Professional Documents
Culture Documents
Modul Lengkap 4 Basic Instrumentasi
Modul Lengkap 4 Basic Instrumentasi
Modul 4
Instrumentasi Dasar Traktus
Urinarius Bagian Bawah
Tujuan Umum
Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu mengetahui indikasi dan melakukan tindakan
instrumentasi dasar traktus urinarius bawah.
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan indikasi instrumentasi dasar
2. Melakukan persiapan tindakan instrumentasi
3. Menjelaskan urutan tindakan instrumentasi
4. Melakukan tindakan instrumentasi
Strategi Pembelajaran
Diskusi, kuliah, penugasan, latihan, praktek keterampilan klinik
Persiapan sesi
Peralatan audiovisual
Materi presentasi : Power Point tentang instrumentasi dasar
Kasus :
Alat bantu latih : model anatomi, gambar anatomi dari buku teks model alat peraga
Referensi
1. Tanagho EA, Mc Aninch JW. Smith’s Urology 17 th Ed, Lange Medical Books/Mc
Graw Hill, 2008.
2. Wein, Kaoussi, Novick, Partin, Peters. Campbell’s Walsh Urology 9 th Ed, Saunders,
2008.
Kompetensi
Mengenali dan memahami penatalaksanaan tentang instrumentasi dasar.
.
Gambaran Umum
Instrumentasi dan endoscopy pada traktus urinarius bagian bawah merupakan tindakan
yang rutin dilakukan untuk diagnosa maupun terapi pada penyakit dibidang urologi.
Instrumentasi dasar traktus urinarius bawah diantaranya adalah pemasangan kateter,
sistostomi, kalibrasi uretra sampai dengan tindakan endoskopi yaitu panendoskopi, sistoskopi
dan uretrotomi interna.
Contoh Kasus
Penderita pria, 71 tahun dengan gangguan berkemih berupa buang air kecil kurang lancar,
pancaran lemah, akhir kencing kurang puas, sering bangun untuk kencing di malam hari sudah
dialami penderita sejak 2 bulan lalu dan memberat sampai dengan sekarang. Puncaknya terjadi
sejak tadi pagi. Penderita telah berupaya sekuat tenaga untuk memperlancar keluarnya air seni
tetapi upaya tersebut selalu berakhir dengan kegagalan, kencing tidak keluar sama sekali.
Diskusi
Bagaimana tatalaksana kasus ini?
Apa tindakan definitif kasus ini?
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil
1. Menjelaskan indikasi instrumentasi dasar
2. Melakukan persiapan tindakan instrumentasi
3. Melakukan tindakan instrumentasi
Metode Pembelajaran
Rangkuman
Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu mengetahui indikasi dan melakukan tindakan
instrumentasi dasar traktus urinarius bawah.
KEGIATAN KASUS
PESERTA:……………………… TANGGAL:………………..
KEGIATAN PENCITRAAN TRAKTUS URINARIUS BAGIAN BAWAH NILAI
Persiapan
1.Penjelasan kepada penderita mengenai langkah-langkah
pemeriksaan pencitraan urologi,kemungkinan ada efek samping,dan
komplikasi setelah prosedur pemeriksaan
2.Meminta persetujuan penderita atau keluarga
3. Menjelaskan kemungkinan ada efek samping
4. Menjelaskan komplikasi setelah prosedur pemeriksaan
5.Mengetahui urutan tindakan instrumentasi
6.Dapat menginterpretasi hasil pemeriksaan
Komentar /Ringkasan:
Rekomendasi :
Batasan
Instrumentasi dan endoscopy pada traktus urinarius bagian bawah merupakan tindakan yang
rutin dilakukan untuk diagnosa maupun terapi pada penyakit dibidang urologi. Pengertian-
pengertian dasar tentang anatomi traktus urinarius bagian bawah dan ketersediaan instrumen
adalah hal yang penting untuk keberhasilan suatu tindakan pada trakrus urinarius bagian
bawah.
Persiapan Pasien
Perlu dijelaskan kepada pasien alasan pemasangan kateter dan perasaan kurang
nyaman selama pemasangan kateter. Pada pasien pria, dilakukan penyuntikan 10-15 ml larutan
lubrikasi-anestesi dan pemasangan klem uretra selama 5-10 menit. Pada pasien wanita, larutan
lubrikasi-anestesi dapat diletakkan di kateter atau pada meatus uretra eksterna sebelum
dilakukan pemasangan kateter.
Teknik
Pada pasien pria, penis diarahkan ke arah umbilikus tanpa menekan uretra, kemudian
ujung kateter diletakkan di meatus uretra eksternus. Kateter dimasukkan ke uretra dengan
lembut yang akan mengurangi perasaan kurang nyaman pasien. Rasakan adanya tahanan
sepanjang uretra terutama saat melalui sfingter eksterna. Pada saat melalui pars
bulbomembranacea, minta pasien untuk bernafas pelan dan dalam. Hal ini membantu pasien
untuk lebih relaks dan kateter lebih mudah untuk melalui sfingter uretra eksterna. Bila tahanan
tetap ada, jangan memaksa kateter untuk masuk. Lakukan tekanan pada sfingter eksternus
yang lembut dan kontinus.
Pada pasien wanita, setelah membuka labia, tentukan meatus uretra eksterna,
kemudian masukkan kateter ke dalam uretra. Bila pemasangan kateter jangka lama ( lebih dari
1 minggu), gunakan kateter Foley dengan bahan yang sesuai. Kateter dari silikon lebih
ditoleransi oleh tubuh daripada kateter berbahan lateks atau poliuretan. Gunakan kateter
dengan ukuran paling kecil sehingga sekret uretra lebih mudah terdrainase. Pada pasien
dewasa biasa digunakan ukuran 16-18 Fr, sedangkan pada pasien anak-anak digunakan
ukuran 3 atau 5 Fr.
Persiapan Pasien
Bila pasien akan dilakukan operasi transuretral, tidak terdapat persiapan khusus. Yang
perlu diperhatikan adalah segala tindakan haruslah steril dan cukup mendapat lokal anestesia
seperti pada persiapan pemasangan kateter uretra. Bila pasien menderita infeksi saluran kemih,
haruslah diterapi terlebih dahulu sebelum menjalani tindakan lebih lanjut.
Teknik
Dilatasi uretra dapat dilakukan dengan metal sound atau bougies, kateter uretra,
filiforms, dilator Amplatz, atau dengan menggunakan balon.
Metal sound digunakan untuk dilatasi uretra pria bila instrumen endoskopi lebih besar dari
ukuran uretra. Biasanya uretra didilatasi sehingga ukuran uretra 1 Fr lebih besar dari ukuran
instrumen endoskopi. Pada pasien pria, tindakan ini dapat dilakukan dengan meregangkan dan
mengarahkan penis ke arah kranial. metal sound dirotasi sehingga bagian lengkung dari metal
sound bertemu dengan bagian lengkung uretra pars bulbosa. Jika terdapat tahanan, jangan
dipaksa karena dapat menimbulkan trauma pada uretra. Sedangkan pada pasien wanita,
penggunaan metal sound seperti pad pemasangan kateter.
Penggunaan kateter sebagai dilator sama seperti pemasangan kateter uretra, hanya
dengan menggunkan ukuran kateter yang semakin besar. Pasien dapat melakukan hal ini untuk
mencegah terjadinya striktur. Cara ini lebih tepat dilakukan pada pasien dengan usia tua
dengan striktur, dimana kateter dapat dengan mudah melewati uretra yang telah menjalani
operasi.
Filiforms adalah kateter tanpa lumen dengan ujung lurus atau spiral, berukuran kecil.
Filiforms akan dimasukkan ke dalam kateter dengan ukuran yang lebih (follower). Mula-mula
filiforms dimasukkan ke uretra sampai ke kandung kencing. Kemudian follower dimasukkan ke
uretra melalui filiforms sehingga melebarkan obstruksi. Tindakan ini dapat dilakukan berulang
kali dengan menggunakan follower berukuran lebih besar. Penggunaan filiforms berulang kali
tidak dianjurkan sebagai terapi striktur uretra. Bila pasien dengan striktur uretra memerlukan
tindakan dilatasi dengan filiform berulang kali, dianjurkan dilakukan tindakan definitif.
Penggunaan balon angioplasti dapat digunakan sebagai dilator uretra. Tindakan ini
memerlukan bantuan wire yang harus dapat masuk ke buli sebelum dilakukan pengembangan
balon dan fluroskopi dengan tujuan agar penempatan balon lebih tepat. Tindakan ini lebih
sedikit menimbulkan trauma dibandingkan cara lain untuk dilatasi uretra.
Dapat juga digunakan cystoscopy fleksibel. Dengan metode ini, area obstruksi dapat
diketahui, kemudian sebuah guide wire dimasukkan ke buli melalui cystoscopy. Setelah guide
wire berhasil masuk ke buli, cystoscopy dikeluarkan dan dilatasi uretra dapat dilakukan dengan
menggunakan balon angioplasti atau dengan dilator Amplatz.
Dilator Amplatz ditemuka oleh Kurt Amplatz pada tahun 1982 dengan tujuan awal untuk
dilatasi jalur nefrostomi. Cara ini dapat juga digunakan untuk melebarkan striktur uretra. Alat ini
terdiri dari kateter 8 Fr. yang dapat dimasukkan melalui guide wire ukuran 0.038 inch. Dengan
bantuan endoskopi, guide wire dimasukkan ke uretra sampai melampaui daerah striktur.
Kemudian dimasukkan kateter dengan ukuran yang lebih besar sampai daerah obstruksi
mencapai ukuran yang diinginkan. Ukuran kateter yang digunakan dari ukuran 12 Fr sampai
ukuran 30 Fr. Selama tindakan ini, kateter ukuran 8 Fr. tetap didalam uretra dengan maksud
mencegah terjadinya false route. Jika terdapat tahanan, dianjurkan tidak melanjutkan tindakan
karena dapat menyebabkan false route atau perforasi rektum.
Bougies a’ boules suatu alat kalibrasi untuk menentukan ukuran dari meatal dan
urethra. Alat ini tersedia berbagai ukuran dari 8 sampai 40 F
3. Endoscopy
Panendoscopy dan sistoskopi
BATASAN
Sistoskopi adalah pemeriksaan buli-buli dengan menggunakan perangkat alat optik yang
disebut sistoskop dan disebut panendoskopi bila pemeriksaan dimulai sejak dari meatus uretra
eksternum
Indikasi
Visualisasi uretra anterior dan posterior, leher buli, dan buli dapat dilakukan dengan
sistourethroscopy. Indikasi utama sistourethroscopy adalah diagnosa dari kelainan traktus
urinarius bagian bawah. Namun diagnosa dan terapi dari traktus urinarius bagian atas dapat
dilakukan dengan sistourethroscopy.
Gejala dari kelainan traktus urinarius bagian bawah dapat dievaluasi dengan
sistourethroscopyuntuk melihat anatomi dan gambaran patologi traktus bagian bawah. Bahan
untuk pemeriksaan sitologi dan histologi dapat diperoleh dengan Sistourethroscopy.
Sistourethroscopy sering digunakan untuk evaluasi gross hematuria dan mikroskopik hematuria.
Dengan bantuan radiografi, dapat ditentukan sumber perdarahan pada traktus urinarius bagian
atas maupun bawah. Indikasi lain dari Sistourethroscopyadalah evaluasi gangguan kemih yang
dapat disebabkan karena inflamasi, keganasan, kongenital, atau neurologik
Persiapan Pasien
Sebelum dilakukan Sistourethroscopi, perlu diperhatikan apakah pasien menderita
infeksi saluran kemih oleh karena dapat terjadi eksaserbasi infeksi karena instrumentasi saluran
kemih. Persiapan sama dengan persiapan pemasangan kateter, cairan lubrikasi-anestesi
sebanyak 5-10 ml dimasukkan ke dalam uretra, baik pada pasien pria maupun wanita. Dengan
menggunakan lokal anestesi, dapat diperoleh biopsi dari uretera maupun mukosa buli. Dapat
dilakukan prosedur yang lebih luas namun dengan anestesi regional atau anestesi umum.
Peralatan Endoskopi
Sistosurethroskopi dapat dilakukan dengan menggunakan endoskopi rigid atau fleksibel.
Keuntungan menggunakan endoskopi rigid:
- Hasil optik yang lebih baik
- Area kerja yang lebih luas
- Aliran irigasi yang lebih luas sehingga visual lebih baik
- Manipulasi lebih mudah
Keuntungan menggunakan endoskopi fleksibel:
- Pasien lebih nyaman
- Dapat dilakukan pada pasien dengan posisi tengkurap
- Kemudahan pemasangan instrumen pada leher buli yang naik
- Dapat mengamati segala penjuru dari instrumen
Gambar dari sistourethroscopy rigid atau fleksibel dapat ditampilkan di monitor. Dengan video
kamera moderen, sumber cahaya dapat dibagi dua, satu untuk video- monitor, yang lainnya
untuk visual langsung melalui endoskopi. Dengan video cystoscopic, operator dapat melakukan
tindakan dengan melihat melalui monitor. Keuntungan hal ini antara lain:
- Menghindari kontak dengan cairan tubuh
- Dapat didokumentasi
- Dapat untuk pendidikan
- Edukasi pasien
Teknik
Cairan irigasi pada sistourethroscopy yang paling sering digunakan adalah air steril atau
larutan saline. Bila digunakan elektrokoagulan, perlu dihindari penggunaan larutan yang
mengandung elektrolit.
Secara umum ukuran endoskopi sama dengan ukuran kateter. Bila dilakukan
sistourethroscopy diagnostik, ukuran kecil dapat digunakan (16-17 Fr.). Bila diperlukan area
kerja yang lebih luas, dapat digunakan ukuran endoskopi yang lebih besar.
Sebelum dilakukan sistourethroscopy, perlu diperhatikan ukuran dari meatus uretra. Bila
ukuran tidak sesuai, maka dapat dilakukan dilatasi uretra. Setelah sheath cystourethroscopy
dilapisi cairan lubrikasi-anestesi, endoskopi dapat dimasukkan dengan posisi lensa 0-30o sesuai
dengan anatomi uretra.
Pada pasien pria, penis diluruskan dan diarahkan ke dinding perut sehingga membentuk
sudut. Endokopi dimasukkan sampai melewati fossa navicularis, urethra anterior diperhatikan
apakah terdapat kelainan. Setiap kelainan mucosa dan ukuran uretra perlu diperhatikan. Jika
terdapat tahanan, dapat digunakan alat dengan ukuran yang lebih kecil atau dapat dilakukan
dilatasi uretera. Bila endoskopi memasuki pars bulbosa, posisi endoskopi dan penis
direndahkan sehingga posisi penis sejajar dengan lantai. Tindakan ini menyebabkan endoskopi
dapat melalui pars membranacea. Sfingter eksterna terdapat pada pars membranacea. Bila
endoskopi melalui pars prostatika, daerah verumontanum perlu diperhatikan. Ukuran dari
prostat, panjang uretra pars prostatika perlu dicatat.
Pada pasien wanita tindakan lebih mudah dilakukan, dengan memasukkan endoskopi
ke meatus uretra dan mengarahkan endoskopi ke arah umbilikus. Jika endoskopi sudah berada
di dalam buli, seluruh permukaan buli perlu diperhatikan. Dengan menggunakan lensa 30
derajat dan buli terisi sedikit, dapat dilihat interureteric ridge. Orifisium ureter terletak beberapa
cm lateral dari interureteric ridge. Dasar buli dan buli bagian posterior dapat dilihat. Dengan
lensa 70-90 derajat dapat diidentifikasi bagian lateral buli. Kemudian dome dan bagian anterior
dapat dilihat. Setelah inspeksi menyeluruh telah selesai dilakukan, buli dikosongkan dan
endoskopi dapat dikeluarkan.
4. Urethrotomi Interna
Urethrotomi interna suatu tindakan untuk memotong jaringan sikatrik urethra dengan incisi
atau ablasi. Tindakan ini bertujuan untuk melebarkan lumen urethra dan tidak terjadi
penyempitan lumen lagi paska tindakan
Tindakan ini memberikan beberapa keuntungan :
- Sangat aman dengan sedikit komplikasi
- Bila terjadi striktur rekuren lebih mudah untuk dilakukan tindakan ulang
- Memerlukan anestesi yang minimal, pada beberapa kasus hanya dengan
kombinasi topikal anestesi dengan sedasi
Komplikasi yang sering terjadi pada urethrotomi interna adalah striktur residif. Komplikasi
lainnya adalah perdarahan ( dihubungkan dengan ereksi yang terlalu awal paska tindakan)
dan ektravasasi dari cairan irigasi ke jaringan perispongios.
Kepustakaan :
1. Tanagho EA, Mc Aninch JW. Smith’s Urology 17 th Ed, Lange Medical Books/Mc
Graw Hill, 2008.
2. Wein, Kaoussi, Novick, Partin, Peters. Campbell’s Walsh Urology 9 th Ed, Saunders,
2008.