You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/346913985

Penilaian mutu asuhan keperawatan sebelum dan sesudah penerapan clinical


pathway di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Bali, Indonesia

Article  in  Intisari Sains Medis · July 2020


DOI: 10.15562/ism.v11i2.655

CITATIONS READS

0 153

3 authors, including:

Putu AYU Indrayathi I Md Ady Wirawan


University of Debrecen Udayana University
48 PUBLICATIONS   55 CITATIONS    74 PUBLICATIONS   135 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The COIDengueTrav Study View project

Data for Decision Making View project

All content following this page was uploaded by I Md Ady Wirawan on 11 February 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ORIGINAL ARTICLE
Intisari Sains Medis 2020, Volume 11, Number 2: 333-339
P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084

Penilaian mutu asuhan keperawatan sebelum dan


sesudah penerapan clinical pathway di Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Bali, Indonesia

I Made Artana1*, Putu Ayu Indrayathi1,2, I Made Ady Wirawan1,2

ABSTRACT

Background: Hospitals implement clinical pathways in an effort SPSS version 17 for Windows.
to improve the quality of health services, especially the quality of Results: The quality of good nursing care before and after the
nursing care. This study aims to determine whether the quality of application of clinical pathway was 15.2% versus 50.9% (p =
nursing care after the application of the clinical pathway is better 0.00); good quality of nursing assessment before and after clinical
than the quality of nursing care prior to the clinical pathway pathway application of 6.7% versus 64.9% (p = 0.00); good quality
application. of diagnosis before and after clinical pathway application of 72.7%
Methods: This study used 180 inpatient medical records in versus 73.7% (p = 0.889); the quality of the nursing plan which
January 2017-May 2019 with five priority medical diagnoses consisted of good quality of goal formulation before and after
namely cerebral concussion and epidural hematoma (conservative the application of clinical pathway was 75.8% versus 73.7% (p =
therapy), conservative treatment of preterm premature rupture 0.759); good quality determination of interventions before and
of membranes, ablation of atrioventricular nodal reentrant after clinical pathway application of 75.8% versus 79.8% (p =
tachycardia (AVNRT) , atrioventricular reentrant tachycardia 0.523), good quality of implementation before and after clinical
(AVRT), atrial tachycardia, atrial fibrillation, premature ventricular pathway application of 100% versus 100% and good quality of
contractions (PVC), ventricular tachycardia (VT), junctional nursing evaluation before and after the application of clinical
tachycardia and intracerebral haemorrhage (hemorrhagic stroke) pathway is 100% versus 100%.
as well as post-Lapastomy frozen section in the selected cystic Conclusion: The quality of nursing care and nursing assessment
ovary with a selective curative cyst . The variables studied were the after the implementation of clinical pathway is significantly
application of clinical pathway, quality of nursing care, quality of better than before the implementation of clinical pathway, while
assessment, diagnosis, planning, implementation and evaluation no significant difference was found in the quality of diagnosis,
of nursing. Data were analyzed with the Pearson Chi-Square Test on planning, implementation and evaluation of nursing.
1
Program Studi Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran, Universitas Udayana, Keywords: Clinical Pathway, Inpatients, Quality of Nursing Care
Bali, Indonesia Cite This Article: Artana, I.M., Indrayathi, P.A., Wirawan, I.M.A. 2020. Penilaian mutu asuhan keperawatan sebelum dan sesudah
2
Departemen Kesehatan penerapan clinical pathway di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Bali, Indonesia. Intisari Sains Medis 11 (2): 333-339. DOI:
Masyarakat dan Kedokteran
Pencegahan, Fakultas Kedokteran, 10.15562/ism.v11i2.655
Universitas Udayana, Bali,
Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang: Rumah sakit menerapkan clinical pathway dalam frozen section pada kista ovarii curiga ganasyang dipilih dengan
upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya mutu purposive sampling. Variabel yang diteliti adalah penerapan clinical
asuhan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pathway, mutu asuhan keperawatan, mutu pengkajian, penegakan
apakah mutu asuhan keperawatan sesudah penerapan clinical diagnosis, rencana, implementasi dan evaluasi keperawatan. Data
*Korespondensi:
I Made Artana; Program Studi pathway lebih baik daripada mutu asuhan keperawatan sebelum dianalisis dengan Uji Pearson Chi-Square pada SPSS versi 17 untuk
Magister Ilmu Kesehatan penerapan clinical pathway Windows.
Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Metode: Penelitian ini menggunakan 180 rekam medis pasien Hasil: Mutu asuhan keperawatan yang baik sebelum dan sesudah
Universitas Udayana, Bali, rawat inap pada bulan Januari 2017-Mei 2019 dengan lima penerapan clinical pathway sebesar 15,2% versus 50,9% (p=0,00);
Indonesia;
diagnosis medis prioritas yaitu cerebral concussion dan epidural mutu pengkajian keperawatan yang baik sebelum dan sesudah
madeartana82@yahoo.com
hematoma (terapi konservatif), penanganan konservatif ketuban penerapan clinical pathway sebesar 6,7% versus 64,9% (p=0,00);
pecah dini preterm, ablasi pada atrioventricular  nodal reentrant mutu penegakan diagnosis yang baik sebelum dan sesudah
tachycardia (AVNRT), atrioventricular reentrant tachycardia (AVRT), penerapan clinical pathway sebesar 72,7% versus 73,7% (p=0,889);
Diterima: 31-10-2019 atrial takikardi, atrial fibrilasi, premature ventricular contractions mutu rencana keperawatan yang terdiri mutu perumusan tujuan
Disetujui: 28-06-2020 (PVC), ventricular tachycardia (VT), junctional takikardi dan yang baik sebelum dan sesudah penerapan clinical pathway sebesar
Diterbitkan: 11-07-2020 intracerebral haemorrhage (stroke hemoragik) serta post laparatomi 75,8% versus 73,7% (p=0,759); mutu penentuan intervensi yang

Published
Open by DiscoverSys
access: | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 333-339 | doi: 10.15562/ism.v11i2.655
http://isainsmedis.id/ 333
ORIGINAL ARTICLE

baik sebelum dan sesudah penerapan clinical pathway sebesar Simpulan: Mutu asuhan keperawatan dan pengkajian
75,8% versus 79,8% (p=0.523), mutu implementasi yang baik keperawatan sesudah penerapan clinical pathway secara signifikan
sebelum dan sesudah penerapan clinical pathway sebesar 100% lebih baik daripada sebelum penerapan clinical pathway,
versus 100% dan mutu evaluasi keperawatan yang baik sebelum sedangkan mutu penegakan diagnosis, rencana, implementasi dan
dan sesudah penerapan clinical pathway sebesar 100% versus evaluasi keperawatan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
100%.

Kata kunci: Clinical Pathway, Pasien Rawat Inap, Mutu Asuhan Keperawatan
Site Pasal ini: Artana, I.M., Indrayathi, P.A., Wirawan, I.M.A. 2020. Penilaian mutu asuhan keperawatan sebelum dan sesudah penerapan
clinical pathway di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Bali, Indonesia. Intisari Sains Medis 11 (2): 333-339. DOI: 10.15562/ism.
v11i2.655

PENDAHULUAN kondisi kesehatan tertentu guna mengatur dan


menstandarisasi perawatan klinis pasien secara
Kualitas pelayanan kesehatan adalah suatu kondisi efektif dan efisien.7 Penerapan clinical pathway
dimana layanan kesehatan untuk individu maupun memiliki efek positif terhadap peningkatan kualitas
masyarakat dapat meningkatkan kemungkinan pelayanan kesehatan, meningkatkan kepuasan
pencapaian hasil kesehatan yang optimal serta pasien, mengurangi variasi dalam perawatan
sesuai dengan perkembangan pengetahuan klinis, mengurangi morbiditas dan mortalitas serta
profesional terkini yang diselenggarakan secara menjembatani kesenjangan antara praktik klinis dan
efektif, efisien, aman, berpusat pada pasien, tepat perawatan berbasis bukti.7,8 Perawat sebagai salah
waktu, merata, serta terintegrasi.1,2 Kualitas layanan satu profesional pemberi asuhan, ikut serta dalam
kesehatan pada negara berpenghasilan rendah dan menyusun clinical pathway dengan pendekatan
menengah menunjukkan variasi yang signifikan proses asuhan keperawatan yang terdiri dari tahap
didalam ketidakhadiran petugas kesehatan, pengkajian, penegakan diagnosis, perencanaan,
produktivitas dalam pelayanan, akurasi dalam implementasi serta evaluasi keperawatan.
menegakkan diagnosis, dan kepatuhan terhadap Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah
pedoman pelayanan klinis.3 Data dari negara-negara Denpasar sebagai fasilitas kesehatan rujukan tipe
berpenghasilan tinggi menunjukkan wanita berusia A pendidikan juga menetapkan clinical pathway
50-69 tahun belum seluruhnya mendapatkan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan
skrining mamografi, penduduk yang berusia kesehatan sejak tahun 2013 dan pada tahun
65 tahun ke atas belum seluruhnya menerima 2018 Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar
vaksinasi influenza, terjadi infeksi silang, variasi menetapkan lima area klinis prioritas yaitu
dalam pelayanan kesehatan yang tidak beralasan, clinical pathway cerebral concussion dan epidural
alur pelayanan kesehatan terlalu rumit dan tidak hematoma (terapi konservatif), penanganan
dikoordinasikan dengan baik.3 Kualitas pelayanan konservatif ketuban pecah dini preterm, ablasi
kesehatan yang tidak sesuai standar tersebut pada atrioventricular  nodal reentrant tachycardia
menimbulkan berbagai masalah kesehatan yaitu ibu (AVNRT), atrioventricular reentrant tachycardia
dan bayi baru lahir meninggal dikarenakan layanan (AVRT), atrial takikardi, atrial fibrilasi, premature
persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan yang ventricular contractions (PVC), ventricular
tidak adekuat, pemicu utama kematian berlebihan, tachycardia (VT), junctional takikardi dan
terjadinya resistensi antimikroba serta peningkatan intracerebral haemorrhage (stroke hemoragik) serta
pengeluaran biaya untuk untuk merawat pasien post laparatomi frozen section pada kista ovarii
dengan komplikasi dari perawatan dan perawatan curiga ganas.9,10 Evaluasi terhadap penerapan
akibat kesalahan pengobatan.3,4 clinical pathway tersebut dengan menggunakan
Para pemangku kepentingan, penyedia layanan indikator medis mendapatkan tingkat kepatuhan
kesehatan, manajer serta pengambil kebijakan di 92,5% sedangkan evaluasi penerapan clinical
bidang kesehatan telah melakukan berbagai upaya pathway terhadap mutu asuhan keperawatan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dengan mengggunakan indikator proses asuhan
salah satunya dengan menetapkan standar praktik keperawatan belum pernah dilaksanakan.11 Hasil
klinik berupa clinical pathway.5,6 Clinical pathway pencarian tinjauan pustaka yang dilaksanakan oleh
merupakan rencana perawatan multidisiplin penulis, belum menemukan adanya penelitian yang
berbasis bukti yang terstruktur dan terintegrasi dipublikasikan mengenai mutu asuhan keperawatan
untuk memberikan panduan penatalaksanaan sebelum dan sesudah penerapan clinical pathway di
hari perhari dalam perawatan pasien dengan rumah sakit. Berdasarkan hal tersebut, penelitian

334 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 333-339 | doi: 10.15562/ism.v11i2.655
ORIGINAL ARTICLE

ini bertujuan untuk mengetahui apakah mutu skor 0 untuk indikator yang tidak sesuai standar.
asuhan keperawatan sesudah penerapan clinical Data skor tersebut dikategorikan sebagai mutu
pathway lebih baik daripada sebelum penerapan asuhan keperawatan yang baik dengan skor 2 dan 1
clinical pathway. serta mutu asuhan kurang dengan skor 0.
Seluruh data yang telah diperoleh kemudian
METODE dianalisis dengan piranti lunak SPSS versi 17
untuk Windows dimana ditampilkan dalam
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari bentuk persentase, jumlah absolut, maupun nilai
rekam medis pasien rawat inap dengan lima kebermaknaan secaar statistik yang diuji dengan
diagnosis medis prioritas penerapan clinical pathway Pearson Chi Square.
yang dipilih dengan tehnik purposive sampling. Mutu
asuhan keperawatan sebelum penerapan clinical
pathway menggunakan rekam medis tahun 2017
HASIL
sejumlah 66 rekam medis dan sesudah penerapan Hasil analisis karakteristik pasien berdasarkan
clinical pathway menggunakan rekam medis tahun sosio demografi dan variabel lainnya menunjukkan
2018 sampai bulan Mei 2019 sejumlah 114 rekam proporsi pasien terbanyak pada usia 60-69 tahun
medis. Mutu asuhan keperawatan yang dinilai (27,8%), jenis kelamin perempuan (67,8%), tingkat
adalah mutu asuhan keperawatan secara umum dan pendidikan sekolah menengah atas (42,2%), tidak
mutu asuhan secara khusus yang terdiri dari mutu bekerja (35%), status pembayaran JKN BPJS KIS
pengkajian, diagnosis, rencana, implementasi dan (53, 9%), diagnosis medis post laparatomi frozen
evaluasi keperawatan. Instrumen yang digunakan section pada kista ovarii curiga ganas (34,4%),
adalah ceklis observasi. Penilaian mutu asuhan menggunakan clinical pathway (63,3%), jumlah
dilaksanakan dengan membandingkan pelaksanaan hari rawat inap 1-5 hari (51,7%) dan perawat sebagai
asuhan keperawatan yang didokumentasikan dalam pemberi asuhan keperawatan (57,8%) (Tabel 1).
rekam medis pasien dengan panduan asuhan Tabel 1 menunjukkan proporsi mutu asuhan
keperawatan dan clinical pathway yang sudah keperawatan yang terbanyak adalah mutu
ditetapkan di RSUP Sanglah Denpasar. Penulis pengkajian keperawatan yang terdiri dari pengkajian
memberi skor 2 untuk indikator yang sesuai dengan awal yang kurang (52,8%) dan pengkajian lanjutan
standar, skor 1 untuk indikator yang tidak sesuai yang baik (100%). Di samping itu, mutu penegakan
standar namun dengan variasi yang relevan dan diagnosis keperawatan sebagian besar dikatakan
baik (73,3%), diikuti dengan mutu rencana
keperawatan yang terdiri dari perumusan tujuan
Tabel 1. Mutu Asuhan Keperawatan yang baik (74,4%), penentuan intervensi yang
baik (78,3%), mutu implementasi keperawatan
Mutu Asuhan Keperawatan N=180 %
baik (100%), mutu evaluasi keperawatan yang
Pengkajian
terdiri dari evaluasi formatif yang baik (100%) dan
Kurang 95 52,8
Baik 85 47,2
evaluasi sumatif yang baik (100%) (Tabel 1).
Pengkajian Lanjutan Tabel 2 menyajikan data proporsi mutu asuhan
Kurang 0 0 keperawatan yang baik sebelum dan sesudah
Baik 180 100,0 penerapan clinical pathway sebesar 15,2% versus
Diagnosis 50,9% (p=0,00) dimana nilai p<0,05 yang berarti
Kurang 48 26,7 terdapat perbedaan mutu asuhan keperawatan
Baik 132 73,3 yang signifikan, dimana mutu asuhan keperawatan
Tujuan sesudah penerapan clinical pathway lebih baik
Kurang 46 25,6
daripada sebelum penerapan clinical pathway.
Baik 134 74,4
Intervensi
Hasil analisis perbedaan mutu pengkajian
Kurang 39 21,7 keperawatan menunjukkan proporsi mutu
Baik 141 78,3 pengkajian keperawatan yang baik sebelum dan
Implementasi sesudah penerapan clinical pathway sebesar 16,7%
Kurang 0 0 versus 64,9% (p=0,00) dimana nilai p<0,05 yang
Baik 180 100,0 berarti terdapat perbedaan mutu pengkajian
Evaluasi Formatif keperawatan yang signifikan dimana mutu
Kurang 0 0 pengkajian keperawatan sesudah penerapan clinical
Baik 180 100,0
pathway lebih baik daripada mutu pengkajian
Evaluasi Sumatif
Kurang 0 0
keperawatan sebelum penerapan clinical pathway.
Baik 180 100,0 Proporsi mutu pengkajian keperawatan lanjutan
sebelum dan sesudah penerapan clinical pathway

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 333-339 | doi: 10.15562/ism.v11i2.655 335
ORIGINAL ARTICLE

Tabel 2. Perbedaan Mutu Asuhan Keperawatan Sebelum dan Sesudah versus 100%. Uji beda tidak dapat dilaksanakan
Penerapan Clinical Pathway oleh karena data tidak bervariasi. Analisis
Mutu Asuhan Keperawatan Sebelum Sesudah p* perbedaan mutu evaluasi keperawatan terdiri dari
(N=66) (N=114) evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Di samping
Asuhan Keperawatan, n (%) itu, Tabel 2 juga menunjukkan proporsi mutu
Kurang 56 (84,8) 56 (49,1) 0,00 evaluasi keperawatan formatif yang baik sebelum
Baik 10 (15,2) 58 (50,9) dan sesudah penerapan clinical pathway sebesar
Pengkajian, n (%) 100% versus 100% serta proporsi mutu evaluasi
Kurang 55 (83,3) 40 (35,1) 0,00 keperawatan sumatif yang baik sebelum dan
Baik 11 (16,7) 74 (64,9) sesudah penerapan clinical pathway sebesar 100%
Pengkajian Lanjutan, n (%) versus 100%. Uji beda tidak dapat dilaksanakan
Kurang - - - oleh karena data tidak bervariasi.
Baik 66(100) 114(100)
Penegakan Diagnosis, n (%)
Kurang 18 (27,3) 30 (26,3) 0,889 PEMBAHASAN
Baik 48 (72,7) 84 (73,7) Pada penelitian ini, terdapat peningkatan proporsi
Perumusan Tujuan, n (%)
mutu asuhan keperawatan yang baik secara
Kurang 16 (24,2) 30 (26,3) 0,759
Baik 50 (75,8) 84 (73,7) signifikan sesudah penerapan clinical pathway, hal
Penyusunan Intervensi, n (%) ini dimungkinkan oleh karena didalam clinical
Kurang 16 (24,2) 23 (20,2) 0,523 pathway terdapat acuan yang bersifat rekomendatif
Baik 50 (75,8) 91 (79,8) dalam melaksanakan asuhan keperawatan hari-
Implementasi, n (%) perhari. Clinical pathway memberikan panduan
Kurang - - - dalam melaksanakan pengkajian awal dan
Baik 66(100) 114(100) lanjutan, merekomendasikan beberapa diagnosis
Evaluasi Formatif, n (%) keperawatan yang sering ditemukan pada pasien
Kurang - - -
dengan penyakit tertentu, merekomendasikan
Baik 66(100) 114(100)
Evaluasi Sumatif, n (%) rumusan tujuan dan intervensi yang dapat
Kurang - - - digunakan dalam merawat pasien serta panduan
Baik 66(100) 114(100) dalam implementasi dan evaluasi.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
*Uji Pearson Chi Square kepada beberapa pasien, dimungkinkan adanya
respon pasien yang berbeda terhadap masalah
dengan mutu yang baik sebesar 100%, uji beda kesehatan yang dihadapi, didalam situasi ini
tidak dapat dilaksanakan oleh karena data tidak perawat dapat melakukan pengkajian tambahan
bervariasi. sesuai dengan perkembangan respon pasien yang
Tabel 2 menunjukkan perbedaan proporsi unik dan bersifat individual tersebut, menegakkan
mutu asuhan keperawatan sebelum dan sesudah diagnosis keperawatan beserta menyusun rencana
penerapan clinical pathway. Perbedaan mutu yang berbeda dengan yang direkomendasikan dalam
penegakan diagnosis keperawatan menunjukkan clinical pathway dengan cara mendokumentasikan
proporsi mutu penegakan diagnosis keperawatan didalam rekam medis, kondisi maupun respon
yang baik sebelum dan sesudah penerapan clinical pasien serta alasan-alasan yang berbasis keilmuan
pathway sebesar 72,7% versus 73,7% (p=0,889). yang mendasari perbedaan pilihan tersebut yang
Analisa perbedaan mutu rencana keperawatan disebut dengan varian yang relevan. Penulisan alasan
terdiri dari mutu perumusan tujuan keperawatan yang rasional dan berdasarkan keilmuan direkam
dan penentuan intervensi keperawatan. Tabel 2 medis tersebut yang menjadi kunci penetapan mutu
menunjukkan proporsi mutu perumusan tujuan asuhan keperawatan yang baik meskipun memiliki
keperawatan yang baik sebelum dan sesudah perbedaan dengan rekomendasi dalam clinical
penerapan clinical pathway sebesar 75,8% versus pathway, serta penulisan alasan tersebut menjadi
73,7% (p=0,759) serta proporsi mutu penentuan payung hukum bagi profesional pemberi asuhan
intervensi keperawatan yang baik sebelum dan terhadap kemungkinan adanya gugatan hukum
sesudah penerapan clinical pathway sebesar 75,8% dari asuhan yang diberikan kepada pasien.
versus 79,8% (p=0,523), dimana nilai p>0,05 yang Penerapan clinical pathway di Rumah Sakit
berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan Umum Pusat Sanglah secara proporsi belum secara
sebelum dan sesudah penerapan clinical pathway. keseluruhan dapat meningkatkan mutu asuhan
Tabel 2 menunjukkan proporsi mutu keperawatan, hal ini dapat disebabkan oleh karena
implementasi keperawatan yang baik sebelum dan kurangnya pemahaman dan perhatian perawat
sesudah penerapan clinical pathway sebesar 100% dalam menerapkan asuhan keperawatan berbasis

336 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 333-339 | doi: 10.15562/ism.v11i2.655
ORIGINAL ARTICLE

bukti dan kelimuan terkini yang sudah disusun menuliskan alasan rasional yang menjadi dasar
dalam bentuk rekomendasi didalam panduan penegakan diagnosis keperawatan yang berbeda
asuhan keperawatan dan clinical pathway sehingga tersebut di dalam rekam medis.
dibutuhkan adanya pelatihan dan sosialisasi Hasil penelitian ini juga dapat disebabkan oleh
penerapan clinical pathway serta peningkatan karena kurangnya pelatihan tentang penerapan
kompetensi tenaga keperawatan. Kurang clinical pathway yang dapat meningkatkan
optimalnya penerapan clinical pathway dalam pengetahuan dan kemampuan tenaga keperawatan
peningkatan mutu asuhan keperawatan juga dapat untuk berpikir kritis, belum diterapkannya
disebabkan oleh karena masih kurangnya dukungan penggunaan bahasa keperawatan yang terstandar,
manajemen dalam pelaksanaan monitoring dan kurangnya supervisi dari manajemen dan belum
supervisi. Hasil penelitian ini memperkuat hasil diterapkannya rekam medis elektronik secara
penelitian lain yang menunjukkan hasil bahwa penuh.
penerapan clinical pathway meningkatkan kualitas Mutu rencana keperawatan terdiri dari mutu
pelayanan kesehatan dan mengurangi variasi dalam perumusan tujuan dan mutu penentuan intervensi
perawatan klinis.12-14 keperawatan. Hasil penelitian ini menunjukkan
Penerapan clinical pathway sebagai acuan adanya penurunan proporsi mutu perumusan
dalam melaksanakan pengkajian keperawatan tujuan keperawatan yang baik sesudah penerapan
rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah clinical pathway sebesar 2,1%, hal ini disebabkan
belum secara maksimal dapat meningkatkan mutu oleh karena penentuan tujuan asuhan keperawatan
pengkajian keperawatan, hal ini dapat disebabkan merupakan pernyataan yang menggambarkan
oleh karena pelaksanaan pengkajian keperawatan perubahan-perubahan yang diinginkan pada
membutuhkan waktu yang cukup lama, beban kerja kondisi atau perilaku pasien yang bersifat dinamis
yang tinggi, penggunaan form pengkajian berbasis sehingga dapat berubah dengan cepat (Moorhead,
kertas yang kurang jelas dan kurang komprehensif et al., 2016). Variasi dalam perumusan tujuan
dan kurangnya pelatihan tentang proses asuhan asuhan keperawatan yang tidak sesuai dengan
keperawatan. Mutu pengkajian keperawatan clinical pathway, dapat disebabkan oleh karena
lanjutan sebelum dan sesudah penerapan clinical dalam perumusannya harus mempertimbangkan
pathway memiliki mutu yang baik, hal ini dapat karakteristik pasien yang unik, ketersediaan sumber
disebabkan oleh karena pengkajian keperawatan daya, dipengaruhi oleh persepsi dan harapan
lanjutan dilaksanakan pada saat serah terima jaga pasien tentang status kesehatannya serta potensi
dan adanya perubahan kondisi pasien, dimana pengobatan yang berbeda-beda.16 Ketidaksesuaian
kondisi ini dilaksanakan setiap jadwal jaga serta perumusan tujuan asuhan keperawatan hendaknya
informasi yang dituliskan dalam pengkajian lanjutan ditulis dalam rekam medis dengan menyertakan
merupakan materi yang diserah terimakan pada dasar-dasar pertimbangan yang logis dalam
saat pergantian jaga sehingga tenaga keperawatan perumusan tujuan sehingga mutu perumusan
menjadi terbiasa dalam pelaksanaannya tujuan menjadi baik. Pendokumentasian dasar
Penerapan clinical pathway tidak secara pertimbangan ini belum dilaksanakan secara
bermakna meningkatkan mutu penegakan diagnosis menyeluruh didalam rekam medis dapat disebabkan
keperawatan, dimana terdapat peningkatan proporsi oleh kurangnya sosialisasi atau pelatihan terkait
mutu penegakan diagnosis keperawatan yang baik penerapan clinical pathway. Selain hal tersebut
sesudah penerapan clinical pathway sebesar 1%. diatas hasil penelitian ini dapat disebabkan
Hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh karena oleh karena belum menggunakan rekam medis
penegakan diagnosis keperawatan mengacu kepada elektronik, serta kurangnya dukungan manajemen
situasi klinis pasien dalam merespon masalah berupa supervisi, dan pembinaan. Hasil penelitian
kesehatan baik nyata maupun potensial yang unik ini sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan di
dan bersifat individual (Tim Pokja SDKI DPP Ontario, Kanada dimana disimpulkan terdapat
PPNI, 2017), sehingga memungkinkan adanya tujuh hambatan dalam penerapan clinical pathway
penegakan diagnosis keperawatan yang bervariasi yang terdiri dari pemahaman dan standarisasi
dalam satu jenis diagnosis medis. Penyebab lainnya penerapan clinical pathway yang kurang, kondisi
adalah penerapan clinical pathway yang bersifat spesifik pasien, kompetensi profesional pemberi
rekomendasi dan dikembangkan untuk pasien asuhan yang kurang, dinamika tim profesional
dalam kondisi rata-rata atau lazim sehingga tidak pemberi asuhan yang kurang mendukung, strategi
sesuai untuk diterapkan untuk seluruh pasien.15 penerapan berupa penyusunan regulasi dan
Dalam penilaian mutu, penegakan diagnosis dukungan manajemen rumah sakit yang belum
keperawatan yang berbeda dengan clinical pathway, optimal serta belum optimalnya upaya peningkatan
dimungkinkan dalam praktik keperawatan dengan mutu layanan kesehatan berkesinambungan.17

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 333-339 | doi: 10.15562/ism.v11i2.655 337
ORIGINAL ARTICLE

Penelitian ini memberikan informasi bahwa yang merupakan bentuk penatalaksanaan tanpa
penerapan clinical pathway di Rumah Sakit Umum berinteraksi dengan pasien namun terkait dengan
Pusat Sanglah Denpasar tidak dapat meningkatkan upaya memperbaiki status kesehatan pasien yang
mutu penentuan intervensi keperawatan secara dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan respon
signifikan, meskipun secara proprosi terdapat pasien.
peningkatan proporsi mutu penentuan intervensi Penelitian ini menyajikan informasi mutu
keperawatan yang baik sesudah penerapan clinical evaluasi formatif dan sumatif keperawatan
pathway sebesar 4 %. Penentuan intervensi yang baik sebelum dan sesudah penerapan
keperawatan yang tidak sesuai dengan clinical clinical pathway. Hasil penelitian ini merupakan
pathway disebabkan oleh karena dalam penentuan gambaran pelaksanaan kegiatan yang sistematis,
intervensi keperawatan terdapat variasi dalam berkesinambungan serta terencana untuk
penilaian klinis dengan mempertimbangkan hasil membandingkan kondisi kesehatan pasien dengan
yang diharapkan pasien, pilihan intervensi yang target hasil perawatan yang telah ditetapkan dalam
mungkin dilaksanakan dan penerimaan pasien tujuan keperawatan. Hasil penilaian berupa evaluasi
sehingga penentuan intervensi keperawatan untuk formatif didasarkan pada penilaian terhadap
satu orang pasien dengan jenis diagnosis medis respon pasien segera setelah diberikan intervensi
yang sama, dapat berbeda dengan pasien yang keperawatan yang dicatat dalam formulir yang
lain.18 Penyebab lain yang adanya dalam praktik sama dengan catatan implementasi keperawatan
klinis adalah adanya keterbatasan kompetensi dari sehingga memudahkan dalam pelaksanaannya.
tenaga keperawatan, keterbatasan sumber daya Evaluasi sumatif keperawatan yang merupakan
yang tersedia dan belum diterapkannya bahasa kesimpulan dari hasil penilaian pencapaian tujuan
keperawatan terstandar. asuhan keperawatan sesuai waktu yang ditetapkan
Penyesuaian penentuan intervensi keperawatan dalam tujuan keperawatan, ditulis dalam catatan
dalam melaksanakan asuhan kepada pasien perkembangan pasien yang disampaikan pada saat
yang unik merupakan hal yang sangat penting serah terima jaga keperawatan sehingga menjadi
dalam menjaga mutu asuhan keperawatan, dasar kebiasaan dalam pelaksanaannya
pertimbangan dalam penentuan intervensi yang
berbasis bukti dan rasional tersebut perlu ditulis SIMPULAN
sebagai wawanti atau penyangkalan dalam rekam
medis sehingga dasar pertimbangan perawat Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mutu
penanggung jawab pasien tidak mengikuti standar asuhan dan pengkajian keperawatan sesudah
intervensi keperawatan dalam clinical pathway penerapan clinical pathway lebih baik daripada mutu
dapat dipahami oleh profesional pemberi asuhan asuhan keperawatan sebelum penerapan clinical
lainnya yang menggunakan rekam medis tersebut. pathway. Akan tetapi tidak terdapat perbedaan
Penulisan wawanti ini tidak penulis temukan mutu penegakan diagnosis keperawatan, rencana
dalam sampel rekam medis yang dianalisis keperawatan, mutu implementasi keperawatan, dan
dalam penelitian ini, sehingga dapat disimpulkan evaluasi keperawatan sebelum maupun sesudah
kurangnya pemahaman profesional pemberi penerapan clinical pathway
asuhan dan standarisasi penerapan clinical pathway
di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah juga sebagai KONFLIK KEPENTINGAN
penyebab mutu penentuan intervensi keperawatan Tidak terdapat konflik kepentingan dalam
kurang optimal selain belum diterapkannya rekam penulisan laporan penelitian ini.
medis elektronik secara penuh.
Hasil penelitian ini menyajikan informasi tidak PERSETUJUAN ETIK
adanya perbedaan mutu implementasi keperawatan
sebelum dan sesudah penerapan clinical pathway. Penelitian ini telah mendapat persetujuan etik
Mutu implementasi keperawatan yang baik dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas
tersebut disebabkan oleh karena dalam tahapan Udayana, Bali, Indonesia sebelum penelitian
implementasi keperawatan, tenaga keperawatan berjalan.
melaksanakan beberapa aktivitas sesuai dengan
rencana keperawatan yang sudah ditetapkan dan PENDANAAN
sudah terdokumentasi dalam rekam medis pasien.
Penulis bertanggung jawab terhadap pendanaan
Implementasi keperawatan terdiri dari perawatan
penelitian ini tanpa melibatkan pihak sponsor,
langsung yang merupakan interaksi langsung
beasiswa, atau sumber pendanaan lainnya.
dengan pasien dan perawatan tidak langsung

338 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 333-339 | doi: 10.15562/ism.v11i2.655
ORIGINAL ARTICLE

KONTRIBUSI PENULIS 10. Direktur Utama RSUP Sanglah. Surat Keputusan Direktur
Utama RSUP Sanglah Denpasar tentang Lima Area klinis
Seluruh penulis memiliki kontribusi yang sama Prioritas. Denpasar. 2018
dalam penulisan laporan penelitian ini baik dari 11. Komite Medik RSUP Sanglah. Laporan Pemantauan
Clinical Pathway Komite Medik RSUP Sanglah. Denpasar.
tahap penyusunan kerangka konsep penelitian, 2018
pengambilan data, analisis data, hingga interpretasi 12. Bao H, Yang F, Su S, Wang X, Zhang M, Xiao Y, et al.
data penelitian yang dipublikasikan pada penelitian Evaluating the effect of clinical care pathways on quality
ini. of cancer care: analysis of breast, colon and rectal cancer
pathways.  J Cancer Res Clin Oncol. 2016;142(5):1079-
1089.
DAFTAR PUSTAKA 13. Lawal AK, Rotter T, Kinsman L, Machotta A, Ronellenfitsch
U, Scott DS, et al. What is a clinical pathway? Refinement
1. Bosse G, Ngoli B, Leshabari MT, Kulker R, Dammrich
of an operational definition to identify clinical pathway
T, Abels W, et al. Quality of health care and the need for
studies for a Cochrane systematic review.  BMC Med.
assessment. East Afr J Public Health. 2011;8(3):199-204.
2016;14:35.
2. Mosadeghrad AM. Healthcare service quality: towards
14. Maryam Y, Sima R, Omid K, Elmira M, Mina J, Samaneh
a broad definition.  Int J Health Care Qual Assur.
S, et al. A systematic review of factors influencing
2013;26(3):203-219.
healthcare services marketing in Iran. Bali Medical Journal.
3. World Health Organization. Delivering Quality Health
2017;6(2):268-278
Services A Global Imperative for Universal Health
15. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis
Coverage. Switzerland: WHO Publication. 2018;1-93
Keperawatan Indonesia. 1 ed. Jakarta: Dewan Pengurus
4. Arcaya MC, Arcaya AL, Subramanian SV. Inequalities in
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017.
health: definitions, concepts, and theories.  Glob Health
16. Moorhead S. Johnson M, Maas M, Swanson E. Nursing
Action. 2015;8:27106.
Outcomes Classification. Edisi Kelima. Disunting oleh
5. Cheah J. Development and implementation of a clinical
I. Nurjannah dan R. De. Tumanggor. CV. Mokomedia.
pathway programme in an acute care general hospital in
2016:1-776
Singapore. Int J Qual Health Care. 2000;12(5):403-412.
17. Jabbour M, Newton AS, Johnson D, Curran JA. Defining
6. Hipp R, Abel E, Weber RJ. A Primer on Clinical
barriers and enablers for clinical pathway implementation
Pathways.  Hosp Pharm. 2016;51(5):416-421. doi:10.1310/
in complex clinical settings. Implement Sci. 2018;13(1):139.
hpj5105-416
18. Bulechek GM, McCloskey JC. Nursing interventions
7. Cheah TS. Clinical pathways--the new paradigm in
classification (NIC). Medinfo. 1995;8 Pt 2:1368.
healthcare?. Med J Malaysia. 1998;53(1):87-96.
8. Asmirajanti M, Syuhaimie Hamid AY, Hariyati TS. Clinical
care pathway strenghens interprofessional collaboration
and quality of health service: a literature review.  Enferm
Clin. 2018;28 Suppl 1:240-244.
9. Komite Medik RSUP Sanglah. Panduan Integrated Clinical
Pathway. Denpasar. 2017

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(2): 333-339 | doi: 10.15562/ism.v11i2.655 339
View publication stats

You might also like