Professional Documents
Culture Documents
Contoh Makalah Sumber Sumber Ajaran Isla
Contoh Makalah Sumber Sumber Ajaran Isla
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..2
A.LATAR BELAKANG………………………………………………………………2
B.RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………….2
C.TUJUAN……………………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..3
A.KESIMPULAN……………………………………………………………………..13
B.SARAN………………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………14
1
2
MAKALAH
SUMBER AGAMADAN AJARAN
ISLAM
kelompok 2
Nama :
Aris Munandar
Mukhlis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sumber – sumber ajaran Agama Islam?
2. Apa ciri – ciri dan kelebihan dari Al – Qur’an?
3. Apa fungsi Al – Qur’an?
4. Apa saja isi kandungan yang terdalam Al – Qur’an?
5. Apa fungsi Al – Sunnah?
6. Apa saja bagian – bagian dari Al – Sunnah?
7. Apa hubungan Al – Qur’an dan Al – Sunnah?
8. Apa yang membedakan antara Al – Qur’an dengan Al – Sunnah?
9. Apa itu ijhihad?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan akan sumber – sumber ajaran
Agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. Pengertian Agama Islam
Dari segi bahasa, Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata “salima”
yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima
selanjutnya diubah menjadi bentuk “aslama” yang berarti berserah diri masuk
dalam kedamaian. Senada dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan
bahwa Islam berasal dari bahasa Arab, terambil dari kata salima yang berarti
selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata “aslama” yang artinya
memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri,
tunduk, patuh, dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi kata Islam yang
mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Oleh sebab
itu, orang yang berserah diri, patuh, dan taat disebut sebagai orang Muslim.
Orang yang demikian berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri,
dan patuh kepada Allah Swt. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin
keselamatannya di dunia dan akhirat. Dari pengertian kebahasaan ini, kata
Islam dekat dengan arti kata agama yang berarti menguasai, menundukkan,
patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Pengertian Islam demikian itu, menurut
Maulana Muhammad Ali dapat dihami dari firman Allah yang terdapat pada
ayat 202 surat AI-Baqarah yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu
turuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.”
Dari uraian di atas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata Islam
dari segi bahasa mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada
Tuhan dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia
maupun di akhirat. Hal demikian dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri
sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari
fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan
patuh dan tunduk kepada Tuhan.
1. Al – Qur’an
1.1 Pengertian
5
Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), Al-Qur’an berasal dari bahasa
Arab yang berarti “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Kata
Al-Qur’an adalah bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja “qara’a” yang
artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada
salah satu surat Al Qur’an, yaitu: “Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an
(di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah
tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya,
hendaklah kamu ikuti bacaannya”. (QS 75:17-18).
a. Seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu Allah; tidak ada satu pun yang
datang dari perkataan atau pikiran Nabi Muhammad.
b. Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya
bahasanya. Artinya isi maupun redaksi Al-Qur’an datang dari Allah
sendiri.
c. Al-Qur’an dinukilkan secara mutawattir, artinya Al-Qur’an disampaikan
kepada orang lain secara terus menerus oleh sekelompok orang yang
tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah dan
berbeda-beda tempat tinggal mereka.
d. Al-Qur’an sebagai wahyu diturunkan secara berangsur-angsur selama 23
tahun. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2
periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah.
e. Periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun masa kenabian Rasulullah
SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat
Makkiyyah. Ayat-ayat Al-Qur’an yang turun pada periode Mekkah
sebanyak 4.780 ayat yang tercakup dalam 86 surat, Ciri-ciri ayat
Makkiyah :
Ayatnya pendek-pendek.
Kebanyakan di awali dengan “ya ayyuhan nas”.
Berisi ajaran Tauhid, hari kiamat, akhlak dan kisah-kisah.
Ayatnya panjang.
Kebanyakan di awali dengan “ya ayuuhal ladzina”.
Berisi ayat-ayat hukum, keadilan, masyarakat.
6
Al-Qur’an terdiri dari 30 Juz, 114 surat dan 6666 ayat. Selain Al-
Qur’an, wahyu Allah ini diberi nama-nama lain oleh Allah, sebagaimana
tercantum dalam ayat-Nya, yaitu:
7
Sebagian ulama mengatakan, bahwa Al-Qur’an mengandung tiga
pokok ajaran:
a. Keimanan;
b. Akhlak dan budi pekerti; dan
c. Aturan tentang pergaulan hidup sehari-hari antar sesama manusia.
8
Al-Huda (petunjuk), bahwa al-qur’an adalah petunjuk bagi
kehidupan manusia disamping sunnah Rasul yang merupakan yang
kedua yang menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia.
Al-Furqan (pembeda). Sebagaimana firman Allah “Bulan
Ramadhan adalah bulan yang diturunkannya al-qur’an yang
berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yan batil)..(QS. Al-
Baqarah : 185).
Al-Syifa (obat). Sebagaimana firman Allah “Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada….
(QS. Yunus : 57).
Al-Mau’izhah (nasihat). Sebagaiman firman Allah “Al-Qur’an ini
adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi yang bertaqwa”. (QS. Ali Imran : 38).
a. Tentang Aqidah Tauhid; Tauhid sebagai satu hak Allah SWT. Dari
sejumlah hak-Nya telah diajarkan kepada manusia sejak Nabi Adam as
hingga Nabi-nabi sesudahnya.
b. Tentang Wa’du dan Wa’id (janji dan ancaman).
c. Tentang ibadat; ibadah bagi manusia disamping menjadi tujuan
hidupnya, juga berfungsi sebagai bukti nyata syukurnya kepada Allah
SWT. Atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan.
d. Tentang cara dan jalan mencapai kebahagiaan; Al-Qur’an mengandung
hukum-hukum yang mengatur tata cara pergaulan hidup bermasyarakat
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
e. Tentang sejara umat masa lalu; dalam Al-Quran terdapat kisah-kisah
para Nabi dan Rasul dan orang-orang shalih lainnya agar kita dapat
mengambil hikmah dan pelajaran.
2. Al – Sunnah
2.1 Pengertian
Kata Sunnah adalah salah satu kosa kata bahasa Arab ( سنةsunnah).
Secara bahasa, kata ( السنةal-sunnah) berarti perjalanan hidup yang baik atau
yang buruk. Pengertian di atas didasarkan kepada Hadîts Nabi Saw yang
diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut: Artinya: “Barang siapa membuat
sunnah yang baik maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang
yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.
Barang siapa membuat sunnah yang buruk maka dia akan memperoleh
9
dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa
mengurangi dosa mereka sedikit pun.” Al Sunnah menurut jumhur ahli
hadits adalah sama dengan hadits yaitu: “Apa-apa yang diriwayatkan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik berbentuk ucapan, perbuatan,
ketetapan, dan sifat baik khalqiyah (bentuk) atau khuluqiyah (akhlak).
Dilihat dari hierarki sumber hukum Islam, Al-Sunnah menempati tempat
kedua setelah Al-Qur’an. Penempatan ini disebabkan karena perbedaan sifat
di antara keduanya. Dilihat dari segi kualitas periwayatannya al-Qur’an
bersifat relatif. Al-Syatibi menyatakan bahwa Al-Sunnah sebagai penjelas
dan penjabar Al-Qur’an. Dalam hubungan dengan Al-Qur’an, maka Al-
Sunnah berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, dan penjelas daripada ayat-
ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang fungsi Al-Sunnah dalam
hubungan dengan Al-Qur’an itu adalah sebagai berikut :
10
dan sebagai pemberi informasi terhadap suatu kasus yang tidak di
jumpai dalam Al-qur’an.
3. Ijtihad
Secara etimologi, kata ijtihad terbentuk dari kata dasar jahada yang
berarti seseorang telah mencurahkan segala kemampuannya untuk
memperoleh hakikat sesuatu. Sedangkan menurut istilah dalam ilmu fiqih,
ijtihad berarti mengarahkan tenaga dan fikiran dengan sungguh-sungguh
untuk menyelidiki dan mengeluarkan (mengistimbatkan) hukum-hukum
yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits dengan syarat-syarat tertentu.
Ijtihad mengandung pengertian bahwa mujtahid mengerahkan
kemampuannya. Artinya mencurahkan kemampuan seoptimal mungkin
sehingga ia merasakan bahwa dirinya tidak sanggup lagi melebihi dari
tingkat itu.
11
Memahami al-Qur’an dan asbab an-nuzulnya serta ayat-ayat nasikh dan
mansukh.
Memahami hadits dan sebab-sebab wurudnya serta memahami hadits
nasikh dan mansukh.
Mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Arab.
Mengetahui tempat-tempat ijtihad.
Mengetahui ushul fiqih.
Memahami masyarakat dan adat istiadat dan bersifat adil dan taqwa.
Macam-macam Mujtahid :
a. Mujtahid Mustaqil.
b. Mujtahid Muntasib.
c. Mujtahid Madzhab.
d. Mujtahid Murajjih.
12
untuk menggerakkan gerbang pembawa gerakan ijtihad. Ada ulama
terkemuka yaitu Ibnu Taimiyah (611-728 H) yang mendobrak kebekuan
dengan suaranya yang keras untuk membuka kembali pintu ijtihad.
Ijtihad dipandang sebagai aktivitas penelitian ilmiah karena itu bersifat
relative. Relativitas ijitihad ini menjadikannya sebagai sumber nilai yang
bersifat dinamis. Pintu ijtihad selalu terbuka, termasuk membuka kembali
hukum-hukum fikih yang merupakan produk ijtihad lama. Dr. Yusuf
Qardhawi menyatakan bahwa terdapat dua agenda besar ijtihad yang
dituntut oleh peradaban modern dewasa ini, yakni ijtihad di bidang
hubungan keuangan dan ekonomi serta bidang ilmu pengetahuan. Satu hal
yang disepakati para ulama bahwa ijtihad tidak boleh berlaku bagi
perumusan hukum aktifitas ibadah formal kepada Allah, seperti sholat.
Sebab ibadah formal merupakan hak Allah. Allah sendiri yang memiliki hak
untuk menentukan macam dan cara ibadah kepada-Nya. Tata ibadah formal
telah dicontohkan secara final oleh Rasulullah.
13
“Rasulullah SAW melarang semua mempunyai taring dari binatang dan
semua burung yang bercakar. (HR. Muslim).
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
15
Saran dari penulis adalah marilah kita mengamalkan dan menjadikan
Al-qur’an dan Al-sunnah sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari
yang merupakan sumber dari hukum agama Islam dan sekaligus dapat
membuat kita bahagia baik itu di dunia maupun diakhirat nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Prof Ali, Mohammad Daud, SH : Pendidikan Agama Islam, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2005.
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 2002
16