XIX
JDDAH WAFAT
Allah Swt. berfirman:
VES AGS) G
te iy yd
di antara kamu serta meninggalkan istri-istri hendaklah
bila telah sampai
“Dan orang-orang yang mati
mereka (stri-istri) menunggu empat bulan sepulu hari Kemudian apa
(akhir) iddah mereka, maka tidak ada dosa bagimu mengenai apa yang mereka lakukan
terhadap diri mereka menurut cara yang patut. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 234)
Tafsir per Kata
“Yutawaffauna”: Yakni wafat dan dipegang nyawanya. ‘Allah Swt. berfirman, “Allah
memegang nyawa (orang) pada saat kematiannya.” Dari kata tawaffa yang asalnya
berarti mengambil sesuatu secara penuh, Dengan demikian, siapa yang mati maka
rpenuhi.
sesungguhnya umur dan rezekinya telah te
ka dipegang dengan kematian. Tawaffa
Abu As-Su’ud mengatakan, “Arwah mere!
artinya pemegangan. Dalam ungkapan Arab dicontohkan, tawaffaitu mali yakni aku
memegang hartaku”*”
490 Tafsir Abi As-Su't, jil. 1, hal. 176.
361
\wens cewuyiya julan, tulan mati. Dengan demikian, kalangan yang mengagg. uly
artinya ajalnya telah tercukupi dan usianya telah terpenuhi”®" maf ma
"Yada Dari kata yadzariina yakni yatrukiina (meninggalan), x
ini tidak digunakan dengan bentuk madhi tidak pula mashdar. Ini sera kh
kata yada tidak ada bentuk madhi-nya tidak pula mashdar, Dalam ungles dng
dicontohkan, fildn yadaiu kadzd wa yadsaru, artinya falan meninggalkae
Sedangkan bentuk amr (perintah) darinya adalah dikatakans dali day
(tinggalkanlah), Allah Swt, berfirman, “Biarkanlah Aku (yang bertindak) tej
orang yang Aku sendiri telah menciptakannya’” dap
“Azwajan’: Dari kata azwéj di sini Perempuan. Orang-orang Arab meny by
laki-laki zayj dan istrinya pun disebut zauj. Bisa pula mereka menambahles
padanya “zaujah” namun ini berbeda dengan ketentuan yang baku, “
“Yatarabbasna’: Dari kata tarabbasha artinya menunggu sebagaimana dalam
firman Allah Swt., “Maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya Teg,
rein
n
Atak
dipaparkan sebelumnya.
“Balaghna ajalahunna”: Dari kata ajal yakni kurun waktu yang ditetapkan Dagi
sesuatu. Kurun waktu yang ditetapkan bagi kehidupan manusia disebut ajal,®:
Allah Swt. berfirman, ‘Jika ajal mereka telah tiba..” Yang dimaksudkan di sini adalah
berakhirnya masa iddah.
“Khabirun’: Maha Mengetahui segala perkara yang tersembunyi maupun yang
terbuka tanpa ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
Makna Global
Allah Swt. berfirman yang maksudnya orang-orang yang mati dari kalangan laki-
laki di antara kalian dan meninggalkan istri-istri mereka setelah kematian, maka
istri-istri itu harus menunggu selama empat bulan sepuluh hari. Yakni bertahan di
tempat selama masa iddah sebagai bentuk hidad (berkabung) terhadap suami mereks.
Dengan demikian mereka tidak boleh menyatakan kesediaan untuk dipinang, tidak
boleh berhias, tidak boleh memakai minyak wangi, dan tidak pula keluar dari rumah
suami mereka selama mereka berada di masa iddah. Jika masa iddah mereka telah
berakhir maka tidak ada larangan dan tidak pula dosa bagimu, wahai para wali, an
rial
i menikah dan melakukan apa yang diperkenankan sya!
membiarkan mereka agar Pianta
bagi mereka, seperti berhias dan mengenakan minyak wangi. All
491 At-Tafsir Al-Kabir, ji. VI, hal. 134.
492. Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur‘én, hal. 11.TAFSIR
AYAT-AYAT AHKAM
amal-amalmu, Maha Mengetahui perbuatan-perbuatanmu, tidak ada sesuatu pun
yang tersembunyi bagi-Nya, maka bertakwalah kepada-Nya dan taatilah Dia dengan
melaksanakan perintah-Nya kepadamu, termasuk melakukan hiddd atas suami.
Ragam Qira'ah
Firman Allah Swt,, “walladzina yutawaffauna minkum (dan orang-orang yang
mati di antara kamu). Ada dua versi terkait i'rabnya:
Pertama, “alladzina” sebagai mubtada’, sementara yutawaffauna dibaca fiil
mudhar’ dengan bentuk majhtil. Khabar-nya tidak disebutkan. Penj abarannya; fima
yatlt alaikum hukmulladzina yutawaffauna; yang disampaikan kepadamu berikut ini
adalah ketentuan hukum orang-orang yang mati.
Kedua, mubtada'-nya tidak disebutkan dan alladzina menempati posisinya.
Penjabarannya “wa azwéjulladzina yutawaffauna minkum”; dan para istri orang-
orang yang mati di antara kamu. Adanya bagian yang tidak disebutkan ini disinyalir
berdasarkan firman Allah, wa yadzaréina azwajan, “Dan meninggalkan istri-istri.
khabar-nya yatarabbashna, “menunggu.”"”
Ath-Thabari mengatakan, “Jika ada yang menanyakan di mana khabar-nya terkait
alladzina yutawaffauna? Maka jawabannya; diabaikan, karena khabar terkait mereka
tidak dimaksudkan. Akan tetapi khabar yang dimaksudkan hanya terkait kewajiban
bagi istri-istri yang menjalani iddah wafat suaminya. Dengan demikian kabar mereka
conatannciaeneRasulullah Saw. untuk meminta fatwa tentang Mengpensssr wan
Saw, kemudian bersabda: “Sungguh ada di antara kalian seseorang yang
berpakaian jelek, lalu ia tinggal di rumah suaminya selama setahun, ketika
suaminya itu meninggal dunia, Ketika itu, ada seekor anjing yang melintas di
hadapannya, kemudian anjing itu dilempari dengan kotoran hewan. Karena itu,
apakah tidak cukup empat bulan sepuluh hari saj
4, Hikmah dibatasinya iddah istri yang ditinggal mati suaminya dengan empat
bulan sepuluh hari itu, karena tujuan dari iddah adalah untuk memastikan
kondisi rahim (bara'atur rahim), sedang janin itu terbentuk di dalam rahim
dalam tiga fase. Fase pertama berbentuk nuthfah
puluh hari; fase kedua berbentuk darah menggumpal, selama empat puluh
hari; dan fase ketiga berbentuk daging, selama empat puluh hari. Seperti itulah
keterangan yang terdapat dalam hadits shahih. Jadi seluruhnya berjumlzh
120 hari. Sesudah masa itu, barulah ditiupkan ruh ke dalamnya. Karena itu
ditambah lagi dengan sepuluh hari, Abu Aliyah pernah ditanya: “Mengapa
sepuluh hari digabung dengan empat bulan?” Ia menjawab: “Karena di saat
itulah ruh ditiupkan”,
a 2496
(air mani) selama empat
Kandungan Hukum
Pertama, Apakah ayat ini bisa dijadikan sebagai nasikh (penghapus) ayat
yang menjelaskan tentang iddah setahun itu?
Mayoritas ulama berpendapat: Bahwa ayat ini adalah ndsikh atas ayat “Dan orang-
orang yang meninggal dunia di antara kamu, dan meninggalkan istri-istri, hendaklah
ia berwasiat untuk istri-istrinya itu supaya diberi makan selama setahun dengan tidak
boleh diusir? (QS. Al-Baqarah [2]: 240). Ayat tersebut menunjukkan, bahwa iddahnya
itu adalah setahun penuh, yang kemudian di-mansiikh dengan empat bulan sepuluh
hari itu, sekalipun ayat penghapusnya itu disebut lebih dahulu dari sisi bacaannya.
Namun dari sisi turunnya, ayat iddah setahun itu turunnya lebih dahulu, dan ayat iddah
496 Jami’ Al-Bayén, jil. TI, hal. 512
364
conanAYAT-AY IKAM
jan sepuluh hari itu turun kemudian. Sebab tertib mushaf tidak menurut
\¢ bul
empat i al, tetapi berdasar faugifiy (ketentuan dari Rasulullah Saw.). Karena itu ayat
fib nuzul erda
fenebut tetap sebagai ndsikh.
sgebagian ulama berpendapat: Tidak ada satu pun ayat al-Qur'an yang mansikh
erbapus). Maka ayat tersebut hanyalah sebagai pengurangan dari setahun, seperti
yulnya shalatnya seorang musafir yang dikurangi dari empat rakalat menjadi dua rakdat.
yang semacam ini bukan ndsikh-mansiikh namanya, tetapi suatu keringanan,
‘Al-Qurthubi berkata: Pendapat (kedua) ini keliru sekali. Sebab kalau semua sudah
ditetapkan dia harus beriddah setahun penuh, kemudian ketentuan itu dihilangkan
an ditetapkannya iddah empat bulan sepuluh hari, maka yang demikian itu namanya
penghapusan (naskh). Dalam hal ini sama sekali tidak dapat dipersamakan dengan
shalat musafir.*”
Kedua, Berapa lama masa iddah perempuan hamil yang ditinggal mati
suaminya?
Iddahnya seorang perempuan yang hamil dan ditinggal mati suaminya adalah
sampai ia melahirkan. Hal ini berdasarkan pada firman Allah: “Dan perempuan-
perempuan yang hamil, batas iddahnya sampai mereka melahirkan kandungannya
itt.” (QS. At-Thalaq [65]: 4). Ayat ini sckaligus sebagai takhshish atas keumuman
ayat “Dan orang-orang yang mati di antara kamu, dan ia meninggalkan istri, maka
hendaknya istri itu menangguhkan dirinya empat bulan sepuluh hari.” Demikian,
menurut pendapat mayoritas ulama.
Tetapi diriwayatkan dari Ali dan Ibnu Abbas: Bahwa perempuan hamil itu harus
ber'iddah dengan jarak yang lebih jauh dari dua masa, yaitu: Jika dia hamil tua, lalu
melahirkan anak sebelum habis masa 4 bulan 10 hari, maka dia harus beriddah 4
bulan 10 hari. Tetapi jika dia hamil muda; di mana 4 bulan 10 hari itu telah lewat,
sedang anaknya tetap belum lahir, maka harus beriddah sampai melahirkan, Jadi
dengan demikian dua ayat tersebut dapat diamalkan. Tetapi kalau dia beriddah cukup
dengan melahirkan anak, berarti dia meninggalkan ayat ‘iddatul wafat. Dalam hal ini
melakukan proses kompromi lebih tepat daripada mentarjih (memilih salah satu).
Dalam hal ini Al-Qurthubi mengatakan: “Ini adalah suatu yang tepat. Seandainya
tidak ada hadits Sabi’ah al-Aslamiyah. Itulah yang benar.”
Beberapa alasan mayoritas ulama adalah:
Mayoritas ulama berpendapat bahwa masa iddah bagi perempuan yang hamil
adalah sampai ia melahirkan. Hal ini sejalan dengan Al-Kitab (Al-Qur‘an) dan Sunnah
Rasulullah Saw.
497 Alt? i Ahkém Al-Qur'dn, ji. 111, hal. 174; dan Al-Bahr Al-Muhith. iil. 11. hal. 224.
conthaenctomePAPSER
AYAT-AYAT ALIKAM
an yang terdapat pada ayat 4 surah at-Thalag,
ng ditalak suaminya dan yang ditinggal
entuan masa iddah baginya adalah
Dalam Al-Qur’an, Allah berfi
ri orang ya
ini Allah memberi ket
Ayat ini be
ninya. Dal
sampai anaknya lahir, *
war dari Sunnah Rasulullah Saw. adalah hadits Sabi'ah al-Aslamiyah,
junia pada waktu haji wada, sedang Sabiah
iktu itu dalam keadaan hamil tua, Beberapa hari dari kematian suaminya, Sabiah
elah bersih dari nifasnya, ia berhias untuk orang yang hendak
atanglah Abu Sanabil bin Bakak, seraya berkata: Hari ini
kelihatannya engkau sangat cantik, nampaknya engkau sudah ingin nikah lagi? Demi
‘Allah, engkau belum bisa menikah lagi sampai engkau melampaui masa iddahmu,
yaitu 4 bulan 10 hari. Kata Sabi’ah: Setelah aku mendengar ucapan itu, aku kemudian.
berkemas-kemas, aku melepaskan pakaian-pakaianku (yang bagus-bagus itu), lalu di
sore hari aku datang menemui Rasulullah Saw. untuk menanyakan hal itu. Rasulullah
Saw. menjawab: Bahwa aku sudah halal ketika aku melahirkan anak yang aku kandung,
dan ia pun menyuruhku menikah lagi kalau aku berkenan.
Ibnu ‘Abdil Bar berkata: Diriwayatkan, bahwa Tbnu Abbas telah mencabut
pendapatnya itu, dan kembali pada hadits Sabah al-Aslamiyah, setelah hadits itu
dihadapkan kepadanya. Selanjutnya kata Ibnu Abdil Bar: Memang betul, bahwa para
shahabat berfatwa dengan hadits Sabi'ah ini, sesuai yang dikatakan oleh ahli-ahli ilmu.”
Kata Al-Qurthubi: Hadits tersebut menjelaskan, bahwa ayat 4 surah ath-Thalaq itu
berlaku umum, untuk semua perempuan yang ditalak, termasuk karena ditinggal mati
oleh suaminya. Jadi ‘iddatul wafat (4 bulan 10 hari) itu khusus buat perempuan yang
tidak hamil. Ini diperkuat oleh perkataan Ibnu Masud: “Bahwa ayat tentang perempuan
yang sangat pendek itu (surah ath-Thalaq) diturunkan sesudah ayat ‘iddatul wafat? =
Adapun d
istri Sad bin Kahulah, yang meninggal di
wal
melahirkan ani
meminangnya. Maka d:
498
Ketiga, Apa yang dimaksud dengan Iddad dan berapa lama perempuan
melakukannya (atas sepeninggal suaminya)?
Islam telah mewajibkan perempuan yang ditinggal mati suaminya agar supaya
meninggalkan dari bersolek dan berkabung selama masa iddah, yaitu 4 bulan 10
hari. Dan untuk keluarga si mayit diperkenankan (bukan wajib) berkabung selama
3 hari. Lebih dari itu, hukumnya haram. Hal ini berdasarkan pada hadits shahih
yang diriwayatkan dalam kitab Shahih Bukhdri dan Shahih Muslim dari binti Ummu
Salamah, ia berkata: “Aku masuk ke rumah Ummu Habibah ketika Abu Sufyan
498. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa‘i dan Abu Dawud.
400 Tafeiv Thad Kot: . i
IT hal 205. dan AN rae ants :
conan\ PARSER
AYAT-AYAT ATIKAM
(ayahnya) meninggal dunia, lalu Ummu Habibah minta diambilkan minyak wangi
yang padanya terdapat kekuning-kuningan yang membekas, lalu ada seorang budak
erempuan memakai minyak itu kemudian memegang dua pipi Ummu Habibah
{untuk diminyakd), Ia berkata: “Demi Allah, aku tidak perlu minyak, sebab aku pernah
jmendengar Rasulullah Saw. berbicara di atas mimbar: ‘Seorang perempuan yang
periman kepada Allah dan hari akhir, tidak halal berkabung atas seorang mayit lebih
dari tiga hari, kecuali terhadap suaminya, yaitu 4 bulan 10 hari?"
nti hdd adalah “Berkabung’’ ialah tidak berhias, tidak memakai wangi- wangian»
tidak bercelak, dan tidak menampakkan diri untuk dipinang orang. Kewajiban ini
anya berlaku atas seorang istri yang. ditinggal mati suaminya sebagai penghormatan
kepada suami dan memenuhi hak suami yang besar itu. Sebab ikatan perkawinan
adalah ikatan yang sangat suci, karena itu syara’ maupun perasaan_ kejiwaan tidak dapat
melupakan ikatan yang indab itu, Di mana sebelum itu perempuan bisa berkabung
atas suaminya setahun penuh karena sakit hati dan merasa duka atas meninggalnya
suaminya itu. Begitulah, lalu cara seperti itu dihapus oleh ‘Allah dan ditetapkan 4
bulan 10 hari.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan, bahwa Ummu Salamah berkata:
“sesungguhnya ada seorang perempuan bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Wahai
asulullah, sesungguhnya anak perempuanku ditinggal mati suaminya, dan matanya
sampai bengkak, apakah boleh aku memakaikan celak?’ Rasulullah Saw. menjawab:
“Tidak boleh.’ Kalimat yang sama beliau katakan hingga dua atau tiga kali, Kemudian
seliau bersabda: ‘Dia hanya empat bulan, sedangkan seseorang perempuan diantara
kamu dulu di zaman jahiliyah berdiam sampai setahun’?”
Zainab binti Ummu Salamah berkata: Perempuan-perempuan kalau ditinggal
mati suaminya, ia tinggal di sebuah bilik kecil yang gelap, mengenakan pakaian yang
jelek dan tidak memakai minyak wangi hingga setahun, Setelah lewat dari setahun,
ia keluar dari rumah lalu ia diberi kotoran onta Jalu dilemparkannya. Setelah itu
dibawakannya seekor himar atau kambing, lalu ia disuruh membukakan kemaluan
binatang itu. Namun ia tidak akan dapat membukakannya melainkan binatang itu
mati.5?
Sebagian ulama ber-istinbath tentang wajibnya
Allah: “Apabila sudah sampai batas iddah mereka itu,
berkabung ini, dengan firman
maka tidak ada dosa atas kamu
501 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
302 Ibnu Qutaibah berkata, aku bertanya kepada pe
menialat
nduduk Hijaz tentang makna igtidhddh, Mereka
ni masa ‘iddah biasanya tidak pernah menyentuh
conanTAPSES
AYAT-AYAT AHKAM
tentang apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka’, di antara apa yang mereka
perbuat itu, ialah: berhias dan memakai wangi-wangian. Itu semua dilarang selama
dalam iddah. Ini adalah suatu istinbath yang baik sekali.
‘Tetapi sebagian ulama yang lain ada yang mengatakan: Berkabung itu cukup
hanya tidak menikah saja. Tetapi pendapat ini sangat lemah.
Ibnu Katsir berkata: Berkabung itu suatu ungkapan, yang intinya ialah: tidak
bethias dengan memakai minyak wangi dan tidak mengenakan pakaian dan perhiasan
yang bisa rnenarik minat laki-laki. Berkabung hukumnya wajib atas perempuan yang
ditinggal mati suaminya, Dalam masa iddah talak raj’, berkabung tidak wajib. Inj
hanya ada satu pendapat saja. Lalu bagaimana dalam iddah talak ba'in? Dalam hal
ini ada dua pendapat.
Hukum wajib berkabung ini berlaku untuk semua istri yang ditinggal mati
suaminya, baik dia masih kecil, sudah tua hingga tidak pernah datang bulan lagi,
perempuan merdeka, hamba sahaya, muslimah maupun kafir, karena ayat ini bersifat
umum.
Keempat, Mengapa ada syariat Iddah bagi perempuan?
Para ulama mengemukakan beberapa hikmah dalam penetapan masa iddah, dan
berikut ini kami kemukakan secara global:
a. Untuk mengetahui kondisi kandungan “bard ‘atur rahim”, sehingga tidak terjadi
percampuran nasab, antara nasab satu dengan lainnya.
b. Sebagai bentuk ibadah bagi muslimah karena melaksanakan perintah Allah.
c. Menunjukkan rasa sakit dan duka atas kematian seorang suami sebagai bentuk
pengakuan atas kelebihan dan kebaikan suami.
d. Memberi kesempatan suami istri yang bercerai untuk kembali menjalani hidup
bersama dengan nuansa baru setelah ruju’
e. Sebagai penegas terkait dengan pernikahan, di mana pernikahan tidak
dipandang sempurna kecuali jika telah melewati masa penantian yang lama.
Sebab kalau tidak demikian, perkawinan akan menjadi mainan sebagaimana
mainan anak-anak, Bisa bercerai, pun pula bisa menikah hanya dalam waktu
sesaat.
Hikmah Tasyri’
Allah mewajibkan iddah bagi perempuan muslimah bertujuan untuk melindungi
kehormatan keluarga serta menjaga dari perpecahan dan percampuran nasab.
‘ peat berkabung atas meninggalnya suami dengan menampakkan rasa duka
lan sedih sebagai ungkapan dan penghormatan atas ikatan yang suci (pernikahan)
conanPATSU
AYAT-AYAT ALTKAM
cera pengakuan akan Kebaikan orang yang pernah menjadi teman hidupnya. Hal
gemacam ini pernah berlaku di zaman iyah selama satu tahun penuh, Dan itu
gilakukan oleh perempuan terhadap suaminya yang meninggal dunia, dengan cara
yang sangat burul 1u: si perempuan berpakaian yang paling buruk, tinggal di
ebuah bilik (bagaikan sel) yang gelap, dengan tidak berhias, tidak memakai minyak
sonei dan tidak pernah mandi, tidak pernah menyentuh air, tidak memotong kuku,
tidak memotong rambut dan tidak pernah nampak di hadapan orang banyak. Jika
getahun itu telah berlalu, barulah dia keluar dengan wajah yang kusut dan baunya
cangat menyengat, sambil menanti anjing berlalu untuk dilempari kotoran onta sebagai
tanda habisnya masa berkabung dan penghormatan atas hak suaminya.
Ketika Islam datang, hal semacam ini diubah menjadi lebih baik. Berkabung
dijadikan sebagai lambang kebersihan bukan lambang kekumuhan. Waktunya hanya
giambil sepertiganya. Sedang hal-hal yang dilarang hanya terbatas pada: berhias,
memakai minyak wangi, pamer supaya dipinang—bukan tidak bersih dan tidak
saci, sebab Keduanya ini justru lambang orang Islam. Ia diperbolehkan duduk di
semua tempat dalam rumahnya, bahkan diperbolehkan berkumpul bersama dengan
perempuan lain dan mahramnya.
Namun melihat kondisi sekarang, banyak perempuan-perempuan muslimah sudah
banyak yang tidak mengindahkan tuntunan berkabung dalam Islam. Di antaranya
ada yang berlebih-lebihan dalam berkabung, ada yang sampai meratap dan sama
sekali keluar dari aturan Islam dalam hal berpakaian, makan dan minum. Ada yang
berkabung tidak terbatas atas suami sebagai yang telah dikhususkan oleh syara, bahkan
ada pula yang berkabung atas ayah dan anak, selama setahun dan dua tahun. Bahkan
yang sangat ganjil lagi, ada yang justru berkabung itu tidak lebih dari 40 hari. Yang
paling baik adalah memperbaiki tradisi yang sangat buruk. Karena tidak ada artinya
berkabung kalau dalam berkabung itu hanya sekadar untuk menghabiskan wang dengan
mengganti pakaian dan peralatan rumah serta merusak tata kesopanan pergaulan,
eo —