Professional Documents
Culture Documents
Panduan Skrining Pasien
Panduan Skrining Pasien
GARUT
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat
dan karunianya sehingga buku Panduan Skrining di Rumah Sakit Umum Daerah
Pameungpeuk Garut dapat diselesaikan sesuai dengan aturan yang berlaku dan
menjadi acuan pelaksanaan pelayanan yang prima.
Buku panduan ini akan dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan
bila ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi di rumah sakit.
Tim Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
BAB IV DOKUMENTASI.........................................................................11
ii
BAB I
DEFINISI
1
kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang memadai sesuai kebutuhan
pasien.
Tujuan Skrining adalah untuk mengurangi morbiditas dari penyakit
dengan dini terhadap kasus kasus yang ditentukan. Test skrining dapat
dilakukan berupa :
1. Pertanyaan / Quisioner / anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. X-ray
5. Diagnostik Imaging
Skrining membantu staf/ karyawan untuk memutuskan apakah pasien
membutuhkan pelayanan preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitatif serta
memilih pelayanan yang paling tepat sesuai dengan kebutuhannya.
Rumah Sakit berupaya memberikan :
1. Pelayanan Promotif dan Preventif
a. Klinik KIA
b. Klinik Spesialis untuk ANC dan imunisasi
c. Pelayanan Inisiasi Menyusui Dini
d. Pelayanan Rooming In dan ASI esklusif
e. Penyuluhan Kesehatan
f. Audiometri
g. Klinik Gizi
h. Medical Chek Up
2. Pelayanan Kuratif dan Paliatif
a. Pelayanan IGD dan Kamar Bersalin
b. Pelayanan 4 besar spesialistik
c. Pelayanan Rawat Jalan
d. Pelayanan Bedah Sentral
e. Pelayanan Penunjang ( Laboratorium dan Radiologi ) 24 jam
f. Pelayanan Farmasi 24 jam
3. Pelayanan Rehabilitatif
a. Pelayanan Rehabilitasi Medik ( Rawat Inap )
b. Pelayanan Home Care
c. Pelayanan Psioterapi
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
Pelayanan Keperawatan Dan Kebidanan terdiri dari pelayanan
asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari perawatan intensif, pelayanan
darah, gizi, farmasi, sterilisasi instrument dan rekam medis.
Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan laundry, atau
linen, jasa boga atau dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulans, komunikasi, kamar jenazah,
pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan penampungan air
bersih.
4
BAB III
TATA LAKSANA
5
3) Fiksasi leher
Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada
setiap penderita multitrauma, terlebih bila ada gangguan
kesadaran atau luka diatas klavikula
B. Breathing dan ventilasi-oksigenasi
1) Penilaian
a. Buka leher dan dada pasien dengan tetap mempertahankan
kontrol servikal in-line immobilisasi.
b. Tentukan laju dan dalamnya pernafasan.
c. Inspeksi dan palpasi leher dan thorax untuk mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trachea, ekspansi thorax
simetris atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-
tanda cidera lainnya.
d. Perkusi thorax untuk menentukan redup atau hipersonor.
e. Auskultasi thorax bilateral.
2) Pengelolaan
a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 8-
10liter/menit).
b. Ventilasi dengan Bag Valve Mask..
c. Menghilangkan tension pneumothorax.
d. Memasang Pulse Oxymeter.
3) Evaluasi
C. Circulation dengan kontrol perdarahan
1) Penilaian
a. Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal.
b. Mengetahui sumber perdarahan internal.
c. Periksa nadi : kecepatan, kualitas, pulsus paradoksus. Tidak
ditemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi massif segera.
d. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
e. Periksa tekanan darah
2) Pengelolaan
a. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal.
b. Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah
serta konsultasi pada ahli bedah.
6
c. Pasang IV cateter 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil
sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, test
kehamilan ( untuk wanita usia subur), golongan darah dan
cross-match.
d. Beri cairan kristaloid dengan tetesan cepat.
3) Evaluasi
D. Disability
1) Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS ( Glasgow Coma
Scale ) .
2) Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi
tanda-tanda laterisasi.
3) Evaluasi dan re-evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi dan
circulation.
4) Klasifikasi kesadaran pada trauma kepala :
GCS : 8 cedera kepala berat
GCS : 9 - 12 cedera kepala sedang
GCS : 13 – 15 cedera kepala ringan
E. Exposure / Environment
1) Buka pakaian penderita.
2) Cegah hipotermia : beri selimut dan tempatkan pada ruangan
yang cukup hangat.
3 Resusitasi
a. Re-evaluasi ABCDE
Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 20-30ml/kg BB pada
anak dengan tetesan cepat.
b. Evaluasi resusitasi cairan.
1) Nilai respon penderita terhadap pemberian cairan awal
7
b. Pasang kateter uretra
1) Kecurigaan adanya rupture uretra merupakan kontra indikasi
pemasangan kateter urin
2) Bila terdapat kesulitan pemasangan kateter karena stiktur uretra atau
BPH, jangan memanipulasi atau instrumentasi, segera konsultasikan
pada bagian bedah.
3) Ambil sampel urin untuk pemeriksaan urin rutin.
4) Produksi urin merupakan indicator yang peka untuk menilai perfusi
ginjal dan hemodinamik penderita.
5) Out out urin normal sekitar 0,5-1 ml/kg BB/jam pada orang dewasa, 1-2
ml/kg BB/jam pada anak-anak dan 2 ml/kg BB/jam pada bayi.
c. Pasang kateter lambung
1) Bila terdapat kecurangan faktur basis krani atau trauma maksilofacial
yang merupakan kontra indikasi pemasangan nasogastric tube, gunakan
orogastrik tube.
2) Selalu tersedia alat suction selama pemasangan kateter lambung karena
bahaya aspirasi bila pasien muntah.
d. Monitoring hasil resusitasi dan laboratorium
Monitoring didasarkan atas penemuan klinis, nadi, laju nafas, tekanan darah,
suhu tubuh dan out put urin dan pemeriksaan laboratorium.
e. Pemeriksaan foto rontgen atau USG abdomen
1) Segera lakukan foto thorax, pelvis dan servikal lateral dan atau USG
abdomen bila terdapat kecurigaan trauma abdomen.
2) Pemeriksaan foto rontgen harus slektif dan jangan sampai menghambat
proses resusitasi. Bila belum memungkinkan, dapat dilakukan pada saat
secondary survey.
3) Pada wanita hamil, foto rontgen yang mutlak diperlukan tetap harus
dilakukan.
4 Secondary Survey
Anamnesis dan pengkajian yang harus di dapatkan meliputi :
Pemeriksaan fisik head to toe
a. Khusus pasien trauma anamnesis yang harus di ingat
: S : syndrome
A : alergi
M : mekanisme dan sebab trauma
8
M : medikasi (obat yang diminum saat ini)
P : past illness
L : last meal (makan minum terakhir)
E : event/environment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan
b. Anamnesa secondary survey pada pasien non trauma sering dilakukan
dengan
A : alergi
M : medikasi ( obat yang sedang diminum)
P : past illness
L : last meal ( makan minum terakhir)
E : event / environment yang berhubungan dengan kejadian
c. Pemeriksaan fisik head to toe, kemungkinan penemuan gejala akan
terlihat.
d. Sebelum dilakukan pemeriksaan tambahan, periksa keadaan penderita
dengan peneliti dan pastikan hemodinamik stabil.
e. Selalu siapkan perlengkapan resusitasi di dekat penderita karena
pemeriksaan tambahan biasanya dilakukan diruangan.
Pemeriksaan tambahan yang biasanya diperlukan :
CT scan kepala, abdomen
USG abdomen, transoesofagus
Foto rontgen ekstremitas
Foto rontgen vertebra tambahan
Urografi dengan kontras
5 Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
a. Penilaian ulang terhadap penderita, dengan mencatat dan melaporkan
setiap perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap
resusitasi
b. Monitoring tanda-tanda vital dan jumlah urin
c. Pemakaian analgetik yang tepat diperbolehkan.
6 Teransfer keruangan rawat inap atau rujuk kerumah sakit lain
a. Bila rumah sakit Daerah Pameungpeuk Garut tersedia fasilitas (kamar
dan peralatan) dan sumber daya maka pasien dilakaukan rawat inap
sesuai dengan kebutuhan pasien.
9
b. Bila rumah sakit tidak tersedia fasilitas (kamar dan peralatan) dan
sumber daya (SDM) maka dilakukan rujukan sesuai prosedur setelah
pasien dalm kondisi stabil.
10
BAB IV
DOKUMENTASI
11