You are on page 1of 3

CORONA VIRUS : KETIKA EGO MENGALAHKAN LOGIKA

Oleh : Nurhafidah

Saat ini pandemi Corona virus Disease (Covid-19) sedang maraknya diperbincangkan dan
menjadi isu kesehatan di seluruh dunia. Berbagai upaya telah dilakukan suatu negara
untuk meminimalisir penyebaran penyakit. Di Indonesia sendiri, pemerintah telah
menghimbau kepada masyarakat untuk belajar dari rumah, kerja dari rumah, dan
beribadah dari rumah. Bahkan himbauan untuk menerapkan physical distancing saat
berada di tempat umum.

Mendengar himbauan tersebut berbagai respon berlebih dari masyarakat bermunculan.


Banyak masyarakat yang mulai panik dengan memborong bahan pokok, masker,
dan hand sanitizer secara berlebihan. Media sosial paling berkontribusi yang membuat
masyarakat melakukan panic buying. Karena melihat postingan-postingan yang
memperlihatkan rak-rak di supermarket mulai kosong dan antrian panjang di kasir, secara
tidak langsung bisa mempengaruhi seseorang untuk ikut juga memborong belanjaan
karena takut akan kehabisan stok.

Situasi ini dimanfaatkan oleh sebagian oknum dengan menaikkan harga diatas harga
normal. Hal ini menyebabkan tenaga medis yang menangani pasien virus corona
kekurangan APD, dimana kita ketahui tenaga medis yang paling beresiko terinfeksi virus
corona.

Di sisi lain, himbauan belajar dan kerja dari rumah malah dimanfaatkan sebagian orang
untuk berlibur ke tempat-tempat wisata. Informasi-informasi dari WHO, Kemenkes
maupun pihak lain tentang keberhasilan mengurangi penyebaran Covid-19 dengan
mengurangi aktivitas di luar rumah ternyata tidak berhasil membuat masyarakat patuh
pada aturan. Masyarakat lebih percaya pada berita-berita hoaks yang bersebaran di
media social, dibanding himbauan dari pemerintah bahkan WHO.

Jumlah pasien Covid-19 semakin hari semakin meningkat. Himbauan physical Distancing
saat berada di tempat-tempat umum nyatanya tidak di terapkan oleh sebagian orang.
Masih banyak di antara mereka yang masih berkumpul di tempat-tempat umum.Tak
banyak yang di amankan oleh petugas saat dilakukan razia. Sebagian rumah makan pun
tidak menerapkan take away dimana pembeli tidak diperbolehkan makan ditempat tetapi
membawa pulang makanan dan di makan dirumah bersama keluarga.

Pemerintah juga menerapkan pembatasan social berskala besar (PSBB) di berbagai


daerah terjangkit. Berdasarkan PP Nomor 21 tahun 2020 pasal 1, dijelaskan bahwa
pembatasan social berskala besar merupakan pembatasan kegiatan tertentu dalam
suatu wilayah yang diduga terinfeksi Corona virus Disease 2019 (Covid-19).

Terdapat bebarapa hal yang dibatasi selama PSBB berlangsung, diantaranya membatasi
aktivitas di sekolah dan tempat kerja. Aktivitas belajar mengajar secara tatap muka
dialihkan dalam bentuk daring (dalam jaringan). Banyak beberapa pelajar yang di razia
oleh petugas saat berkumpul di sebuah warkop dan tempat umum lainnya dengan alasan
mengerjakan tugas.

Tak hanya itu, himbauan PSBB juga membatasi kegiatan keagamaan dengan beribadah
di rumah. Namun masih banyak masyarakat yang tidak patuh dengan melaksanakan
ibadah sholat fardhu maupun tarawih di masjid secara berjamaah, tanpa menerapkan
physical distancing.

Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum dikecualikan untuk supermarker,


minimarket, pasar, toko, atau tempat penjualan obat dan peralatan medis dengan
menerapkan physical distancing dan menggnakan masker.

Selama PSBB transportasi umum masih bisa beroperasi seperti biasa. Hanya saja
pembatasan dilakukan dengan memperhatikan jumlah penumpang yang naik serta
menjaga jarak antar penumpang. Serta moda transportasi barang yang beroperasi untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat juga dikecualikan. Namun, efektivitas PSBB
tergantung kepada kesadaran masyarakat.

Presiden Jokowi juga menghimbau agar tidak mudik ke kampung halaman. Hal tersebut
diperlukan untuk mencegah kemungkinan tersebarnya virus Corona dan tidak meluas ke
daerah-daerah yang tidak terjangkit. Namun banyak masyarakat yang dihadang oleh
petugas di perjalanan saat mudik ke kampung halamannya. Berbagai upaya yang telah
dilakukan nyatanya belum bisa menekan penyebaran COVID-19. Upaya tersebut
membutuhkan peran dan kesadaran seluruh pihak termasuk masyarakat untuk memutus
mata rantai penyebaran virus corona.

*Penulis Merupakan Mahasiswi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan


Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Makassar.

You might also like