You are on page 1of 5

Konflik Sosial Pasca Kenaikan Harga BBM

Pasca adanya kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), pemerintah pusat
berencana segera menyalurkan bantuan sosial (bansos) BBM Nasional kepada masyarakat yang
terdampak. Untuk mencegah terjadinya konflik sosial dari pasca kenaikan harga BBM tersebut,
kita perlu mengantisipasi dampak dari penyaluran bansos BBM, yang berpotensi terjadinya
konflik di masyarakat.

Demikan disampaikan Panewu Panjatan Jumarna S.IP pada acara Rapat Koordinasi Penanganan
Konflik Sosial Kamis, (8/9) di pendopo setempat. Hadir dalam acara tersebut Jagabaya, Babinsa
dan Bhabinkamtibmas se Kapanewon Panjatan.

Menurut Jumarna, konflik sosial akan senantiasa ada di tengah-tengah kita. Hal ini dipicu oleh
beberapa permasalahan sosial seperti dengan adanya kenaikan BBM dan penyaluran bansos bagi
masyarakat yang terdampak, jika penyaluran bansos tidak sesuai dengan keadaan di lapangan
akan menimbulkan dampak seperti kecemburuan sosial, tuturnya.

Sementara itu, Kepala Jawatan Keamanan Kirmadi, SIP menyampaikan bahwa konflik sosial
bermula dari percekcokan, perselisihan, pertentangan yang didasari oleh adanya perbedaan di
dalam hubungan sosial. Penyebab konflik sosial adanya perbedaan individu, perbedaan latar
belakang kebudayaan, perbedaan kepentingan, jelasnya.

Ditambahkan Kirmadi, banyak dampak negatif dari terjadinya konflik sosial diantaranya
menyebabkan retaknya hubungan antarindividu dan kelompok, terjadinya perubahan
kepribadian, karena saling mempertahankan pendiriannya masing-masing, dan dapat
membahayakan orang lain karena konflik dilakukan dengan cara yang anarkis.

Sebagai langkah preventif terjadinya konflik sosial berkaitan penyaluran bansos, ia menghimbau
untuk adanya verifikasi dan validasi data. Selanjutnya, data calon penerima bantuan diputuskan
dalam forum musyawarah kalurahan masing-masing, harap Kirmadi. (Kir.)
Anggota DPR Minta Pihak Terkait Konflik Tanah Dihadirkan di
Komisi II

Anggota Komisi II DPR RI Agung Widiyantoro dalam RDPU Komisi II DPR RI dengan 10 perwakilan
Lembaga dan masyarakat di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (5/4/2021). Foto: Runi/nvl

 Anggota Komisi II DPR RI Agung Widiyantoro meminta agar semua pihak yang terkait dengan
masalah penyimpangan atau pencaplokan hak atas tanah warga dengan berbagai macam hak
dasar kepemilikan secara melawan hukum untuk bisa dihadirkan dalam Rapat Dengar Pendapat
dengan Komisi II DPR RI.

 “Kami meminta agar pihak-pihak terkait dipanggil dan dihadirkan dalam RDP dengan Komisi
II. Kemudian menindak semua oknum yang terlibat di dalam proses melawan hukum itu,” ucap
Agung dalam Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi II DPR RI dengan 10 perwakilan Lembaga
dan masyarakat di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (5/4/2021).

Terkait dengan belum terpenuhinya hak-hak dari beberapa warga atas pengelolaan tanah yang
telah disampaikan, Agung meminta melalui Pimpinan Komisi II agar juga dapat dihadirkan, baik
dari kementerian ataupun pemerintah daerah terkait. “Bayarkan hak warga sebelum keringatnya
kering,” tandasnya.

Rapat Dengar Pendapat Umum yang digelar antara Komisi II dengan perwakilan lembaga dan
masyarakat tersebut dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi II DPR RI Junimart Girsang. RDPU ini
dilaksanakan untuk mendengarkan secara langsung pokok permasalahan terkait konflik
pertanahan yang dihadapi masyarakat.

 
Konflik Sosial Pengusiran Mahasiswa di Yogyakarta

Konflik sosial berikutnya berasal dari Yogyakarta, ketika muncul kasus diusirnya mahasiswa


yang mendukung kemerdekaan Papua Barat. Kondisi tersebut memantik emosi tinggi pada
masyarakat Yogyakarta untuk mengusir mahasiswa dari Papua Barat.
Konflik Sosial di Jakarta 1998

Konflik social juga terjadi di Jakarta, menyangkut posisi kawasan sebagai Ibu Kota
Negara. Pada 1998, konflik terjadi dengan munculnya penolakan masyarakat, mengatas
namakan pribumi dengan mengusir dan melakukan tindak kriminal kepada etnis Tionghoa.
Konflik Sosial Aceh

Siapa sangka, Aceh yang dikenal sebagai Kota Serambi Makkah pun juga pernah mengalami
konflik sosial. Daerah ini terkenal dengan sumber daya alamnya (SDA), khususnya minyak
bumi. Aceh juga diketahui memiliki kandungan minyak lebih besar dibandingkan daerah Timur
Tengah. Karena hal ini, Aceh ingin membuat sebuah keputusan merdeka dari Indonesia sehingga
dilakukan perundingan.

You might also like