SATUAN KERJA : KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN MANGGARAI
TUGAS RESUME MATERI
PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA
Beberapa pokok pikiran dalam Pembangunan Bidang Agama:
1. Tempat Agama Dalam Negara Agama mempunyai tempat istimewa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Negara wajib melindungi semua agama yang diakui di Indonesia agar dapat mereproduksi diri (bertumbuh kembang). Hubungan negara dan agama di Indonesia tidak dapat dipisahkan. Pembangunan Indonesia dilandasi pembangunan berbagai bidang kehidupan masyarakat baik pembangunan bidang materil maupun bidang moril-spirituil. Salah satu bentuk pembangunan bidang moril-sprituil ini adalah pembinaan terhadap agama-agama yang dianut masyarakat Indonesia, agar dia menjadi salah satu modal dalam pembangunan Indonesia.
2. Pembangunan Bidang Agama
Pada fungsi agama, Kementerian Agama melakukan perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, serta penyelenggaraan haji dan umrah. Bimbingan kepada pemeluk agama dilaksanakan dalam kemitraan dengan lembaga keagamaan yang ada di Indonesia: 1) Majelis Ulama Indonesia (MUI) 2) Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) 3) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) 4) Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) 5) Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) 6) Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin)
3. Rencana Strategis Kementerian Agama Tahun 2020-2024
Rencana Strategis Kementerian Agama memuat visi, misi, tujuan, sasaran serta arah kebijakan dan strategi dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional khususnya pembangunan bidang agama dan pendidikan. Visi Kementerian Agama: Kementerian Agama yang profesional dan andal dalam membangun masyarakat yang saleh, moderat, cerdas dan unggul untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong. Enam (6) kata kunci di dalam Visi Kementerian Agama, yaitu: 1) Profesional, artinya adalah memiliki keahlian dan keterampilan yang memerlukan kepandaian khusus; 2) Andal, artinya bahwa dapat dipercaya dalam menghasilkan produk yang berkualitas; 3) Saleh, artinya taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah; 4) Moderat, artinya selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem dan berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah; 5) Cerdas, artinya sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya) dan tajam pikiran; 6) Unggul, artinya lebih tinggi (pandai, baik, cakap, kuat, awet, dan sebagainya) daripada yang lain-lain.
Misi Kementerian Agama:
1) Meningkatkan kualitas kesalehan umat beragama; 2) Memperkuat moderasi beragama dan kerukunan umat beragama; 3) Meningkatkan layanan keagamaan yang adil, mudah dan merata; 4) Meningkatkan layanan pendidikan yang merata dan bermutu; 5) Meningkatkan produktivitas dan daya saing pendidikan; 6) Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance);
Tujuan yang hendak dicapai Kementerian Agama:
1) Peningkatan kualitas umat beragama dalam menjalankan ibadah; 2) Penguatan kualitas moderasi beragama dan kerukunan umat beragama; 3) Peningkatan umat beragama yang menerima layanan keagamaan; 4) Peningkatan peserta didik yang memperoleh layanan pendidikan berkualitas; 5) Peningkatan lulusan pendidikan yang produktif dan memiliki daya saing komparatif; 6) Peningkatan budaya birokrasi kepemerintahan yang bersih, melayani dan responsif.
Sasaran Strategis Kementerian Agama:
1) Meningkatnya kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama 2) Meningkatnya moderasi beragama dan kerukunan umat beragama 3) Meningkatnya keselarasan relasi agama dan budaya 4) Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama 5) Meningkatnya pemanfaatan ekonomi keagamaan umat 6) Meningkatnya kualitas pembelajaran dan pengajaran 7) Meningkatnya kualitas pemerataan akses pendidikan 8) Meningkatnya pengelolaan dan penempatan pendidik 9) Meningkatnya kualitas penjaminan mutu pendidikan 10) Meningkatnya kualitas mental/karakter siswa 11) Menguatnya pendidikan tinggi yang berkualitas 12) Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel 13) Meningkatnya kualitas penelitian pengembangan dan kebijakan 4. Moderasi Beragama Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin moderâtio, yang berarti ke-sedang-an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap sangat kelebihan dan kekurangan). Gagasan moderasi beragama lahir dari kesadaran bahwa akar munculnya radikalisme dan intoleransi dipengaruhi oleh pemahaman agama yang dangkal dan keliru. Moderasi beragama tidak dapat dipisahkan dari toleransi. Moderasi beragama adalah proses, dan toleransi adalah hasil atau buah (outcome) jika moderasi diterapkan. Toleransi merupakan satu prasyarat utama bagi terwujudnya kerukunan nasional. Dan kerukunan nasional merupakan pilar bagi terwujudnya pembangunan nasional Indikator Moderasi Beragama: 1) Komitmen Kebangsaan 2) Toleransi 3) Anti Kekerasan 4) Akomodatif terhadap kebudayaan lokal
5. Pembangunan Zona Integritas
Hakikat Pembangunan Zona Integritas: 1) Merupakan miniatur implementasi reformasi birokrasi di Satuan/Unit Kerja 2) Bertujuan untuk membangun program RB sehingga mampu mengembangkan budaya kerja birokrasi yang antikorupsi, berkinerja tinggi dan memberikan pelayanan publik yang berkualitas 3) Membangun percontohan pada tingkat unit kerja pada instansi pemerintah sebagi unit menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) Pada tahap ini, sesuai dengan roadmap Reformasi Birokrasi 2020-2024, sasaran yang hendak dicapai adalah: 1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel 2. Birokrasi yang kapabel 3. Pelayanan publik yang prima 8 Area Perubahan Reformasi Birokrasi: 1) Manajemen Perubahan 2) Deregulasi Kebijakan 3) Penataan dan Penguatan Organisasi. Bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi 4) Penataan Tata Laksana. 5) Penataan SDM Aparatur. 6) Penguatan Akuntabilitas. 7) Penguatan Pengawasan. 8) Peningkatan Kualitas Layanan Publik. Lima langkah strategi membangun zona integritas adalah: 1. Komitmen 2. Kemudahan pelayanan 3. Program yang menyentuh masyarakat 4. Monitoring dan evaluasi 5. Manajemen media