You are on page 1of 19

MODUL LENGKAP

Modul 4
Instrumentasi Dasar Traktus
Urinarius Bagian Bawah

TIM PENYUSUN MODUL


KOLEGIUM UROLOGI INDONESIA
2008
Mengembangkan kompetensi Waktu
Sesi didalam kelas 1 jam (classroom session)
Sesi dengan fasilitas pembimbing 1 minggu (coaching session)
Sesi praktek dan pencapaian kompetensi 4 minggu (facilitation and assessment)

Tujuan Umum
Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu mengetahui indikasi dan melakukan tindakan
instrumentasi dasar traktus urinarius bawah.

Tujuan Khusus
1. Menjelaskan indikasi instrumentasi dasar
2. Melakukan persiapan tindakan instrumentasi
3. Menjelaskan urutan tindakan instrumentasi
4. Melakukan tindakan instrumentasi

Strategi Pembelajaran
Diskusi, kuliah, penugasan, latihan, praktek keterampilan klinik
Persiapan sesi
 Peralatan audiovisual
 Materi presentasi : Power Point tentang instrumentasi dasar
 Kasus :
 Alat bantu latih : model anatomi, gambar anatomi dari buku teks model alat peraga

Referensi
1. Tanagho EA, Mc Aninch JW. Smith’s Urology 17 th Ed, Lange Medical Books/Mc
Graw Hill, 2008.
2. Wein, Kaoussi, Novick, Partin, Peters. Campbell’s Walsh Urology 9 th Ed, Saunders,
2008.

Kompetensi
Mengenali dan memahami penatalaksanaan tentang instrumentasi dasar.
.
Gambaran Umum
Instrumentasi dan endoscopy pada traktus urinarius bagian bawah merupakan tindakan
yang rutin dilakukan untuk diagnosa maupun terapi pada penyakit dibidang urologi.
Instrumentasi dasar traktus urinarius bawah diantaranya adalah pemasangan kateter,
sistostomi, kalibrasi uretra sampai dengan tindakan endoskopi yaitu panendoskopi, sistoskopi
dan uretrotomi interna.

Contoh Kasus
Penderita pria, 71 tahun dengan gangguan berkemih berupa buang air kecil kurang lancar,
pancaran lemah, akhir kencing kurang puas, sering bangun untuk kencing di malam hari sudah
dialami penderita sejak 2 bulan lalu dan memberat sampai dengan sekarang. Puncaknya terjadi
sejak tadi pagi. Penderita telah berupaya sekuat tenaga untuk memperlancar keluarnya air seni
tetapi upaya tersebut selalu berakhir dengan kegagalan, kencing tidak keluar sama sekali.

Diskusi
 Bagaimana tatalaksana kasus ini?
 Apa tindakan definitif kasus ini?

Uraian untuk pelatih


Penderita pria, 71 tahun dengan keluhan kencing kurang lancar, pancaran lemah, pada
akhir kencing terasa kurang puas, kadang terasa nyeri, dan sering terbangun untuk kencing di
malam hari sampai 3-4 kali. Penderita pernah berobat ke dokter umum dan diberikan antibiotik,
namun keluhan tidak banyak berkurang. Selain keluhan tersebut penderita merasa sehat dan
tidak minum obat-obatan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita dengan KU baik, pada
pemeriksaan khusus urologis didapatkan buli teraba sampai dengan umbiloikus, genitalia
eksterna dalam batas normal, colok dubur: tonus sfingter ani baik, mukosa licin, prostat teraba
menonjol, konsistensi kenyal, nodul tidak ditemukan, nyeri tekan tidak ada, taksiran berat
prostat  40 gram. Pada pencitraan BOF tidak didapatkan bayangan opaque dan ground glass
appearance di cavum pelvis. Kita lakukan pemasangan kateter 16 F dengan lubrikasi berhasil,
urine keluar kuning jernih ± 500 cc. Selanjutnya dapat dilakukan diagnostik sistoskopi untuk
mengetahui sebab obstruksi sekaliun dilakukan tindakan definitif

Rangkuman hasil diskusi


 Dari gejala yang ada, dapat diduga bahwa penderita mengalami PJJ
 Diagnosis:
 Anamnesis: tidak bisa kencing
 Pemeriksaan fisik/colok dubur: kandung kemih kesan penuh
 Tatalaksana: pemasangan kateter dan tindakan definitive diawali dengan sistoskopi

Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil
1. Menjelaskan indikasi instrumentasi dasar
2. Melakukan persiapan tindakan instrumentasi
3. Melakukan tindakan instrumentasi

Metode Pembelajaran

 Menguatkan proses pembelajaran


Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses pembelajaran serta
bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan partisipasi penuh
dari peserta didik.

 Tujuan 1 : Menjelaskan indikasi instrumentasi


Metode pembelajaran :
 Curah pendapat dan diskusi tentang indikasi instrumentasi
Must to know pointers :
1. Indikasi dan kontraidikasi tindakan instrumentasi

 Tujuan 2 : Melakukan persiapan tindakan instrumentasi


Metode pembelajaran :
 Curah pendapat dan diskusi tentang persiapan tindakan instrumentasi
Must to know pointers:
1. Instrumentasi untuk traktus urinarius bawah

 Tujuan 3 : Melakukan tindakan instrumentasi


Metode pembelajaran :
Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa :
 Diskusi tentang tindakan instrumentasi
 Melihat video tindakan instrumentasi
 Asisten tindakan instrumentasi
 Melakukan tindakan instrumentasi dengan pengawasan pembimbing.
 Melakukan tindakan instrumentasi tanpa pengawasan langsung pembimbing.
Must to know pointers:
1. Kateterisasi
2. Kalibrasi dan dilatasi uretra
3. Endoskopi
4. Uretrotomi interna
Catatan lihat : modul Sistostomi dan modul Uretrotomi Optikal

Rangkuman
Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu mengetahui indikasi dan melakukan tindakan
instrumentasi dasar traktus urinarius bawah.

Evaluasi Penilaian Kompetensi


 Hasil observasi selama proses alih pengetahuan dan keterampilan
 Hasil kuesioner

Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif


Kuesioner sebelum sesi dimulai
I Modul Instrumentasi Dasar Traktus Urinarius Bawah BAB I

1. Diameter kateter 18 F adalah 9 mm S/B


2. Sistostomi dilakukan pada penderita LUTS berat S/B
3. Komplikasi paska kateterisasi yang sering didapatkan adalah striktura S/B
uretra membranasea
4. Panendoskopi dilakukan pada kasus hematuria yang belum jelas S/B
penyebabnya
5. Otis dilakukan sampai dengan 16 F S/B
6. Sachse dilakukan pada striktura uretrae totalis yang panjang S/B
7. Fiksasi kateter harus dilakukan sejajar dengan tulang femur S/B
8. Dilatasi pada anak-anak sering dilakukan setelah uretroplasty S/B
9. Sistostomi merupakan kontra indikasi pada penderita dengan kecurigaan S/B
tumor buli
10. Kalibrasi uretra dilakukan seumur hidup pada penderita striktura uretra S/B
residif setelah dilakukan uretrotomi interna
Kuesioner Tengah Pelatihan
Modul Instrumentasi Dasar Traktus Urinarius Bawah BAB I

1. Kontra indikasi pemasangan kateter, kecuali


a. Trauma dengan bloody meatus
b. Striktura uretra
c. Infeksi
d. Retensi urin
2. Panendoskopi dilakukan pada kasus..
a. Semua kasus BPH
b. Semua kasus infeksi
c. LUTS dengan riwayat infeksi
d. LTS karena batu buli-buli
3. 1 F sama dengan
a. 0,5 cm
b. 0,6 cm
c. 0,4 cm
d. 0,33 cm
4. Komplikasi langsung tindakan uretrotomi interna
a. striktura residif
b. perdarahan
c. extravasasi cairan ke spongiosum
d. b dan c benar
5. Pada Uretroskopi untuk lebih teliti menggunakan lensa denagn sudut
a. 0
b. 30
c. 70
d. 120
6. Indikasi sistoskopi, kecuali
a. Hematuria
b. Infeksi
c. Voiding dysfunction
d. Batu buli-buli
7. Indikasi kateterisasi uretra adalah
a. Diagnostik
b. Terapeutik
c. Jawaban a dan b benar
d. Jawaban a dan b salah
8. Berikut ini adalah indikasi dilakukan sistostomi per kutan, kecuali :
a. Hematuria dengan clot
b. Ruptur uretra
c. BPH retensi yang tidak bisa dipasang kateter
d. Batu uretra yang gagal dengan lubrikasi
9. Kalibrasi uretra dilakukan pada pasien
a. Post uretroplasty
b. Post sachse
c. Post sistostomi
d. A dan B benar
10. Primary endoscopic realignment dilakukan
a. Segera setelah trauma
b. 10-14 hari post trauma
c. 1 bulan post trauma
d. 3 bulan post trauma (agar lukanya sudah tenang)
PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR INSTRUMENTASI DASAR TRAKTUS URINARIUS
BAGIAN BAWAH

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala berikut:


1.Perlu perbaikan ;langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan )
2.Mampu;langkah yang dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika
harus berurutan).Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaiakn atau
membantu untuk kondisi diluar normal.
3.Mahir ;langkah dikerjakan dengan benar,sesuai urutannya dan waktu kerja sangat
efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)

KEGIATAN KASUS

I. Mengetahui indikasi instrumentasi pada traktus


urinarius bawah
II. Mengintepretasikan dengan teliti apa yang
didapat

III. Menentukan langkah-langkah follow up


Penilaian Kinerja Keterampilan (Ujian Akhir)

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


INSTRUMENTASI DASAR TARKTUS URINARIUS BAGIAN BAWAH

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakanoleh


peserta pada saat melaksanakan status kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan
seperti yang diuraikan dibawah ini:
√ :Memuaskan :Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar
X : Tidak memuaskan :Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan
prosedur atau panduan standar
T/T : Tidak ditampilkan :Langkah ,Kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh
peserta selama proses evaluasi oleh pelatih.

PESERTA:……………………… TANGGAL:………………..
KEGIATAN PENCITRAAN TRAKTUS URINARIUS BAGIAN BAWAH NILAI
Persiapan
1.Penjelasan kepada penderita mengenai langkah-langkah
pemeriksaan pencitraan urologi,kemungkinan ada efek samping,dan
komplikasi setelah prosedur pemeriksaan
2.Meminta persetujuan penderita atau keluarga
3. Menjelaskan kemungkinan ada efek samping
4. Menjelaskan komplikasi setelah prosedur pemeriksaan
5.Mengetahui urutan tindakan instrumentasi
6.Dapat menginterpretasi hasil pemeriksaan
Komentar /Ringkasan:
Rekomendasi :

Tanda tangan Penguji------------------------------------ Tanggal---


Materi Baku
Instrumentasi Dasar Traktus Urinarius bagian bawah

Batasan
Instrumentasi dan endoscopy pada traktus urinarius bagian bawah merupakan tindakan yang
rutin dilakukan untuk diagnosa maupun terapi pada penyakit dibidang urologi. Pengertian-
pengertian dasar tentang anatomi traktus urinarius bagian bawah dan ketersediaan instrumen
adalah hal yang penting untuk keberhasilan suatu tindakan pada trakrus urinarius bagian
bawah.

1. Katerisasi dan perkutan sistotomi


Indikasi
Kateterisasi uretra sering dilakukan pada bidang Urologi sebagai modalitas diagnosa
dan terapi. Terdapat banyak jenis dari kateter dan pemilihan kateter tergantung dari tujuan
pemasangan kateter itu sendiri. Kateterisasi sebagai modalitas diagnosa sering dilakukan pada
wanita untuk pengambilan sampel urin sehingga terhindar dari kontaminasi normal flora.
Tindakan ini jarang dilakukan pada pria karena sampel urin dapat diperoleh tanpa adanya
kontaminasi dari normal flora. Untuk pengukuran residu urin dapat dilakukan dengan
pemasangan kateter, meskipun tindakan tersebut dapat dilakukan menggunakan USG. Pada
pemeriksaan cystourethrography pemasangan kateter dimasukkan untuk memasukkan bahan
kontras ke kandung kemih atau uretra. Selain memasukkan bahan kontras, dapat juga
dimasukkan bahan untuk terapi intravesika seperti bacillus Calmette-Guerin (BCG) atau
mitomycin-C.
Indikasi pemasangan kateter yang paling sering ditemui adalah untuk mengatasi
obstruksi infravesika yang dapat disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat, adanya klot
pada kandung kemih, striktur, dan proses inflamasi pada uretra. Pemasangan kateter dapat
digunakan untuk memonitor produksi urine pada pasien yang menjalani prosedur operasi pada
traktur urinarius bagian bawah. Kateterisasi berkala dapat digunakan pada pasien dengan
neurogenik bladder. Pada pasien yang telah menjalani operasi pada uretra atau leher buli dapat
dipasang kateter sebagai stent.

Persiapan Pasien
Perlu dijelaskan kepada pasien alasan pemasangan kateter dan perasaan kurang
nyaman selama pemasangan kateter. Pada pasien pria, dilakukan penyuntikan 10-15 ml larutan
lubrikasi-anestesi dan pemasangan klem uretra selama 5-10 menit. Pada pasien wanita, larutan
lubrikasi-anestesi dapat diletakkan di kateter atau pada meatus uretra eksterna sebelum
dilakukan pemasangan kateter.

Teknik
Pada pasien pria, penis diarahkan ke arah umbilikus tanpa menekan uretra, kemudian
ujung kateter diletakkan di meatus uretra eksternus. Kateter dimasukkan ke uretra dengan
lembut yang akan mengurangi perasaan kurang nyaman pasien. Rasakan adanya tahanan
sepanjang uretra terutama saat melalui sfingter eksterna. Pada saat melalui pars
bulbomembranacea, minta pasien untuk bernafas pelan dan dalam. Hal ini membantu pasien
untuk lebih relaks dan kateter lebih mudah untuk melalui sfingter uretra eksterna. Bila tahanan
tetap ada, jangan memaksa kateter untuk masuk. Lakukan tekanan pada sfingter eksternus
yang lembut dan kontinus.
Pada pasien wanita, setelah membuka labia, tentukan meatus uretra eksterna,
kemudian masukkan kateter ke dalam uretra. Bila pemasangan kateter jangka lama ( lebih dari
1 minggu), gunakan kateter Foley dengan bahan yang sesuai. Kateter dari silikon lebih
ditoleransi oleh tubuh daripada kateter berbahan lateks atau poliuretan. Gunakan kateter
dengan ukuran paling kecil sehingga sekret uretra lebih mudah terdrainase. Pada pasien
dewasa biasa digunakan ukuran 16-18 Fr, sedangkan pada pasien anak-anak digunakan
ukuran 3 atau 5 Fr.

3. Kalibrasi dan Dilatasi Uretra


Indikasi
Bougi dan dilatasi uretra digunakan untuk kalibrasi ataupun melebarkan urethra. Pada
pasien pria sering dilakukan sebelum pemasangan alat endoskopi atau sebagai terapi pada
striktur uretra atau kontraktur leher buli. Bila ukuran dari instrumen pada operasi transuretral
lebih besar dari diameter uretra, terutama meatus uretra dan fossa navikularis, oleh karena itu
dilatasi dari uretra dapat dilakukan sebelum penggunaan instrumen.
Dilatasi uretra merupakan pilihan terapi pada striktur uretra dan kontraktur leher buli.
Namun dilatasi yang berulang dapat menyebabkan trauma uretra yang lebih hebat,
menimbulkan proses inflamasi, dan memperburuk striktur. Striktur uretra pada wanita sangat
jarang, kecuali terdapat riwayat operasi di daerah uretra atau leher buli. Kalibrasi dan dilatasi
uretra pada pasien wanita biasanya dilakukan sebelum penggunaan peralatan endoskopi.

Persiapan Pasien
Bila pasien akan dilakukan operasi transuretral, tidak terdapat persiapan khusus. Yang
perlu diperhatikan adalah segala tindakan haruslah steril dan cukup mendapat lokal anestesia
seperti pada persiapan pemasangan kateter uretra. Bila pasien menderita infeksi saluran kemih,
haruslah diterapi terlebih dahulu sebelum menjalani tindakan lebih lanjut.

Teknik
Dilatasi uretra dapat dilakukan dengan metal sound atau bougies, kateter uretra,
filiforms, dilator Amplatz, atau dengan menggunakan balon.
Metal sound digunakan untuk dilatasi uretra pria bila instrumen endoskopi lebih besar dari
ukuran uretra. Biasanya uretra didilatasi sehingga ukuran uretra 1 Fr lebih besar dari ukuran
instrumen endoskopi. Pada pasien pria, tindakan ini dapat dilakukan dengan meregangkan dan
mengarahkan penis ke arah kranial. metal sound dirotasi sehingga bagian lengkung dari metal
sound bertemu dengan bagian lengkung uretra pars bulbosa. Jika terdapat tahanan, jangan
dipaksa karena dapat menimbulkan trauma pada uretra. Sedangkan pada pasien wanita,
penggunaan metal sound seperti pad pemasangan kateter.
Penggunaan kateter sebagai dilator sama seperti pemasangan kateter uretra, hanya
dengan menggunkan ukuran kateter yang semakin besar. Pasien dapat melakukan hal ini untuk
mencegah terjadinya striktur. Cara ini lebih tepat dilakukan pada pasien dengan usia tua
dengan striktur, dimana kateter dapat dengan mudah melewati uretra yang telah menjalani
operasi.
Filiforms adalah kateter tanpa lumen dengan ujung lurus atau spiral, berukuran kecil.
Filiforms akan dimasukkan ke dalam kateter dengan ukuran yang lebih (follower). Mula-mula
filiforms dimasukkan ke uretra sampai ke kandung kencing. Kemudian follower dimasukkan ke
uretra melalui filiforms sehingga melebarkan obstruksi. Tindakan ini dapat dilakukan berulang
kali dengan menggunakan follower berukuran lebih besar. Penggunaan filiforms berulang kali
tidak dianjurkan sebagai terapi striktur uretra. Bila pasien dengan striktur uretra memerlukan
tindakan dilatasi dengan filiform berulang kali, dianjurkan dilakukan tindakan definitif.
Penggunaan balon angioplasti dapat digunakan sebagai dilator uretra. Tindakan ini
memerlukan bantuan wire yang harus dapat masuk ke buli sebelum dilakukan pengembangan
balon dan fluroskopi dengan tujuan agar penempatan balon lebih tepat. Tindakan ini lebih
sedikit menimbulkan trauma dibandingkan cara lain untuk dilatasi uretra.
Dapat juga digunakan cystoscopy fleksibel. Dengan metode ini, area obstruksi dapat
diketahui, kemudian sebuah guide wire dimasukkan ke buli melalui cystoscopy. Setelah guide
wire berhasil masuk ke buli, cystoscopy dikeluarkan dan dilatasi uretra dapat dilakukan dengan
menggunakan balon angioplasti atau dengan dilator Amplatz.
Dilator Amplatz ditemuka oleh Kurt Amplatz pada tahun 1982 dengan tujuan awal untuk
dilatasi jalur nefrostomi. Cara ini dapat juga digunakan untuk melebarkan striktur uretra. Alat ini
terdiri dari kateter 8 Fr. yang dapat dimasukkan melalui guide wire ukuran 0.038 inch. Dengan
bantuan endoskopi, guide wire dimasukkan ke uretra sampai melampaui daerah striktur.
Kemudian dimasukkan kateter dengan ukuran yang lebih besar sampai daerah obstruksi
mencapai ukuran yang diinginkan. Ukuran kateter yang digunakan dari ukuran 12 Fr sampai
ukuran 30 Fr. Selama tindakan ini, kateter ukuran 8 Fr. tetap didalam uretra dengan maksud
mencegah terjadinya false route. Jika terdapat tahanan, dianjurkan tidak melanjutkan tindakan
karena dapat menyebabkan false route atau perforasi rektum.
Bougies a’ boules suatu alat kalibrasi untuk menentukan ukuran dari meatal dan
urethra. Alat ini tersedia berbagai ukuran dari 8 sampai 40 F

3. Endoscopy
Panendoscopy dan sistoskopi
BATASAN
Sistoskopi adalah pemeriksaan buli-buli dengan menggunakan perangkat alat optik yang
disebut sistoskop dan disebut panendoskopi bila pemeriksaan dimulai sejak dari meatus uretra
eksternum
Indikasi
Visualisasi uretra anterior dan posterior, leher buli, dan buli dapat dilakukan dengan
sistourethroscopy. Indikasi utama sistourethroscopy adalah diagnosa dari kelainan traktus
urinarius bagian bawah. Namun diagnosa dan terapi dari traktus urinarius bagian atas dapat
dilakukan dengan sistourethroscopy.
Gejala dari kelainan traktus urinarius bagian bawah dapat dievaluasi dengan
sistourethroscopyuntuk melihat anatomi dan gambaran patologi traktus bagian bawah. Bahan
untuk pemeriksaan sitologi dan histologi dapat diperoleh dengan Sistourethroscopy.
Sistourethroscopy sering digunakan untuk evaluasi gross hematuria dan mikroskopik hematuria.
Dengan bantuan radiografi, dapat ditentukan sumber perdarahan pada traktus urinarius bagian
atas maupun bawah. Indikasi lain dari Sistourethroscopyadalah evaluasi gangguan kemih yang
dapat disebabkan karena inflamasi, keganasan, kongenital, atau neurologik

Persiapan Pasien
Sebelum dilakukan Sistourethroscopi, perlu diperhatikan apakah pasien menderita
infeksi saluran kemih oleh karena dapat terjadi eksaserbasi infeksi karena instrumentasi saluran
kemih. Persiapan sama dengan persiapan pemasangan kateter, cairan lubrikasi-anestesi
sebanyak 5-10 ml dimasukkan ke dalam uretra, baik pada pasien pria maupun wanita. Dengan
menggunakan lokal anestesi, dapat diperoleh biopsi dari uretera maupun mukosa buli. Dapat
dilakukan prosedur yang lebih luas namun dengan anestesi regional atau anestesi umum.
Peralatan Endoskopi
Sistosurethroskopi dapat dilakukan dengan menggunakan endoskopi rigid atau fleksibel.
Keuntungan menggunakan endoskopi rigid:
- Hasil optik yang lebih baik
- Area kerja yang lebih luas
- Aliran irigasi yang lebih luas sehingga visual lebih baik
- Manipulasi lebih mudah
Keuntungan menggunakan endoskopi fleksibel:
- Pasien lebih nyaman
- Dapat dilakukan pada pasien dengan posisi tengkurap
- Kemudahan pemasangan instrumen pada leher buli yang naik
- Dapat mengamati segala penjuru dari instrumen
Gambar dari sistourethroscopy rigid atau fleksibel dapat ditampilkan di monitor. Dengan video
kamera moderen, sumber cahaya dapat dibagi dua, satu untuk video- monitor, yang lainnya
untuk visual langsung melalui endoskopi. Dengan video cystoscopic, operator dapat melakukan
tindakan dengan melihat melalui monitor. Keuntungan hal ini antara lain:
- Menghindari kontak dengan cairan tubuh
- Dapat didokumentasi
- Dapat untuk pendidikan
- Edukasi pasien

Teknik
Cairan irigasi pada sistourethroscopy yang paling sering digunakan adalah air steril atau
larutan saline. Bila digunakan elektrokoagulan, perlu dihindari penggunaan larutan yang
mengandung elektrolit.
Secara umum ukuran endoskopi sama dengan ukuran kateter. Bila dilakukan
sistourethroscopy diagnostik, ukuran kecil dapat digunakan (16-17 Fr.). Bila diperlukan area
kerja yang lebih luas, dapat digunakan ukuran endoskopi yang lebih besar.
Sebelum dilakukan sistourethroscopy, perlu diperhatikan ukuran dari meatus uretra. Bila
ukuran tidak sesuai, maka dapat dilakukan dilatasi uretra. Setelah sheath cystourethroscopy
dilapisi cairan lubrikasi-anestesi, endoskopi dapat dimasukkan dengan posisi lensa 0-30o sesuai
dengan anatomi uretra.
Pada pasien pria, penis diluruskan dan diarahkan ke dinding perut sehingga membentuk
sudut. Endokopi dimasukkan sampai melewati fossa navicularis, urethra anterior diperhatikan
apakah terdapat kelainan. Setiap kelainan mucosa dan ukuran uretra perlu diperhatikan. Jika
terdapat tahanan, dapat digunakan alat dengan ukuran yang lebih kecil atau dapat dilakukan
dilatasi uretera. Bila endoskopi memasuki pars bulbosa, posisi endoskopi dan penis
direndahkan sehingga posisi penis sejajar dengan lantai. Tindakan ini menyebabkan endoskopi
dapat melalui pars membranacea. Sfingter eksterna terdapat pada pars membranacea. Bila
endoskopi melalui pars prostatika, daerah verumontanum perlu diperhatikan. Ukuran dari
prostat, panjang uretra pars prostatika perlu dicatat.
Pada pasien wanita tindakan lebih mudah dilakukan, dengan memasukkan endoskopi
ke meatus uretra dan mengarahkan endoskopi ke arah umbilikus. Jika endoskopi sudah berada
di dalam buli, seluruh permukaan buli perlu diperhatikan. Dengan menggunakan lensa 30
derajat dan buli terisi sedikit, dapat dilihat interureteric ridge. Orifisium ureter terletak beberapa
cm lateral dari interureteric ridge. Dasar buli dan buli bagian posterior dapat dilihat. Dengan
lensa 70-90 derajat dapat diidentifikasi bagian lateral buli. Kemudian dome dan bagian anterior
dapat dilihat. Setelah inspeksi menyeluruh telah selesai dilakukan, buli dikosongkan dan
endoskopi dapat dikeluarkan.

4. Urethrotomi Interna
Urethrotomi interna suatu tindakan untuk memotong jaringan sikatrik urethra dengan incisi
atau ablasi. Tindakan ini bertujuan untuk melebarkan lumen urethra dan tidak terjadi
penyempitan lumen lagi paska tindakan
Tindakan ini memberikan beberapa keuntungan :
- Sangat aman dengan sedikit komplikasi
- Bila terjadi striktur rekuren lebih mudah untuk dilakukan tindakan ulang
- Memerlukan anestesi yang minimal, pada beberapa kasus hanya dengan
kombinasi topikal anestesi dengan sedasi
Komplikasi yang sering terjadi pada urethrotomi interna adalah striktur residif. Komplikasi
lainnya adalah perdarahan ( dihubungkan dengan ereksi yang terlalu awal paska tindakan)
dan ektravasasi dari cairan irigasi ke jaringan perispongios.
Kepustakaan :
1. Tanagho EA, Mc Aninch JW. Smith’s Urology 17 th Ed, Lange Medical Books/Mc
Graw Hill, 2008.
2. Wein, Kaoussi, Novick, Partin, Peters. Campbell’s Walsh Urology 9 th Ed, Saunders,
2008.

You might also like