You are on page 1of 20

MAKALAH ISLAM DAN EKONOMI

TEORI KONSUMSI DAN PERILAKU KONSUMSI MENURUT ISLAM

Dosen Pengampu :

Dr. Widita Kurniasari, SE, ME

Disusun Oleh :

1. Aminatul Ismi Novita 210231100117


2. Siti Hopipah 210231100127
3. Titis Suharti 210231100133
4. Aprilliya Putri 210231100136

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2022

i
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, dengan segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat


Allah SWT atas segala anugerah dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya. Selain itu, sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang membawa agama islam dari zaman kegelapan
menuju zaman terang-benderang. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada Mata Kuliah Islam dan Ekonomi.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan maupun
inovasi pembelajaran tentang Teori Konsumsi dan Perilaku Konsumsi Menurut
Islam baik bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Widita Kurniasari, SE, ME
selaku Dosen Isalam dan Ekonomi yang telah memeberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Penyusunan makalah ini kami upayakan semaksimal mungkin dan
di dukung berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya.
Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya atas keterbatasan pengetahuan dan kemampuan,
dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya, dan kami juga menyadari bahwa
penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapakan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah
ini. Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca dan
semua pihak.
Bangkalan, 01 September
2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.3 Manfaat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Distribusi Pendapatan

2.2 Indikator Distribusi Pendapatan

2.2.1 Kurva Lorenz

2.2.2 Indeks Gini

2.2.3 Kriteria Bank Dunia (World Bank)

2.3 Pemerataan Pembangunan

2.4 Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan

2.4.1 Ketidakmerataan Pendapatan Nasional

2.4.2 Ketidakmerataan Pendapatan Regional

2.4.3 Ketidakmerataan Pendapatan Spasial

2.5 Konsep Mengenai Redistribusi Pendapatan

2.6 Kebijakan Pengentasan Kemiskinan

2.7 Mengapa Ketimpangan Terjadi

iii
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam adalah agama yang mengatur segenap perilaku manusia. Sebagai khalifah
bagi dirinya sendiri manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pemenuhan kebutuhan untuk mengarungi kehidupan didunia. Demikian pula dalam
masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-
kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi kemashlahatan hidupnya.
Seluruh aturan Islam mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam al-Qur‟an dan
as-Sunnah. Perilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Qur‟an dan as-
Sunnah ini akan membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan
hidupnya. Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan.
Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara
pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia. Keimanan
sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam bentuk kepuasan
material maupun spiritual. Konsumsi yang didefinisikan aktivitas dan tindakan
pengunaan atas sumber daya dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Termasuk dalam
kebutuhan konsumsi ini antara lain adalah pengeluaran untuk pakaian, sandang
pangan dan papan (Wiliasih, 2008). Konsumsi dalam Islam memiliki value, dimana
semakin tinggi value ini maka akan semakin tertib perilaku seseorang dalam
melakukan konsumsi. Konsumsi dalam Islam didasarkan pada kebutuhan, sehingga
tidak berlebih-lebihan. Ataupun ayat lainnya yang mementingkan keseimbangan,
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih -
lebihan dan tidak (pula) kikir…” (QS.Al Furqon, 67), Berdasarkan ayat di atas,
dapat kita lihat bahwa antara konsumsi dalam pandangan Islam dengan konsumsi
konvensional terdapat perbedaan. Konsumsi dalam Islam lebih didasarkan atas
kebutuhan atau needs, dan tidak dilihat dari keinginan atau wants. Perbedaan ini
tentunya meliputi perbedaan yang sifatnya hanya perbedaan sesaat atau hawa nafsu.
Namun dari itu semua, seorang muslim yang baik haruslah mengerti tentang teori-
teori konsumsi dan perilaku konsumsi menurut Islam demi kebahagian dunia dan
akhirat.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan distribusi pendapatan ?
2. Apa saja yang menjadi indikator distribusi pendapatan ?
3. Bagaimana kebijakan dalam pemerataan pembangunan?
4. Bagaimana pembagian ketidakmerataan distribusi pendapatan?
5. Bagaimana konsep mengenai Redistribusi pendapatan, Kebijakan Pengentasan
Kemiskinan dan juga mengapa Ketimpangan/Masalah itu bisa terjadi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian distribusi pendapatan
2. Untuk mengetahui indikator distribusi pendapatan
3. Untuk mengetahui kebijakan dalam pemerataan pembangunan
4. Untuk mengetahui pembagian ketidakmerataan distribusi pendapatan
5. Dan untuk mengetahui konsep redistribusi pendapatan, kebijakan pengentasan
kemiskinan dan juga mengapa ketimpangan/masalah itu bisa terjadi
1.4 Manfaat Makalah
1. Manfaat Teoritis

Mengembangkan keilmuan mata kulian Masalah Kebijakan Pembangunan,


khususnya mengenai Kebijakan Pemerataan Pembangunan dan Masalah
Distribusi Pendapatan.

2. Manfaat Praktis

Menambah wawasan dan pemahaman mahasiswa dalam mengkaji Kebijakan


Pemerataan Pembangunan dan Masalah Distribusi Pendapatan, serta melatih
mahasiswa untuk membuat makalah dan menambah koleksi makalah di
Perpustakaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Teori Konsumsi dalam Islam

a. Pengertian Konsumsi

Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk


memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang
dan jasa yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi tidak termasuk
konsumsi, karena barang dan jasa itu tidak digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Barang dan jasa dalam proses produksi ini
digunakan untuk memproduksi barang lain. Tindakan konsumsi dilakukan
setiap hari oleh siapapun, tujuanya adalah untuk memperoleh kepuasan
setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran dalam arti terpenuhi
berbagai macam kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun sekunder,
barang mewah maupun kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Tingkat
konsumsi memberikan gambaran tingkat kemakmuran seseorang atau
masyarakat. Adapun pengertian kemakmuran disini adalah semakin tinggi
tingkat konsumsi seseorang maka semakin makmur, sebaliknya semakin
rendah tingkat konsumsi seseorang berarti semakin miskin. Konsumsi secara
umum diartikan sebagai penggunaan barang dan jasa yang secara langsung
akan memenuhi kebutuhan manusia.3Untuk dapat mengkonsumsi, seseorang
harus mempunyai pendapatan, besar kecilnya pendapatan seseorang sangat
menentukan tingkat konsumsinya.

Berdasarkan teori Keynes, bahwa konsumsi saat ini sangat dipengaruhi


oleh pendapatan disposible saat ini. Dimana pendapatan disposible adalah
pendapatan yang tersisa setelah pembayaran pajak.Jika pendapatan
disposible tinggi maka konsumsi juga naik. Hanya saja peningkatan
konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan disposible.
Selanjutnya menurut Keynes mengatakan bahwa Pengeluaran seseorang

3
untuk konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin
besar pendapatan seseorang maka akan semakin banyak tingkat
konsumsinya pula, dan tingkat tabungannya akan semakin bertambah dan
sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka
seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga tingkat
tabungannya 0. Dalam pemikiran Keynes pendapatan suatu negara dapat
dirumuskan sebagai berikut :

a. Ditinjau dari segi perseorangan :

Y=C+S

b. Ditinjau dari segi perusahaan :


Y=C+I
c. Ditinjau dari segi
pemerintah : Y = C + I +
G + ( X-M )
Keterangan :

Y : pendapatan/income

C : konsumsi/consumption S : tabungan/savings

I : investasi/investment

G : pengeluaran pemerintah/goverment expenditure

X : ekspor
M : impor
Konsumsi perseorangan atau rumah tangga memiliki tiga ciri-ciri, berikut :
(1) pendapatan, (2) pada saat pendapatan sebesar 0 atau rumah
tangga tidak bekerja ia akan tetap melakukan konsumsi atau disibut
pengeluaran otonom (pengeluaran yang tergantung pendapatan
nasional), (3) apabila berlaku pertambahan pendapatan akan
berlaku pertambahankonsumsi. Dari ketiga ciri-ciri konsumsi
rumah tangga tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :

4
C = a+ bY

Keterangan :

C = konsumsi

a = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional = 0

b = kecondongan konsumsi marginal (MPC)

Y = pendapatan nasional
Dalam pemenuhan konsumsi adabatas konsumsi minimal yang tidak
tergantung pada tingkat pendapatan yang disebut konsumsi otonom. Artinya
tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi walaupun tingkat pendapatan sama
dengan nol, dan hal ini ditentukan oleh faktor di luar pendapatan, seperti
ekspektasi ekonomi dari konsumen, ketersediaan dan syarat- syarat kredit,
standar hidup yang diharapkan, distribusi umum dan lokasi geografis.

b. Pengertian Konsumsi Ekonomi Islam

Menurut Al-Ghazali konsumsi adalah (al-hajah) penggunaan barang atau


jasa dalam upaya pemenuhan kebutuhan melalui bekerja (al- iktisab) yang
wajib dituntut (fardu kifayah) berlandaskan etika (shariah) dalam rangka
menuju kemaslahatan (maslahah) menuju akhirah.5 Prinsip ekonomi dalam
Islam yang disyariatkan adalah agar tidak hidup bermewah-mewahan, tidak
berusaha pada pekerjaan yang dilarang, membayar zakat dan menjauhi riba,
merupakan rangkuman dari akidah, akhlak dan syariat Islam yang menjadi
rujukan dalam pengembangan sistem ekonomi Islam. Nilai-nilai moral tidak
hanya bertumpu pada aktifitas individu tapi juga pada interaksi secara
kolektif.Individu dan kolektif menjadi keniscayaan nilai yang harus selalu
hadir dalam pengembangan sistem, terlebih lagi ada kecenderungan nilai moral
dan praktek yang mendahulukan kepentingan kolektif dibandingkan
kepentingan individual.

Preferensi ekonomi baik individu dan kolektif dari ekonomi Islam akhirnya

5
memiliki karakternya sendiri dengan bentuk aktifitasnya yang khas dan prinsip-
prinsip dasar ekonomi Islam, ada tiga aspek adalah sebagai berikut;

1. Ketauhidan

Tauhid adalah fondasi keimanan Islam. Ini bermakna bahwa segala apa
yang di alam semesta ini didesain dan dicipta dengan sengaja oleh Allah
Swt, bukan kebetulan, dan semuanya pasti memiliki tujuan. Tujuan inilah
yang memberikan signifikansi dan makna pada eksistensi jagat raya,
termasuk manusia yang menjadi salah satu penghuni di dalamnya.

Prinsip Tauhid menjadi landasan utama bagi setiap umat muslim


dalam menjalankan aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Prinsip ini
merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini
adalah Allah Swt. Prinsip tauhid ini pula yang mendasari pemikiran
kehidupan Islam yaitu khilafah (Khalifah) dan ‘Adalah (keadilan).

2. Khilafah

Khilafah (Khalifah) bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah


di muka bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan
mental serta kelengkapan sumberdaya materi. Ini berarti bahwa, dengan
potensi yang dimiliki, manusia diminta untuk menggunakan sumberdaya
yang ada dalam rangka mengaktualisasikan kepentingan dirinya dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka dalam rangka mengabdi
kepada Sang Pencipta Allah Swt.

3. Keadilan.

Merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al


Syariah). Implikasi dari prinsip ini adalah :

1. pemenuhan kebutuhan pokok manusia.


2. sumber-sumber pendapatan yang halal.
3. distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata.
4. pertumbuhan dan stabilitas.

6
Tiga prinsip tersebut tidak bisa dipisahkan, dikarenakan saling berkaitan untuk
terciptanya perekonomian yang baik dan stabil karena prinsip ‘Adalah adalah
merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al
Syariah).Konsekuensi dari prinsip khilafah dan ‘adalah menuntut bahwa semua
sumberdaya yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk
merefleksikan tujuan syariah antara lain yaitu; pemenuhan kebutuhan (need
fullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning),
distribusi pendapatan dan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of
income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth and stability).

Konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa


untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi Islam konsumsi juga
memiliki pengertian yang sama, tetapi memiliki perbedaan di setiap yang
melingkupinya. Perbedaan mendasar dengan konsumsi ekonomi konvensional
adalah tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus
memenuhi kaidah pedoman syariah Islamiyah.

c. Konsumsi Konsumen Islam

Sebelum kita bahas lebih lanjut tentang konsumsi konsumen muslim, maka perlu
disusun suatu asumsi dasar yang mendasari.
1) Sistem perekonomian yang ada telah mengaplikasikan aturan syarat Islam,
dan sebagian besar masyarakatnya menyakini dan menjadikan masyarakat
islam sebagai integral dalam setiap aktivitas kehidupanya.
2) Instituisi zakat telah menjadi bagian dalam suatu sistem perekonomian dan
hukum wajib untuk dilaksanakan bagi setiap individu yang mampu.
3) Pelarangan riba dalam setiap aktifitas ekonomi.
4) Prinsip mudharabah dan kerjasama diaplikasikan dalam perekonomian.
5) Tersedianya instrumen moneter Islam dalam perekonomian.
6) Konsumen memiliki perilaku untuk memkasimalkan kepuasannya.

Dalam konsep Islam konsumsi dimaknai bahwasanya pendapatan yang


dimiliki tidak hanya dibelanjakan untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif namun
ada pendapatan yang dibelanjakan untuk perjuangan dijalan Allah atau yang
lebih dikenal dengan infak. Sehingga persamanya dapat ditulis sebagai berikut:

7
Y = ( C + Infak ) + S
Persamaan ini disederhanakan menjadi
Y = ( C + Infak ) + S
Y = FS + S
Keterangan : Y : pendapatan
C : konsumsi
S : investasi / tabungan
FS : final spending (konsumsi yang dibelanjakan untuk
keperluan konsumtif ditambah dengan pembelanjaan untuk
infak)

d. Dimana FS (Final Spending) konsumsi yang dibelanjakan untuk keperluan


konsumtif ditambah dengan pembelanjaan untuk infak. Sehingga final spending
adalah pembelanjaan akhir seorang konsumen muslim Karateristik konsumsi
dalam ekonomi Islam.

Ada beberapa karakteristik konsumsi dalam perspektif ekonomi Islam,


diantaranya adalah:
a. Konsumsi bukanlah aktifitas tanpa batas, melainkan juga terbatasi oleh sifat
kehalalan dan keharaman yang telah digariskan oleh syara', sebagaimana
firman Allah dalam Alquran. Al-Mā-idah ayat 87, Artinya : Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telahAllah
halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
b. Konsumen yang rasional (mustahlik al-aqlani) senantiasa membelanjakan
pendapatan pada berbagai jenis barang yang sesuai dengan kebutuhan
jasmani maupun rohaninya. Cara seperti ini dipastikan dapat
mengantarkannya pada keseimbangan hidup yang memang menuntut
keseimbangan kerja dariseluruh potensi yang ada, mengingat, terdapat sisi
lain diluar sisi ekonomi yang juga butuh untukberkembang.10Karakteristik
ini didasari atas fiman Allah dalam Alquran. Al-Nisā’ayat 5, Artinya: Dan
janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil

8
harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. Islam sangat
memberikan penekanan tentang cara membelanjakan harta, dalam Islam
sangat dianjurkan untuk menjaga harta dengan hati-hati termasuk menjaga
nafsu supaya tidak terlalu berlebihan dalam menggunakan.
Rasionalnya konsumen akan memuaskan konsumsinya sesuai dengan
kemampuan barang dan jasa yang dikonsumsi serta kemampuan konsumen
untuk mendapatkan barang dan jasa tersebut. Dengan demikiankepuasan dan
prilaku konsumen dipengaruhi oleh hal-hak sebagaiberikut :12
1. Nilai guna (utility) barang dan jasa yang dikonsumsi.
Kemampuan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen.
2. Kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa.
3. Daya beli dari income konsumen dan ketersediaan barang dipasar.
Kecenderungan konsumen dalam menentukan pilihan konsumsi
menyangkut pengalaman masa lalu, budaya, selera, serta nilai- nilai yang
dianut seperti agama dan adat istiadat.
4. Menjaga keseimbangan konsumsi dengan bergerak antara ambang batas
bawah dan ambang batas atas dari ruang gerak konsumsi yang
diperbolehkan dalamekonomi Islam (mustawa al-kifayah). Mustawa al-
kifayah adalah ukuran, batas maupun ruang gerak yang tersedia bagi
konsumen muslim untuk menjalankan aktifitas konsumsi. Dibawah
mustawa kifayah, seseorang akan masuk pada kebakhilan, kekikiran,
kelaparan hingga berujung pada kematian. Sedangkan di atas mustawa al-
kifayah seseorang akan terjerumus pada tingkat yang berlebih-lebihan
(mustawaisraf, tabdzir dan taraf). Kedua tingkatan ini dilarang di dalam
Islam.

2.2 Dasar Hukum Perilaku Konsumsi


Islam memandang bahwa bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah
SWT kepada sang Khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi
kesejahteraan bersama. Dalam satu pemanfaatan yang telah diberikan kepada
khalifah adalah kegiatan ekonomi (umum) dan lebih sempit lagi kegiatan

9
konsumsi (khusus). Islam mengajarkan kepada khalifah untuk memakai dasar
yang benar agar mendapatkan keridhaan dari Allah Sang Pencipta.

10
1. Sumber yang Berasal dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

a. Sumber yang ada dalam al-Qur’an

b. Sumber yang berasal dari Sunnah Rasul,

yang artinya : Abu Said Al-Chodry r.a berkata : Ketika kami dalam
bepergian bersama Nabi SAW, mendadak datang seseorang berkendaraan,
sambil menoleh ke kanan-ke kiri seolah-olah mengharapkan bantuan
makanan, maka bersabda Nabi SAW : “Siapa yang mempunyai kelebihan
kendaraan harus dibantukan pada yang tidak memmpunyai kendaraan. Dan
siapa yang mempunyai kelebihan bekal harus dibantukan pada orang yang
tidak berbekal.” kemudian Rasulullah menyebut berbagai macam jenis
kekayaan hingga kita merasa seseorang tidak berhak memiliki sesuatu yang
lebih dari kebutuhan hajatnya. (H.R. Muslim).

2. Ijtihad

Para Ahli Fiqh Ijitihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan
sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syari’at. Mannan menyatakan
bahwa sumber hukum ekonomi islam (termasuk di dalamnya terdapat dasar
hukum tentang prilaku konsumen) yaitu; al-Qur’an, as-Sunnah, ijma’, serta
qiyas dan ijtihad. Menurut Mannan, yang ditulis oleh Muhammad dalam
bukunya ”Ekonomi Mikro Islam”; konsumsi adalah permintaan sedangkan
produksi adalah penyediaan / penawaran. Kebutuhan konsumen, yang kini dan
yang telah diperhitungkan sebelumya, menrupakan insentif pokok bagi
kegiatan-kegiatan ekonominya sendiri. Mereka mungkin tidak hanya
menyerap pendapatannya, tetapi juga memberi insentif untuk
meningkatkannya. Hal ini berarti bahwa pembicaraan mengenai konsumsi
adalah penting. dan hanya para ahli ekonomi yang mempertunjukkan
kemampuannya untuk memahami dan menjelaskan prinsip produksi maupun
konsumsi, mereka dapat dianggap kompeten untuk mengembangkan hukum-
hukum nilai dan distribusi atau hampir setiap cabang lain dari subyek tersebut.

11
Menurut Muhammad perbedaan antara ilmu ekonomi modern dan ekonomi
Islam dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi
kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-
mata dari pola konsumsi modren. Lebih lanjut Mannan mengatakan semakin
tinggi kita menaiki jenjang peradaban, semakin kita terkalahkan oleh
kebutuhan fisiologik karena faktorfaktor psikologis. Cita rasa seni,
keangkuhan, dorongan-dorongan untuk pamer semua faktor ini memainkan
peran yang semakin dominan dalam menentukan bentuk lahiriah konkret dari
kebutuhan-kebutuhan fisiologik kita. Dalam suatu masyarakat primitif,
konsomsi sangat sederhana, karena kebutuhannya sangat sederhana. Tetapi
peradaban modren telah menghancurkan kesederhanaan manis akan
kebutuhan-kabutuhan ini. sumber hukum ekonomi islam (termasuk di
dalamnya terdapat dasar hukum tentang prilaku konsumen) yaitu; al-Qur’an,
as-Sunnah, ijma’, serta qiyas dan ijtihad. Menurut Mannan, yang ditulis oleh
Muhammad dalam bukunya ”Ekonomi Mikro Islam”; konsumsi adalah
permintaan sedangkan produksi adalah penyediaan / penawaran. Kebutuhan
konsumen, yang kini dan yang telah diperhitungkan sebelumya, menrupakan
insentif pokok bagi kegiatan-kegiatan ekonominya sendiri. Mereka mungkin
tidak hanya menyerap pendapatannya, tetapi juga memberi insentif untuk
meningkatkannya. Hal ini berarti bahwa pembicaraan mengenai konsumsi
adalah penting. dan hanya para ahli ekonomi yang mempertunjukkan
kemampuannya untuk memahami dan menjelaskan prinsip produksi maupun
konsumsi, mereka dapat dianggap kompeten untuk mengembangkan hukum-
hukum nilai dan distribusi atau hampir setiap cabang lain dari subyek tersebut.
Menurut Muhammad perbedaan antara ilmu ekonomi modern dan ekonomi
Islam dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi
kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-
mata dari pola konsumsi modren.8 Lebih lanjut Mannan mengatakan semakin
tinggi kita menaiki jenjang peradaban, semakin kita terkalahkan oleh
kebutuhan fisiologik karena faktorfaktor psikologis. Cita rasa seni,
keangkuhan, dorongan-dorongan untuk pamer semua faktor ini memainkan
peran yang semakin dominan dalam menentukan bentuk lahiriah konkret dari

12
kebutuhan-kebutuhan fisiologik kita. Dalam suatu masyarakat primitif,
konsomsi sangat sederhana, karena kebutuhannya sangat sederhana. Tetapi
peradaban modren telah menghancurkan kesederhanaan manis akan
kebutuhan-kabutuhan ini.

BAB III
SIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Distribusi pendapatan merupakan kriteria yang mengindikasikan mengenai


penyebaran atau pembagian pendapatan atau kekayaan antar penduduk satu dengan
penduduk lainnya dalam wilayah tertentu. Pemerataan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh mutlak diperlukan, karena masyarakat
ingin hidup sejahtera secara umumnya dengan adanya kebijakan untuk memajukan
pertumbuhan (growth) harus diiringi dengan kebijakan pemerataan pembangunan
dan pengentasan kemiskinan Serta ketimpangan pendapatan yang terjadi harus

13
mulai dirubah dari saat ini, dengan memperkecil gini ratio pada pendapatan
nasional sehingga distribusi pendapatan yang merata bukan hanya mimpi, tapi
dapat dijadikan kenyataan. Indikator distribusi pendapatan: Distribusi Ukuran
(Distribusi Pendapatan Perorangan), Kurva Lorenz, Indeks atau Rasio Gini dan
Kriteria Bank Dunia. Ketidakmerataan pendapatan terbagi menjadi ketidakmerataan
pendapatan nasional, ketidakmerataan pendapatan regional dan ketidakmerataan
pendapatan spasial. Redistribusi pendapatan dapat berbentuk vertikal dan
horisontal, yakni: Redistribusi vertikal  dan Redistribusi horisontal. Permasalahan
umum yang menyangkut kebijakan pemerintah dengan permasalahan pemerataan
pembangunan yaitu: sumber dana pembangun, alokasi dana pembangunan dan
efektivitas dan efisiensi penggunaan dana pembangunan.

3.2 Saran
Amin Rais (1998) bahwa solusi pembangunan masa mendatang yang paling
tepat adalah memberdaya pengusaha kecil tanpa memangkas yang sudah besar.
Konsep ini diadopsi dari Presiden Mandela, yaitu tentang membiarkan pelaku pasar
besar namun disertai beberapa regulasi baru yang lebih transparan dan terkendali.
(Bisnis Indonesia, 29/10/98). Dengan demikian ada harapan terwujudnya bisa
berjalan seimbang yaitu tidak dijalankan oleh suatu kelompok tertentu saja, dan
wujudnya bisa diiringi oleh pemerataan pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Bisnis, E. and Ekonomi, I., 2022. Apa yang dimaksud dengan Distribusi Pendapatan?.
Dictio Community. Available at: https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-
distribusi-pendapatan/127937/2 [Accessed 19 August 2022].

Accurate Online. 2022. Pengertian Distribusi Pendapatan dan Faktor yang


Mempengaruhinya - Accurate Online. [online] Available at:
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/pengertian-distribusi-pendapatan/
#:~:text=Bedanya%20dengan%20GDP-,Indikator%20Pengukur%20Distribusi
%20Pendapatan,rasio%20gini%2C%20dan%20distribusi%20ukuran [Accessed 19
August 2022].

14
Pintar, K., 2022. Redistribusi Pendapatan Nasional, Apa Itu? - Kelas Pintar. [online]
Kelas Pintar. Available at: https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/redistribusi-
pendapatan-nasional-6837/ [Accessed 19 August 2022].

Purnomo, D., 2022. DISTRIBUSI PENDAPATAN DI INDONESIA Proses Pemerataan


Dan Pemiskinan .

Djamaluddin, Arief. 2006. Diktat Kuliah Perencanaan Pembangunan.. Jakarta:


Universitas Borobudur.
Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2006. Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suparmoko. 1996. Keuangan Negara Teori dan Praktek. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
—. 2006. Public Expenditure Statistical Analyses (PESA) 2006, published 15 May
2006. Available onlin at http://www.hm-treasury.gov.uk
http://www.scribd.com/doc/48156620/Pemerataan-Pendapatan
Dumairy, 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mubyarto, 1997.
Ekonomi Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Aditya Media.

Purnomo, D. , 1998. Menyimak Sejarah Perekonomian Indonesia. Makalah diskusi, FE-


UMS.

Sondakh, Lucky W, 1994. Pembangunan Daerah Dan Perekonomian Rakyat, Beberapa


Ketimpangan Antar Kelompok Masyarakat, Prisma, Agustus 1994.

Suseno Hadi, 1990. Indikator Ekonomi, Jakarta: Penerbitan Kanisius.

Tambunan, Tulus, 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Todaro, Michael, 1998 ed.6. Economic Development in the Third World. London:
Long

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-distribusi-pendapatan/127937/2

M.bisnis.com. 2022. RAPBN-P 2013: Pemerataan Pendapatan Sulit Masuk Asumsi


Makro . [online] Tersedia di: https://m.bisnis.com/amp/read/20130527/9/141380/rapbn-
p-2013-pemerataan-pendapatan-sulit-masuk-asumsi-makro [Accessed 19 August 2022].

15
I Ketut Sudibia2, N., 2015. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk Yang Bekerja Dan
Investasi Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Melalui Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali. Piramida Jurnal Kependudukan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia 11 (1), 20-28, 2015 , [online] Tersedia di:
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Analisis+Pengaruh+Jumlah+Penduduk+Yang+Bekerja+
+Dan+Investasi+Terhadap+Ketimpangan+Distribusi+Pendapatan+
+Melalui+Pertumbuhan+Ekonomi+Kabupaten
%2FKota+Di+Provinsi+Bali+Ni+Luh+Putu+Yuni+I+Adipuryanti1+Ketut+Sudibia2&b
tnG=#d=gs_qabs&t=1661124555670&u=%23p%3DYFKIHdYf7wEJ [Diakses 19
Agustus 2022].

FIRZA MAHARDHIKA HAKIKI, F., 2015. KETIMPANGAN DISTRIBUSI


PENDAPATAN RUMAH TANGGA MASYARAKAT PERKOTAAN (KASUS
KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA). [online] Tersedia di:
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=KETIMPANGAN+DISTRIBUSI+PENDAPATAN+
+RUMAH+TANGGA+MASYARAKAT++PERKOTAAN+
%28KASUS+KECAMATAN+BANJARSARI+KOTA +SURAKARTA
%29&btnG=#d=gs_qabs&t=1661133725495&u=%23p%3DRFzWEjl6GAUJ [Diakses
19 Agustus 2022].

Suntari, M. And Yunani, A., 2022. ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN


EKONOMI DAN KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KOTA BANJARMASIN DAN
KABUPATEN TANAH BUMBU) . [Diakses 19 Agustus 2022].

16

You might also like