Professional Documents
Culture Documents
Makalah Energi Alternatif
Makalah Energi Alternatif
i|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
BATU BARA.......................................................................................................4
2.1 Sejarah Pembentukan Batu Bara...........................................................4
2.2 Pengertian Batu Bara.............................................................................7
2.3 Proses Terbentuknya Batu Bara..................................................................9
2.4 Jenis Jenis Batu Bara...........................................................................11
2.5 Pengolahan Batu Bara..........................................................................14
2.6 Pemanfaatan Batu Bara........................................................................18
BAB III..................................................................................................................21
KESIMPULAN..................................................................................................21
BAB IV..................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................23
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia.
Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi
penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan
emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk
segera menggunakan energi energi alternatif.
Kebutuhan energi di dunia saat ini masih menggunakan bahan bakar fosil,
yaitu: minyak, gas alam dan batu bara. Faktor pendorong konsumsi bahan bakar
fosil yang semakin tinggi ini dipicu karena masih banyaknya penggunaan mesin
industri dan transportasi penunjang yang umumnya masih menggunakan minyak
bumi sebagai bahan bakar penggeraknya.
Menurut para ahli minyak bumi, gas alam, dan batu bara yang dikatakan
sebagai bahan bakar fosil diperkirakan akan habis 30 tahun lagi, bahan bakar gas
habis dalam kurun waktu 70-80 tahun, bahan bakar padat 120 tahun lagi, sehingga
diperlukan penghematan untuk bahan bakar fosil, tetapi jika kebutuhan akan
bahan bakar juga banyak bagaimana cara mengatasinya. Permasalahan inilah yang
harus segera diselesaikan. Sumber daya energi di Negara Indonesia pada dasarnya
memiliki dua fungsi, yaitu sebagai pendorong pembangunan dan sebagai sumber
devisa. 2 Pertumbuhan ekonomi jelas sangat membutuhkan ketersediaan berbagai
sumber daya alam di samping sumber daya manusia. Sumber daya energi
merupakan salah satu sumber terpenting pendorong pertumbuhan ekonomi.
Sumber daya energi dibutuhkan setiap elemen masyarakat dalam menjalani
aktivitas sehari-hari. Keterbatasan sumber daya energi akan menjadi kendala yang
dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi di kemudian hari.
1|Page
mengingat terbatasnya persediaan sumber energi tersebut, maka dicari sumber
energi alternatif lain seperti energi matahari, energi gelombang, energi angin,
energi pasang surut, dan energi terbaharukan lainnya.
Menipisnya cadangan energi fosil di Indonesia dan kenyataan yang harus kita
terima bahwa pemakaian energi berbahan dasar dari fosil telah menjadi salah satu
penyebab terjadinya kelangkaan energi, maka sudah saatnya untuk menggalakkan
pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan yang dimiliki. Indonesia
memiliki potensi dan cadangan energi terbarukan yang besar, seperti panas
matahari, panas bumi, dan air, termasuk lautan. Pada pengembangan energi
terbarukan di Negara Indonesia untuk menggantikan energi konvensional ditandai
dengan banyak pengembangan energi alternatif untuk menggantikan energi
konvensional, seperti: pembangunan PLTU, PLTS, dan PLTA yang menggantikan
pembangkit listrik berasal dari bahan bakar minyak dan batu bara. Indonesia 3
mengoptimalkan pengembangan sumber energi alternatif supaya mengurangi
ketergantungan terhadap sumber energi yang tak dapat diperbaharui (fosil).
Pemanfaatan energi pada tahun 2012 masih relatif kecil dibandingkan dengan
sumber-sumber energi berbasis fosil. Pemanfaatan energi terbarukanhanya 4,4%,
batu bara 30,7%, minyak bumi 43,9%, dan gas bumi sebesar 21%. Melalui
Peraturan Presiden Nomor 05 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
(KEN) telah menetapkan target pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT)
sebesar 17% dari total Bauran Energi Nasional (BEN) pada tahun 2025. Target ini
akan diperbaharui melalui penetapan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang
telah disiapkan oleh Dewan Energi Nasional (DEN) dengan jumlah target
pemanfaatan EBT ditetapkan sebesar 25% dari jumlah BEN di tahun 2025.
Pemerintah mencanangkan 0,2 sampai 0,3 persen dalam keseluruhan energi
nasional pada tahun 2025 berasal dari tenaga surya atau setara dengan 1.000
Megawatt peak (MWp). Data tersebut menunjukkan adanya penambahan 65
Megawatt peak (MWp) pertahun .
2|Page
1.2 Rumusan Masalah
3|Page
BAB II
BATU BARA
Di Indonesia, bahan bakar fosil seperti batubara dan minyak bumi masih
merupakan sumber energi utama. Kenaikan harga bahan bakar minyak bumi
menyebabkan industri-industri di Indonesia beralih ke batubara sebagai
sumber energi untuk produksinya.
Batubara ditemukan setelah Marco Polo salah seorang petualang dunia di
abad 13 berkebangsaan Italia, pada tahun 1271 telah menjelajah di negeri
China. Selanjutnya melakukan petualangnya selama 25 tahun kemudian
kembali ke negerinya dengan membawa banyak cerita dan pengalaman. Salah
satu kisah menarik adalah ditemukannya benda aneh yang disebut black stone
yang dimanfaatkan orang China sebagai bahan bakar. Black stone sudah
ratusan tahun yang silam digunakan sebagai bahan bakar. Bahan bakar secara
berangsur-angsur berkurang, digeser oleh bahan bakar minyak yang dianggap
lebih praktis dan efisien.
Negara-negara produsen minyak khususnya negara Timur tengah sekitar
tahun 1973/1974 mengalami gejolak politik membuat ketidakstabilan di
negara tersebut. Akibatnya terjadi krisis minyak yang melanda hampir seluruh
negara di dunia, termasuk Indonesia. Persediaan minyak di dunia tidak dapat
memenuhi kebutuhan dunia, terutama oleh negara-negara industri,
menyebabkan harga minyak meningkat tidak terkendali, dan biaya produksi di
industri terpaksa meningkat tinggi.
Akibatnya, pada saat itu negara-negara industri di Eropa dan Asia mulai
lagi melirik sumber bahan bakar batubara dan bahkan mencari sumber-sumber
energi alternatif lain seperti gas alam, panas bumi (geothermal), tenaga angin,
tenaga nuklir, tenaga gelombang laut, tenaga matahari dan lain-lain. Secara
4|Page
khusus di Indonesia, penggunaan energi alternatif batubara kembali gencar
setelah krisis moneter (krismon) melanda sekitar tahun 1996. Pilihan kembali
penggunaan batubara sebagai sumber energi alternatif cukup beralasan
mengingat disamping semakin terasa krisis sumber energi minyak bumi dan
gas, cadangan batubara Indonesia masih cukup besar mencapai hampir 30
milyar ton yang tersebar di berbagai daerah, khususnya di Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi serta sedikit tersedia cadangan di Jawa (Aladin,
2011).
Ada banyak kantung cadangan batubara yang kecil terdapat di pulau
Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, namun demikian tiga daerah
dengan cadangan batubara terbesar di Indonesia adalah:
1. Sumatra Selatan
2. Kalimantan Selatan
3. Kalimantan Timur
Sumber :
https://www.indonesiainvestments.com/id/bisnis/komoditas/batu-bara/item236
Gambar 1 Persebaran Cadangan batubara di Indonesia
Industri batubara Indonesia terbagi dengan hanya sedikit produsen besar
dan banyak pelaku skala kecil yang memiliki tambang batubara dan konsesi
tambang batubara (terutama di Sumatra dan Kalimantan). 4 Ekspor batubara
Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari total produksi batubara,
sisanya dijual di pasar domestik.
5|Page
Selama tahun 2000-an, "boom komoditas" menjadikan industri pertambangan
batubara sangat menguntungkan karena harga batubara cukup tinggi. Oleh karena
itu, banyak perusahaan Indonesia dan keluarga kaya memutuskan untuk
mengakuisisi konsesi pertambangan batubara di pulau Sumatera atau Kalimantan
pada akhir tahun 2000an. Waktu itu batubara dikenal sebagai "emas baru".
Negara tujuan utama untuk ekspor batubara Indonesia adalah China, India, Jepang
dan Korea Selatan. Selama "tahun-tahun kejayaannya" batubara menyumbang
sekitar 85 persen terhadap total penerimaan negara dari sektor pertambangan.
6|Page
2.2 Pengertian Batu Bara
Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah
heterogen yang mengandung unsur-unsur karbon, hiderogen, dan oksigen sebagai
unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai tambahan. Zat lain, yaitu
senyawa anorganik pembentuk ash tersebar sebagai partikel zat mineral terpisah-
terpisah di seluruh senyawa batubara. Beberapa jenis batubara meleleh dan
menjadi plastis apabila dipanaskan, tetapi meninggalkan suatu residu yang disebut
kokas. Batubara dapat dibakar untuk membangkitkan uap atau dikarbonisasikan
untuk membuat bahan bakar cair atau dihidrogenasikan untuk membuat metan.
Gas sintesis atau bahan bakar berupa gas dapat diproduksi sebagai produk utama
dengan jalan gasifikasi sempurna dari batubara dengan oksigen dan uap atau udara
dan uap (Elliott,1981).
7|Page
dan batuan sekitarnya (Gambar 1.2). Batubara didefinisikan oleh beberapa ahli
dan memiliki banyak pengertian di berbagai buku atau referensi. Di komunitas
industri, definisi ini lebih spesifik lagi, yaitu batuan yang pada tingkat kualitas
tertentu memiliki nilai ekonomi.
Ada dua teori yang menerangkan terjadinya batubara, yaitu teori In-situ dan
teori Drift. Menurut teori In-situ, batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon
yang berasal dari hutan tempat batubara tersebut terbentuk. Batubara yang
terbentuk sesuai dengan teori In-situ biasanya terjadi di hutan basah dan berawa,
sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh langsung
8|Page
tenggelam kedalam rawa tersebut dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami
pembusukan secara sempurna dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang
membentuk sedimen organik. Batubara menurut teori Drift, terbentuk dari
tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang bukan di tempat batubara
tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori Drift biasanya
terjadi di delta-delta dengan ciriciri lapisan batubara tipis, tidak menerus
(Spillting), banyak lapisan (multiple seam) dan banyak pengotor (Kandungan abu
cenderung tinggi). (Buku Panduan PT Bukit Asam Persero Tbk).
9|Page
karbondioksida, air dan amoniak, serta dipengaruhi oleh iklim. Proses ini disebut
proses pembentukn humus (humafication) dan sebagai hasilnya adalah gambut
(peat)
10 | P a g e
repository.unisba.ac.id 33 oksigen secara perahan-lahan, tidak secepat tahap-tahap
sebelumnya. Produk sampingan dari tahap ketiga dan keempat ini adalah CH4,
CO2, dan mungkin H2O.
1. Gambut / Peat
11 | P a g e
pembentukan batubara. Endapan ini masih memperlihatkan sifat awal dari bahan
dasarnya (tumbuh-tumbuhan).
2. Lignit
3. Subbituminous/ Bitumen
12 | P a g e
Gambar 5 : Batu Bara Bitumen
4. Bituminous
7. Antrasit
13 | P a g e
Gambar 7 : Batu Bara Antrasit
14 | P a g e
Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan batubara dan
tujuan penggunaannya. Batubara tersebut mungkin hanya memerlukan
pemecahan sederhana atau mungkin memerlukan proses pengolahan yang
kompleks untuk mengurangi kandungan campuran. Untuk menghilangkan
kandungan campuran, batubara terambang mentah dipecahkan dan kemudian
dipisahkan ke dalam pecahan dalam berbagai ukuran. Pecahan- pecahan yang
lebih besar biasanya diolah dengan menggunakan metode ‘pemisahan media
padatan’. Dalam proses demikian, batubara dipisahkan dari kandungan
campuran lainnya dengan diapungkan dalam suatu tangki berisi cairan dengan
gravitasi tertentu, biasanya suatu bahan berbentuk mangnetit tanah halus.
Setelah batubara menjadi ringan, batubara tersebut akan mengapung dan
dapat dipisahkan, sementara batuan dan kandungan campuran lainnya yang lebih
berat akan tenggelam dan dibuang sebagai limbah.Pecahan yang lebih kecil
diolah dengan melakukan sejumlah cara, biasanya berdasarkan perbedaan
kepadatannya seperti dalam mesin sentrifugal. Mesin sentrifugal adalah mesin
yang memutar suatu wadah dengan sangat cepat, sehingga memisahkan benda
padat dan benda cair yang berada didalam wadah tersebut. Metode alternatif
menggunakan kandungan permukaan yang berbeda dari batubara dan limbah.
Dalam ‘pengapungan berbuih’, partikel-partikel batubara dipisahkan dalam
buih yang dihasilkan oleh udara yang ditiupkan ke dalam rendaman air yang
mengandung reagen kimia. Buih-buih tersebut akan menarik batubara tapi
tidak menarik limbah dan kemudian buih-buih tersebut dibuang untuk
mendapatkan batubara halus. Perkembangan teknolologi belakangan ini telah
membantu meningkatkan perolehan materi batubara yang sangat baik.
Pengangkutan Batubara
Cara pengangkutan batubara ke tempat batubara tersebut akan digunakan
tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, batubara umumnya diangkut
dengan menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di
dalam pasar dalam negeri, batubara diangkut dengan menggunakan kereta api
atau 19 tongkang atau dengan alternatif lain dimana batubara dicampur dengan air
untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa. Kapal laut
15 | P a g e
umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran
berkisar dari Handymax (40-60,000 DWT), Panamax (about 60-80,000
DWT) sampai kapal berukuran Capesize (sekitar 80,000+ DWT). Sekitar 700
juta ton (Jt) batubara diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003 dan
sekitar 90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut. Pengangkutan
batubara dapat sangat mahal –dalam beberapa kasus, pengangkutan batubara
mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batubara. Tindakan-tindakan
pengamanan diambil di setiap tahapan pengangkutan dan penyimpan
batubara untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup.
2.1 Penghilangan air (coal upgrading/dewatering)
Berbagai metode dan teknologi telah banyak digunakan untuk
mengeringkan batubara baik itu buatan asli indonesia maupun buatan asing
dan dari semua teknologi yang ada memiliki satu tujuan yaitu menciptakan
teknologi batubara bersih, meningkatkan nilai kalori serta mengurangi kadar
air ada yang menggunakan cara pemanasan, dicampurkan dengan berbagai
larutan, dibakar tanpa O2,dll. Berikut ini akan dijelaskan berbagai
teknologi pengeringan batubara serta 20 penelitian-penelitian mengenai
pengeringan dan upgrading batubara yang sudah ada saat ini.
A.UBC (upgraded brown coal)
Kandungan air dalam batubara (air bebas maupun air bawaan)
merupakan faktor penentu tinggi rendahnya nilai kalori batubara. Kandungan
air yang tinggi menyebabkan tingkat pembakaran menjadi rendah akibatnya
kandungan gas Co2 yang ditimbulkan menjadi tinggi yang tentunya
berdampak buruk terhadap lingkungan. Berbagai cara dilakukan untuk
meningkatkan kalori dengan mengurangi kandungan air dalam batubara, salah
satunya adalah Upgraded Brown Coal(UBC). UBC merupakan salah satu cara
penghilangan kadar air dalam batubara melalui proses penguapan (evaporasi).
Dibandingkan dengan teknologi peningkatan (upgrading) lainnya
seperti,hotwater drying(HWD) atausteam drying(SD) yang dilakukan pada
temperatur diatas 275°C dan tekanan yang cukup tinggi 5.500 kpa. Proses UBC
16 | P a g e
relatif lebih sederhana dan dapat dilakukan pada temperatur dan tekanan
relatif rendah (temperatur antara 150° -160° C, tekanan 2 -3 atm).
Proses UBC adalah sebagai berikut :Air yang terkandung dalam
batubara terdiri atas air bebas (free 21moisture) dan air bawaan (inherent
moisture). Air bebas adalah air yang terikat secara mekanik dengan batubara
pada permukaan dalam rekahan atau kapiler yang mempunyai tekanan uap
normal. Sedangkan air bawaan adalah air yang terikat secara fisik pada
struktur pori-pori bagian dalam batubara dan mempunyai tekanan uap
yang lebih rendah daripada tekanan normal. Kandungan air dalam batubara,
baik air bebas maupun air bawaan, merupakan faktor yang merugikan karena
memberikan pengaruh yang negatip terhadap proses pembakarannya.
Penurunannya kadar air dalam batubara dapat dilakukan dengan cara
mekanik atau perlakuan panas. Pengeringan cara mekanik efektif untuk
untuk mengurangi kadar air bebas dalam batubara basah, sedangkan
penurunan kadar air bawaan harus dilakukan dengan cara pemanasan.
Salah satu proses dengan cara ini adalah UBC (Upgraded brown coal) yang
diperkenalkan oleh Kobe Steel Ltd., Jepang. Bagan air proses UBC
(Kobelco, Ltd., 2000) dapat dilihat pada Gambar 8.
17 | P a g e
kesamaan sifat kimia tersebut, minyak residu yang masuk ke dalam pori-pori
batubara akan kering, kemudianbersatu dengan batubara.
B.BCB (binderless coal briquetting)
C.Teknologi lainnya (Hot water drying, steam drying)
2.6 Pemanfaatan Batu Bara
18 | P a g e
Batubara saat ini telah digunakan secara besar-besaran untuk pembangkit
tenaga listrik, Saat ini batu bara memberikan pasokan sebesar 39% bagi listrik
dunia. Di banyak negara, peran batu bara jauh lebih tinggi. Ketersediaan pasokan
batu baradengan biaya rendah baik di negara maju maupun di negara berkembang
sangat vital untuk mendapatkan tingkat pemasangan listrik yang tinggi.
Contohnya di Cina, 700 juta orang telah memiliki sistem listrik selama lebih dri
15 tahun yang lalu. Kini 99% dari negara tersebut telah memiliki sambungan
listrik, dimana sekitar 77% dari listrik tersebut dihasilkan oleh pusat pembangkit
listrik tenaga uap.(WCI, 2005). Indonesia sendiri Tercatat dari seluruh konsumsi
batubara dalam negeri pada tahun 2005 sebesar 35,341 juta ton, 25,132 juta ton
atau sekitar 71,11% di antaranya digunakan oleh PLTU. Hingga saat ini, PLTU
berbahan bakar batubara, baik milik Perusahaan Listrik Negara maupun yang
dikelola swasta, ada 9 PLTU, dengan total kapasitas saat ini sebesar 7.550 MW
dan mengkonsumsi batubara sekitar 25,1 juta ton per tahun.(Nugraha, 2009).
Batubara digunakan sebagai bahan bakar dalam pembangkit tenaga listrik uap,
dimana energi panas yang dikeluarkan oleh batubara mampu memanaskan air
yang terdapat di dalam boiler yang menghasilkan steam atau uap panas, Jika air
didihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sampai 1600 kali,
menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak. Energi
yang terdapat pada uap panas ini digunakan untuk memutar turbin dan generator
akan berputar dengan sendirinya sehingga menghasilkan arus listrik. Secara garis
besar pembangkit tenaga listrik uap terdiri atas komponen: boiler, reactor
pembakaran, kondensor, dan turbin uap. Keempat komponen tersebut saling
terhubung dan membentuk suatu siklus, seperti gambar dibawah ini:
Batu bara adalah adalah satu energi yang bisa menghasilkan suatu produk.
Produk tersebut adalah produk gas. Gas alam dapat keluar dari batu bara yang
masih terdapat di dalam tanah.
19 | P a g e
Batu bara yang masih ada di dalam tanah bisa langsung menghasilkan gas
alam. Kemudian, gas alam tersebut akan diolah pada tempat pertambangan.
Setelah itu bisa menjadi berbagai produk.
Meskipun tidak banyak, tetapi manfaat batu bara lainnya adalah untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Batu bara yang berbentuk briket dapat
dimanfaatkan dalam sektor ini. Pemanfaatannya adalah sebagai bahan bakar
alternatif.
Gas dan panas kokas yang berasal dari batu bara bisa memisahkan
beberapa produk baja. Hal itu akan membuat hasil produk aluminium yang
dipakai untuk berbagai jenis industri. Contohnya seperti industry peralatan dapur,
industri pertanian, industry konstruksi, serta industri-industri lainnya.
20 | P a g e
2.6.5 Membantu industri produk baja
Manfaat batu bara juga dapat ditemui pada industri produk baja. Baja
adalah salah satu bahan yang memiliki peran sangat penting dalam kehidupan
manusia. Baja bisa menghasilkan berbagai barang. Barang-barang tersebut bisa
digunakan untuk membantu kehidupan manusia.
BAB III
KESIMPULAN
21 | P a g e
c. Tahap Ketiga : Pembentukan batubara sub-bituminous
d. Tahap Keempat : Pembentukan batubara bituminous
e. Tahap Kelima : Pembentukan Antrasit
Jenis Jenis Batu Bara
1. Gambut / Peat
2. Lignit
3. Subbituminous/ Bitumen
4. Bituminous
5. Antrasit
22 | P a g e
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/
123456789/498/07bab3_putri_10070111069_skr_2015.pdf?
sequence=7&isAllowed=y
2. http://eprints.ums.ac.id/36071/5/BAB%20I%20bugi.pdf
3. https://eprints.upnyk.ac.id/21706/1/BUKU%20BATUBARA
%20BAB%201%20DAN%202.pdf
4. https://repository.unsri.ac.id/23320/1/
Pages_from_PROSIDING_AVOER_2011-32.pdf
5. https://eprints.upnyk.ac.id/21706/1/BUKU%20BATUBARA
%20BAB%201%20DAN%202.pdf
6. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20220113112027-33-
307002/12-manfaat-batu-bara-di-kehidupan-sehari-hari-apa-saja
23 | P a g e
7. https://www.gramedia.com/literasi/manfaat-batu-bara/
8. https://adiraja-integrasi.com/produk-erp-indo/tujuan-dan-
perencanaan-pengolahan-batubara/
9. https://docplayer.info/55959441-Makalah-teknologi-batubara-
teknologi-pengolahan-dan-pemanfaatan-batubara.html
10.
24 | P a g e