You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN PANGAN

ANALISIS KADAR LAKTOSA PADA SUSU INDOMILK

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah


Kimia Analisis Bahan Pangan dan Cemarannya

Dosen Pengasuh:
Dr. Miratul Khasanah, M.Si
Dr. Muji Harsini, M.Si

Disusun Oleh:
Ersalina Nidianti (NIM. 081524253004)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
PERCOBAAN
PENENTUAN KADAR LAKTOSA SUSU KOTAK INDOMILK

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan kadar laktosa dalam susu kotak merk
dagang indomilk dengan metode luff schoorl.

II. DASAR TEORI


2.1 Pengertian Karbohidrat
Sejumlah senyawa organik yang terdapat dalam sel menunjukkan sifat fisika dan
kimia kehidupan. Senyawa-senyawa ini disintesis oleh sel melalui jalan yang unik, senyawa-
senyawa tersebut antara lain karbohidrat, lemak dan protein. Karbohidrat adalah suatu
kelompok senyawa yang mempunyai rumus umum (CH2O) (Suwono, 1995). Karbohidrat
yang lazimnya dikenal sebagai gula. Gula adalah senyawa tanpa warna dan bila terdapat
dalam jumlah mikro, harus dideteksi dengan cara reaksi dengan menggunakan pereaksi
homogen yang cocok. Larutan yang digunakan untuk menguji daya mereduksi suatu sakarida
ialah Benedict dan Fehling. Unsur atau ion yang terdapat pada larutan tersebut ialah Cu++
yang berwarna biru. Gula pereduksi akan mengubah atau mereduksi ion tertentu suatu
sakarida menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O yang berwarna merah bata.
Zat pereduksinya sendiri berubah menjadi asam (Martoharsono dan Mulyono, 1976).
Gula pereduksi secara klasik dideteksi berdasarkan pembentukan endapan merah bata dengan
larutan Fehling. Gula non-pereduksi dideteksi berdasarkan oksidasinya yang cepat dengan
periodat atau timbal asetat. Pereaksi umum untuk semua ialah larutan AgNO3 basa, tetapi
pereaksi ini tidak sepenuhnya khas untuk gula karena larutan ini bereaksi dengan senyawa
tumbuhan tertentu, seperti fenol (Harborne, 1987). Berdasarkan ukurannya, karbohidrat
dibagi menjadi empat kelas yaitu monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Selain berfungsi sebagai sumber bahan bakar bagi tubuh, karbohidrat juga berfungsi sebagai
prekursor pada proses sintesis lemak, asam amino, glikolipid, glikoprotein dan proteoglikan
(Marks et al., 2000). Karbohidrat apabila ditambah dengan asam pikrat akan berubah warna
merah (Harold, 2003).

2.2. Klasifikasi Karbohidrat


Berdasarkan ukurannya, karbohidrat terdiri dari empat kelas yaitu monosakarida,
disakarida, oligosakarida dan polisakarida (Marks et al., 2000). Monosakarida adalah gula-
gula sederhana yang mengandung 3-10 atom karbon (C) dan mempunyai gugus aldehid atau
keton bebas dan gugus hidroksil (Suwono, 1995). Monosakarida misalnya glukosa, fruktosa,
galaktosa dan gula-gula yang paling kecil (Marks et al., 2000). Bila monosakarida seperti
glukosa dan fruktosa diberi pereaksi Fehling maka warna larutan akan berubah menjadi
merah bata dan terbentuk endapan (Martoharsono dan Mulyono, 1976). Umumnya,
monosakarida memiliki rumus molekul yang merupakan kelipatan CH2O (Campbell et al.,
2002). Glukosa adalah monosakarida berkarbon enam (heksosa) yang digunakan sebagai
sumber dasar energi oleh kebanyakan sel heterotrofik (Stansfield et al., 2003). Suatu
disakarida mengandung dua monosakarida yang disatukan oleh sebuah ikatan O-glikosidat,
disakarida yang paling sering dijumpai adalah sukrosa, maltosa dan laktosa. Maltosa terdiri
dari dua unit glukosa yang disatukan, sukrosa adalah penyatuan glukosa dan galaktosa
(Marks et al., 2000). Ikatan O-glikosidat adalah ikatan kovalen yang terbentuk antara dua
molekul monosakarida melalui reaksi dehidrasi (Campbell et al., 2002). Sukrosa merupakan
suatu disakarida yang terdiri dari dua monosakarida, yaitu glukosa dan fruktosa. Laktosa
merupakan gula utama yang terdapat dalam susu, adalah disakarida yang terdiri dari glukosa
dan galaktosa (Stansfield et al., 2003).
Berbeda dengan glukosa dan fruktosa, sukrosa tidak menunjukkan perubahan warna
menjadi endapan merah bata apabila diberi pereaksi Fehling. Perbedaan itu disebabkan
karena monosakarida mengandung gugus karbonil yang reduktif, sedangkan sukrosa tidak
(Martoharsono dan Mulyono, 1976). Oligosakarida merupakan susunan suatu rantai
monosakarida yang terdiri dari 3-10 unit. Oligosakarida hanya mempunyai sedikit fungsi
biologis dan biasanya hanya merupakan hasil hidrolisis polisakarida (Suwono, 1995).
Oligosakarida dijumpai pada komponen karbohidrat glikoprotein dan glikolipid, dan diantara
produk pencernaan kanji (Marks et al., 2000). Polisakarida adalah makromolekul, polimer
dengan beberapa ratus sampai beberapa ribu monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan
glikosidik. Polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan yang suatu ketika
apabila diperlukan akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel-sel tubuh (Campbell et
al., 2002). Rasa polisakarida tidak manis, polisakarida tidak mereduksi reagen Benedict
maupun Fehling. Polisakarida berfungsi sebagai bahan makanan, terutama sebagai bahan
makanan pembentuk energi (Sumardjo, 2008).

2.3 Susu
Susu adalah hasil pemerahan dari ternak sapi perah atau dari ternak menyusui lainnya
yang diperah secara kontinu dan komponen-komponennya tidak dikurangi dan tidak
ditambahkan bahan-bahan lain. Koponen utama susu terdiri dari air, protein, lemak,
karbohidrat, mineral dan vitamin. Komponen-komponen lainnya yang terkandung dalam susu
yang jumlahnya sedikit tetapi penting antara lain lesitin, kolesterol, dan asam-asam organik.
Berikut ini tabel komposisi Bahan Makanan
Tabel 1. Komposisi rata-rata susu sapi
Komposisi Kadar
Air % 83,3
Protein, % 3,2
Lemak, % 4,3
Karbohidrat, % 3,5
Kalium, mg/100g 4,3
Kalsium, mg/100g 143,3
Fosfor, mg/100 60,0
Besi, mg/100g 1,7
Vitamin A, SI 130,0
Vitamin B1, mg/100g 0,03
Vitamin C, mg/100g 1,0
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan

2.4 Laktosa
Laktosa (C12 H22 O11 ) adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat
atau mengandung satu molekul air anhidrat. Berikut ini tabel sifat fisik dan sifat kimia pada
laktosa.
Tabel 2. Sifat-sifat fisika kimia laktosa (FI edisi IV, hal. 488 )
Sifat-sifat fisika Keterangan
kimia laktosa
BM 342,30
Pemerian Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau
atau rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau
Kelarutan Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut
dalam air mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut
dalam kloroform dan eter.
Kejernihan (Larutkan 3g dalam 10 ml air mendidih; terbentuk larutan jernih,
tidah berwarna dan tidak berbau)
Laktosa, β galaktosa 1,4 glukosa merupakan komposisi gula pada susu mammalia
yang unik. Laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa (Solomons,
2002). Laktosa merupakan sumber energi yang memasok hampir setengah dari keseluruhan
kalori yag terdapat pada susu (35-45%). Selain itu, laktosa juga diperlukan untuk absorbsi
kalsium. Hasil hidrolisa laktosa yang berupa galaktosa, adalah senyawa yang penting untuk
pembentukan sebrosida. Serebrosida ini penting untuk perkembangan dan fungsi otak.
Galaktosa juga dapat dibentuk oleh tubuh dari glukosa di hati. Karena itu keberadaan laktosa
sebagai karbohidrat utama yang terdapat di susu mammalia, termasuk ASI, merupakan hal
yang unik dan penting (Sinuhaji, 2006).
Laktosa hanya dibuat di sel-sel kelenjar mamma pada masa menyusui melalui reaksi
antara glukosa dan galaktosa uridin difosfat dengan bantuan laktosa sintase. Kadar laktosa
dalam susu sangat bervariasi antara satu mamalia dengan yang lain. ASI mengandung 7%
laktosa, sedangkan susu sapi hanya mengandung 4% (Sinuhaji, 2006).
Laktosa merupakan gula pereduksi yang terdapat pada atom C pertama dari molekul
glukosa. Seperti diketahui laktosa merupakan disakarida yang tersusun dari glukosa dan
galaktosa dengan ikatan 1-4. Di dalam tubuh laktosa disintesis dalam kelenjar sus (Belizt,
et.al, 2009).

Gambar 1 struktur kimia laktosa

2.5 Metode Luff Schoorl


Metode Luff Schoorl adalah berdasarkan proses reduksi dari larutan Luff Schoorl oleh
gula-gula pereduksi (semua monosakarida, laktosa dan maltosa). Hidrolisis karbohidrat
menjadi monosakarida yang dapat mereduksikan Cu2+ menjadi Cu1+.
Penentuan Karbohidrat dengan Metode Luff Schoorl
Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl
ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut :
R-CHO + 2 Cu2+ → R-COOH + Cu2O
2 Cu2+ + 4 I- → Cu2I2 + I2
2 S2O32- + I2 → S4O62- + 2 I-
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan
CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan
tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang
digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan
dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2)
bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya
yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat
oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan
banyaknya oksidator (Winarno 2007). I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan
standar Na2S2O3 sehingga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam
air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka
penambahan amilum sebelum titik ekivalen.
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang
berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl
merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan
sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan
penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon (Anonim 2009).
Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh
komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan
bahwa hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.
III. METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas kimia 100 mL, Labu
Erlenmeyer 250 mL, Pipet volumetric 25 mL, Gelas ukur 25 mL, Pipet volumetric 2 mL,
Labu volumetric 50 mL, Pipet volumetric 5 mL, Corong gelas, Kaca arloji, Labu titrasi,
Buret, Pipet tetes, dan Alat reflux.
3.1.2 Bahan
Larutan H2SO4 26,5%, Larutan KI 20%, Larutan Na2S2O3 0,1 N, Susu kotak merk
dagang indomilk, Larutan ZnSO4, Larutan NaOH 0,75 N, Larutan Luff Schoorl, Larutan
indikator amilum, Es Batu, Batu didih, Kertas saring dan Akuades.

3.2 Prosedur Kerja


1. Sebanyak 2 mL cairan susu kotak indomilk diambil menggunakan pipet volumetric
kemudian dimasukkan ke dalam labu volumetric 50 mL. Cairan susu kotak ditambahkan
dengan 5 mL reagensia ZnSO4 dan kemudian digojog. Selanjutnya ditambahkan 5 mL
larutan NaOH 0,75 N dan digojog kembali.
2. Campuran kemudian diencerkan sampai tanda batas dengan akuades pada labu volumetric
50 mL. Larutan campuran didiamkan ± 10 menit hingga semua protein mengendap dan
disaring.
3. Hasil filtrasi pertama ± 10 mL dibuang, sedangkan hasil filtrasi selanjutnya disimpan.
4. Sebanyak 5 mL filtrat dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan
25 mL larutan Luff Schoorl. Kemudian ditambahkan batu didih dan dilakukan proses
reflux selama ± 10 menit.
5. Hasil reflux didinginkan, ditambahkan 25 mL larutan H2SO4 26,5% secara hati-hati dan
15 mL larutan KI 20%.
6. Larutan campuran dititrasi menggunakan Na2S2O3 0,1 N hingga diperoleh titik akhir
titrasi dengan warna kuning pucat. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan indikator
amilum dilanjutkan proses titrasi hingga titik akhir ttitrasi berwarna abu-abu.
7. Dilakukan prosedur yang sama untuk blangko dengan mengganti cairan susu kotak
Indomilk menggunakan aquades
3.3 Prinsip Percobaan
Prinsip penentuan laktosa dengan menggunakan metode luff schoorl yaitu
berdasarkan laktosa yang bersifat reduktor akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+, kelebihan Cu2+
ditetapkan dengan titrasi iodometri. Dengan menetapkan larutan blanko, maka volume
natrium tiosulfat yang dibutuhkan untuk menitrasi kelebihan Cu2+ dapat diketahui, dan setara
dengan jumlah laktosa yang terdapat dalam sampel.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 DATA HASIL PENGAMATAN
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Penentuan kadar Laktosa Blanko
- 25 ml akuades + 5 ml ZnSO4 + 5 Berwarna Putih
ml NaOH, di kocok, di add
sampai tanda batas labu takar 50
ml dan didiamkan 10 menit,
disaring
- 5 ml filtrat + 25 luff schoorl, Berwarna biru
direfluks 10 menit
- Filtrat dingin + 25 H2SO4 26,5% Berwarna kuning kecoklatan
+ 15 ml KI 20%
- Dititrasi dengan Na2S2O3 Kuning
- Ditambahkan indikator amilum Biru tua
- Dititrasi dengan Na2S2O3 kembali Putih keruh
Vtitrasi = 28,5 ml

a. Sampel Susu Coklat merek Indomilk


2 - 1 ml akuades + 5 ml ZnSO4 + 5
ml NaOH, di kocok, di add Coklat
sampai tanda batas labu takar 50
ml dan didiamkan 10 menit,
disaring
- 5 ml filtrat + 25 luff schoorl, Berwarna Coklat kekuningan
direfluks 10 menit
- Filtrat dingin + 25 H2SO4 26,5% Kuning pucat
+ 15 ml KI 20%
- Dititrasi dengan Na2S2O3 Berwarna biru tua
- Ditambahkan indikator amilum Putih keruh
1%
- Dititrasi dengan Na2S2O3 kembali Vtitrasi=27 ml
4.2 ANALISA PROSEDUR DAN HASIL
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kadar laktosa dalam susu cair
kemasan menggunakan metode Luff Schoorl. Sampel yang digunakan adalah susu kemasan
merk “Indomilk”. Laktosa merupakan satu-satunya karbohidrat (gula) yang terdapat pada
susu. Laktosa termasuk salah satu gula pereduksi, sehingga kadarnya dapat dihitung secara
kuantitatif dengan menggunakan metode luff schoorl.
Metode Luff Schoorl merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menentukan kadar karbohidrat secara kimiawi. Prinsip dari metode ini adalah laktosa bersifat
sebagai gula pereduksi maka akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+, kelebihan Cu2+ ditetapkan
dengan titrasi iodometri. Dengan menetapkan larutan blanko, maka volume natrium tiosulfat
yang dibutuhkan untuk menitrasi kelebihan Cu2+ dapat diketahui, dan setara dengan jumlah
laktosa yang terdapat dalam sampel.
Iodometri adalah titrasi tidak langsung yang digunakan untuk menetapkan senyawa-
senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Melalui titrasi tak langsung
ini maka semua oksidator yang akan ditetapkan kadarnya direaksikan terlebih dahulu dengan
ion iodida berlebih sehingga I2 dapat dibebaskan. Selanjutnya I2 yang dibebaskan ini dititrasi
dengan larutan baku sekunder Na2S2O3 dengan indikator amilum. Selain itu, titrasi iodometri
ini digunakan untuk pembakuan larutan Na2S2O3 yang akan digunakan sebagai titran.
Pada praktikum ini, sampel susu yang digunakan adalah Indomilk. Untuk membuat
satu larutan blanko dan dua larutan sampel, sebanyak 10 ml dari blanko (akuades) dan 5 mL
dari sampel susu dipipet secara kuantitatif. Selanjutnya ketiga larutan tersebut ditambahkan 5
ml larutan ZnSO4 dan 5 mL larutan NaOH 0,75 N. Selanjutnya sampel dan blanko diencerkan
dengan akuades di dalam labu ukur 50 mL. Penambahan ZnSO4 dan NaOH dilakukan untuk
mengendapkan protein sehingga komponen-komponen lain yang terdapat pada susu dapat
terpisah. Fungsi dari pemisahan tersebut adalah untuk mencegah terjadinya pengendapan
protein akibat penambahan reagen Luff Schoorl yang sebagian besar mengandung Cu (logam
berat). Jika protein tidak diendapkan, maka akan berpengaruh pada hasil analisis. Selanjutnya
suspensi didiamkan hingga 10 menit hingga semua protein mengendap dan disaring,
pemanasan tidak boleh terlalu lama karena akan mengakibatkan seluruh karbohidrat
terhidrolisis menjadi monosakaridanya bukan dalam bentuk disakaridanya yang dalam
praktikum ini diharapkan terhidrolisis menjadi laktosa.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Karbohidrat kompleks → gula sederhana (gula pereduksi)
Gula pereduksi + 2 Cu2+ → Cu2O(s)
2 Cu2+ (kelebihan) + 4 I- → 2 CuI2 → 2 CuI- + I2
I2 + 2S2O32- → 2 I- + S4O62-
Sebelum di refluks, dimasukkan beberapa buah batu didih ke dalam masing-masing
erlenmeyer. Batu didih ditambahkan untuk mencegah terjadinya bumping serta pemanasan
dapat terjadi secara merata. Setelah itu larutan dipanaskan dengan menggunakan refluks.
Tujuan dari perefluksan adalah untuk menghidrolisis sampel agar larutan menjadi bentuk
monosakaridanya. Selain itu, untuk menghindari keluarnya zat-zat volatile ke lingkungan.
Setelah mendidih, proses pendidihan dipertahankan hingga 10 menit agar proses reduksi
berjalan dengan sempurna. Saat proses tersebut, larutan Luff Schoorl akan bereaksi dengan
sampel yang mengandung gula pereduksi, dalam hal ini laktosa. Laktosa akan mereduksi
CuO menjadi Cu2O yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata. Reaksinya
sebagai berikut :
R-COH + CuO → Cu2O (endapan merah) + COOH
Setelah direfluks, campuran lalu didinginkan. Selanjutnya dilakukan penambahan
larutan H2SO4 dan larutan KI 20 % kedalam masing-masing erlenmeyer. Pada penentuan
metode ini, yang ditentukan bukannya Cu2O yang mengendap tapi dengan menentukan CuO
direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuan titrasi dengan
menggunakan larutan Na2S2O3. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan
CuO yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan/
larutan. Reaksi yang terjadi selama penentuan laktosa cara dengan ini mula- mula CuO yang
ada dalam reagen akan membebaskan iod dari garam KI. Banyaknya iod yang dibebaskan
ekuivalen dengan banyaknya CuO. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi dengan
menggunakan larutan Na2S2O3. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
R – COH + 2CuO → Cu2O + R-COOH

H2SO4 + CuO → CuSO4 + H2O

CuSO4 + 2 KI → Cu2I2

I2 + Na2S2O3 → Na2S4O6 + NaI


Fungsi penambahan H2SO4 untuk mengoksidasi CuO menjadi CuSO4. Selanjutnya
CuSO4 akan bereaksi dengan KI. Fungsi penambahan KI adalah untuk membuat zat oksidator
tersebut menjadi terduksi sehingga mampu membebaskan 12. Selanjutnya larutan ditirasi
dengan menggunakan larutan Na2S2O3 hingga berubah warna menjadi berwarna kuning
muda. Selanjutnya baru ditambahkan indikator amilum. Indikator amilum ditambahkan saat
campuran mendekati TAT (titik akhir titrasi) karena amilum dapat mengikat iod dengan kuat,
Jika ditambahkan pada awal titrasi maka dapat menyebabkan warna pada saat TAT menjadi
kurang jelas. Selanjutnya dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai didapatkan warna putih
susu.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan yaitu kadar
laktosa dalam sampel berupa susu cair kemasan merk Indomilk sebesar 2.945 % per kemasan
250 ml atau sebesar 58,9 mg laktosa dalam 2 mg sampel susu indomilk.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2002. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Terbitan Kedua. Penerbit ITB, Bandung
Harold, Hart. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga: Jakarta.
Marks, D. B., A. D. Marks dan C. M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Penerbit
EGC, Jakarta.
Martoharsono, S. dan Mulyono. 1976. Petunjuk Praktikum Biokimia. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Stansfield, W. D., J. S, Colome, dan R. J. Cano. 2003. Biologi Molekuler dan Sel. Erlangga,
Jakarta.
Sinuhaji AB. 2006. Intoleransi laktosa. Majalah kedokteran nusantara 39, 4, 424-429

Suwono. 1995. Biologi Sel. Angkasa, Bandung.


VII. LAMPIRAN PERHITUNGAN DAN GAMBAR PERCOBAAN

PERHITUNGAN
Pembakuan larutan tiosulfat
Vawal = 11 mL
Vakhir = 20,25 ml
Vtitrasi = 9,25 ml
N .V KIO3 = N .V Na2S2O3
𝑁.𝑉 𝐾𝐼𝑂3 0,1 𝑁 𝑥 10 𝑚𝑙
N Na2S2O3 = 𝑉 𝑁𝑎 = = 0,1081 N
2 𝑆2𝑂3 9,25 𝑚𝑙

Jadi konsentrasi tiosulfat yang digunakan untuk titrasi pada penentuan kadar laktosa adalah
0,1081N.

Penentuan kadar laktosa dalam susu indomilk dengan metode luff school
Vtitrasi blanko = 28,5 ml
Vtitrasi sampel = 27 ml
Vblanko-sampel = 28,5ml – 27 ml = 1,5 ml
Berdasarkan tabel dibawah ini:
Tabel 3. Kadar laktosa dengan perlakuan pereaksi Luff Schoorl
mL Na2S2O3 0,1 N Laktosa
1 3,6
2 7,3
3 11,0
4 14,7
5 13,4
6 22,1
7 25,8
8 29,5
9 33,2
10 37,0
11 40,8
12 44,6
13 48,4
14 52,2
15 56,0
16 59,9
17 63,8
18 67,7
19 71,7
20 75,7

1-2 mL Na2S2O3 0,1 N = (3,6 + 7,3) = 10.9/2= 5,45


Ntiosulfat x kadar laktosa
massa laktosa = (dalam 5 ml filtrat)
0,1 N
0,1081 x 5,45
massa laktosa = = 5,89 mg (dalam 5 ml filtrat)
0,1 N
Dalam 50 ml filtrat terkandung 58,9 mg laktosa ~ 58,9 mg laktosa dalam 2 mg sampel susu
indomilk.
1 ml ~ 1mg
Dalam kemasan 250 ml susu indomilk terkandung laktosa =
250 ml
x 0,0589 g = 7,36 gram
2 mg
Jika dikonversi ke dalam kadar:
massa laktosa (g)
kadar laktosa = x 100%
massa sampel susu (g)
0,0589 g
kadar laktosa = x 100%
2g
Kadar laktosa = 2.945 %
GAMBAR PERCOBAAN

Sampel Susu Sampel Susu

Sampel Susu Proses Refluks


Proses Titrasi Proses Titrasi

Hasil Akhir Titrasi

You might also like