You are on page 1of 11

Filsafat Pendidikan Nasional Pancasila

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Landasan dan Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu :
Sri Mulyati, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Annisa Qurrotu Aini (2005116103)
2. Fitrotun Nisa (2005116105)
3. Iin Andi Ismai (2205096002)
4. Isnaniar Fathdani (2205096005)
5. Sabrina Aisyah Putri (2205096030)
6. Naufal Fauzan (2205096029)

Kelompok 9
PGSD D 2020 & Bimbingan Konseling A 2022

Pendidikan Guru Sekolah Dasar & Bimbingan Konseling


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mulawarman
Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyusun tugas makalah ini dengan judul “ Filsafat Pendidikan Nasional Pancasila”.

Maksud dari tersusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan
dan Filsafat Pendidikan. Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Ibu Sri Mulyati, S.Pd, M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Landasan dan Filsafat
Pendidikan
2. Orang tua kami yang selalu mendukung dan mendoakan kami
3. Teman-teman kami yang telah membantu sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat di dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menunjang ilmu pengetahuan penulis maupun pembaca.

Samarinda, 06 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Pengantar.............................................................................................................................. 3
BAB III ........................................................................................................................................... 7
PENUTUP....................................................................................................................................... 7
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 7
B. Saran .................................................................................................................................... 7
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………..8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang
terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses
yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.

Suatu masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan hidup yaitu
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa
tersebut, tanpa terkecuali aspek pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus berdasarkan
filsafat yang dianut oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau
mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut.
Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem
norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung
oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya
pendidikan dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan landasan
ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan.
Filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari semua pemikiran umum mengenai
pendidikan. Hubungan filsafat dan pendidikan menjadi sangat penting, sebab filsafat menjadi
dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas
pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai media untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai.
Filsafat menetapkan ide-ide dan idealisme sedangkan pendidikan merupakan usaha dalam
merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku dan membina
kepribadian manusia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi mengenai Filsafat?
2. Bagaimana landasan filosofis pendidikan nasional ?
3. Bagaimana sistem pendidikan nasional?
4. Bagaimana pancasila sebagai filsafat pendidikan?
5. Apa hubungannya pancasila dengan sistem pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini ial :
1. Sebagai media pembelajaran mahasiswa
2. Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan Filsafat
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana landasan filosofis pendidikan nasional.
4. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana sistem pendidikan nasional.
5. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana pancasila sebagai filsafat pendidikan.
6. Agar mahasiswa mengetahui apa hubungannya pancasila dengan sistem pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar
Seoenarjo wreksosuhardjo (1980) dalam diktat pembimbing ke dalam filsafat pendidikan
nasional Pancasila yang di terbitkan oleh jurusan filsafat pendidikan fakultas ilmu pendidikan
universitas sebelas Maret, Menjelaskan dengan sangat komprehensif dan detail tentang filsafat
pendidikan nasional Pancasila. Di dalam diktat tersebut bukan hanya mengenai tentang filsafat
pendidikan, tetapi juga dengan mengajak pembaca untuk memahami apa itu filsafat.

Uraian mengenai filsafat biasanya tidak begitu mudah. Ada beberapa petunjuk yang
mengatakan bahwa untuk mengerti filsafat itu, kita perlu membaca hingga selesai lebih dahulu
sebuah pengantar filsafat. dan Ada pula yang bahwa agar menjadi jelas, apakah filsafat itu? maka
seseorang yang ingin belajar filsafat harus berfilsafat lebih dahulu. Apa pun, semua itu adalah
nasihat yang bersifat praktis bagi orang yang mulai belajar filsafat.

Dilihat dari segi istilahnya, filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan (dari Bahasa Yunani,
philein berarti cinta, dan sophia berarti kebijaksanaaan). Arti menurut istilahnya memang
sejalan dengan arti yang berdasarkan maksud atau pengertian filsafat itu sendiri. Yaitu, bahwa
dengan berfilsafat merupakan orang yang bermaksud menemukan kebijaksanaan. Menemukan
kebijaksanaan ini menurut pengertinya yang mula-mula berarti mampu menjelaskan secara
rasional segala sesuatu yang ada di dunia secara rational, maka orang yang berfilsafat harus
dapat menemukan prinsip-prinsip umum di atas mana terletak segala macam hal dan peristiwa di
dunia ini. Oleh karena ingin menjelaskan segala sesuatu di dunia secara rasional, maka orang
berfilsafat harus dapat menemukan prinsip-prinsip umum di atas mana segala macam hal dan
peristiwa di dunia ini dapatditerangkan. Kemudian, filsafat lalu berarti ilmu mengenai
prinsipprinsip pertama dari segala yang ada. Juga lalu berarti anggapandasar mengenai realitas
tertinggi.

Berdasarkan maksud dan pengertian filsafat itu sendiri. Yaitu, bahwa dengan berfilsafat
orang bermaksud menemukan kebijaksanaan. Dalam menemukan kebijaksanaan ini menurut

3
pengertinya yang mula-mula berarti mampu menjelaskan secara rasional segala sesuatu yang ada
di dunia secara rational, maka orang yang berfilsafat harus dapat menemukan prinsip-prinsip
umum.

Kemudian, filsafat lalu berarti ilmu mengenai prinsip prinsip pertama dari segala yang ada.
Juga lalu berarti anggapan dasar mengenai realitas tertinggi. Secara teknis filsafat dapat di
artikan sebagai ibu dari segala ilmu pengetahuan, yang membahas sistematisasi atau organisasi
atas semua pengetahuan. Dan bahwa tujuan praktis dari filsafat ialah agar manusia mempunyai
pedoman bertindak.

tujuan berfilsafat dalam bentuknya yang praktis ialah agar manusia mendapatkan pedoman
Filsafat Pendidikan 93 hidup. Dalam arti, orang dapat bertindak dan berperilaku yang bijaksana.

Selanjutnya Wreksosuhardjo (1976: 4) merujuk apa yang dikatakan Rendal bahwa dilihat
dari sejarahnya filsafat mula-mula timbul memang sebagai pemberian kritik yang berdasarkan
fikiran terhadap kepercayaan keagamaan dan moralitas.

Setelah merasa cukup berkenalan dengan filsafat, kiranya tidak sulit untuk mempelajari dan
memahami Filsafat Pendidikan 94 Dwi Nugroho Hidayanto dan Filsafat Pendidikan Nasional
Pancasila. Kita telah memahami bahwa filsafat pendidikan berusaha membentuk prinsip-prinsip
yang dapat digunakan untuk memimpin pendidikan.

B. Latar Kajian FPNP

Notonagoro (dalam Wreksosuhardjo, 1980: 17) mengatakan bahwa filsafat pendidikan


membentuk suatu sistem pengetahuan abstrak/hakikat mengenai pendidikan yang dapat menjadi
pedoman, pangkal inspirasi, asosiasi, refleksi dan intuisi bagi teori, ajaran dan praktik
pendidikan, mengemukakan bagian-bagian dari FPNP, sebagai berikut:

1. dasar pendidikan;
2. hakikat pendidikan;
3. hakikat tujuan pendidikan;
4. hakikat pendukung tujuan pendidikan;
5. hakikat upaya pendidikan;

4
6. hakikat hubungan pendidikan dengan lapangan-lapangan hidup dan nilai nilai hidup

1. Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila dalam fungsi dan penggunaannya sebagai Dasar NKRI meliputi dan menjiwai
keseluruhan cara hidup bangsa Indonesia di dalam bernegara, dalam hal ini termasuk dalam
mencerdaskan kehidupan bangsanya, cara di dalam menyelenggarakan kesejahteraan umum
melalui pemberian bantuan atau bimbingan terhadap anak-anak bangsa agar tumbuh dan
berkembang kemampuannya sehingga dapat berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan
masyarakat.

2. Pancasila sebagai Sumber Tertib Hukum Indonesia

Mengenai sumber tertib hukum Republik Indonesia ini Dewan Perwakilan Rakyat
Gotong Royong (DPRGR) di dalam memorandumnya tanggal 9 Juni 1966 yang diterima baik
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia dan ditegaskan dalam Ketetapan MPRS-RI
Nomor XX/MPRS/1966 menerangkan bahwa:

 Sumber tertib hukum sesuatu negara atau yang biasanya disebut sebagai sumber dari
segala sumber hukum adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-
cita moral yang meliputi suasana kejiwaan dan watak dari rakyat yang bersangkutan.
 Sumber dari tertib hukum Indonesia adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita
hukum serta cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa, peri-
kemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik
mengenai sifat bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan
kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejawantahan dari pada Bumi Nurani
Manusia. Jadi, sumber tertib hukum Republik Indonesia itu telah dirumuskan dan
dipadatkan menjadi dasar Negara Republik Indonesia, yakni Pancasila. Jadi Pancasila
adalah sumber tertib hukum Republik Indonesia atau sumber hukum Republik Indonesia.

Pancasila sebagai sumber tertib hukum Republik Indonesia atau sebagai sumber dari segala
sumber hukum Republik Indonesia memperoleh perwujudan sebagai berikut:

5
a. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah detik


penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus detik pembangunan tertib hukum nasional, tertib
hukum Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan Proklamasi Kemerdekaan, maka pada tanggal 18
Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan Undang-undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia, terdiri dari Pembukaan dan Batang tubuhnya. Jiwa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, yakni jiwa Pancasila, dituangkan ke dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

b. Dekrit 5 Juli 1959

Dekrit 5 Juli 1959 merupakan sumber hukum bagi berlakunya kembali Undang-undang
Dasar 1945 sejak 5 Juli 1959. Meskipun Dekrit 5 Juli 1959 merupakan tindakan darurat, namun
kekuatan hukumnya bersumber pada seluruh dukungan seluruh rakyat Indonesia, terbukti dari
persetujuan DPR hasil Pemilihan Umum tahun 1955 secara aklamasi pada 22 Juli 1959.

Dalam konsiderans Dekrit 5 Juli 1959 ditegaskan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22
Juni 1945 menjiwai Undang-Undang Dasar 1945 dan merupakan satu rangkaian kesatuan dengan
Konstitusi tersebut. Dengan demikian, berdasar Dekrit Presiden 1959 berlaku kembali UUD
1945 bagi bangsa Indonesia.

c. Undang-undang Dasar Proklamasi

Undang-undang Dasar 1945 adalah penuangan jiwa Proklamasi Kemerdekaan 17


Agustus 1945 yaitu sejatinya jiwa Pancasila. dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan
memuat Pancasila sebagai Dasar Negara, merupakan satu rangkaian dengan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan karenanya tidak bisa diubah oleh siapa pun, termasuk MPR
hasil pemilihan umum, karena berdasarkan pasal 3 dan pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945
berwenang menetapkan dan mengubah Undang-Undang Dasar, karena mengubah isi pembukaan
berarti pembubaran Negara

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
filsafat pendidikan berusaha membentuk prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk
memimpin pendidikan. Pada kajian filsafat pendidikan nasional pancasila membahas
mngenai dasar pendidikan, hakikat pendidikan , tujuan pendidikan, hakikat pendukung
tujuan pendidikan, hakikat upaya pendidikan dan hakikat hubungan pendidikan dengan
lapangan-lapangan hidup dan nilai-nilai hidup.

B. Saran
Pancasila bukan lah sekedar rumusan kering sisa sisa masa lalu, melainkan roh sekaligus
fondasi utama bangsa Indonesia. Pancasila bukanlah pasal pasal mati yang mesti dihafal,
melainkan sebuah realitas yang perlu untuk terus ditafsir semakin luas dan semakin dalam
dengan menggunakan kerangka berpikir filsafati, sehingga mampu menjadi inspirator
perilaku bangsa Indonesia setiap harinya. Untuk itu, proses Pendidikan Pancasila haruslah
menjadi proses yang menantang untuk berpikir, berguna untuk menjelaskan apa yang terjadi,
serta mendorong Tindakan Tindakan perubahan kea rah yang lebih baik, sesuai dengan
konteks yang ada.

7
Daftar Pustaka

Wreksosuhardjo, Soeharjo, 1979. Filsafat Pendidikan Nasional Pancasila. Surakarta: FIP Universitas
Sebelas Maret.

You might also like