowler


2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi (I.03119)
selama 3x24 jam diharapkan status Observasi :
nutrisi bayi membaik(L.030331) dengan 1) Identifikasi status nutrisi
kriteria hasil :
1) Berat badan meningkat 2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

2) Panjang badan meningkat 3) Identifikasi perlunya penggunaan selang


nasogastrik

4) Monitor berat badan

Terapeutik
1) Lakukan oral hygine sebelum makan,jika
perlu
Kolaborasi :
1) Kolaborasi ahli gizi , jika perlu

h) Hipotermia
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipotermia (I.14507)
selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
termogulasi neonatus 1) Monitor suhu tubuh
membaik(L.14135)
Dengan kriteria hasil : 2) Identifikasi penyebab hipotermia
1) Menggil menurun
3) Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
2) Suhu tubuh membaik
Terapeutik :
3) Ventilasi menurun 1) Sediakan lingkungan yang hangat
( incubator)

2) Lakukan penghangatan pasif (selimut,


penutup kepala,pakaian tebal )

3) Lakukan penghangatan aktif eksternal


( perawatan metode kangguru )
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fototerapi neonatus (I.03091)
selama 3 x 24 jam diharapkan Observasi :
integeritas kulit dan jaringan meningkat
Dengan kriteria hasil : 1) Monitor ikterik pada skelra dan kulit bayi

1) Suhu kulit membaik 2) Identifikasi kebtuhan cairan sesuai dengan


usai gestasi dan berat badan
2) Tekstur kulit mambaik
3) Monitor suhu dan tanda vital setiap 4 jam
sekali

4) Monitor efek samping fisioterapi


Teraupeutik :
1) Siapkan lampu fototerapi dan incubator atau
kotak bayi

2) Lepaskan pakaian bayi kecuali popok

3) Berikan menutup mata

4) Ukur jarak antara lampu dan permukaan


kulit bayi

5) Biarkan tubuh bayi terpapar siar fototerapi


secara berkelanjutan

6) Gunakan linen berwarna uti agar


memantulkan cahaya sebanyak mungkin.
Edukasi :
1) Anjurkan ibu menyusui setiap 20-30 menit

2) Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin

Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemeriksaan darah vena
bilirubin direk dan indirek

4. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawata merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan dimana perawa menilai hasil yang di harapkan
terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu tersebut dapat diatasi. Disamping it, perawat juga
memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seadainnya tujuan utama belum tercapai, maka dalm hal ini proses
keperawatan dapat dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, A. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus


Resiko Tinggi dan Kegawatdaruratan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Maryunani, A, Nurhayati. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit
Pada Neonatus. Jakarta: CV Trans Info Media.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2011. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 9.
Jakarta : EGC;. p. 598.
Donna L. Wong, 2013, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Pantiawati, I. 2015. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika
Pudjiadi, dkk. 2015. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Jakarta: IDAI.

You might also like