You are on page 1of 14

Makalah

Makalah Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Disusun Oleh :
Nama : Arin Nadia
Kelas :
Guru Pembimbing :
Riana Putri Sitorus, S. Pd

SMA NEGERI RUPIT


KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA
TAHUN AJARAN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut
adalah zat yang terdispersi ( tersebar secara merata ) dalam zat pelarut. Zat terlarut
mempunyai jumlah yang lebih sedikit dalam campuran. Ini biasa di sebut dengan solute.
Sedangkan zat pelarut adalah zat yang mendispersi atau ( fase pendispersi ) komponen
– komponen zat terlarut. Zat pelarut mempunyai jumlah yang lebih banyak dalam
campuran. Zat pelarut di sebut solvent. Pelarut tidak harus cairan, tetapi dapat berupa
padatan atau gas asal dapat melarutkan zat lain. Sistem semacam ini disebutsistem
dispersi. Untuk sistem dispersi, zat yang berfungsi seperti pelarut disebutmedium
pendispersi, sementara zat yang berperan seperti zat terlarut disebut denganzat
terdispersi (dispersoid).
Jika memungkinkan semua reaksi kimia sebaiknya dilakukan dalam larutan cair
sebab reaksi kimia dalam keadaan padat atau gas memerlukan energi dan teknologi
yang relatif mahal karena terjadi pada suhu dan tekanan tinggi. Adapun reaksi kimia
dalam larutan relative murah karena dapat terjadi pada suhu dan tekanan relatif rendah,
sehingga tidak memerlukan perangkat alat yang berteknologi tinggi.
Zat-zat yang dilarutkan dapat memiliki sifat-sifat yang sama atau berbeda dengan
sifat-sifat zat sebelum dicampurkan. Contoh, NaCl adalah zat padat ionic yang jika
dilarutkan dalam pelarut air, sifat kovalennya hilang yang kemudian berubah menjadi
ionik.
Beberapa sifat yang terkait dengan pencampuran zat untuk membentuk larutan
diantaranya adalah larutan elektrolit dan non elektrolit, sifat koligatif larutan yang
bergantung pada molaritas zat bukan pada jenisnya, dan sifat yang lebih penting adalah
kesamaan atau kebebasan suatu larutan.
Ada beberapa alasan praktis untuk membuat larutan. Pertama, banyak reaksi-
reaksi kimia berlangsung dalam larutan. Reaksi-reaksi biokimia dalam organisme hidup
semuanya berlangsung dalam bentuk larutan. Reaksi-rekasi organic dan anorganik
semuanya berlangsung dalam larutan. Kedua, reaksi kimia dalam larutan tidak
memerlukan reaktor yang tahan terhahadap suhu dan tekanan tinggi sebab reaksi
dalam larutan berlangsung pada suhu relatif rendah dan tekanan atmosfer.
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu  sistem 
homogen  yang  mengandung  dua  atau  lebih  zat  yang masing-masing komponennya
tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan,  sedangkan  suatu  sistem  yang 
heterogen  disebut  campuran. Biasanya istilah larutan dianggap sebagai cairan yang
mengandung zat terlarut,  misalnya  padatan  atau  gas  dengan  kata  lain  larutan  tidak
hanya terbatas pada cairan saja.
Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut,  yang  dapat 
dipertukarkan  tergantung  jumlahnya.  Pelarut merupakan komponen yang utama yang
terdapat dalam jumlah yang banyak,  sedangkan  komponen  minornya  merupakan  zat 
terlarut. Larutan  terbentuk  melalui  pencampuran  dua  atau  lebih  zat  murni yang 
molekulnya  berinteraksi  langsung  dalam  keadaan  tercampur. Semua gas bersifat
dapat bercampur dengan sesamanya, karena itu campuran  gas  adalah  larutan. 
Jenis-jenis larutan
1.            Gas dalam gas – seluruh campuran gas
2.            Gas dalam cairan – oksigen dalam air
3.            Cairan dalam cairan – alkohol dalam air
4.            Padatan dalam cairan – gula dalam air
5.            Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium
6.            Cairan dalam padatan – Hg dalam perak
7.            Padatan dalam padatan – alloys
Pada larutan ataupun sistem dispersi, zat terlarut dapat berupa padatan, cairan
atau gas. Bahkan bila zat terlarut adalah cairan, tidak ada kesulitan dalam membedakan
peran pelarut dan zat terlarut bila kuantitas zat terlarut lebih kecil dari pelarut. Namun,
bila kuantitas zat terlarut dan pelarut, sukar untuk memutuskan manakah pelarut mana
zat terlarut. Dalam kasus yang terakhir ini, Anda dapat sebut komponen 1, komponen 2,
dst.

Tabel 1.1
Zat Pelarut Contoh
terlarut            
Suatu zat dikatakan
Gas Gas Udara, semua campuran
larutan jika campuran antara zat
Gas Cair gas terlarut dan pelarutnya bersifat
Gas Padat Karbon dioksida dalam air homogen. Artinya tidak terdapat
Cair Cair Hidrogen dalam platina batas antar komponennya,
Cair Padat Alkohol dalam air sehingga tidak dapat dibedakan
Padat Padat Raksa dalam tembaga lagi antara zat pelarut (air) dan
Padat Cair Perak dalam platina terlarutnya. Beda halnya dengan
Garam dalam air air kopi, masih terdapat
perbedaan antara keduanya,
walaupun secara kasat mata,
airnya sudah berubah warna menjadi hitam. Hal ini juga berlaku untuk campuran antara
pasir dan air. Anda bisa menambahkan sendiri contoh-contonya. Untuk air kopi kita
menyebutnya sebagai larutan heterogen/campuran .

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Larutan Elektrolit dan Larutan Non-Elektrolit


Dalam pelarut air, zat padat dapat berada dalam keadaan ion-ion maupun molekul-
molekulnya. Jika NaCl terlarut dalam air, masing-masing ion Na + dan ion Cl-terhidrasi
oleh molekul-molekul air dan bergerak secara bebas keseluruh medium larutan. Jika
glukosa atau etanol larut dalam air, zat-zat tersebut tidak terdapat dalam bentuk ion,
melainkan sebagai molekul. Zat-zat yang didalam air membentuk ion-ion dinakan zat
elektrolit, dan larutannya dinamakan larutan elektrolit, sebaliknya, zat-zat yang didalam
pelarut air berupa molekul disebut zat nonelektrolit dan larutan yang terbentuk
dinamakan larutan nonelektrolit.

Alat untuk menguji apakah larutan itu bersifat elektrolit atau tidak disebut elektrolit tester.

Masukan dua batang logam, (misalkan tembaga) kedalam larutan. Keduanya tidak
bersentuhan dan masing-masing dihubungkan dengan katub arus listrik searah.
Secara eksperimen berdasarkan daya hantar listriknya, Larutan dapat dibedakan
menjadi Larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang
tidak dapat menghantarkan arus listrik.

1.      Larutan Elektrolit
Larutan  elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung
gas dalam larutan .Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian
tergolong ke dalam larutan elektrolit.
Setelah semua alat(kabel, larutan elektrolit,elektroda, lampu holder dan bola lampu)
disusun, dan kemudian dihubungkan ke sumber listrik, terlihat lampu menyala. Ini
membuktikan bahwa pada gambar listrik mengalir melalui larutan elektrolit. Beberapa
macam larutan elektrolit yaitu berupa asam, basa kuat dan garam.
Dalam keadaan murni, asam merupakan senyawa kovalen tetapi jika dilarutkan
didalam air akan terurai menjadi ion-ion.

HCl(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq)

Umumnya, basa merupakan senyawa ionic, kecuali NH 3 adalah basa yang dalam
keadaan murni berupa senyawa kovalen dan didalam air terurai menjadi ion-ionnya.

NH3(g) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq)

Semua garam merupakan merupakan senyawa ionic. Jika garam dilarutkan didalam
air, ion-ion garam akan melepaskan diri dari kisi-kisi Kristal yang selanjutnya terhidrasi di
dalam pelarut air.
NaCl-(s) + H2O(l) → Na+(aq) + Cl-(aq) [4]

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi


larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Elektrolit kuat dengan daya hantar
yang besar. Contohnya larutan asam kuat, basa kuat dan garam. Dan elektrolit lemah,
yaitu larutan dengan daya hantar yang lemah.

Tabel contoh larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit.


Elektolit Kuat Elektrolit lemah
HCl CH2COOH
H2SO4 HF
HNO3 HNO2
HClO4 NH3

a.       Larutan Elektrolit Kuat


Pada larutan elektrolit kuat, seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion (terionisasi
sempurna). Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka daya
hantarnya kuat. pada persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan anak
panah satu arah ke kanan, dengan harga derajat ionisasi adalah satu  (α  =  1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah :
1)       Asam kuat, antara lain: HCl, HClO3, HClO4, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
2)      Basa  kuat,  yaitu  basa-basa  golongan  alkali  dan  alkali  tanah, antara lain :
NaOH, KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
3)      Garam-garam  yang  mempunyai  kelarutan  tinggi,  antara  lain : NaCl, KCl, KI,
Al2(SO4)3 dan lain-lain.
Ciri – ciri larutan elektrolit kuat :
1.      Nyala lampu terang
2.      Menghasilkan banyak ion
3.      Molekul netral pada larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
4.      Penghantar listrik yang baik
5.      Gelembung gas banyak
6.      α = 1 atau terionisasi dengan sempurna
                     Contoh : NaCl → Na+ + Cl-

b.      larutan Elektrolit Lemah


Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat memberikan nyala redup
ataupun tidak menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya. Hal ini
disebabkan tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak sempurna) sehingga
dalam larutan hanya ada sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam
persamaan reaksi, ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (bolak-
balik), dengan  harga derajat ionisasi lebih dari nol tetapi kurang dari satu (0 < α < 1).
Yang tergolong elektrolit lemah adalah:
1)      Asam  lemah,  antara  lain:  CH3COOH,  HCN,  H2CO3,  H2S 
2)      Basa lemah, antara lain: NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.
3)      Garam-garam yang sukar larut, antara lain: AgCl, CaCrO 4, PbI2 

Ciri – ciri larutan elektrolit kuat :


1.      Nyala lampu redup
2.      Menghasilkan sedikit ion
3.      Molekul netral dalam larutan banyak
4.      Terionisasi hanya sebagian kecil
5.      Penghantar listrik yang buruk
6.      Gelembung gas sedikit
7.      0 < α < 1 atau terionisasi sebagian
Contoh : CH3COOH       CH3COO-  + H+
2.      Larutan Non-Elektrolit
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik
dengan memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak
menyala pada alat uji. Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada
pengujian tergolong ke dalam larutan nonelektrolit.
Setelah semua alat(kabel, larutan elektrolit,elektroda, lampu holder dan bola lampu)
disusun, dan kemudian dihubungkan ke sumber listrik, terlihat lampu tidak menyala. Ini
membuktikan bahwa pada gambar tidak mengalir melalui larutan non elektrolit.
Larutan non elektrolit merupakan larutan yang dibentuk dari zat non elektrolit.
Sedangkan zat non elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di dalam air tidak terurai
dalam bentuk ion-ionnya, tetapi terurai dalam bentuk molekuler.
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
1.      Larutan urea
2.      Larutan sukrosa
3.      Larutan glukosa
4.      Larutan alkohol dan lain-lain
Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Tidak menghasilkan ion
2.      Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
3.      Tidak terionisasi
4.      Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan lampu tidak
menyala
5.      Derajat ionisasi = 0
Tabel pengujian daya hantar listrik beberapa larutan
Larutan Nyala Lampu Gelembung Gas
Ada Tidak ada Ada Tidak Ada
Larutan Ureautan – √ – √
Larutan Anomia – √ √ –
Laruran HCL √ – √ –
Larutan Cuka – √ √ –
Air aki √ – √ –
Larutan alcohol – √ – √
Air laut √ – √ –
Larutan H2S – √ √ –
Air Kapur √ – √ –
Larutan Glukosa – √ – √

B.     Sifat Daya Hantar Listrik dalam Larutan


Larutan tergolong ke dalam campuran homogen yang terdiri dari pelarut dan zat
terlarut. Pelarut -pelarut yang biasa digunakan adalah air. Sedangkan zat terlarut terdiri
dari berbagai senyawa ion maupun kovalen. sifat daya hantar listrik zat yang terlarut
dalam air dapat diketahui dengan uji nyala

Gambaran Bentuk Molekul Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah, dan Nonelektrolit .


Jenis Sifat dan Pengamatan Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi
Larutan Lain
Elektrolit -   Terionisasi sempurna NaCl, NaOH, H2SO4, NaCl —> Na+ + Cl-
Kuat -   Menghantarkan arus HCl, dan KCl NaOH —> Na+ +
listrik OH-
-   Lampu menyala terang H2SO4 —> H+ +
-   Terdapat gelembung SO42-
gas HCl —> H+ + Cl-
KCl —> K+ + Cl-
Elektolit -   Terionisasi sebagian CH3COOH, N4OH, CH3COOH –> H+ +
Lemah -   Menghantarkan arus HCN, dan Al(OH)3 CH3COOH-
listrik HCN –> H+ + CN-
-   Lampu menyala redup Al(OH)3 –> Al3+ +
-   Terdapat gelembung OH-
gas
Non -   Tidak terionisasi C6H12O6 C6H12O6
Elektrolit -   Tidak menghantarkan C12H22O11 C12H22O11
arus listrik CO(NH2)2 CO(NH2)2
-   Lampu tidak menyala C2H5OH C2H5OH
-   Tidak terdapat
gelembung gas

C.    Cara Larutan Elektrolit Menghantarkan Arus listrik


Teori ionisasi

Pada Tahun 1887, seorang ilmuwan Swedia yang bernama Svante August Arrhenius
mengemukakan sebuah teori yang menjelaskan mengapa larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik. Menurutnya, larutan elektrolit dapat menghantarkan arus
listrik, karena dalam larutan elektrolit tersebut terdapat ion-ion yang dapat bergerak
bebas. Ion-ion inilah yang dapat menghantarkan arus listrik. Untuk lebih memahami teori
Arhennius ini, coba perhatikan gambar di atas!
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa arus listrik mengalir melalui larutan
elektrolit(CuCl2) yang ditandai dengan bergeraknya jarum amperemeter. Hal ini
dikarenakan larutan tersebut terion menjadi ion Ca2+ yang bergerak menuju katoda dan
ion Cl- yang bergerak menuju anoda.

Berdasarkan gambar pertama terlihat bahwa larutan elektrolit kuat (NaCl) terion
sempurna menjadi ion Na+ dan Cl- sehingga dapat menghidupkan lampu dengan terang
karena jumlah ion yang banyak. Sedangkan pada gambar ke dua terlihat larutan
elektrolit lemah(CH3COOH) terion sebagian menjadi ion CH3COO- dan ion H+ dan
sebagian dalam bentuk CH3COOH Karena jumlah ion yang sedikit maka lampu
menyala dengan redup.

Daya hantar listrik pada larutan elektrolit kuat, lemah dan non elektrolit merupakan
kekuatan elektrolit yang dinyatakan dengan derajat ionisasi (α). Secara matematis
dinyatakan dengan persamaan berikut
α = mol zat yang terionisasi
mol zat mula-mula.

Berdasarkan persamaan diatas dan kegiatan sebelumnya :


Jika α = 1, maka zat terionisasi sempurna dan merupakan latutan elektrolit kuat.
Jika 0< α <1, maka zat terionisasi sebagian dan merupakan larutan elektrolit lemah.
Jika α = 0, maka zat tidak terionisasi dan merupakan larutan non elektrolit
Larutan elektrolit dapat menghantarkanarus listrik sedangkan larutan nonelektrolit
tidak menghantarkan arus listrik. Hantaran listrik larutan disebabkan oleh partikel
bermuatan yang disebut ion. Ion positif tertarik ke katoda (-) dan ion negative ke
anoda (+). Totalnya merupakan perpindahan muatan dari suatu kutub ke kutub
lain. Karena adanya perbedaan muatan. Aliran ion inilah yang menyebabkan larutan
elektrolit dapat menghantarkan arus listrik.
Listrik dapat mengalir dari dua medium, yaitu logam dan larutan. Dalam logam,
listrik diantarkan oleh electron bermuatan negatif yang bergerak sehingga disebut
penghantar elektronik. Dalam larutan, listrik dihantrakan oleh ion yang bergerak dan
disebut penghantar elektronik.
Perubahan suatu senyawa menjadi ion-ion dalam suatu larutan disebut proses
ionisasi. Proses ionisasi merupakan salah satu cara menunjukan pembentukan ion-ion,
umumnya ditulis tanpa melibatkan molekul air atau pelarut, namun terkadang molekul air
dituliskan juga. Misalnya HCl yang dilarutkan dalam air dapat ditulis dalam dua
persamaan:

HCl →H+ + Cl–


HCl + H2O →H3O+ + Cl–
CH3COOH →H+ + CH3COO–
CH3COOH + H2O →H3O+ + CH3COO–

Pada mulanya hantaran listrik larutan ditentukan dengan mengukur kuat arus yang
melalui larutan. Kemudian diketahui bahwa cara ini mengandung kesalahan, karena
arus listrik dalam larutan menimbulkan polariasi, yaitu penumpukan ion pada elektroda.
Ini dapat diatasi dengan arus bolak balik dan mengukur tahanan larutan.
Senyawa seperti glukosa, etanol, gula tebu dan larutan urea dalam bentuk
padatan, lelehan maupun larutan tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak
mengalami ionisasi atau tetap dalam bentuk molekul.

D.    Sumber Ion Dalam Larutan Elektrolit


Ion-ion yang timbul dalam larutan elektrolit terdiri dari dua sumber yaitu senyawa
ionik dan senyawa kovalen polar.
a.       Senyawa ionik
Senyawa ionik tersusun atas ion-ion sekalipun dalam dalam bentuk padat atau
kering.Misalnya NaCl dan NaOH. NaCl tersusun dari ion Na + dan ion Cl¯ sedangkan
NaOH tersusun dari ion Na+ dan ion OH–.
Senyawa-senyawa ionik dalam keadaan padat tidak dapat menghantarkan arus
listrik karena ion-ion yang terikata dengan kuat, sehingga tidak ion-ion tersebut tidak
mengalami mobilisasi ketika diberi beda potensial. Namun apabila senyawa ionik
dilarutkan dalam pelarut polar misalnya air, maka senyawa ionik adalah suatu elektrolit.
Hal ini disebabkan ion-ion yang awalnya terikat kuat pada kisi terlepas kemudian segera
masuk dan menyebar dengan air sebagai medium untuk bergerak.
Perlu diketahui bahwa semua senyawa ionik yang yang dapat larut dalam pelarut
polar seperti air dan lelehan senyawa ionik merupakan suatu elektrolit.Tetapi lelehan
senyawa ionik memiliki daya hantar listrik yang lebih baik dibanding larutannya.
Hal ini disebabkan susunan ion-ion dalam lelehan senyawa ionik lebih rapat
dibanding dalam bentuk larutan, sehingga ion-ion yang ada lebih mudah atau lebih
cepat bergerak menuju anoda dan katoda ketika diberi beda potensial.
Ion dalam air dapat dibentuk dengan tiga cara, yaitu :
1.      Zat terlarut adalah senyawa ion, seperti NaCl dan K 2SO4
2.      Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi dalam air terurai menjadi ion, seperti HCl dan
H2SO4
3.      Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi bereaksi dengan air sehingga membentuk ion
positif dan negatif, seperti NH3 dan CO2.

b.      Senyawa Kovalen Polar


Senyawa-senyawa kovalen baik kovalen polar maupun nonpolar dalam keadaan murni
tidak dapat menghantarkan arus listrik.Tetapi senyawa kovalen polar dapat
menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.Hal ini disebabkan
senyawa kovalen polar dalam pelarut yang sesuai mampu membentuk ion-ion.
Misalnya senyawa kovalen polar mampu membentuk ion di dalam air sehingga
dapat menghantar arus listrik.Tetapi senyawa kovalen polar tidak mampu membentuk
ion di dalam benzena sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.HCl, NH 3 dan
CH3COOH merupakan beberapa contoh senyawa kovalen polar.
BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

1. Larutan yang dapat menghantarkan listrik disebut larutan elektrolit, sedangkan


larutna yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan non elektrolit.

2. Berdasarkan daya hantarnya larutan elektrolit dibedakan menjadi larutan elektrolit


kuat dan elektrolit lemah.

3. Jika diuji dengan elektrolit, maka pada larutan elektrolit kuat akan terlihat gejala
yaitu lampu menyala terang dan banyak gelembung gas. Sedangkan larutan
elektrolit lemah akan memperlihatkan gejala lampu yang redup dan terdapat
gelembung gas atau hanya terdapat gelempbung gas tanpa nyala lampu. Larutan
non elektrolit mempunyai gelembung gas dan tidak membuat lampu menyala.

4. Kekuatan elektrolit dapat diukur dengan menggunakan derajat ionisasi (α). Jika

5. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena adanya ion-ion yang
bergerak bebas.

6. Zat elektrolit kuat dalam air menggion secara sempurna, sedangkan zat elektrolit
lemah hanya mengion sebagian.

7. Zat elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar yang
mengalami pengionan.

B. Saran

 Untuk Sekolah
Diharapkan penambahan buku lebih banyak lagi dalam pembahasan larutan
elektrolit dan non elektrolit.
 Untuk Guru
Diharapkan ibu/bapak bisa menjelaskan rinci lagi mengenai larutan elektrolit
dan non-elektrolit.
 Untuk Murid
Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari lebih dalam tentang larutan
elektrolit dan larutan non-elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA

http://idrissetiawanalwysclever-skiripsi.blogspot.co.id/2012/07/makalah-kimia-
larutan-elektrolit-dan.html
http://izhaashari.blogspot.co.id/2014/06/makalah-kimia-larutan-elektrolit-dan.html
https://zonaliakimiapasca.wordpress.com/kimia-kelas-x/semester-2/1-larutan-
elektrolit-dan-non-elektrolit/49-2/
S, Syukri. Kimia Dasar 2. 1999. Bandung: ITB
Sunarya, Yayan. Kimia Dasar 2. 2012. Bandung: CV. Y Rama Widya

You might also like