You are on page 1of 18

MAKALAH MANAJEMEN KOPERASI DAN UKM

PERKEMBANGAN GERAKAN KOPERASI INDONESIA


DOSEN PENGAMPU: Sri Astuti, SE.,MM.

Kelompok 2:
Ahmad Sabbi (101211020148)
Aldy Wiranata (101211010125)
Angga Siswanto (101211010108)
Dema Angelika (101211010141)
Prehasti Regita (101211010137)
Putri Regina Rezki (101211010124)
Rezy Alvinri (101211010099)
Rosidah (101211010139)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI
TEMBILAHAN
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah


melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul
“PERKEMBANGAN GERAKAN KOPERASI INDONESIA” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Manajemen Koperasi dan UKM Ibu Sri Astuti, SE.,MM. yang telah
memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca agar kedepannya kami dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi. Sekian terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ………............................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Terwujudnya Pendirian Koperasi di Era Pra Kemerdekaan ..................... 3
2.2 Era Kebangkitan Gerakan koperasi di Indonesia (1945-1950) .................... 5
2.3 Gerakan Koperasi Hingga Kembalinya Negara ke UUD 1945. (1950-
1960) .................................................................................................................... 6
2.4 Gerakan Koperasi Era Demokrasi Terpimpin (1960-1965) ......................... 7
2.5 Perkembangan Gerakan Koperasi Indonesia Era Orde Baru (1965-
Sekarang) ............................................................................................................. 8
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13
3.2 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi sudah lama dikenal masyarakat Indonesia. Entitas yang


menjalankan prinsip kekerabatan ini juga telah berbuat banyak untuk
meningkatkan ekonomi dan pembangunan nasional masyarakat. Sejak
pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia, Divisi Koperasi
telah mampu membantu meningkatkan efisiensi ekonomi masyarakat
melalui kegiatan usaha koperasi. Karena prinsip usaha dan sifat koperasi
yang berbeda dengan badan usaha lainnya, maka badan ini disahkan oleh
masyarakat Indonesia yang menjalankan segala kegiatan ekonomi
berdasarkan sistem perekonomian nasional.

Sistem ekonomi kerakyatan Indonesia pada umumnya sangat serasi


dengan unit-unit ekonomi yang berbentuk koperasi. Keduanya menganut
prinsip kerabat dan mempromosikan prinsip gotong royong. Koperasi
Indonesia sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1896 oleh R. Aria
Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah. Ia membentuk credit union
dengan tujuan membantu rakyatnya yang terlilit hutang kepada rentenir.
Setelah itu koperasi berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi
Utomo. Dalam perkembangan selanjutnya, Mo Hatta, Wakil Presiden
pertama Republik Indonesia, menjadi salah satu tokoh nasional yang
senantiasa mendukung keberadaan koperasi di Indonesia. Itu membuatnya
menjadi bapak koperasi Indonesia.

Secara resmi gerakan koperasi itu sendiri lahir di Indonesia pada


konvensi pertama yang diadakan di Tasikmalaya pada tanggal 12 Juli 1947,
dan akhirnya dinyatakan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Sejak saat itu,
koperasi tumbuh dan diminati masyarakat Indonesia. Koperasi merupakan
salah satu pilar utama dalam memajukan dan memperkuat pembangunan

1
dan perekonomian nasional. Pada awal kemerdekaan Indonesia, koperasi
didirikan sebagai koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1965. Sejak saat itu lahirlah beberapa peraturan yang berkaitan dengan
perkoperasian, dimulai dengan penghapusan undang-undang dan diganti
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok
Perkoperasian dan kemudian dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian.(Achmad Solihin, 2018)

1.2 Rumusan Masalah


2. Bagaimana terwujudnya pendirian koperasi di era pra kemerdekaan ?
3. Bagaimana era kebangkitan Gerakan koperasi di Indonesia (1945-
1950) ?
4. Bagaimana Gerakan koperasi hingga kembalinya negara ke UUD
1945 (1950-1960) ?
5. Bagaimana Gerakan koperasi era demokrasi terpimpin (1960-1965) ?
6. Bagaimana gerakan koperasi era Orde Baru (1965-sekarang) ?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Gerakan koperasi di
Indonesia dari era pra kemerdekaan hingga orde baru

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Terwujudnya Pendirian Koperasi di Era Pra Kemerdekaan


Sejarah koperasi di Indonesia pada tahun 1896 sampai dengan 1908
merupakan titik awal dikenalnya koperasi di Indonesia. Pada tahun 1896, R
Aria Atmadja seorang Patih Pamong Praja mendirikan suatu Bank Simpanan
untuk menolong para pegawai negeri (kaum priayi) yang terjerat tindakan
dalam soal riba dari kaum lintah darat. Cita-cita dan ide beliau ini mendapat
rintangan atau hambatan sebagai kegiatan politik pemerintah penjajah waktu
itu. Adapun karya dari beliau yang telah ia lakukan adalah :

1. Mendirikan bank simpanan yang dia anjurkan untuk kemudian


diubah menjadi koperasi.
2. Membuat sistem Lumbung Desa untuk usaha penyimpanan padi
rakyat pada musim panen, yaitu dikelola untuk menolong rakyat
dengan cara memberikan pinjaman pada musim paceklik.

Sejarah Koperasi di Indonesia, pada tahun 1908 Boedi Oetomo mencoba


memajukan koperasi-koperasi rumah tangga, koperasi toko, yang
selanjutnya menjadi koperasi konsumsi yang di dalam perkembangannya
kemudian menjadi koperasi batik.

Gerakan Boedi Utomo pada tahun 1908 dengan dibantu oleh


Serikat Islam inilah yang melahirkan koperasi pertama kali di Indonesia,
koperasi ini bersamaan dengan lahirnya Gerakan Kebangkitan Nasional.
Namun perkembangan koperasi pada waktu itu kurang memuaskan, karena
adanya hambatan yang datang dari pemerintah Belanda. Meskipun
perkembangan koperasi kurang lancar, pemerintah belanda tetap khawatir
jika koperasi makin tumbuh dan berkembang di kalangan Bumi Poetra.

3
Agar perkembangan koperasi tidak makin meluas, pemerintah
belanda pada tahun 1915 berusaha mengatur kehidupan koperasi dengan
suatu Undang-undang. Dengan keluarnya UU koperasi tahun 1927, maka
koperasi di Indonesia mulai berkembang dan bangkit lagi. Selain koperasi-
koperasi lama yang dirintis oleh Serikat Islam, Boedi oetom, Partai
Nasional Indonesia, maka bermunculanlah koperasi-koperasi lainnya
seperti koperasi kredit, koperasi perikanan dan koperasi kerajinan. Akan
tetapi koperasi ini mundur lagi karena mendapat saingan berat dari kaum
pedagang yang mendapat fasilitas dari Pemerintah Belanda.

Pada tahun 1933, Pemerintah Belanda mengeluarkan lagi peraturan


koperasi sebagai pengganti peraturan koperasi tahun 1915. Peraturan baru
ini tidak ada bedanya dengan peraturan koperasi tahun 1915, peraturan ini
sama sekali tidak cocok dengan kondisi rakyat Indonesia, akibatnya
koperasi semakin mundur saja dengan keluarnya peraturan tersebut.
Jawatan Koperasi pada tahun 1935 dipindahkan dari Departemen Dalam
Negeri ke Departemen Ekonomi karena banyaknya kegiatan di bidang
ekonomi pada waktu itu dan dirasakannya bahwa koperasi lebih sesuai
berada di bawah Departemen Ekonomi.

Pada Tahun 1937 dibentuklah koperasi simpan pinjam yang diberi


bantuan modal oleh pemerintah, dengan tugas sebagai koperasi
pemberantas hutang rakyat, terutama kaum tani yang tidak lepas dari
cengkeraman kaum pengijon dan lintah darat.

Selanjutnya pada tahun 1939 Jawatan koperasi yang berada di bawah


Departemen Ekonomi, diperluas ruang lingkupnya menjadi jawatan koperasi
dan perdagangan dalam negeri. Hal ini disebabkan karena koperasi pada
waktu itu belum mampu untuk mandiri, sehingga pemerintah penjajah
Belanda ini menaruh perhatian dengan memberikan bimbingan, penyuluhan,
pengarahan dan sebagainya tentang bagaiman cara koperasi dapat
memperoleh barang dan memasarkan hasilnya. Perhatian yang

4
diberikan oleh Pemerintah Penjajah tersebut dimaksudkan agar koperasi
dapat bangkit dan berkembang serta mampu mengatasi dirinya sendiri.

Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942 peranan koperasi


menjadi berubah lagi. Koperasi yang bercirikan demokrasi sudah tidak ada
lagi, karena oleh Balatentara Jepang sebagai penguasa pada waktu itu,
koperasi dijadikan sebagai alat pendistribusian barang-barang keperluan
tentara Jepang. Koperasi-koperasi yang ada ini diubah menjadi Kumiai,
yang berfungsi sebagai pengumpul barang untuk keperluan perang.

Pada masa ini, koperasi tidak mengalami perkembangan bahkan


semakin hancur. Hal ini disebabkan karena adanya ketentuan dari
penguasa Japang bahwa untuk mendirikan koperasi harus mendapatkan
izin dari pemerintah setempat dan biasanya izin tersebut sangat dipersulit.

2.2 Era Kebangkitan Gerakan koperasi di Indonesia (1945-1950)


Perjuangan Kemerdekaan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia
berujung pada saat diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia, tanggal
17 Agustus 1945. Kemerdekaan secara politis ini membawa dampak
positif di segala bidang kehidupan bangsa Indonesia, termasuk bidang
kehidupan perkoperasian. Keinginan dan semangat untuk berkoperasi yang
semula hancur akibat politik Devide et Impera (pecah belah) pada masa
kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh sistem “Kumiai” pada zaman
penjajahan Jepang, lambat laun kembali menghangat hal sejalan pula
dengan menggeloranya “semangat dan nilai-nilai perjuangan 45”, antara
rakyat dan pemerintah saling bahu membahu beusaha mengatasi
persoalan-persoalan disemua sektor kehidupan, termasuk peranan koperasi
di sektor ekonomi. Mengenai peranan koperasi ini dituangka secara jelas
di dalam pasal 33 UUD ’45 yang pada dasarnya menetapkan koperasi
sebagai soko guru perekonomian Indonesia.

Akhir tahun 1946 jumlah koperasi yang didirikan melonjak cepat.


Di Pulau Jawa saja tercatat ada 2500 perkumpulan koperasi yang diawasi

5
pemerintah. Menjamurnya Koperasi ketika memancing kaum partai untuk
memanfaatka keadaan mereka demi tujuan partai.Dan banyak koperasi
yang kemudian diperalat oleh para pimpinan partai itu. Ini berarti secara
sadar telah melanggar prinsip-prinsip berkoperasi.

Kongres Koperasi I

Kongres dilaksanakan sesuai rencana. Pesrta yang hadir sebanyak


kurang lebih 500 orang utusan yang berasal dari berbagai daerah, misalnya
dari koperasi di Jawa dan Madura, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi.
Kngres terlaksana mulai tanggal 11-14 Juli 1947 di Tasikmalaya, Jawa
Barat. Kongres pertama ini menelorkan beberapa keputusan antara lain :

1. Terwujudnya kesepatan untuk mendirikan SOKRI (Sentral


Organisasi KoperasiRakyat Indonesia)
2. Ditetapkannya asas Koperasi Indonesia : berdasarkan atas
kekeluargaan dan gotong royong.
3. Ditetapkan tanggal 12 Juli sebagai “Hari Koperasi Indonesia”.
4. Diperluasnya pengertian dan pendidikan tentang perkoperasian,agar

para anggotanya dapat lebih loyal terhadap koperasi.

2.3 Gerakan Koperasi Hingga Kembalinya Negara ke UUD 1945. (1950-


1960)
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara republik Indonesia Serikat
resmi dibubarkan dan diganti dengan negara kesatuan republik Indonesia.
Perubahan susunan politik dan konstitusional negara ini sekaligus juga
mengubah susunan jawatan Koperasi untuk diseragamkan dan disesuaikan.
Perkembangan koperasi antara tahun 1950 hingga 1960 mengalami
kemajuan sangat pesat. Tercatat pada tahun 1959 ada 16.601 koperasi,
bandingkan dengan jumlah koperasi pada tahun 1950 yang hanya ada 1155
buah.

6
Kongres Koperasi II
Terdapat beberapa sebab yang mendorong diadakannya Kongres
Koperasi II, antara lain :
1. SOKRI yang merupakan hasil Kongres Koperasi I tidak mampu
melaksanakan fungsinya dengan baik. Sehingga tidak terwujud
kesatuan pandangan tentang betuk organisasi, dasar atau tujuan
koperasi.
2. Adanya anggapan oleh sementara kalangan gerakan koperasi bahwa
peraturan perkoperasianyang ada sudah tidak relevan lagi. Peraturan
perkoperasian dimaksud adalah Undang-undang No. 179/1949 yang
diaanggap tidak sesuai lagi denga alam kemerdekaan.
Di dalam kongres ini beberapa orang Pejabat Pemerintah dan para tokoh
gerakan koperasi turut aktif memberikan prasaran mereka, antara lain :
1. Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo (MenteriPerekonomian)
tentang “Fungsi Koperasi dalam proses pengembangan ekonomi”.
2. Iskandar Tejakusuma (Menteri Perburuhan) tentang “Perumahan
Rakyat”.
3. R.Moh. Abiyah Hadiwinoto (GKBI) tentang “Undang-Undang
Koperasi”.
4. Roesli Rahim (Kepala Koperasi Pusat) tentang “Pendidikan dan
Penerangan Koperasi”.
5. R.S. Soeria Atmadja (Kepala Direktorat Perekonomian Rakyat)

tentang “Perluasan Tugas Gerakan Koperasi di Indonesia.

2.4 Gerakan Koperasi Era Demokrasi Terpimpin (1960-1965)


Dalam era demokrasi Terpimpin (1960-1965) ini kelangsungan
gerakan koperasi erat terkait dengan kondidisi sosial politik nasional ketika
itu, khususnya akibat adanya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sebelumnya disertai
pula dengan Manipol 17 Agustus 1959. Di bidang perkoperasian, juga
dikeluarkan PP No. 60/1959 yang pada dasaenya menghendaki adanya

7
penyesuaian diri dari gerakan koperasi terhadap kebijaksanaan politik
yang sedang berlaku.

Munaskop I
Gerakan koperasi akan menyelenggarakan Munasnya untuk yang I
kali di Surabaya ketika tanah air Indonesia baru dibawah pengaruh
Demokrasi terpimpin. Munaskop I itu terselenggara pada tanggal 21 s/d 27
april 1961 dengan peserta banyak 1.500 orang. Adapun Munaskop dalam
sidangnya kemudian berhasil menelorkan beberapa keputusan, antara lain
meliputi :
1. Peranan Koperasi Indonesia
2. Organisasi gerakan serta program koperasi Indonesia

Munaskop II
Kondisi sedemikian mencapai puncaknya tatkala diadakan Munaskop
II di Jakarta, langsung di bawah pimpinan Menteri Transkop (Moh,
Achmad), Menteri dalam negeri (Dr Soemarno Sastroadmodjo) dan
Menteri sekretaris Jendral Front Nasional (Soedibyo). Peserta yang hadir
(kurang lebih 1000 orang) berasal dari berbagai utusan, seperti dari pejabat
pemerintah, para wakil organisasi massa (Ormas) revolisioner, anggota
Front Nasional anggota MPR/DPR-GR, golongan koperasi, para pemimpin
induk Koperasin dan lain-lain. Munaskop II berlangsungpada tanggal 2
s.d. 10 Agustus 1965

2.5 Perkembangan Gerakan Koperasi Indonesia Era Orde Baru (1965-


Sekarang)
Runtuhnya pemerintahan rezim Soekarno berawal dari timulnya
pemberontakan yang dilakukan/didalangi oleh Partai Komunis Indonesia
(PKI). Pemberontakan yang kita kenal dengan sebutan G. 30 S/PKI
merupakan picu atas runtuhnya Rezim orde lama yang dipimpin oleh Ir.
Soekarno. Memang amatlah tragis sejarah hitam kehidupan perkoperasian

8
nasional mencoreng muka kemerdekaan dan Undang-undang dasar 1945
yang telah diyakini kebenarannya. Sejak saat Jendral Suharto efektif
memegang kendali kekuasaan pemerintah sesuai dengan SUPERSEMAR
(surat perintah 11 Maret 1966), perbaikan mulai dilakukan. Tanpa terkecuali
bidang perkoperasian untuk dikembalikan sesuai dengan fungsinya yang
sesungguhnya.

Munas Gerkopin I
Untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan politik yang ada
maka gerakan koperasi merencanakan akan mengadakan Musyawarah
(tingkat) Nasional. Musyawarah itu diharapkan menelorkan suatu keputusan
yang mengatur suatu pola baru sebagai pegangan perkoperasian dalam
melakukan rehabilitasi kehidupan perkoperasian.

Musyawarah yang disebut Musyawarah Nasional kesatu (1) Gerakan


Koperasi Indonesia (disingkat Munas I Gerkopin atau Munas Gerkopin I)
itu dilaksanakn di Jakarta pada tanggal 13-17 juli 1966. Adapun keputusan
penting dari Munas Gerkopin I ini antara lain : ditetapkan doktrin koperasi,
yakni Swakarya Bina Raharja (bekerja sendiri membina kesejahteraan),
ditetapkan pola pembangunankoperasi yang terdiri dari aspek-aspek
produksi, distribusi dan pembiayaannya, dan seterusnya.

Berlakunya Undang-undang No. 12 tahun 1967

Sementara itu, pemerintah, dalam hal ini Menteri perdagangan dan


Koperasi dengan sigap menyambut hasil keputusan Munas Gerkopin I
tersebut. Melalui surat keputusan No. 070/SK/III 1966 dibentuk panitian
peninjauan Undang-undang No.14 tahun 1965 Panitia ini kemudian
menyusn Trancangan Undang-undang Koperasi.

Rancangan Undang-undang Koperasi pun berhasil disusun dan


diajukan

9
kepada pejabat presiden jendral TNI Soeharto, yang kemudian
mensahkannya sebagai Undang-undang dengan No. 12 tahun 1967, tanggal
18 Desember 1967, Undang-undang ini diberitakan dalam lembaran negara
No. 23 Tahun 1967.

Musyawarah Nasional Koperasi IX (MUNASKOP IX)


Didalam pembangunan Pembangunan Lima Tahun (PELITA II)
Gerakan Koperasi kembali menyelanggarakan Musyawarah. Kali ini
musyawarah Nasional Koperasi IX. Munaskop IX diadakan tanggal 7-12
juli 1973 dihadiri oleh beberapa utusan atau kalangan, antara lain : Gerakan
Koperasi sendiri ; kalangan pemerintah dan perguruan tinggi, termasuk
dihadiri pula oleh Bpk. Koperasi : Dr Moh. Hatta pada acara pembukaanya.
Adapun keputusannya diambil dalam Munaskop IX kali ini antara lain :
1. Program Koperasi dalam rangka Sapta Krida kabinet pembangunan
II dan pelaksanaannya PELITA II meliputi masalah-masalah yang
betul-betul berada dalam arus utama pembangunan masyarakat
terutama didaerah pedesaan, di kota-kota dan regional serta mampu
menjadi pengerak dari pembangunan itu sendiri.
2. Kegiatan usaha koperasi dalam PELITA II terutama ditunjukkan
untuk:
a) Meningkatkanproduksi pangan dan barang ekspor agar
dapat meningkatkan pendapatan anggota .
b) Meningkatkan produksi pangan barang-barang ekspor untuk
meningkatkan devisa.
c) Lebih merata hasil pembangunan.
d) Memperluas tanggung jawab dan meningkatkan partisipasi
masyrakat dalam pembangunan.
e) Ikut menciptakan Kesempatan kerja.

f) Menjadikan koperasi unit ekonomi rakyat yang mampu


berdiri sendiri.

10
Rapat Anggota DKI

Setelah terlaksananya Musyawarah Nasional Koperasi IX di Jakarta pada


tanggal 7-12 Juli 1973, kemudian diadakan rapat Anggota dewan Koperasi
Indonesia (DKI).Rapat anggota DKI tersebut berhasil menetapkan susunan
Pengurus Dewan Koperasi Indonesia (DKI) yang diketuai/dipimpin oleh R.P.
Suroso selaku ketua umum, R.C. Danoe Soegito selaku Wakil Ketua umum,
R.C. Danoe Soegito selaku sekjen, dan lain-lain untuk masa jabatan 1974-
1977.Badan hukum DKI telah disahkan oleh Direktorat Jenderal Koperasi
dengan No. 001A/BDH.Dwk/77, tanggal 27 Desember 1977.

Munaskop X
Munaskop X yang diselenggarakan di Jakarta (7-8 Nopember 1977)
adalah sesuai dengan keputusan yang diambil dalam “simposium” tentang
pembinaan Koperasi ke arah pelaksanaan pasal 33 UUD 1945, beberapa
waktu sebelumnya. Perubahan AD/RT DKI yang diajukan simposiem
tersebut disetujui dengan beberapa penyempurnaan kemudian disahkan
tanggal 10 Januari 1978.

Munaskop XI
Terdapat alasan yang menyebabkan diadakannya Munaskop XI,
antara lain karena dirasakan belum tercapainya sasaran utama pengembanga
koperasi, yaitu sebagai alat peejuangan anggotanya serta sebagai partner
pemerintah yang mampu berdikari.
Sebanyak 350 peserta yang hadir dalam acara Munaskop XI yang
diadakan di Jakarta tanggal 17-19 Januari 1983 dan bertemakan : “Dengan
Koperasi meningkatkan pemerataan pendapatan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.”
Adapun keputusan yang diambil-keputusan yang diambilMuanskop yang
acaranya dibuka presiden Soeharto di istana merdeka ini, antara di bidang
kaderisasi, peraturan perundang-undangan, koperasi-kopeasi khusus, dan lain-
lain; bidang pendidikan, bidang usaha koperasi, dan lain sebagainya.

11
Rapat Anggota Dekopin
Pada bulan januari 1983 diadakan rapat anggota Dekopin. Atas dasar
keputusan Munaskop XI di atas dasar Rapat anggotan Dekopin disusunlah
rencana kerja lima tahun, yang dapat dijadikan pedoman kerja Dekopin
dalam melaksanakan tugasnya yang dibebankan kepada pengurus masa
bakti 1983-1988. Rencana kerja ini dalam pelaksanaanya dibagi-bagi
menjadi perogram kerja tahunan.

Munaskop XII
Musyawarah nasional koperasi ke 12 diselenggaakan di Jakarta pada
tanggal 18-20 Juli 1988 dengan pokok-pokok pikiran tentang pembangunan
koperasi, khususnya bidang usaha dan permodalan koperasi; bidang
pendidikan, latihan penyuluhan koperasi; dan bidang manajemen,
pengembangan dan penelitian koperasi.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Koperasi adalah suatu kumpulan orang orang yang memiliki tujuan yang
sama dengan cara bekerja sama dengan membentuk organisasi tujuannya untuk
mensejahterakan para anggotanya. Sejarah dan perkembangan koperasi di
Indonesia mengalami proses dan sistem pelaksanaan yang berbeda-beda sesuai
dengan masa pemerintahan yang ada di Indonesia dimulai dari masa sebelum
kemerdekaan, masa mempertahankan kemerdekaan, masa orde lama dan masa
orde baru hingga sekarang. Koperasi memiliki peranan yang sangat penting
dalam pembangunan ekonomi dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indonesia di awal kemerdekaan tetapi seiring masuknya liberalisme koperasi pun
mengalami penurunan kemajuan bahkan untuk saat ini koperasi cenderung jalan
di tempat atau tidak berkembang.

Di Indonesia, ide-ide perkoperasian diperkenalkan pertama kali oleh


patih di Purwokerto, jawa tengah,R.Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896
mendirikan sebuah Bank untuk Pergawai Negeri. Cita-cita semangat tersebut
selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode.

3.2 Saran
Koperasi di Indonesia tentulah terjadi yang namanya pasang surut di
dalam dunia koperasi , oleh karena itu marilah kita meningkatkan kesadaran
dari diri kita masing - masing dalam usaha untuk meningkatkan koperasi di
Indonesia dengan cara meningkatkan kinerja anggota koperasi dengan cara
memberikan training atau pelatihan kepada anggota koperasi terus kita juga
bisa memodifikasi produk yang ada , dengan memodifikasi produk-produk
yang ada dikoperasi , kiranya akan meningkatkan selera masyarakat sehingga
tertarik untuk mengkonsumsi produk dari koperasi tersebut dengan
menyesuaikan dengan perkembangan zaman dari tahun ke tahun dan juga

13
memperbaiki koperasi secara menyeluruh , kita harus menjadikan koperasi
yang ada Indonesia ini sebagai koperasi yang baik dan mari kita memberi
perubahan yang ada untuk lebih mensejahterkan koperasi Indonesia agar
menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

14
Achmad Solihin, E. P. L. (2018). Sejarah Koperasi. LinkedIn Learning,21–
39.http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp content/uploads/pdfmk/ESPA4323-
M1.pdf

KOSPIN Serba Mulia. Kspserbamulia.co.id. Diterbitkan 2018. Diakses 16


Oktober 2022. https://kspserbamulia.co.id/news/d/sejarah-koperasi

Ferari Ari. Bab IV Pekembangan Gerakan Koperasi Indonesia Zaman


Kemerdekaan Dan Orde Lama. Blogspot.com. Diterbitkan 2014. Diakses 16
Oktober 2022. http://ariferari.blogspot.com/2014/10/bab-iv-pekembangan-
gerakan-koperasi.html

15

You might also like