Professional Documents
Culture Documents
INTERMEDIATEACCOUNTING2
INTERMEDIATEACCOUNTING2
net/publication/336367584
INTERMEDIATE ACCOUNTING II
CITATIONS READS
0 477
1 author:
Eddy Sutjipto
Universitas Semarang
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Investment Decision making HIGH-DIVÌDEND shares in IDX Base on Bottom up View project
All content following this page was uploaded by Eddy Sutjipto on 31 October 2019.
ISBN 979-3948-16-7
KATA PENGANTAR
Materi pembahasan yang ada dalam buku disesuaikan dengan kurikulum mata
kuliah Intermediate Accounting ( Akuntansi Keuangan Menengah ) yaitu dibagi
menjadi dua. Oleh karena itu dalam buku ini dibahas hanya untuk Intermediate
Accounting II ( Akuntansi Keuangan Menengah II) yaitu meliputi materi investasi
saham dan obligasi, aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud, utang jangka panjang,
modal saham, laba per lembar saham dan laba ditahan, dan perubahan kebijakan
akuntasi dan kesalahan mendasar. Dalam pembahasan dicoba diberikan contoh yang
mendekati kenyataan, misalnya tentang investasi saham diusahakan diberi contoh
seperti yang ada di Bursa Efek Jakarta. Disamping itu, pembahasan juga diupayakan
mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994 dan referensi
lain seperti dari Nikolai , Cashin dan Zaki Baridwan dan dalam setiap akhir
pembahasan di sediakan beberapa pertanyaan dan latihan untuk dikerjakan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari sempurna , oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan Semoga
buku yang sederhana ini dapat membantu Mahasiswa dalam rangka memahami mata
kuliah ini sehingga ada perbaikan dalam prestasi studi di Jurusan Akuntansi FE USM.
Eddy Sutjipto
Halaman
KATA PENGATAR …………………………………………………....... i
DAFTAR ISI …………………………………………………………....... ii
.
BAB 1
INVESTASI DALAM SAHAM
Dengan jumlah pemilikan saham yang cukup besar, misal lebih dari
50 % di suatu perusahaan, maka dapat dikatakan sebagai pemegang
saham mayoritas dan perannya sangat besar yaitu dapat mengontrol
Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto
2
Juni 2004
Kas Rp 4.200.000,00
Investasi saham – PT SPMA Rp 2.800.000,00
Laba penjualan saham Rp 1.400.000,00
Perhitungan :
Hasil penjualan = (4.000 x Rp 1.100,-) – Rp 200.000,- = Rp 4.200.000,-
Harga pokok penjualan = 4.000 x Rp 700, = Rp 2.800.000,-
Laba penjualan saham Rp 1.400.000,-
============
Rp 750,00
Harga pokok bukti rights = x Rp 24.000.000,00
Rp 2.250,00 Rp 750,00
= Rp 6.000.000,00
==================
BAB 2
INVESTASI OBLIGASI
Perhitungan :
1) Investasi obligasi
Present Value (PV) Nominal = Rp 4.000.000,00 x 0,7462 a) = Rp 2.984.861,59
PV Bunga = (Rp 4.000.000,00 x 8 % x 6/12) x 5,07569 b) = Rp 812.110,73
Jumlah harga pokok obligasi = Rp 3.796.972,32
=============
Disagio obligasi = Nilai nominal – Nilai Present Value Obligasi
= Rp 4.000.000,00 – Rp 3.796.972,32 = Rp 203.027,68
Amortisasi Disagio dengan Metode Garis Lurus
Dengan menggunakan metode garis lurus dalam perhitungan
amortisasi agio, maka jumlah amortisasi tiap periodenya akan sama
besarnya.
Jurnal yang dibuat untuk pendapatan bunga obligasi pada 30 Juni 2002
adalah :
Kas Rp 160.000,00
Investasi obligasi Rp 33.837,95
Pendapatan bunga obligasi Rp 193.837,95
Untuk jurnal periode selanjutnya sampai dengan jatuh tempo akan sama
seperti periode Juni 2002.
Tabel amortisasi disagio obligasi dengan metode garis lurus :
Investasi Pendapatan
Kas Nilai Buku
Tanggal Obligasi Bunga
Debet Investasi Obligasi
Debet Kredit
B = Nominal x C = Disagio /
A D=B+C E = Awal + C
8 % x 6/12 bln 6 periode
1 Jan 02 Rp 3.796.972,32
30 Jun 02 Rp 160,000.001) Rp 33.837,952) Rp 193.837,953) Rp 3.830.810,26
31 Des 02 Rp 160,000.00 Rp 33.837,95 Rp 193.837,95 Rp 3.864.648,21
30 Jun 03 Rp 160,000.00 Rp 33.837,95 Rp 193.837,95 Rp 3.898.486,16
31 Des 03 Rp 160,000.00 Rp 33.837,95 Rp 193.837,95 Rp 3.932.324,11
30 Jun 04 Rp 160,000.00 Rp 33.837,95 Rp 193.837,95 Rp 3.966.162,05
31 Des 04 Rp 160,000.00 Rp 33.837,95 Rp 193.837,95 Rp 4.000.000,00
Kas Rp 60.000,-
Investasi obligasi Rp 33.837,95
Pendapatan bunga obligasi Rp 193.837,95
Untuk jurnal periode selanjutnya sampai jatuh tempo caranya akan sama
seperti periode Juni 2002.
Tabel amortisasi disagio obligasi dengan metode bunga efektif :
Pendapatan Investasi
Kas Nilai Buku
Tanggal Bunga Obligasi
Debet Investasi Obligasi
Kredit Debet
B = Nominal x C = 8 % x Awal E
A D=C-B E = Awal + D
8 % x 6/12 bln x 6/12
1 Jan 02 Rp 3.796.972,32
30 Jun 02 Rp160,000.-1) Rp 189.848,62 2) Rp 29.848,62 3) Rp 3,826,820.93
31 Des 02 Rp 160,000.- Rp 191,341.05 Rp 31,341.05 Rp 3,858,161.98
30 Jun 03 Rp 160,000.- Rp 192,908.10 Rp 32,908.10 Rp 3,891,070.08
31 Des 03 Rp 160,000.- Rp 194,553.50 Rp 34,553.50 Rp 3,925,623.58
30 Jun 04 Rp 160,000.- Rp 196,281.18 Rp 36,281.18 Rp 3,961,904.76
31 Des 04 Rp 160,000.- Rp 198,095.24 Rp 38,095.24 Rp 4,000,000.00
1) Kas = Rp 4.000.000 x 8 % x 6/12 = Rp 160.000
2) Pend. bunga Juni = 8 % x Rp 3.796.972,32 x 6/12 = Rp 189.848,62
Pend. bunga Des = 8 % x Rp 3.826.820,93 x 6/12 = Rp 191.341,05 dst
3) Investasi Obligasi (Amortisasi Disagio) = Rp 189.848,62 - Rp 160.000,00
= Rp 29.848,62
Kas Rp 4.180.000,-
Pendapatan Bunga Rp 80.000,-
(Rp 4.000.000 x 8 % x 3/12)
Investasi Obligasi Rp 3.915.405,13
(Rp 3.898.486,16 – Tabel + Rp 16.918,97)
Laba penjualan investasi obligasi Rp 184.594,87
Untuk menentukan laba rugi penjualan, maka langkah yang perlu
dilakukan yaitu mencari pendapatan bunga sejak tanggal penerimaan
bunga terakhir (30 Juni 2003) hingga tanggal penjualan ( 30 Sepetember
2003) yaitu 3 bulan sebesar Rp 80.000. Selanjutnya amortisasi disagio
seperti periode bunga tersebut yaitu 3 bulan dan nilai buku obligasi dilihat
di tabel per 30 Juni 2003 ditambah amortisasi disagio selama 3 bulan atau
total nilai buku investasi Rp 3.915.405,13
PERTANYAAN
1. Mengapa perusahaan melakukan investasi jangka panjang dalam
obligasi ?
2. Jelaskan mengapa dalam investasi obligasi dapat terjadi agio dan
disagio !
3. Apakah perbedaan antara investasi jangka panjang dalam obligasi
dan saham ?
4. Jelaskan perbedaan metode amortisasi agio atau disagio dengan
metode garis lurus dan bunga efektif !
LATIHAN
1. Pada 1 Juli PT Sigma membeli obligasi PT Sinar Rp 4.500.000,-
dengan nilai nominal Rp 5.000.000,-. Pembayaran bunga tiap tanggal
1 April dan 1 Oktober dengan bunga 7 % per tahun. Buatlah jurnal
pada saat pembelian dan penerimaan bunga !
2. PT Golden tanggal 1 Juni 2002 membeli obligasi dengan tingkat
bunga 10 % per tahun dari PT Roda yang bernominal Rp 10.000.000,-
Bunga dibayarkan oleh PT Roda tiap tanggal 1 Maret dan 1 Oktober
dan jatuh tempo obligasi 4 tahun atau tahun 1 Maret 2005. Bunga
efektif yang brrlaku di pasar adalah 8 % dan pada 30 Desember 2003
obligasi dijual dengan harga Rp 9.500.000,-. Buatlah jurnal saat
pembelian dan penjualan dengan anggapan bahwa amortisasi dengan
metode garis lurus !
BAB 3
AKTIVA TETAP BERWUJUD :
PEROLEHAN,PENGELUARAN SELAMA
PENGGUNAAN DAN PEMBERHENTIAN
PENGERTIAN
Menurut PSAK No. 16 para 05 disebutkan bahwa aktiva tetap
adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Dengan demikian aktiva tetap tersebut dapat dilihat secara fisik
seperti tanah, bangunan, mesin , peralatan pabrik, kendaraan dan perabot
kantor. Dalam bab ini akan dibahas mengenai perolehan aktiva tetap dan
pemberhentian.
KARAKTERISTIK AKTIVA TETAP BERWUJUD
Secara umum aktiva tetap berwujud yang ada diperusahaan
digunakan untuk membantu kegiatan operasi dalam kondisi normal.
Menurut Nikolai dan Bazley (2004) suatu aktiva dapat dikategorikan
sebagai aktiva tetap berwujud harus mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
1. Aktiva yang dimiliki untuk digunakan dan tidak tidak untuk investasi.
Untuk aktiva yang dimiliki dan digunakan dalam aktivitas usaha
normal dapat dianggap sebagai aktiva tetap berwujud. Namun
demikian tidak harus digunakan secara terus menrus karena dapat
terjadi bahwa aktiva tersebut dimiliki untuk cadangan apabila terjadi
kerusakan. Berbeda halnya dengan pemilikan aktiva seperti tanah dan
bangunan yang tidak digunakan sama sekali, maka pencatatannya
harus dipisahkan kedalam kategori investasi. Dengan demikian dapat
terjadi bahwa suatu aktiva perlakuannya berbeda diantara perusahaan
satu dengan lainnya, sebagai contoh kendaraan dapat dikategorikan
sebagai aktiva tetap berwujud dan dapat sebagai persediaan untuk
perusahaan yang kegiatan usahanya menjual kendaraan.
2. Aktiva harus mempunyai umur lebih dari satu tahun. Perusahaan akan
dapat menikmati manfaat daripada aktiva tersebut lebih dari satu
tahun dan untuk aktiva yang akan dijual pada tahun berikutnya tetap
diakui sebagai aktiva tetap berwujud.
Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto
24
3. Secara alamiah aktiva harus dapat dilihat secara fisik. Aktiva tersebut
harus dapat diraba dan dilihat secara fisik serta tidak ada perubahan
bentuk seperti yang terjadi pada bahan baku dapat berubah bentuk
menjadi barang lain.
Perusahaan mencatat aktiva tersebut sebesar harga perolehannya.
Selama aktiva dapat memberikan manfaat kepada perusahaan, maka tiap
periodenya harus dilakukan alokasi kedalam biaya. Pengalokasian biaya
tiap periodenya dapat dilakukan dengan cara penyusutan untuk aktiva
yang terbatas umurnya dan deplesi untuk aktiva yang berhubungan
dengan barang tambang.
KLASIFIKASI AKTIVA TETAP BERWUJUD
Secara umum klasifikasi dari aktiva tetap berwujud dalam laporan
keuangan dapat berupa tanah, bangunan dan mesin dan peralatan.
Tanah
Tanah merupakan salah aktiva tetap berwujud yang berbeda
dengan aktiva tetap lainnya yaitu tidak pernah usang atau secara fisik
berkurang manfaatnya karena digunakan. Termasuk dalam kategori ini
adalah lingkungan bangunan, halaman dan tempat parkir. Harga
perolehan adalah semua pengeluaran yang berhubungan dengan
perolehan tanah dan akhirnya tanah tersebut dapat digunakan , misalnya
harga beli, biaya notaris, biaya pengurusan hak pemilikan tanah, biaya
pencarian, biaya meratakan atau pengurugan serta biaya pembebasan
tanah. Sedangkan penerimaan yang berhubungan dengan penjualan sisa
tanah atau kayu digunakan untuk mengurangi harga beli tanah.
Untuk perbaikan lingkungan seperti taman, tempat parkir, tempat
pejalan kaki yang umurnya terbatas umurnya maka pencatatannya
dipisahkan dalam rekening tersendiri dari rekening tanah yang selanjutnya
akan dilakukan penyusutan. Tanah yang dimiliki untuk tujuan masa depan
dicatat dalam rekening investasi dan bukan dalam rekening aktiva tetap
berwujud.
Bangunan
Harga perolehan bangunan termasuk semua pengeluaran yang
berhubungan perolehan atau pembangunan. Apabila bangunan tersebut
dibeli, maka harga perolehan sebesar harga belinya ditambah dengan
biaya perbaikan, biaya komisi pembelian, pajak yang belum dibayar dan
biaya lainnya.
Untuk bangunan yang dibangun, maka biaya komisi perencana,
bahan bangunan, tenaga kerja, overhead, biaya ijin membangun dan biaya
lainnya dikapitalisir. Sedangkan biaya bunga atau diskon obligasi di
amortisasi selama periode pembangunan atau dapat juga dimasukan
dalam harga perolehan.
(3) memberi uang muka sebesar Rp. 1.500.000,- dan sisanya diangsur
selama 12 bulan dengan bunga 20 % (bunga per tahun dihitung dari
sisa utang kali tingkat bunga).
Jurnal yang dibuat untuk ketiga tipe pembayaran adalah :
Jurnal 1 Kendaraan Rp 13.500.000,-
Kas Rp 13.500.000,-
Tahun 1
Utang angsuran Rp 4.500.000,-
Biaya bunga Rp 1.095.120,-
Beban bunga yang ditangguhkan Rp 1.095.120,-
Kas Rp 4.500.000,-
Tahun 2
Utang angsuran Rp 4.500.000,-
Biaya bunga Rp 578.880,-
Beban bunga yang ditangguhkan Rp 578.880,-
Kas Rp 4.500.000,-
PEMBELIAN TUNAI SECARA GABUNGAN
Pembelian aktiva seringkali terdiri dari beberapa unit aktiva secara
bersama-sama dan disebut dengan pembelian gabungan. Dengan
demikian perlu adanya pemisahan harga tiap jenis aktiva tersebut untuk
memudahkan dalam pelaporan dan perhitungan penyusutan. Sebagi
contohnya yaitu pembelian tanah yang diatasnya berdiri bangunan
biasanya tidak ada pemisahan secara jelas tentang harga tanah dan
bangunannya, sedangkan tanah tidak ada tidak ada penyusutan. Oleh
karena diperlukan alokasi harga perolehan dengan menggunakan dasar
harga taksiran, perhitungan atas dasar pembayaran pajak (Nilai Jual
Obyek Pajak) atau harga pasar.
Contohnya adalah sebagai berikut :
Dalam rangka perluasan usaha , maka PT Swara membeli sebidang tanah
yang ada bangunannya dengan harga Rp. 75.000.000,- dan harga
tersebut sudah termasuk komisi pembelian. Harga tanah menurut faktur
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp. 10.000.000,-
dan taksiran harga bangunan Rp. 40.000.000,-. Perhitungan alokasi harga
beli dan jurnal pembeliannya adalah sebagai berikut :
Jenis aktiva
Harga taksiran Nilai Relatif x Harga = Harga perolehan
perolehan
Tanah Rp 10.000.000,- 10.000 / 50.000 x 75.000 = Rp 15.000.000,-
Bangunan Rp 40.000.000,- 40.000 / 50.000 x 75.000 = Rp 60.000.000,-
Jumlah Rp 50.000.000,- Rp 75.500.000,-
Jurnal :
Tanah Rp 15.000.000,-
Bangunan Rp 60.000.000,-
Kas Rp 75.000.000,-
Perusahaan B
Kendaraan Rp 23.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 52.000.000,-
Kerugian pertukaran Rp 3.000.000,-
Kas Rp 2.000.000,-
Bangunan Rp 80.000.000,-
b. Pertukaran dengan aktiva produktif yang sejenis
Dalam PSAK No. 16 para 21 disebutkan bahwa aktiva produktif
yang sejenis dapat ditukarkan dengan aktiva yang mempunyai
manfaat yang sama ,digunakan dalam perusahaan yang sejenis dan
memiliki nilai wajar serupa. Berdasarkan statement tersebut ada
beberapa alternatif pencatatan yaitu : (1) Transaksi pertukaran tidak
ada pengeluaran atau penerimaan uang, maka seluruh kerugian harus
diakui dan tidak mengakui adanya keuntungan, (2) Jika ada
penerimaan uang, maka kerugian diakui secara penuh dan
keuntungan dilakukan secara proposional dengan penerimaannya dan
(3) Jika ada pengeluaran uang, maka tidak ada pengakuan laba atas
pertukaran, tapi bila ada kerugian harus diakui secara penuh.
Berdasarkan ketentuan di atas, maka dapat dijelaskan dengan
contoh sebagai berikut, misalnya transaksi pertukaran aktiva produktif
sejenis tanpa ada pengeluaran atau penerimaan uang, maka jika ada
laba ditunda pengakuanya dan bila terjadi kerugian harus diakui,
seluruhnya dua perusahaan industri saling menukarkan kendaraan
truk, maka kedua perusahaan dalam transaksi pertukaran tersebut
harus menunda pengakuan keuantungan yang terjadi. Sebaliknya
apabila terjadi kerugian, maka perusahaan harus mencatat. Namun
berbeda halnya bila suatu perusahaan industri menukarkan truk di
dealer kendaraan, maka kedua perusahaan itu harus mengakui
adanya laba atau rugi pertukaraan kendaraan.
Apabila nilai pasar aktiva yang diserahkan lebih kecil dari nilai
bukunya, maka perhitungan harga perolehannya adalah :
Harga perolehan aktiva = Nilai wajar aktiva + Pembayaran – Penerimaan
Aktiva yang diserahkan uang atau uang
Apabila nilai pasar aktiva yang diserahkan lebih besar dari nilai
bukunya, maka perhitungan harga perolehanya adalah :
Harga perolehan aktiva = Nilai wajar aktiva – Penerimaan + Keuntungan
Aktiva yang diserahkan uang
Contoh :
1. Tanpa pengeluaran / penerimaan uang
Perusahaan A Perusahaan B
(Mesin A) (Mesin B)
Harga perolehan yang diserahkan Rp 80.000.000,- Rp 60.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 44.000.000,- Rp 32.000.000,-
Nilai Wajar Rp 30.000.000,- Rp 30.000.000,-
Jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah :
Perusahaan A
Mesin B Rp 30.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 44.000.000,-
Kerugian pertukaran Rp 6.000.000,-
Mesin A Rp 80.000.000,-
Perusahaan B
Mesin A Rp 28.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 32.000.000,-
Bangunan Rp 60.000.000,-
Perusahaan A mengakui adanya kerugian pertukaran sebesar
Rp 6.000.000,- (Rp 80.000.000,- – Rp 44.000.000,- –
Rp 30.000.000,-) atau merupakan selisih antara nilai buku mesin yang
diserahkan (Rp 36.000.000,-) dengan harga perolehan mesin yang
diterima (Rp 30.000.000,-). Sedangkan perusahaan B mencatat
harga perolehan mesinnya sebesar Rp 28.000.000,- (Rp 60.000.000,-
– Rp. 32.000.000,- ) atau sebesar nilai buku dari mesin
diserahkan.
2. Ada pengeluaran / penerimaan uang
Perusahaan A Perusahaan B
(Mesin A) (Mesin B)
Harga perolehan yang diserahkan Rp 80.000.000,- Rp 60.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 44.000.000,- Rp 32.000.000,-
Nilai Wajar Rp 30.000.000,- Rp 30.000.000,-
Penerimaan (pembayaran) kas Rp 5.000.000,- (Rp 5.000.000,-)
Jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah :
Perusahaan A
Mesin B Rp 25.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 44.000.000,-
Kerugian pertukaran Rp 6.000.000,-
Kas Rp 5.000.000,-
Mesin A Rp 80.000.000,-
Perusahaan B
Mesin A Rp 33.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 32.000.000,-
Mesin B Rp 60.000.000,-
Kas Rp 5.000.000,-
Perusahaan A mengakui adanya kerugian pertukaran sebesar
Rp 6.000.000,- (Rp 80.000.000,- – Rp 44.000.000,- –
Rp 30.000.000,-) atau merupakan selisih antara nilai buku mesin
yang diserahkan dengan harga perolehan mesin yang diterima
(Rp 36.000.000,- – Rp 30.000.000,-) dan harga perolehan mesinnya
adalah Rp 25.000.000,- (Rp 30.000.000,- – Rp 5.000.000,-).
Sedangkan perusahaan B mencatat harga perolehan mesinnya
sebesar Rp 33.000.000,- (Rp 60.000.000,- – Rp 32.000.000,- +
Rp 5.000.000,-) atau sebesar nilai buku dari mesin diserahkan
ditambah dengan pengeluaran kas..
3. Ada pengeluaran / penerimaan uang dengan menggunakann
proporsi penerimaan kas untuk alokasi harga perolehan
Perusahaan A Perusahaan B
(Mesin A) (Mesin B)
Harga perolehan yang diserahkan Rp 80.000.000,- Rp 60.000.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 60.000.000,- Rp 30.000.000,-
Nilai Wajar Rp 30.000.000,- Rp 28.000.000,-
Penerimaan (pembayaran) kas Rp 4.000.000,- (Rp 4.000.000,-)
Jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut adalah :
Perusahaan A
Mesin B Rp 17.250.000,-
Akumulasi depresiasi Rp 60.000.000,-
Kas Rp 4.000.000,-
Mesin A Rp 80.000.000,-
Keuntungan Rp 1.250.000,-
Penerimaan Kas
Keuntungan x (Nilai wajar - NIlai buku)
Penerimaan Nilai wajar
Rp 4.000.000, 00
x (Rp 30.000.000 ,00 - Rp 30.000.000 ,00)
Rp 4.000.000, 00 Rp 28.000.000 ,00
= Rp 1.250.000,00
Perusahaan B
Mesin A Rp 32.000.000,-
(Rp 28.000.000,- + Rp 4.000.000,-)
Akumulasi depresiasi Rp 32.000.000,-
Kerugian Rp 2.000.000,-
(Rp 30.000.000,- – Rp 28.000.000,-)
Mesin B Rp 60.000.000,-
Kas Rp 4.000.000,-
Perusahaan A mencatat harga perolehan sebesar
Rp 17.250.000,- (Rp 80.000.000,- – Rp 60.000.000,- –
Rp 4.000.000,- + Rp 1.250.000,-). Sedangkan perusahaan B
mencatat harga perolehan mesinnya sebesar Rp 32.000.000,-
(Rp 28.000.000,- + Rp 4.000.000,-) atau sebesar nilai wajar ditambah
dengan pengeluaran kas. Kerugian pertukaran mesin merupakan
selisih antara nilai buku dengan .dengan nilai wajar dari aktiva yang
diserahkan oleh PT B.
AKTIVA MEMBUAT SENDIRI
Perusahaan dalam memperoleh aktiva yang berupa bangunan,
mesin dan peralatan dapat dengan cara membuat sendiri. Dengan
demikian semua biaya langsung yang berhubungan dengan pembuatan
aktiva tersebut harus ditambahkan dalam harga perolehan yaitu berupa
bahan, tenaga kerja dan biaya overhead. Sedangkan beberapa biaya
seperti biaya bunga, biaya tetap overhead dan keuntungan perlu ada
pertimbangan khusus untuk dapat dikapitalisasi.
Dalam PSAK No. 16 para 17 disebutkan bahwa perolehan aktiva
yang dikonstruksi sendiri , maka harga perolehan aktivanya sama dengan
biaya memproduksi aktiva untuk dijual, maka ataujika ada laba harus
dieliminasi dan bila ada pengeluaran yang tidak normal harus dikeluarkan..
Dengan demikian aktiva yang dibuat sendiri harus dibandingkan dengan
harga pasar aktiva yang sejenis, sehingga bila terjadi harga perolehan
pembuatan sendiri lebih mahal harus dikurangkan dan sebaliknya jika
lebih murah tidak ada pengakuan laba.
Untuk aktiva ayng dibuat sendiri dengan menggunakan dana
pinjaman dan ada beban bunganya, PSAK No. 26 para 9 dan para 10
dijelaskan bahwa biaya pinjaman harus diakui dan dikapitalisasi sebagai
bagian dari biaya perolehan aktiva tersebut. Namun menurut FASB
statement No. 34 tahun 1979 disebutkan bahwa kapitalisasi biaya
pinjaman ada tiga alternatif yaitu (1) biaya bunga selama periode
konstruksi diakui sebagai biaya dan bukan menambah harga perolehan
aktiva dan (2) mengkapitalisasi biaya bunga sebesar dana yang digunakan
dalam konstruksi dalam harga perolehan aktiva yang dibuat sendiri.
Sedangkan kapitalisasi biaya tetap overhead pabrikasi dalam
perolehan aktiva yang dibuat sendiri dapat dilakukan dengan beberapa
BAB 4
AKTIVA TETAP BERWUJUD :
PENYUSUTAN DAN DEPLESI
PENGERTIAN
Aktiva tetap berwujud yang dimilik oleh perusahaan untuk jangka
waktu lebih dari satu tahun dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan.
Dengan demikian perlu ada alokasi aktiva tetap secara sistematis ke
dalam biaya selama perusahaan memperoleh manfaat atau disebut
penyusutan. Istilah proses alokasi tergantung pada jenis aktivanya yaitu :
1. Penyusutan atau penyusutan menggambarkan alokasi daripada biaya
untuk aktiva tetap berwujud seperti bangunan, mesin, kendaraan dan
peralatan.
2. Diplesi merupakan alokasi biaya dari sumber daya alam seperti
penambangan minyak, batubara, biji besi dan gas bumi.
3. Amortisasi adalah mengalokasikan biaya untuk aktiva tetap tidak
berwujud seperti paten, hak cipta, dan goodwill.
Alokasi biaya pada dasarnya tiap perusahaan sama yaiut untuk
menyeimbangkan dengan pendapatan dan perbedaannya terletak pada
jenis aktivanya.
PERHITUNGAN PENYUSUTAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan penyusutan dari tiap
periodenya adalah :
1. Harga Perolehan Aktiva. Harga perolehan aktiva adalah semua
pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan persiapan dari
aktiva yang digunakan, misalnya harga faktur, biaya pengangkutan /
transportasi, biaya instalasi, biaya komisi, dan lain-lain.
2. Nilai Residu. Merupakan perkiraan harga jual suatu aktiva pada akhir
masa penggunaan. Apabila suatu aktiva mempunyai nilai yang yang
signifikan pada akhir suatu proyek seperti pada saat perusahaan
menukarkan kendaaraan tiap beberapa tahun digunakan, maka nilai
residu harus dikurangkan dalam harga peroelahn yang akan
dialokasikan dalam biaya tiap periodenya. Dalam praktek akan
mengalami kesulitan untuk menaksir nilai residu suatu aktiva dalam
jangka waktu lebih dari 10 tahun yang akan datang. Suatu kenyataan
dapat terjadi bahwa nilai residu akan jauh lebih kecil daripada
pengeluaran biaya untuk membongkar atau memindahkan aktiva
Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto
38
Rp 6.000.000, Rp 1.000.000,
Rp 1.250.000,
4
Kelemahan dari rumus perhitungan tarip tersebut di atas yaitu apabila nilai
residu tidak diketahui, maka tarip penyusutan tidak dapat dicari.
Dengan data dari contoh yang ada sebelumnya yaitu harga perolehan satu
unit mesin Rp 6.000.000,- nilai residu Rp 1.000.000,- dan umur
penggunaan ditaksir selama 5 tahun. Perhitungan tarip penyusutannya
adalah sebagai berikut :
1.000.000
Tarif 1 4 0.30 atau 30 %
6.000.000
Hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa nilai buku pada akhir tahun ke 5
sama besarnya dengan nilai residunya. Sedangkan jurnal yang dibuat tiap
tahunnya adalah sebagai berikut :
Jurnal untuk tahun pertama adalah
Biaya penyusutan – Mesin Rp 1.800.000,-
Akumulasi penyusutan – Mesin Rp 1.800.000,-
Jurnal untuk tahun kedua adalah
Biaya penyusutan – Mesin Rp 1.260.000,-
Akumulasi penyusutan – Mesin Rp 1.260.000,-
Penyusutan per tahun = jumlah jam kerja atau jumlah hasil produksi per
tahun x Tarip per jam atau unit
Rp 9.000.000, - Rp 1.000.000, -
Tarip Penyusutan
10.000 jam
Kas Rp 9.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 21.000.000,-
Sepeda motor – Honda Rp 30.000.000,-
(Akumulasi penyusutan sesungguhnya adalah Rp 18.000.000,-)
e. Jurnal penyusutan akhir tahun ke empat dan penjualan 5 unit sepeda
motor
Biaya penyusutan Rp 14.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 14.000.000,-
Penyusutan = 20 % x (Rp 100.000.000,- – Rp 30.000.000,-)
Kas Rp 12.500.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 37.500.000,-
Sepeda motor – Honda Rp 50.000.000,-
(Akumulasi penyusutan sesungguhnya adalah Rp 40.000.000,-)
Kas Rp 3.000.000,-
Akumulasi penyusutan Rp 16.000.000,-
Rugi pemberhentian Rp 1.000.000,-
Sepeda motor – Honda Rp 20.000.000,-
Apabila perusahaan membeli kendaraan baru sebelum kelompok
sepeda motor dihentikan, maka perhitungannya menggunakan tarip yang
baru yaitu nilai buku ditambah dengan harga perolehan yang baru minus
nilai residu dibagi dengan rata-rata umur dari kelompok aktiva tersebut.
Penyusutan Kelompok (Composite Depreciation)
Apabila aktiva yang dimiliki oleh perusahaan heterogen dan
mempunyai karakteristik dan kegunaan yang hampir sama, maka
penyusutannya menggunakan penyusutan kelompok. Perkiraan yang
digunakan adalah hanya satu yaitu akumulasi penyusutan dan tidak ada
pengakuan laba atau rugi atas aktiva yang dihentikan sebagian dari
pengakuan laba atau rugi hanya pada saat semua aktiva dihentikan dari
penggunaan.
Sebagai contohnya yaitu perusahaan membeli tiga buah jenis aktiva
sebagai berikut :
Aktiva Harga perolehan Nilai residu Umur Penyusutan
A Rp 12.000.000,- Rp 2.000.000,- 4 th Rp 2.500.000,-
B Rp 7.000.000,- Rp 1.000.000,- 3 th Rp 2.000.000,-
C Rp 6.000.000,- Rp 0,- 4 th Rp 1.500.000,-
Rp 25.000.000,- Rp 3.000.000,- Rp 6.000.000,-
Sistem Persediaan
Sistem persediaan digunakan dalam kondisi dimana terdapat
sejumlah besar aktiva yang harganya relative murah , misalnya peralatan
di perusahaan, sendok di restoran. Perhitungan biaya penyusutan tiap
tahunya dengan cara mengalikan jumlah unit pada akhir tahun dengan
harga penggantinya. Metode ini pada dasarnya kurang sisitematis dan
tidak rasional untuk alokasi biaya.
PENYUSUTAN UNTUK SEBAGIAN PERIODE
Dalam pembahasan penyusutan sebelumnya dengan anggapan
bahwa aktiva dibeli pada awal bulan atau tahun dan penghentian pada
akhir periode akuntansi. Dengan demikian perhitungan penyusutan kurang
memperhatikan kecermatan karena dilakukan dengan menggunakan
estimasi. Dalam perhitungan penyusutan dengan menggunakan sebagian
periode ada tiga alternatif yang sering digunakan dalam praktek yaitu :
1. Penyusutan dihitung satu bulan yang terdekat. Aktiva yang dibeli
sebelum tanggal 15 dari suatu bulan, maka aktiva tersebut dapat
dianggap telah dimiliki selama satu bulan penuh. Sedangkan aktiva
yang dibeli setelah tanggal 15, maka aktiva dianggap tidak dimiliki
dalam bulan pembelian. Demikian pula aktiva yang dijual sebelum
tanggal 15, dianggap tidak dimiliki selama satu bulan penuh dan jika
dijual setelah tanggal 15 dapat dianggap dimiliki satu bulan penuh.
2. Penyusutan dihitung satu tahun yang terdekat. Pembelian aktiva
yang dilakukan sebelum pertengahan tahun dianggap telah dimiliki
satu tahun atau penyusutan satu tahun penuh dan aktiva yang dibeli
setelah pertengahan tahun tidak dihitung penyusutan pada tahun yang
bersangkutan.
3. Penyusutan dihitung 50 % dari seluruh aktiva yang dibeli dan
yang dijual. Metode ini menganggap bahwa aktiva yang dibeli dan
dijual dalam tahun fiscal semuanya dibeli dan dijual pada pertengahan
tahun fiskal.
PERUBAHAN DAN KOREKSI PENYUSUTAN
Metode penyusutan yang telah dipilih harus digunakan secara
konsisten tiap periodenya oleh perusahaan, namaun demikian tidak
menutup kemungkinan terjadi perubahan metode penyusutan seperti yang
dijelaskan dalam PSAK No. 17 para 14. Perubahan pilihan metode
penyusutan kemungkinan dapat terjadi karena beberpa alasan yaitu :
1. Perubahan perkiraan nilai residu atau masa manfaat atas aktiva yang
dimiliki saat ini.
2. Koreksi atas perhitungan penyusutan yang telah dilakukan dan
sebagai konsekwensinya laba ditahan mengalami koreksi tambah
atau kurang.
DEPLESI
Deplesi berhubungan habisnya sumber alam atau barang tambang
sebagai aktiva yang dimiliki dan pengurangan atas nilai atau harga
perolehan. Sumber alam atau barang tambang tersebut dapat berupa
hutan kayu, batu bara atau minyak bumi yang disebut dengan aktiva yang
habis terbuang dan didepelsi pada saat sumber alam tersebut di ambil.
Penentuan harga perolehan sumber alam pada prinsipnya sama
dengan yang digunakan untuk aktiva tetap. Secara umum harga perolehan
sumber alam dapat terdiri dari semua pengeluaran yang berhubungan
dengan pengeluaran untuk memperoleh ijin penguasaan lahan sumber
alam dan biaya pengembangan.
Perhitungan deplesi menggunaan metode jumlah yang yang
diproduksi (units-of-output) lebih logis daripada metode yang mendasarkan
pada waktu. Sedangkan biaya untuk perbaikan lingkungan dalam rangka
mempersiapkan tanah untuk berbagai penggunaan sebaiknya dianggap
sebagai nilai residu. Persamaan deplesi adalah :
Harga perolehan Nilai residu
Deplesi
Jumlah kandungan sumber alam
Kredit
31 Maret Penjualan sisa pembongkaran bangunan Rp 4.000.000,-
31 Des Penyusutan tahun 2003 Rp 10.500.000,-
Jumlah Kredit Rp 14.500.000,-
Saldo Perkiraan Tanah dan Bangunan per 31 Des 2004 Rp 199.950.000,-
BAB 5
AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
PENGERTIAN
Untuk tujuan akuntansi, klasifikasi aktiva tetap tidak berwujud
menunjuk pada aktiva non fisik seperti paten, hak cipta, faransis, hak sewa
guna, goodwill dll. Aktiva tetap tidak berwujud pada umumnya berkaitan
dengan keputusan hokum atau perjanjian kerjasama yang secara fisik
tidak dapat dibuktikan. Pada dasarnya aktiva tetap berwujud dan aktiva
tetap tidak berwujud mempunyai kesamaan antara lain yaitu (a) dimiliki
untuk digunakan dan bukan untuk dijual, (b) mempunyai umur kegunaan
lebih dari satu tahun, (c) mempunyai peran dalam memperoleh
pendapatan bagi pemiliknya dan (d) dalam periode pemilikan diharapkan
perusahaan memperoleh manfaat.
Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud terdapat tambahan
karakteristik yang dapat membedakan dengan aktiva tetap berwujud yaitu
(a) aktiva tersebut mempunyai ketidakpastian dimasa depan yang cukup
besar dalam menciptakan manfaat bagi perusahaan, (b) nilainya sangat
berflunktuatif karena sangat tergantung pada kondisi persaingan, (c)
hanya mepunyai nilai untuk perusahaan tertentu dan (d) goodwill dan
aktiva tetap tidak berwujud yang mempunyai kegunaan tidak terbatas
adalah bukan pengeluaran.
PENILAIAN AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Seperti aktiva yang lain, penilaian aktiva tidak berwujud dengan
dasar harga perolehan. Nilai akitva tetap tidak berwujud akan dihapuskan
selama masa manfaat dan akan dibebankan dalam pendapatan selama
periode yang menerima manfaat. Klasifikasi dari aktiva tetap tidak
berwujud tergantung pada cara memperolehnya yaitu dengan cara
membeli dari pihak luar atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Dengan klasifikasi tersebut maka akan terdapat dua alternatif yaitu
membeli dan mengembangkan sendiri.
Apabila aktiva tetap tidak berwujud diperoleh dengan cara membeli
dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Aktiva tetap tidak berwujud yang dapat diidentifikasi seperti paten
(umurnya terbatas) dan merk dagang. (umurnya tidak terbatas Harga
perolehan dari aktiva tersebut adalah seluruh pengeluaran yang
berhubungan dengan aktiva tersebut dikapitalisasi misalnya
pengeluaran untuk mendesain gambar, biaya perijinan dan konsultan
Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto
50
Paten
Pemilik paten mempunyai hak untuk memproduksi dan menjual
atau mengontrol hasil temuannya selama 17 – 20 tahun sejak tanggal
berlakunya. Paten tidak dapat diperbaiki, akan tetapi paten baru dapat
diperoleh dengan dasar pengembangan paten yang sudah ada.
Paten mempunyai nilai apabila perusahaan dapat memperoleh
pendapatan yang lebih besar dengan cara menjual produk dengan harga
yang lebih tinggi, memproduksi dengan biaya lebih rendah atau
memproduksi produk yang pesaingnya masih relatif sedikit. Dalam praktek
sering terjadi bahwa paten akan mengalami penurunan manfaat sebelum
habis umur kegunaannya karena adanya penemuan baru yang sejenis dan
bukan pelanggaran, penggunaan tekhnologi yang lebih modern atau
adanya perubahan permintaan produk
Sebagai contoh, misalnya sebuah perusahaan membeli hak paten
seharga Rp 50.000.000,- dengan masa kegunaan selama 10 tahun. Jurnal
yang perlukan saat pembelian dan amortisasi adalah sebagai berikut :
Paten Rp 50.000.000,-
Kas Rp 50.000.000,-
Franchises
Franchises adalah suatu perjanjian yang melibatkan dua belah pihak
dalam hal biaya komisi ( „fee“), dimana satu pihak atau disebut franchisor
yaitu yang memberi hak kepada pihak lainnya atau disebut franchises
untuk menggunakan fasilitas , produk atau jasa. Pihak yang terkait dalam
perjanjian kerjasama tersebut dapat melibatkan antara pihak pemerintah
dan swasta dimana, misalnya pemerintah menyediakan fasilitas pelabuhan
dan pihak swasta yang menyediakan kapal. Disamping itu dapat terjadi
antara pihak swasta dengan swasta terutama bisnis restoran, seperti KFC
dan Mc Donald telah tersebar luas diseluruh dunia termasuk di Indonesia.
Pada umumnya franchises mempunyai umur manfaat sesuai dengan
perjanjian yang dibuat, sehingga amortisasi franchises sesuai dengan
pengeluaran dan umur manfaatnya.
Program Komputer (Perangkat Lunak Komputer)
Dalam perkembangan busnis saat ini sudah banyak perusahaan
membangun peranti lunak untuk pengolahan data dan meningkatkan
efisiensi dan pengeluarannya dikapitalisasi sesuai dengan FASB
statement No. 86 tahun 1985 yang menyatakan bahwa akuntansi untuk
perolehan piranti lunak komputer yang dijual, disewa atau dipasarkan.
Dalam pembuatan pirogram komputer yang akan dipasarkan ada tiga
tahapan yaitu (a) biaya riset dan pengembangan yang meliputi biaya
perencanaan, perancangan dan uji coba, (b) biaya uji kelayakan teknis
yaitu sebelum program tersebut dipasarkan kepada konsumen diperlukan
biaya lebih lanjut yaitu pengujian, pembuatan master dikapitalisasi sebagai
biaya produksi dan (c) biaya pengemasan yaitu pengeluaran biaya setelah
pengujian kelayakan untuk dipasarkan, maka ada pengeluaran untuk
pembuatan label dan kemasan di bebankan sebagai biaya persediaan.
Dari ketiga tahapan tersebut yang dikapitalisasi sebagai biaya produk
adalah biaya uji kelayakan yang akan diamortisasi selama masa
manfaatnya.
Biaya Pendirian
Pada saat didirikan perusahaan, terdapat berbagai macam pengeluaran
seperti biaya pengurusan ijin (akte notaris dan pendaftaran ke Menteri
Kehakiman atau di Pemda setempat), biaya promosi dan lain-lain. Semua
pengeluaran biaya tersebut sangat penting untuk kelancaran usaha dan
sekaligus menentukan umur kehidupan perusahaan sehingga biaya
tersebut dapat dianggap sebagai aktiva tetap tidak berwujud yang
mempunyai umur manfaat.
Leasehold
Leases adalah aktiva tetap tidak berwujud karena merupakan hak untuk
menggunakan / menyewa aktiva yang dimiliki oleh lessor selama suatu
Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto
53
dan dapat terjadi pembayaran lebih kecil daripada nilai bersih aktiva yang
diterima sehingga terjadi goodwill negatif.
Penilaian goodwill
Secara umum perusahaan yang akan dijual ditawarkan dengan
harga yang lebih besar dari nilai buku atas aktiva bersih yang dimiliki. Hal
ini terjadi karena (a) nilai buku yang terdapat dalam neraca menggunakan
data historis, sedangkan nilai sekarang adalah menggunakan harga wajar
sehingga terdapat perbedaan dan (b) aktiva tidak berwujud yang dapat
diidentifikasi kemungkinan langsung dibebankan dalam biaya seperti biaya
riset dan pengembangan.
Penilaian goodwil pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu dari nilai bersih aktiva perusahaan dan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan abnormal. Cara pertama : nilai
goodwil dapat diketahui dengan cara menilai kemungkinan suatu
perusahan dapat dibeli dibandingkan dengan nilai bersih aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan. Nilai bersih aktiva suatu perusahaan diperoleh
dengan cara mengurangi jumlah aktiva dengan seluruh utang yang ada.
Hal ini akan mengalami kesulitan karena kemungkinan ada aktiva tetap
berwujud yang tidak terindenfikasi dalam laporan keuangan perusahaan
yang akan diakuisisi. Cara kedua: penilaian goodwil dilakukan. Dengan
pendekatan keuntungan abnormal selanjutnya dapat diperkirakan nilai
goodwill.
Sebagai contoh, misalnya PT HMSP pada awal tahun 2004
merencanakan mengakuisisi PT Alfa dan neraca akhir Desember 2003
sebagai berikut :
Aktiva lancar Rp 300.000.000,- Hutang lancar Rp 250.000.000,-
Aktiva lainnya Rp 400.000.000,- Hutang jk. panjang Rp 200.000.000,-
Modal pemilik Rp 250.000.000,-
Rp 700.000.000,- Rp 700.000.000,-
Informasi lain atas laporan keuangan tersebut yaitu (a) nilai wajar dari
aktiva lainnya adalah Rp 450.000.000,- karena harga tanah ada kenaikan
dan yang dineraca atas dasar harga histories dan (b) perusahaan telah
mengembangkan piranti lunak dengan biaya sebesar Rp 50.000.000,- tapi
tidak dicatat sebagai aktiva.
Pada tahun 2004 PT Alfa diperkirakan akan memperoleh
keuntungan sebesar Rp 60.000.000,- dan tingkat keuntungan investasi
dengan kondisi normal atas industri ritel per tahun adalah sebesar 10 %.
Atas dasar informasi tersebut dapat ditentukan nilai wajar dari PT Alfa
yaitu
Keuntungan
Nilai wajar perusahaan
Tingkat pengembalian investasi
Rp 60.000.000,-
10 %
= Rp. 600.000.000,00
Perhitungan nilai goodwill adalah sebagai berikut :
Nilai wajar perusahaan diperkirakan sebesar Rp 600.000.000,-
Dikurangi
- Nilai buku aktiva bersih (ekuiti) Rp 250.000.000,-
- Kelebihan nilai wajar aktiva atas nilai buku
Rp 200.000.000,-
(Rp 450.000.000,- – Rp 250.000.000,-)
- Nilai wajar aktiva tetap tidak berwujud yang
Rp 50.000.000,-
tidak dicatat
(Rp 500.000.000,-)
Nilai aktiva bersih yang dapat diidentifikasi
Rp 100.000.000,-
atau Goodwill
BAB 6
UTANG JANGKA PANJANG
PENGANTAR
Utang yang tidak membutuhkan dana dari aktiva lancer disebut dengan
utang jangka panjang dan dalam neraca dicatat secara terpisaha dengan
utang lancar. Secara umum utang jangka panjang dapat meliputi utang
obligasi, utang wesel jangka panjang, utang hipotik dan utang jangka
panjang lainnya.
Utang jangka panjang biasanya didasarkan pada perjanjian yang dibuat
secara rinci tentang hak dan kewajiban yaitu yang meminjam dan memberi
pinjaman. Isi perjanjian dapat berupa provisi yang dihitung dari jumlah
pinjaman, tingkat bunga, jatuh tempo pelunasan kewajiban, tanggal
pembayaran bunga, janji untuk menjamin keamanan pinjaman dan
berbagai ketentuan untuk peminjam. Pinjaman agar dapat terjamin aman
terjamin, peminjam dapat memberi agunan yang berupa harta tidak
bergerak seperti tanah, bangunan dan mesin.
ALASAN MENGELUARKAN UTANG JANGKA PANJANG
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dana untuk perluasan usaha atau
modal kerja, perusahaan dapat memperoleh dari beberapa sumber.
Sedangkan alasan mengenai perusahaan memilih menerbitkan utang
jangka panjang adalah :
a. Tidak mempunyai alternatif sumber pembiayaan yang lain. Hal ini
terjadi karena perusahaan mungkin menganggap bahwa utang jangka
yang paling rendah resikonya.
b. Utang jangka panjang dianggap berbunga lebih rendah:
c. Tidak ada hak suara bagi yang meminjamkan dana
UTANG OBLIGASI
Obligasi merupakan surat berharga tanda utang dari pihak yang
menerbitkannya (issuer) dan investor (holder) sebagai pembelinya.
Penerbit setuju untuk membayar obligasi sebesar nilai nominal saat
obligasi jatuh tempo dan membayar bunga secara periodik dengan tingkat
bunga tertentu dari nominal. Obligasi dapat dibedakan menjadi delapan
jenis yaitu :
1. Penerbitnya
2. Sistem pembayaran bunga
Kas Rp 816.000,00
Utang obligasi Rp 800.000,00
Biaya bunga Rp 16.000,00
Jurnal saat membayar bunga untuk 6 bulan pada 1 Juli 2003 adalah
Biaya bunga (Rp 800.000,- X 12 % x 6 / 12) Rp 48.000,00
Kas Rp 48.000,00
Dengan demikian biaya bunga yang dibayar oleh perusahaan adalah
Rp 32.000,00 (Rp 48.000,00 – Rp 16.000,00)
Apabila bunga yang diminta dari pembeli saat penjualan obligasi dicatat
dengan utang bunga, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
Kas Rp 816.000,00
Utang obligasi Rp 800.000,00
Utang bunga Rp 16.000,00
Jurnal saat membayar bunga untuk 6 bulan pada 1 Juli 2003 adalah
Biaya bunga (Rp 800.000,- X 12 % x 4 / 12) Rp 32.000,00
Utang bunga Rp 16.000,00
Kas Rp 48.000,00
AMORTISASI DISAGIO DAN AGIO OBLIGASI
Penjualan obligasi dapat terjadi adanya disagio atau agio karena adanya
perbedaan antara bunga efektif (bunga yang terjadi di pasar) dengan
bunga yang tercantum dalam obligasi. Pembayaran bunga dilakukan oleh
perusahaan dengan menggunakan dasar perhitungan tariff bunga sesuai
dengan yang tercantum dalamobligasi dikalikan dengan nominal. Biaya
bunga yang ada di laporan keuangan harus mencerminkan jumlah biaya
bunga yang didasarkan tingkat bunga efektif dan nilai buku
obligasi.Jumlah biaya bunga efektif dihitung dari perkalian antara tingkat
bunga efektif (yield) dengan nilai buku obligasi. Untuk melakukan
amortisasi disagio dan agio ada metode yaitu metode garis lurus dan
metode bunga efektif.
Metode Garis Lurus
Asumsi yang mendasari metode ini adalah pembayran bunga tiap periode
akan sama besarnya. Dengan demikian amortissi agio dan disagio dengan
menggunakan metode garis lurus besarnya akan sama untuk selama umur
obligasi.
Disagio Obligasi
Disagio obligasi terjadi bila hasil penjualan obligasi lebih kecil dari nilai
nominal obligasi. Hal ini dapat terjadi karena bunga obliigasi lebih kecil dari
bunga efektif yang terjadi di pasar.Sebagai contoh, misalnya PT Alfa pada
tanggal 1 Januari 2003 menjual obligasi dengan harga Rp 92.639.912,95
Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto
67
Amortisasi
Kas Biaya Bunga
Tanggal Disagio Nilai Buku Obligasi
Kredit Debet
Kredit
A B = Nominal x C = Disagio / D=B+C E = Nilai buku awal
12 % x 6/12 bln 10 periode +C
1 Jan 03 Rp 92,639,912.95
30 Jun 03 Rp 5,000,000.- Rp 736,008.71 Rp 5,736,008.71 Rp 93,375,921.65
31 Des 03 Rp 5,000,000.- Rp 736,008.71 Rp 5,736,008.71 Rp 94,111,930.36
30 Jun 04 Rp 5,000,000.- Rp 736,008.71 Rp 5,736,008.71 Rp 94,847,939.06
31 Des 04 Rp 5,000,000.- Rp 736,008.71 Rp 5,736,008.71 Rp 95,583,947.77
30 Jun 05 Rp 5,000,000.- Rp 736,008.71 Rp 5,736,008.71 Rp 96,319,956.47
31 Des 05 Rp 5,000,000.- Rp 736,008.71 Rp 5,736,008.71 Rp 97,055,965.18
30 Jun 06 Rp 5,000,000.- Rp 736,008.71 Rp 5,736,008.71 Rp 97,791,973.88
31 Des 06 Rp 5,000,000.- Rp 736,008.71 Rp 5,736,008.71 Rp 98,527,982.59
30 Jun 07 Rp 5,000,000.- Rp 736,008.71 Rp 5,736,008.71 Rp 99,263,991.29
31 Des 07 Rp 5,000,000.- Rp 736,008.71 Rp 5,736,008.71 Rp 100,000,000.00
Nilai buku obligasi yaitu hasil penjualan pada 1 Januari 2003 ditambah
dengan amortisasi disagio tiap semester dan akhirnya pada 31 Desember
2007 nilai buku obligasi akan sama besarnya dengan nilai nominal
obligasi.
Agio Obligasi
Agio obligasi terjadi apabila hasil penjualan obligasi lebih besar dari nilai
nominal obligasi. Hal ini dapat terjadi karena bunga obliigasi lebih besar
dari bunga efektif yang terjadi di pasar
Sebagai contoh, PT Alfa pada tanggal 1 Januari 2003 menjual obligasi
dengan harga Rp 96.448.135,23 dan nominal Rp 100.000.000,00.
Tingkat bunga obligasi adalah 10 % yang dibayarkan tiap tanggal 30 Juni
dan 31 Desember serta jatuh tempo obligasi 31 Desember 2007
atau umur obligasi 5 tahun. Bunga obligasi yang berlaku di pasar adalah
sebesar 8 %
Pencatatan yang dilakukan pada tanggal 1 Januari 2003 adalah:
Kas Rp 108.110.895,78
Utang Obligasi Rp 100.000.000,00
Agio obligasi Rp 8.110.895,75
Hasil penjualan obligasi dengan bunga efektif 8 % sebesar
Rp 108.110.895,78 yang terdiri dari present value obligasi dengan tingkat
bunga efektif 8 % yaitu Rp Rp 67.556.416,78 (Rp 100.000.000,00 x
0,6756) ditambah dengan present value of annuity dari pembayaran bunga
tiap semester yaitu Rp 40.554.478,90 (Rp 100.000.000,00 x 10 % x 6 / 12
x 8,11090)
Mencatat pembayaran bunga pada 30 Juni 2003 adalah sebagai berikut :
Pada kolom terakhir terlihat nilai buku obligasi semakin kecil yaitu sama
besarnya dengan nilai nominal, karena amortisasi agio obligasi tiap
semesternya akan mengurangi saldo hasil penjualan obligasi.
Metode Bunga Efektif
Dengan menggunakan metode bunga efektif, disagio atau agio di
amortisasi untuk biaya bunga yang dibayarkan tiap semester (periode)
tidak jumlahnya tidak akan sama besar.
Disagio Obligasi
Dengan adanya agio obligasi
menggunakan data seperti di atas, maka perhitungan amortisasi daripada
disagio obligasi dan pembayaran bunga per semester adalah sebagai
berikut :
Mencatat pembayaran bunga pada 30 Juni 2003 adalah sebagai berikut :
Biaya bunga Rp 5.558.394,78
Disagio utang obligasi Rp 558.394,78
Kas Rp 5.000.000,00
Bunga yang dibayarkan oleh perusahaan terdiri dari biaya bunga selama
satu semester ditambah dengan amortisasi disagio tiap semester.
Sedangkan tabel amortisasi disagio obligasi dengan menggunakan
metode bunga efektif adalah sebagai berikut :
Amortisasi
Kas Biaya Bunga
Tanggal Disagio Nilai Buku Obligasi
Kredit Debet
Debet
A B = Nominal x C = i efektif x NB D=B+C E = Nilai buku awal
12% x 6/12 bln +C
1 Jan 03 12% Rp 92,639,912.95
30 Jun 03 Rp 5.000.000,- Rp 5,558,394.78 Rp 558,394.78 Rp 93,198,307.73
31 Des 03 Rp 5.000.000,- Rp 5,591,898.46 Rp 591,898.46 Rp 93,790,206.19
30 Jun 04 Rp 5.000.000,- Rp 5,627,412.37 Rp 627,412.37 Rp 94,417,618.56
31 Des 04 Rp 5.000.000,- Rp 5,665,057.11 Rp 665,057.11 Rp 95,082,675.67
30 Jun 05 Rp 5.000.000,- Rp 5,704,960.54 Rp 704,960.54 Rp 95,787,636.21
31 Des 05 Rp 5.000.000,- Rp 5,747,258.17 Rp 747,258.17 Rp 96,534,894.39
30 Jun 06 Rp 5.000.000,- Rp 5,792,093.66 Rp 792,093.66 Rp 97,326,988.05
31 Des 06 Rp 5.000.000,- Rp 5,839,619.28 Rp 839,619.28 Rp 98,166,607.33
30 Jun 07 Rp 5.000.000,- Rp 5,889,996.44 Rp 889,996.44 Rp 99,056,603.77
31 Des 07 Rp 5.000.000,- Rp 5,943,396.23 Rp 943,396.23 Rp 100,000,000.00
mencatat dengan Utang Bunga Obligasi dan (b) kurs penjualan adalah
104,45 ditambah dengan utang bunga dan perusahaan mencatat
dengan perkiraan Utang Bunga Obligasi
Diminta : membuat jurnal penerbitan obligasi, jurnal penyesuaian
tanggal 30 Juni dan jurnal pembayaran bunga dua semester
3. PT Delta pada 1 Januari 2003, menerbitkan obligasi senilai
Rp 100.000.000,00 dengan bunga 10 % yang dibayarkan tiap
1 Januari dan 1 Juli dan kurs 98. Umur obligasi adalah 10 tahun dan
pada 30 Juni 2007 perusahaan menarik obligasi dengan kurs 104.
Amortisasi disagio menggunakan metode garis lurus.
BAB 7
MODAL SAHAM
Penjualan Tunai
Perusahan dalam mengeluarkan saham biasanya dengan nilai
nominal. Umumnya penjualan saham oleh perusahaan dilakukan dengan
tunai. Sebagai contoh, misalnya PT Sirad mengeluarkan 2.000 lembar
saham biasa nominal Rp 1.000,00 dan harga pasar saham di pasar adalah
Rp 1.200,00. Perusahaan mencatat transaksi penjualan tersebut sebagai
berikut :
Kas Rp 2.400.000,00
Modal saham biasa (Rp 1.000 x 2000) Rp 2.000.000,00
Agio saham (Rp 1200 – Rp 1.000 x 2000) Rp 400.000,00
Pesanan Penjualan Saham
Dalam penjualan saham dapat terjadi dengan cara diangsur atau
penjualan secara pesanan. Dengan demikian investor akan membayar
sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat dengan perusahaan yang
menerbitkan saham. Biasanya penjualan dengan cara tersebut inversotr
diminta untuk memberi uang muka dan juga provisi untuk mengantisipasi
terjadi pembatalan karena ketidak mampuan membayar. Perusahaan
biasanya tidak akan memberikan saham kepada investor sebelum
kewajibannya dilunasi secara penuh.
Sebagai contohnya, misalnya PT Swara menjual saham biasa
dengan cara pesanan sebanyak 1.000 lembar dengan nominal Rp 1.000
per lembar saham dan harga pasar Rp 1.500,00 per lembar. Uang muka
yang harus dibayar oleh pembeli adalah Rp 300,00 per lembar saham dan
sisanya Rp 1.000,00 per lembar dibayar pada akhir bulan. Apabila pembeli
tidak dapat membayar perusahaan akan menjual sahamnya dengan harga
Rp 1.300,00 per lembar. Pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan
adalah :
Kas (Rp 300,00 x 1000) Rp 300.000,00
Piutang pesanan saham biasa Rp 1.200.000,00
(Rp 1.200,00 x 1000)
Modal saham biasa dipesan Rp 1.000.000,00
(Rp 1.000,00 x 1000)
Agio saham Rp 500.000,00
Apabila pada akhir bulan investor hanya mampu membayar 900
lembar, maka jurnal yang dibuat sebagai berikut :
Kas (Rp 1.200,00 x 900) Rp 1.080.000,00
Piutang Pesanan Saham Biasa Rp 1.080.000,00
Modal saham Biasa Dipesan Rp 900.000,00
(Rp 1.000,00 x 900)
Modal Saham Rp 900.000,00
Rp 7.000.000,00
Saham preferen = xRp 8.000.000,00 Rp 5.600.000,00
Rp 10.000.000,00
---------------------------
Rp 8.000.000,00
=============
Perusahaan mengalokasikan hasil penjualan untuk tiap jenis saham dan
agio dengan menggunakan harga pasar
Apabila yang diketahui harga pasarnya adalah saham biasa yaitu
Rp 1.500,00 per lembar, sehingga hasil penjualan saham biasa
Rp 3.000.000,00 (Rp 1.500,00 x 2 x 1.000), sehingga jumlah yang belum
dialokasikan adalah Rp 5.000.000,00 (Rp 8.000.000,00 –
Rp 3.000.000,00) untuk saham preferen dan jurnalnya sebagai berikut :
Kas Rp 8.000.000,00
Modal Saham (Rp 800 x 2 x1000) Rp 1.600.000,00
Agio saham Rp 1.400.000,00
Modal saham preferen (Rp 4.000 x 1 x 1000) Rp 4.000.000,00
Agio saham preferen Rp 1.000.000,00
Jika ternyata seluruh saham tidak dapat diketahui nilai pasarnya,
maka perusahaan harus melakukan penilaian. Untuk melakukanitu
perusahaan harus berhati-hati, karena dapat terjadi alokasinya tidak
memberikanhasil yang rasional dan akibatnya dimasa depan kemungkinan
terjadi penyesuaian.
Penukaran Saham dengan Aktiva
Pengeluaran saham untuk ditukar dengan aktiva selain kas disebut
dengan transaksi pertukaran nonmoneter. Transaksi seperti ini akan
menimbulkan masalah jika saham ditukar dengan aktiva tidak berwujud,
seperti Paten, hak cipta atau biaya oendirian. Prinsip umum yang perlu di
gunakan yaitu dalampertukaran harus diketahui nilai pasar atau nilai wajar
dari saham dan aktiva yang akan diterima sehingga realistis.
yaitu tidak berpengaruh pada penurunan nilai saham yang dimiliki tapi
hanya berubah jumlah sahamnya menjadi lebih sedikit karena nilai
nominalnya menjadilebih besar. Sedangkan harga pasar juga ada
kecenderungan meningkat sejalan dengan kenaikan nilai nominal saham
perusahaan.
PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG BEREDAR
Perusahaan yang telah menjual sahamnya kepada publik pada
dasarnya dapat membeli kembali sahamnya yang sudah beredar untuk
disimpan selamanya atau ditahan sementara yang nantinya akan dijual
kembali atau disebut dengan saham treasuri (treasury stock). Penarikan
kembali saham yang telah beredar oleh perusahaan ada beberapa alasan
yaitu (1) untuk mendorong naiknya harga saham di bursa,
(2) meningkatkan laba per lembar saham, (3) untuk dikonversi dengan
saham lainnya, (4) untuk diberikan sebagai bonus, stok dividen, dibeli oleh
karyawan, dan (5) mengurangi jumlah saham yang beredar sehingga
perdagangan sahamnya menjadi lebih likuid atau menghindari dibeli oleh
perusahaan lain. Tindakan tersebut pada prinsipnya tidak menyalahi
peraturan di bursa efek atau pemerintah.
Sesuai dengan ketentuan dalam akuntansi bahwa pembelian
kembali saham yang beredar tidak menimbulkan laba atau rugi.
Perusahaan menerbitkan saham untuk menambah modal, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan rentabilitas usaha dan pembelian kembali
saham yang beredar akan berakibat mengurangi jumlah modal yang
disetor.
Pembelian Kembali Saham untuk Disimpan
Saham yang beredar dibeli kembali oleh perusahaan dengan
tujuan untuk disimpan selamanya, maka modal saham akan di debit
sebesar nilai nominalnya dan kas di kredit sebesar pengeluarannya.
Apabila dalam pembelian kembali ternyata harganya penarikan lebih besar
dari nilai nominal sahamnya, maka kelebihan tersebut dapat diperlakukan
sebagai berikut :
(a) dibebankan ke rekening agio saham sesuai dengan jenis sahamnya
(b) dialokasikan ke rekening agio saham dan laba ditahan
(c) dibebankan sepenuhnya pada rekening laba ditahan
Dalam praktek pembebanan kelebihan tersebut sangat tergantung
pada saldo perkiraan yang ada dan kebijakan manajemen perusahaan.
Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas atas alternatif
tersebut, misalnya data keuangan dari PT Alfa adalah sebagai berikut :
Modal saham biasa yang beredar Rp 2.000.000.000,00
(Rp 1.000,00 x 2 000.000)
Agio saham Rp 400.000.000,00
Laba ditahan Rp 1.200.000.000,00
Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto
82
BAB 8
LABA PER LEMBAR SAHAM DAN
LABA DITAHAN
Saham Saham
Anggapan Saham yang Proporsi Jumlah unit
beredar beredar =
beredar bulanan ekuivalen
bulanan riil
2003 10.000 x 2/11) x 120%2)
10.000 12/12 = 24.000
Jan – Des = 24.000
2004
Jan – April 20.000 20.000 x 120% = 24.000 x 4/12 = 8.000
Met – Juli 25.000 25.000 x 120% = 30.000 x 3/12 = 7.500
Agst – Sept 30.000 25.000 x 120% = 30.000 x 2/12 = 5.000
25.000 x 120% + 4.000 =
Okt – Des 34.000 x 3/12 = 8.500
34.000
Total rata-rata tertimbang saham biasa tahun 2004 29.000
Catatan :
1) Stock split dengan rasio 1 : 2 atau 2/1 (satu lembar saham lama
mendapat dua lembar saham baru) yang dilakukan pada 31 Desember
2003
2) Pada 9 Agustus 2004 pemberian dividen saham 20 %
DILUSI LABA PER LEMBAR SAHAM
Pada umumnya perusahaan mempunyai struktur modal yang cukup
komplek yaitu saham preferen dan obligasi yang dapat dikonversi dengan
saham biasa, warrant , opsi saham. Semua jenis surat berharga tersebut
mempunyai potensi berpengaruh pada saham biasa, karena pemiliknya
dapat menukarkannya dengan saham biasa.
Dilusi laba per lembar saham terjadi apabila seluruh potensi yang
dapat mempengaruhi jumlah saham yang beredar mengalami perubahan,
maka pada akhirnya akan berpengaruh pada penurunan laba per lembar
saham. Apabila perusahaan mengalami kerugian operasi usaha, maka hal
tersebut tidak akan berpengaruh pada dilusi laba per lembar saham biasa.
Sebagai ilustrasi yaitu pada tahun 2003 perusahaan memperoleh
laba bersih setelah pajak Rp 20.000,00 dan pendapatan di luar usaha
Rp 3.500,00 (sudah termasuk dalam laba bersih setelah pajak).
Perusahaan mempunyai saham preferen 8 % dengan nilai Rp 20.000,00
dan saham biasa Rp 55.000,00 Sedangkan saham yang beredar adalah
sebagai berikut :
- Pada awal Januari 2003 perusahaan menerbitkan saham biasa 5.000
lembar
- Tanggal 9 April 2003 menerbitkan tambahan saham biasa yang dijual
tunai 3.000 lembar
- Tanggal 3 Juni 2003 perusahaan melakukan stock split dengan rasio
1 : 2 (satu lembar saham lama mendapat dua lembar saham baru)
- Tanggal 2 Nopember mengeluarkan saham baru 3.000 lembar
- Tahun 2003 tidak ada tambahan atau penarikan saham preferen
Tanggal Pengumuman
Investasi Obligasi PT Alfa Rp 20.000,00
( Rp 120.000,00 – Rp 100.000,00)
Keuntungan atas penjualan Investasi Rp 20.000,00
Laba ditahan Rp 120.000,00
Utang Dividen Properti Rp 120.000,00
Tanggal Pembayaran
Utang Dividen Properti Rp 120.000,00
Investasi Obligasi di PT Alfa Rp 120.000,00
Pada saat pembayaran perusahaan tidak melakukan jurnal koreksi
atas keuntungan yang telah dibuat, walaupun terjadi penuruan atau
kenaikan harga property yang dijual. Apabila dalam penjualan terdapat
keuntungan atau kerugian dilaporkan dalam bagian lain dari laporan laba
rugi. Sedangkan kalau perusahaan tidak dapat membayar dividen hingga
tahun berikutnya, maka utang dividen tetap dicatat dalam utang lancer di
neraca.
Apabila perusahaan dalam membayar dividen property dengan
menggunakan utang atau modal saham yang dapat dijual, maka
perhitungan keuntungan dan kerugian akan lebih komplek karena harus
memperhatikan pencatatan sebelumnya yang berupa kenaikan atau
penuruan yang belum direalisasi. Perusahan biasanya menggunakan akun
Cadangan untuk mencatat selisih antara harga pasar dengan harga
perolehan dalam neraca. Pada tanggal pengumuman pemberian dividen
property perusahaan harus melakukan revaluasi terhadap investasi
dengan menyesuaikan akun cadangan dan mencatat keuntungan atau
kerugian yang direalisasi serta mengeliminasi akun keuntungan atau
kerugian yang belum direalisasi.
Sebagai ilustrasi, PT HMSP mengumumkan pemberian dividen
property pada tanggal 16 Maret 2004 dengan saham perusahaan PT Alfa.
Saham PT Alfa dibeli pada awal tahun 2003 dengan harga Rp 80.000,00
dan telah dilaporkan sebagai aktiva dengan nilai Rp 100.000,00 (telah
dicatat dalam Harga perolehan Rp 80.000,00 dan cadangan kenaikan
harga saham Rp 20.000,00 pada laporan keuangan 31 Desember 2003).
Apabila harga pasar saham pada tanggal 16 Maret 2004 adalah
Rp 110.000,00, maka keuntungannya adalah Rp 30.000,00
(Rp 110.000,00 – Rp 80.000,00). Jurnal yang dibuat oleh perusahaan
adalah :
Cadangan perubahan nilai investasi yang Rp 10.000,00
dapat dijual
Kenaikan nilai yang belum terealisas Rp 20.000,00
Keuntungan atas Investasi Rp 30.000,00
Dividen Saham
Kecil Besar
(< 20 % - 25 %)
BAB 9
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
DAN KESALAHAN MENDASAR
KESALAHAN MENDASAR
Dalam PSAK no. 25 disebutkan bahwa kesalahan mendasar berarti
kesalahan yang jumlahnya cukup signifikan yang dijumpai pada suatu
periode berjalan sehingga periode sebelumnya tidak dapat diandalkan lagi
tanggal pada penerbitannya/ Pengaruh kesalahan tersebut kemungkinan
pada akun luar biasa, laba bersih dan pada catatan perhitungan laba per
lembar saham tiap periode laporan. Contoh kesalahan yang dapat terjadi
di suatu perusahaan meliputi :
1. Penggunaan prinsip akuntansi yang belum diterima secara umum
2. Penggunaan estimasi yang menghasilkan perhitungan yang memadai
3. Perhitungan matematik yang salah, seperti perhitungan persediaan
4. Perlakuan akrual terhadap biaya
Kesalahan yang terjadi disuatu perusahaan sangat sukar untuk
diprediksi dan jenis kesalahan yang terjadi di perusahaan juga sukar untuk
di lakukan generaliasasi. Suatu kesalahan sering dijumpai setelah laporan
keuangan dibuat dan yang menemukan kesalahan itu dapat dari pihak
internal atau eksternal auditor. Sedangkan kategori kesalahan dapat
dibuat atas dasar pengaruh yang ditimbulkan dalam laporan keuangan
yaitu :
a. Kesalahan hanya berpengaruh pada neraca. Suatu kesalahan dapat
terjadi hanya berpengaruh pada neraca, misalnya piutang wesel jangka
panjang dicatat di neraca sebagai piutng jangka pendek. Dengan perlu
direklasifikasi yang hanya berpengaruh di neraca saja. Oleh karena itu,
jika kesalahan terjadi pada awal periode, maka perusahaan tidak perlu
melakukan jurnal koreksi, jika laporan keuangan disajikan secara
komparatif untuk periode sekarang, maka perusahaan perlu melakukan
reklasisifkasi pada awal periode.
b. Kesalahan berpengaruh pada laporan laba rugi. Kesalahan yang hanya
berpengaruh pada akun laporan laba rugi biasanya karena kesalahan
dalam reklasifikasi suatu akun, misalnya pendapatan bunga dengan
pendapatan penjualan. Kesalahan tersebut perlu reklasifikasi, tapi tidak
berpengaruh pada laba bersih. Apabila kesalahan tersebut terjadi pada
awal periode dan tidak dilakukan comparative laporankeuangan, maka
tidak perlu ada jurnal koreksi. Tetapi kalau laporan keuangannya
dilakukan komperatif dengan tahun ini, maka perlu ada koreksi
reklasifikasi.
c. Kesalahan berpengaruh pada neraca dan laporanlaba rugi. Kesalahan
dapat terjadi berpengaruh pada akun neraca dan laba rugi, misalnya
perhitungan utang biaya bunga pada akhir periode terlalu kecil.
KOREKSI KESALAHAN
Untuk melakukan generalisasi suatu kesalahan sangat sulit karena
jenis kesalahan sangat beraneka ragam. Untuk menentukan suatu
Intermadiate Accounting II – By Eddy Sutjipto
103
Diminta : 1. Hitung laba bersih yang benar untuk tahun 2001 – 2003
2. Buat jurnal yang diperlukan untuk tahun 2003, jika
kesalahan diketahui pada akhir tahun tersebut.
3. Buat jurnal yang diperlukan untuk tahun 2004, jika
kesalahan diketahui pada akhir tahun tersebut
2. Jurnal koreksi untuk transaksi sebagai berikut :
a. Barang dalam perjalanan, pembelian dilakukan dengan FOB
destination Rp 10.000.000,00 telah dicatat dalam pembelian tapi
belum dicatat dalam persediaan akhir.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN : 1
PRESENT VALUE OF 1
p = 1 / ( 1 + i )n
n 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00% 10.00% 12.00%
1 0.9901 0.9804 0.9709 0.9615 0.9524 0.9434 0.9346 0.9259 0.9174 0.9091 0.8929
2 0.9803 0.9612 0.9426 0.9246 0.9070 0.8900 0.8734 0.8573 0.8417 0.8264 0.7972
3 0.9706 0.9423 0.9151 0.8890 0.8638 0.8396 0.8163 0.7938 0.7722 0.7513 0.7118
4 0.9610 0.9238 0.8885 0.8548 0.8227 0.7921 0.7629 0.7350 0.7084 0.6830 0.6355
5 0.9515 0.9057 0.8626 0.8219 0.7835 0.7473 0.7130 0.6806 0.6499 0.6209 0.5674
6 0.9420 0.8880 0.8375 0.7903 0.7462 0.7050 0.6663 0.6302 0.5963 0.5645 0.5066
7 0.9327 0.8706 0.8131 0.7599 0.7107 0.6651 0.6227 0.5835 0.5470 0.5132 0.4523
8 0.9235 0.8535 0.7894 0.7307 0.6768 0.6274 0.5820 0.5403 0.5019 0.4665 0.4039
9 0.9143 0.8368 0.7664 0.7026 0.6446 0.5919 0.5439 0.5002 0.4604 0.4241 0.3606
10 0.9053 0.8203 0.7441 0.6756 0.6139 0.5584 0.5083 0.4632 0.4224 0.3855 0.3220
11 0.8963 0.8043 0.7224 0.6496 0.5847 0.5268 0.4751 0.4289 0.3875 0.3505 0.2875
12 0.8874 0.7885 0.7014 0.6246 0.5568 0.4970 0.4440 0.3971 0.3555 0.3186 0.2567
13 0.8787 0.7730 0.6810 0.6006 0.5303 0.4688 0.4150 0.3677 0.3262 0.2897 0.2292
14 0.8700 0.7579 0.6611 0.5775 0.5051 0.4423 0.3878 0.3405 0.2992 0.2633 0.2046
15 0.8613 0.7430 0.6419 0.5553 0.4810 0.4173 0.3624 0.3152 0.2745 0.2394 0.1827
16 0.8528 0.7284 0.6232 0.5339 0.4581 0.3936 0.3387 0.2919 0.2519 0.2176 0.1631
17 0.8444 0.7142 0.6050 0.5134 0.4363 0.3714 0.3166 0.2703 0.2311 0.1978 0.1456
18 0.8360 0.7002 0.5874 0.4936 0.4155 0.3503 0.2959 0.2502 0.2120 0.1799 0.1300
19 0.8277 0.6864 0.5703 0.4746 0.3957 0.3305 0.2765 0.2317 0.1945 0.1635 0.1161
20 0.8195 0.6730 0.5537 0.4564 0.3769 0.3118 0.2584 0.2145 0.1784 0.1486 0.1037
LAMPIRAN : 2
PRESENT VALUE OF AN ANNUITY OF 1
1
p = 1 n
/i
(1 i )
N 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00% 10.00% 12.00%
1 0.9901 0.9804 0.9852 0.9709 0.9615 0.9524 0.9434 0.9346 0.9259 0.9174 0.8929
2 1.9704 1.9416 1.9559 1.9135 1.8861 1.8594 1.8334 1.8080 1.7833 1.7591 1.6901
3 2.9410 2.8839 2.9122 2.8286 2.7751 2.7232 2.6730 2.6243 2.5771 2.5313 2.4018
4 3.9020 3.8077 3.8544 3.7171 3.6299 3.5460 3.4651 3.3872 3.3121 3.2397 3.0373
5 4.8534 4.7135 4.7826 4.5797 4.4518 4.3295 4.2124 4.1002 3.9927 3.8897 3.6048
6 5.7955 5.6014 5.6972 5.4172 5.2421 5.0757 4.9173 4.7665 4.6229 4.4859 4.1114
7 6.7282 6.4720 6.5982 6.2303 6.0021 5.7864 5.5824 5.3893 5.2064 5.0330 4.5638
8 7.6517 7.3255 7.4859 7.0197 6.7327 6.4632 6.2098 5.9713 5.7466 5.5348 4.9676
9 8.5660 8.1622 8.3605 7.7861 7.4353 7.1078 6.8017 6.5152 6.2469 5.9952 5.3282
10 9.4713 8.9826 9.2222 8.5302 8.1109 7.7217 7.3601 7.0236 6.7101 6.4177 5.6502
11 10.3676 9.7868 10.0711 9.2526 8.7605 8.3064 7.8869 7.4987 7.1390 6.8052 5.9377
12 11.2551 10.5753 10.9075 9.9540 9.3851 8.8633 8.3838 7.9427 7.5361 7.1607 6.1944
13 12.1337 11.3484 11.7315 10.6350 9.9856 9.3936 8.8527 8.3577 7.9038 7.4869 6.4235
14 13.0037 12.1062 12.5434 11.2961 10.5631 9.8986 9.2950 8.7455 8.2442 7.7862 6.6282
15 13.8651 12.8493 13.3432 11.9379 11.1184 10.3797 9.7122 9.1079 8.5595 8.0607 6.8109
16 14.7179 13.5777 14.1313 12.5611 11.6523 10.8378 10.1059 9.4466 8.8514 8.3126 6.9740
17 15.5623 14.2919 14.9076 13.1661 12.1657 11.2741 10.4773 9.7632 9.1216 8.5436 7.1196
18 16.3983 14.9920 15.6726 13.7535 12.6593 11.6896 10.8276 10.0591 9.3719 8.7556 7.2497
19 17.2260 15.6785 16.4262 14.3238 13.1339 12.0853 11.1581 10.3356 9.6036 8.9501 7.3658
20 18.0456 16.3514 17.1686 14.8775 13.5903 12.4622 11.4699 10.5940 9.8181 9.1285 7.4694