You are on page 1of 27

TUGAS INDIVIDU 1

MAKALAH HIPERTENSI

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah I


Sistem : Kardiovaskular
Nama Mahasiswa : Sumarauw, Regina Maria
NIM : 106012110092
Semester :3

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT
AGUSTUS 2022

1
Daftar Isi
Sampul.................................................................................................................................1
Daftar Isi .............................................................................................................................2
Tinjauan Pustaka..................................................................................................................3
1. Definisi....................................................................................................................3
2. Etiologi/faktor risiko................................................................................................3
3. Tanda dan gejala......................................................................................................5
4. Epidemiologi...........................................................................................................5
5. Patofisiologi.............................................................................................................6
6. Komplikasi...............................................................................................................6
7. Pemeriksaan.............................................................................................................7
8. Penatalaksanaan.......................................................................................................8
9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul .......................................................9
Kesimpulan..........................................................................................................................10
10 Soal Uji Kompetensi ......................................................................................................11
Daftar Pustaka......................................................................................................................15
Foto/screenshot literatur......................................................................................................16

2
Tinjauan Pustaka
1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih
besar dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg, berdasarkan
dua atau lebih pengukuran. Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Normal: sistolik kurang dari 120 mmHg; diastolik kurang dari 90 mmHg.
 Prahipertensi: sistolik 120 sampai 139 mmHg; diastolik 80 sampai 89 mmHg.
 Tahap 1: sistolik 140 sampai 159 mmHg; diastolik 90 sampai 99 mmHg.
 Tahap 2: sistolik 160 mmHg; diastolik 100 mmHg. (Nair, 2009)

Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular aterosklerotik,


gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi membawa risiko morbiditas atau
mortalitas dini, yang meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan sistolik dan
diastolik. Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan merusak membuluh darah
pada organ sasaran (jantung, ginjal, otak, dan mata). (Nair, 2009)

2. Etiologi/faktor risiko

Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Pada populasi orang dewasa dengan hipertensi, antara 90% dan 95% memiliki hipertensi
esensial (primer), yang tidak memiliki penyebab medis yang dapat diidentifikasi;
tampaknya merupakan kondisi poligenik multifaktorial. Agar tekanan darah tinggi terjadi,
peningkatan resistensi perifer dan atau curah jantung harus terjadi sebagai akibat dari
peningkatan stimulasi simpatis, peningkatan reabsorpsi natrium ginjal, peningkatan
aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron, penurunan vasodilatasi arteriol, atau
resistensi terhadap tekanan darah tinggi aksi insulin. (Nair, 2009)
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah dengan penyebab spesifik, seperti
penyempitan arteri ginjal, penyakit parenkim ginjal, hiperaldosteronisme (hipertensi
mineralokortikoid), obat-obatan tertentu, kehamilan, dan koarktasio aorta. Hipertensi juga
bisa akut, tanda dari kondisi yang mendasari yang menyebabkan perubahan resistensi
perifer atau curah jantung. (Nair, 2009)

Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi


a) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai faktor risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya potassium terhadap
sodium individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. (Nuraini, 2015)

b) Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah yang
kebanyakan pada kelompok etnik di semua umur. Perubahan fisiologis dapat
menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah,

3
yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivitas saraf simpatis
dan system renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. (Nuraini, 2015)

c) Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindungi dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya
adalah penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar
High Density Lipoprotein (HDL). Efek perlindungan estrogen dianggap
sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premanopause. (Nuraini,
2015)

d) Stress
Stress ini dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu kita stress, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa
darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun akan meningkat. (Nuraini, 2015)

e) Kurang Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung
sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya beraktivitas fisik
menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk
menjadi gemuk. (Nuraini, 2015)

f) Pola asupan garam dalam diet


Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4gram sodium atau 6gram garam) perhari. Konsumsi
natrium berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah sehingga berdampak terjadi
hipertensi. (Nuraini, 2015)

g) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami arteriosclerosis. Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya
tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% subjek merokok
pemula, 5% subjek merokok1-14 batang rokok perhari dan 8% subjek yang
merokok lebih dari 15 batang perhari. Dan dapat disimpulkan kejadian
hipertensi terbanyak pada kelompok subjek dengan kebiasaan merokok lebih
dari 15 batang perhari. (Nuraini, 2015)

4
3. Tanda dan gejala

Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang di maksud adalah:
Sakit kepala, pendarahan pada hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
yang normal. (Hasanah, 2019)

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut :
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Mual
 Sesak napas
 Gelisah
 Pandangan menjadi kabur
(Hasanah, 2019)

Yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut esefalopati hipertensif , yang
memerlukan penanganan segera. (Hasanah, 2019)

4. Epidemiologi

Kejadian hipertensi di seluruh dunia telah mencapai 1,3 milyar orang, yang mana angka
tersebut menggambarkan 31% jumblah penduduk dewasa di dunia yang mengalami
peningkatan sebesar 5,1% lebih besar dibanding prevalensi global pada tahun 2000-2010.
Pada rentang tahun yang sama, kejadian hipertensi yang lebih tinggi terjadi pada
penduduk negara berkembang dibandingkan negara maju bahkan nyaris sebanyak 75%
penderita hipertensi dan terjadi peningkatan sebanyak 8,1%. Prevalensi kejadian
hipertensi di Indonesia yang didapatkan dari hasil pengukuran tekanan darah pada
penduduk berusia > 18 tahun mengalami penurunan dari 31,7% pada tahun 2007 menjadi
25,8%. (Arum, 2019)

Angka prevalensi hipertensi di Provinsi Jawa Timur masih cukup tinggi jika
dibandingkan dengan angka prevalensi di Indonesia, yaitu sebesar 26,2%. Sementara
pada tahun 2016 prosentase prevalensi tekanan darah tinggi sebesar 13,47%. Kota
Surabaya termasuk ke dalam lima besar kota atau kabupaten di Jawa Timur yang
memiliki jumblah penderita hipertensi tertinggi, dengan sebanyak 45.014 orang atau
sebesar 10,43%. Jawa Timur merupakan provinsi yang menempati urutan ketiga di
Indonesia yang memiliki penduduk usia produktif 15-64 tahun dengan jumblah yang
besar sebanyak 27.140.295 penduduk. (Arum, 2019)

Pada umumnya, kejadian hipertensi banyak terjadi pada penduduk berusia lanjut namun
tidak menutup kemungkinan penduduk usia remaja hingga dewasa juga dapat mengalami
penyakit hipertensi tersebut. Remaja dan dewasa muda yang berada pada kisaran usia 15-
25 tahun memiliki angka prevalensi hipertensi 1 dari 10 orang. Prevalensi prehipertensi
dan hipertensi pada dewasa muda (usia 20-30 tahun) adalah sebesar 45,2% hipertensi kini

5
telah menjadi degeneratif yang diturunkan pada anggota keluarga yang memiliki riwayat
kejadian hipertensi. (Arum, 2019)

Kecamatan Wonokromo memiliki 117.262 penduduk berusia > 18 tahun, yang mana
sejak tahun 2012 kejadian hipertensi di wilayah ini selalu menjadi salah satu sepuluh
kasus besar di kecamatan Wanokromo. Selain itu, diketahui juga bahwa kecamatan
Wanokromo dengan puskesmas Jagir merupakan salah satu wilayah dengan prevalensi
32,19%. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi tahun sebelumnya.
(Arum, 2019)

5. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah dengan melalui terbentuknya angiotensin II


dari angiotensin I oleh anggota converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati. Lalu oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. (Nuraini, 2015)

Aksi pertama yaitu meningkatkan sekresi hormon antidiuretic (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urine. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urine
yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah akan meningkat
dan pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. (Nuraini, 2015)

Aksi kedua yaitu menstimulasi sekresi aldosteron dari konteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCI (garam) dengan
cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCI akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya
akan meningkatkan volume dan tekanan darah. (Nuraini, 2015)

6. Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya, penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan, dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang
tinggi umumnya meningkatkan risiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang
tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek
harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila
penyakitnya tidak terkontrol dan menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke
dan gagal ginjal. (Nuraini, 2015)

a) Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi.
Stroke timbul karena pendarahan, tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat

6
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak
mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. (Nuraini,
2015)

b) Kardiovaskular
Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh
darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya
iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infrak. (Nuraini, 2015)

c) Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerulus. Kerusakan glomerulus akan
mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan
terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran
glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering
dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmoti koloid plasma yang berkurang.
Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik. (Nuraini, 2015)

d) Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada
retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung,
maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina
yang terjadi akibat tekanan darah tinggi adalah iskemik optik neuropati /kerusakan
pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat
penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita retinopati hipertensif
pada awalnya tidak menunjukan gejala, yang pada akhirnya dapat kebutaan pada
stadium akhir. (Nuraini, 2015)

7. Pemeriksaan

Pemeriksaan penunjang untuk pasien hipertensi meliputi,


1. Pemeriksaan fisik
Dalam pemeriksaan fisik perlu dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau
lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang dalam hal ini juga dilakukan
pengukuran berat badan untuk membandingkan antara berat badan dan tinggi pasien.
Karena obesitas dan hipertensi mempunyai prognosa yang kurang baik. Kemudian
dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif.
(Haedah, 2018)

2. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah rutin yang diperlukan adalah hematokrit, ureum, dan
kreatinin untuk menilai fungsi ginjal.
 Elektrolit untuk melihat kemungkinan adanya kelainan hormonal aldosteron.
 Pemeriksaan urinalis (protein dalam urine) untuk melihat adanya kelainan
pada ginjal. (Haedah, 2018)

7
3. Pemeriksaan radiologi
Yaitu untuk melihat adanya pembesaran jantung kiri pada hipertensi yang kronis dan
tanda-tanda bendungan pembuluh darah pada stadium payah jantung hipertensi.
(Haedah, 2018)

4. Pemeriksaan echokardiografi
Echokardiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang akurat untuk
memantau terjadinya hipertropi ventrikel. Hemodinamik kardiovaskuler dan tanda-
tanda iskemia miokard yang menyertai penyakit jantun hipertensi pada stadium lanjut.
Apabila pemeriksaan tersebut di atas tidak cukup untuk membuktikan etiologi
penyakit atau ada kecurigaan terhadap suatu penyakit yang menyebabkan hipertensi.
(Haedah, (2018)
Maka dilakukan pemeriksaan khusus seperti :
a) Pielografi intravena dapat membantu menilai keadaan ginjal, dapat dilihat dari
fungsi ekskresi ginjal dan ureter serta bentuk dan besarnya ginjal.
b) Arteriografi renal dapat dilakukan bila ada dugaan stenosis arteri renalis.
c) Pemeriksaan kadar renin plasma untuk mengevaluasi pasien untuk stenosis arteri
renalis juga dipakai untuk menentukan pola pengobatan. (Haedah, 2018)

8. Penatalaksanaan

Penanganan hipertensi menurut JNC VII bertujuan untuk mengurangi angka morbiditas
dan mortalitas penyakit kardiovaskuler dan ginjal. Fokus utama dalam penatalaksanaan
hipertensi adalah pencapaian tekanan sistolik target < 140/90 mmHg. Pada pasien dengan
hipertensi dan diabetes atau penyakit ginjal, target tekanan darahnya adalah < 130/80
mmHg. Pencapaian tekanan darah target secara umum dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu sebagai berikut : (Nuraini, 2015)

a. Non Farmakologi
Pengobatan hipertensi tidak hanya mengutamakan pemberian obat-obat anti hipertensi
tetapi juga harus disertai dengan perubahan pola hidup. Terapi non farmakologi terdiri
dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi
alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta peningkatan
konsumsi buah dan sayur. (Nuraini, 2015)

Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan tekanan darah, antara lain:
1. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan
darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan
kontrol hipertensi. (Nuraini, 2015)
2. Meningkatkan aktivitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang
aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak > 3 x/menit, ini
penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi. (Nuraini, 2015)
3. Mengurangi asupan natrium

8
Jika diet membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat antihipertensi oleh
dokter. (Nuraini, 2015)

4. Menurunkan konsumsi kafein dan alcohol


Kafein dapat memacu jatung untuk bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya. Mengkonsumsi alcohol lebih dari 2-3 gelas/hari
dapat meningkatkan risiko hipertensi. (Nuraini, 2015)

b. Farmakologi
Terapi farmakologi yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu
diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosterone antagonis, beta blocker,
calcium chanel blocker atau calcium antagonis, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
(ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau ATI receptor antagonist/blocker (ARB)
diuretik tiazid (misalnya bendroflumetiazid). (Nuraini, 2015)

Contoh-contoh obat anti hipertensi antara lain sebagai berikut :


 Beta-blocker, (misalnya propranolol, atenolol),
 Penghambat angiotensin converting enzymes (misalnya captopril, enalapril),
 Antagonis angiotensin II (misalnya candesartan, losartan),
 Calcium channel blocker (misalnya amlodipin, nifedipin),
 Alpha-blocker (misalnya doksasozin). (Nuraini, 2015)

9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (terutama dari buku SDKI PPNI)

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia


(PPNI 2016) Untuk Penyakit Hipertensi
 Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
 Penurunan curah jantung b.d peningkatan iskemia miokard
 Intoleransi aktivitas b.d tirah baring dan imobilitas

9
Kesimpulan

Hipertensi adalah kondisi yang menunjukkan tekanan darah sistolik dan diastolik lebih tinggi
dari 140/90 mmHg. Penyebabnya yaitu Hipertensi Primer yaitu genetic dan ras, Dan juga
Hipertensi sekunder yaitu kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, dan
penyakit kelenjar adrenal. Salah satu tujuan tatalaksana hipertensi adalah untuk memperbaiki
kualitas hidup dan mencegah terjadinya komplikasi. Diet pada pasien hipertensi memegang
peranan penting dalam tatalaksananya, demikian pula dengan perubahan pola hidup.
Pelayanan dari suatu tim yang terpadu yaitu dokter, perawat, ahli gizi, dan pertugas kesehatan
lain sangat diperlukan agar perawatan pada pasien hipertensi bisa optimal.

10
10 Soal Uji Kompetensi

1. Seorang pasien berusia 50 tahun dating ke IGD dengan keluhan pusing, jantung berdebar-
debar, sedikit sesak nafas, keringat dingin. Pasien menyatakan ada riwayat pemakaian pil KB,
hiperlipidemia dan pembesar atrium kiri pada pemeriksaan sebelumnya. Pada pemeriksaan
fisik yang dilakukan perawat didapatkan hasil TD: 160/100 mmHg, RR: 28 x/menit, Nadi :
88 x/menit, Suhu : 36 oC, JVP 5 + 2 cm H20, Ictus cordis di ICS 5 bergeser 2 cm ke lateral
kiri, suara jantung S3, ada bising abdomen. Pada pemeriksaan radiologi Cor: CTR > 50%.

Pertanyaan Soal
Apakah yang diderita oleh pasien tersebut?

Pilihan Jawaban
a. Hipertensi derajat I.
b. Hipertensi derajat II.
c. Hipertensi derajat III.
d. Hipertensi normal tinggi.
e. Hipertensi malignant

Jawaban C. Hipertensi derajat III

2. Perempuan, 55 tahun dirawat di ruang rawat inap dengan keluhan pusing, jantung
berdebar-debar, sedikit sesak napas, keringat dingin, klien mengatakan ada riwayat
pemakaian pil KB, hyperlipidemia dan pembesar atrium kiri pada pemeriksaan sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan perawat didapatkan hasil: Tekanan Darah: 160/100
mmHg, pernapasan 28x/menit, Nadi: 88x/menit, Suhu : 36 oC, JVP 5 + 2 cm H20, Ictus cordis
di ICS 5 bergeser 2 cm ke lateral kiri, suara jantung S3, ada bising abdomen. Pada
pemeriksaan radiologi Cor: CTR > 50%.

Pertanyaan Soal
Apakah yang diderita oleh pasien tersebut?

Pilihan Jawaban
a. Hipertensi derajat I.
b. Hipertensi derajat II.
c. Hipertensi derajat III.
d. Hipertensi normal tinggi.
e. Hipertensi malignant.

Jawaban C. Hipertensi derajat III

3. Seorang laki-laki berusia 67 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan sakit
kepala. Dari hasil pengkajian didapatkan, pasien menyatakan memiliki riwayat hipertensi
dengan pengobatan yang teratur. Berat badan 80kg, tinggi badan 155cm. Pasien heran
mengapa penyakitnya tidak sembuh, tidak bisa tidur, pasien jarang olahraga, dan napsu
makan menurun. TD: 170/110 mmHg, frekuensi nadi 105 x/menit, frekuensi napas 19
x/menit, suhu 37,4 oC.

11
Pertanyaan Soal
Apakah Pendidikan kesehatan yang tepat pada kasus tersebut?
Pilihan Jawaban
a. Mengurangi berat badan.
b. Menganjurkan berolahraga.
c. Menganjurkan tidur teratur.
d. Mengurangi konsumsi garam.
e. Menganjurkan selalu berobat.

Jawaban A. Mengurangi berat badan.

4. Wanita 60 tahun penghuni PSTW memiliki riwayat hipertensi semenjak 10 tahun yang
lalu, hasil pemeriksaan tekanan darah 160/100 mmHg, klien menyatakan sakit kepala berat,
tengkuk/leher bagian bawah, mata kunang-kunang / pandangan gelap/ kabur, dan telinga
berdengung.

Pertanyaan Soal
Apa intervensi keperawatan mandiri utama yang dilakukan?

Pilihan Jawaban
a. Diet rendah garam, lemak dan pedas.
b. Autogenic training.
c. Kontrol tekanan darah.
d. Latihan fisik.
e. Mekanisme koping dan adaptif.

Jawaban B. Autogenic training.

5. Seorang laki-laki berusia 70 tahun di panti werdha binjai dengan diagnosa hipertensi. Dari
hasil pengkajian didapatkan data, nyeri sakit kepala, susah tidur, gelisah, TD: 180/100
mmHg, nadi 90 x/menit, pernapasan 16 x/menit, suhu tubuh 37 oC.

Pertanyaan Soal
Dari kasus di atas manakah yang menjadi prioritas masalah keperawatan?

Pilihan Jawaban
a. Nyeri/sakit kepala.
b. Susah tidur.
c. Hipertensi.
d. Sakit kepala.
e. Gelisah.

Jawaban A. Nyeri/sakit kepala.

6. Perempuan, 65 tahun dirawat di Rindu B RSUP H. Adam Malik Medan memiliki riwayat
hipertensi 2 tahun yang lalu, dari hasil pengkajian didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg.
Klien sering mengkonsumsi makanan yang tinggi garam dan berlemak, klien jarang
melakukan pergerakan dan lebih banyak melakukan aktivitas di tempat tidur.

12
Pertanyaan Soal
Apa intervensi keperawatan utama yang dilakukan?

Pilihan Jawaban
a. Mekanisme koping yang adaptif.
b. Diet rendah garam dan lemak.
c. Kontrol tekanan darah.
d. Manajemen nyeri.
e. Latihan fisik.

Jawaban D. Manajemen nyeri.

7. Perempuan, 60 tahun datang ke klinik geriatric dengan keluhan sesak nafas, dada terasa
berat serta berkeringat dingin, dari hasil pengkajian didapatkan: tekanan darah 150/100
mmHg, Nadi 88x/menit, pernapasan 28x/menit.

Pertanyaan Soal
Apa intervensi keperawatan utama yang dilakukan?
a. Imobilisasi.
b. Oksigenisasi.
c. Kontrol tekanan darah.
d. Manajemen koping.
e. Elektrolit.

Jawaban B. Oksigenisasi.

8. Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan buang air besar dengan
konsistensi cair sudah lebih 8 kali dalam sehari dan merasa sangat lemas. Pada pemeriksaan
fisik terlihat mata cekung, lemah, turgor sangat buruk, bising usus 25 x/menit, tanda-tanda
vital: tekanan darah 900/70 mmHg, frekuensi nadi: 92 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit
dan suhu tubuh 38,6 oC.

Pertanyaan Soal
Apakah masalah keperawatan yang timbul pada kasus tersebut?

Pilihan Jawaban
a. Kelebihan volume cairan.
b. Kekurangan elektrolit dalam tubuh.
c. Kelebihan cairan dalam tubuh melebihi kebutuhan.
d. Kelebihan asam basa dan elektrolit melebihi kebutuhan tubuh.
e. Kekurangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh.

Jawaban E. Kekurangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh.

9. Perempuan, 60 tahun datang ke klinik geriatri dengan keluhan susah tidur karena sering
merasa panas dan gatal di malam hari, klien mengatakan sudah dua bulan tidak mensturasi.
Tekanan darah 150/100 mmHg. Klien merasa cemas dengan kondisinya saat ini.

Pertanyaan Soal
Apa masalah keperawatan utama yang dilakukan?

13
Pilihan Jawaban
a. Gangguan istirahat tidur.
b. Nyeri akut.
c. Pola seksualitas serebral tidak efektif.
d. Cemas.
e. Perfusi jaringan serebral tidak efektif.

Jawaban A. Gangguan istirahat tidur.

10. Seorang laki-laki usia 85 tahun pada kunjungan rumah yang dilakukan oleh perawat, ia
mengeluh sulit tidur setelah terbangun pada malam hari, dari hasil pengkajian didapati
tekanan darah 160/100 mmHg, pernafasan 20 x/menit, nadi 78 x/menit.

Pertanyaan Soal
Apakah prioritas masalah keperawatan yang terjadi?

Pilihan Jawaban
a. Perubahan proses tidur.
b. Risiko terhadap cedera.
c. Gangguan pola tidur.
d. Proses menua.
e. Risiko jatuh.

Jawaban C. Gangguan pola tidur.

14
Daftar Pustaka
Arum, Y. T. G. (2019). Hipertensi pada penduduk usia produktif (15-64 Tahun). Higeia
Journal of Public Health Research and Development, 1(3), 84–94.
Haedah, N. (2018). Studi kasus pada keluarga ny.’S’ dengan hipertensi dikelurahan
Barombong kecamatan Tamalate kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 6(1), 70–78. https://doi.org/10.35816/jiskh.v6i1.18
Hasanah, U. (2019). Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan dan
sikap masyarakat pada penderita gangguan jiwa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(1), 87.
https://doi.org/10.26714/jkj.7.1.2019.87-94
Nair, U. (2009). Textbook of medical and surgical nursing. In Textbook of Medical and
Surgical Nursing. https://doi.org/10.5005/jp/books/10916
Nuraini, B. (2015). Risk factors of hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.

15
Foto/Screenshot Literatur
Definisi

Etiologi

16
Faktor risiko

17
18
19
Tanda dan gejala

20
Epidemiologi

Patofisiologi

21
22
Komplikasi

23
24
Pemeriksaan

25
Penatalaksanaan

26
27

You might also like