You are on page 1of 3

Rongggeng Dukuh Paruk

1) April : Srintil
2) Ersa : Ibu Srintil
3) Alif : Ayah Srintil
4) Briliana : Ronggeng
5) Nizar : Rasus
6) Ines, Farid, Rassya, Putri, Herlan : Warga

Suatu malam di Desa Dukuh Paruk sedang diadakan pertunjukan tari oleh ronggeng. Pada
saat itu Srintil dan Rasus hendak menonton pertunjukan itu dari dekat. Semua warga Desa
Dukuh Paruh sangat antusias terhadap pertunjukan ini.
Keesokan paginya ibu dan ayah Srintil sedang melakukan pekerjaan mereka yaitu membuat
tempe bongkrek. Ketika melihat Sang Ronggeng lewat di depan rumahnya, Ibu Srintil
mendekatinya dan memberikannya tempe bongkrek.
Ibu Srintil : Eee jeng nganten, ini tempe bongkrek dari saya ibunya Srintil
Ronggeng : Terima kasih Bu
Srintil mengintip dari samping rumahnya memandangi Sang Ronggeng.
Siangnya, warga digaduhkan dengan meninggalnya Sang Ronggeng dan diduga karena
keracunan dari tempe bongkrek yang ia makan. Tidak hanya Sang Ronggeng namun banyak
warga desa lainnya yang ikut teracuni.
Warga 1, 3, 4 (menggotong Ronggeng)
Warga 5 : Kenapa ini? Ada apa?
Warga 1 : Ini ini gara gara tempe bongkreknya Santayib
Warga 4 : Bongkrek Santayib ada racunnya
Para warga marah kepada Santayib dan berbondong-bondong menuju rumahnya. Keris kecil
Sang Ronggeng terjatuh dan diambil diam-diam oleh Rasus.
Warga 2 : Santayib! Santayib! Bongkrekmu ini!
Santayib : Itu bukan bongrekku! Bongkrekku kering!
Santayib : Kalau kalian gak percaya, nih! Lihat aku makan! (Sambil mengambil dan
memakan bongkreknya)
Ibu Srintil : Jangan mas, jangan mas! (Menahan Santayib)
Tak lama kemudian, Santayib terjatuh ke tanah. Melihat suaminya yang sepertinya sudah
meninggal, Ibu Srintil ikut mengambil dan memakan bongkrek sambal menangis. Pada
akhirnya keduanya terbaring di tanah dan meninggal. Warga desa pun meninggalkan mereka.
Warga 3 : Sudah sudah ayo tinggalkan mereka saja
Warga 5 : Ayo bubar bubar!
Srintil berlari mendekati kedua orang tuanya lalu menangis meratapi kematian mereka. Dari
kejauhan Rasus memandangi Srintil dengan iba.

SKIP SRINTIL SUDAH BESAR


Saat Srintil sudah besar, Srintil memutuskan untuk menjadi penari ronggeng.
Rasus : Srin, kamu tetap ingin menjadi ronggeng?
Srintil : Kamu kan tahu dari dulu aku paling seneng nari. Aku mau membalas kebajikan kyai
Secamenggala yang telah menjaga Dukuh Paruk dan seisinya. Semua warga kampung juga
bakal seneng Sus kalo ada ronggeng lagi.

Malamnya diadakan pertunjukan ronggeng oleh srintil yang ditonton oleh warga desa. Warga
desa sangat antusias dengan adanya pertunjukkan itu karena Desa Dukuh Paruk sudah lama
tidak ada ronggeng. Namun karena Ki Kartareja tidak kunjung datang dan warga desa pun
sudah lelah menunggu akhirnya warga desa memutuskan untuk pulang ke rumahnya masing
masing. Akhirnya dengan sedih pun Srintil menari seorang diri diiringi kendang.

Srintil : Aku bisa nari (berbicara kepada tukang kendang sambil menangis)
Tukang kendang : Ehhh jangan menangis nak
Srintil : Aku bisa nari kang
Tukang kendang : Iya iya aku ngerti
Rasus melihat dari kejauhan, lalu Rasus mendekati jendela kamar Srintil untuk menyerahkan
keris kecil yang terbalut kain. Srintil menerimanya dengan senang. Lalu keeseokan harinya
warga digaduhkan dengan Srintil yang memiliki keris ronggeng.
Warga 2 : Saudara saudaraku semua! Srintil dipilih jadi ronggeng.
Para warga mengerubungi untuk melihat keris ronggeng. Lalu malamnya, setelah upacara
pengangkatan ronggeng, Srintil menari sebagai ronggeng untuk pertama kalinya di depan
seluruh warga Dukuh Paruk.

Properti
Scene 1
Semua anak (kecuali April dan Nizar) menggunakan manset hitam dan untuk perempuan
ditambah dengan jarit.
Scene 2
Ersa menggunakan tambahan outer batik dan Briliana tetap pakai jarit.
Butuh lumpang untuk scene membuat tempe (Ersa dan Alif)
Butuh tempe bongkrek (Ersa)
Scene 3
Butuh keris kecil (Rasus) yang bawa Herlan
Butuh properti untuk demo seperti gagang pengki (Warga)
Butuh tempe bongkrek (Ersa dan Alif)

You might also like