You are on page 1of 42

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini analisis tahap pertama adalah menentukan kerangka

kasus verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia. Analisis tahap kedua adalah

mendeskripsikan bagaimana analisis Tata Bahasa Kasus terhadap verba berprefiks

ber- dalam bahasa Indonesia.

A. Batasan Penerapan Kerangka Kasus Verba Berprefiks ber- dalam

Bahasa Indonesia

Sebelum masuk pada analisis tahap pertama yaitu penentuan kerangka

kasus verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia, penulis akan membatasi

apa saja bagian dari data penelitian yang dibutuhkan dalam menentukan

kerangka kasus suatu verba. Dalam teori Tata Bahasa Kasus, sebuah kalimat

dibagi atas modalitas dan proposisi. Modalitas bisa berupa unsur negasi, kala,

aspek, dan adverbia. Proposisi terdiri dari sebuah verba disertai dengan

sejumlah kasus. Kasus adalah hubungan antara verba dengan nomina.

Berdasarkan batasan tentang pembagian kalimat atas modalitas dan

proposisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa dalam menentukan kerangka

kasus sebuah kalimat tidak semua unsur kalimat diperlukan, hanya modalitas

yang berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia, serta proposisi yang

terdiri dari verba dan sejumlah kasus pada nomina pengikutnya. Jadi kalimat-

kalimat dengan verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia yang menjadi

data dalam penelitian ini tidak akan dianalisis secara menyeluruh. Analisis
commit to user

32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

hanya mengambil unsur-unsur dari sebuah kalimat yang diperlukan saja yaitu

modalitas (negasi, kala, aspek, dan adverbia), verba, dan nomina.

B. Kerangka Kasus Verba Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia

Menurut Chafe, verba secara semantis diklasifikasikan menjadi empat

jenis yaitu verba keadaan, verba aksi, verba proses, dan verba aksi-proses.

Klasifikasi verba tersebut akan digunakan untuk menentukan kerangka kasus

pada verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia

1. Kerangka Kasus Verba Keadaan Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia

Verba keadaan adalah jenis verba yang berfitur semantis keadaan.

Fitur semantis adalah makna inheren yang terdapat di dalam suatu verba.

Makna inheren suatu verba tidak terikat dengan wujud verba, seperti

berwujud kata dasar, kata yang tanpa afiks, atau kata yang dengan afiks.

Menurur Sugono, keadaan merupakan kata sifat yang memiliki makna

perihal (suatu benda); suasana; situasi yang sedang berlaku (2008:7). Jadi

verba keadaan adalah verba yang memiliki makna inheren keadaan. Verba

keadaan dapat menjadi jawaban dari pertanyaan “subjek dalam keadaan

apa?”.

Penulis mengklasifikasikan lagi data verba berprefiks ber- dalam

bahasa Indonesia menjadi tiga bagian lagi. Yaitu verba keadaan berprefiks

ber- berfitur semantis keadaan psikologis, verba keadaan berprefiks ber-


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

berfitur semantis keadaan nonpsikologis, dan verba keadaan berprefiks

ber- berketerangan wajib.

Berikut akan disajikan contoh data dari ketiga jenis verba keadaan

berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia yang telah penulis klasifikasikan

beserta kasus-kasus yang muncul guna menentukan kerangka kasusnya.

a. Kerangka Kasus Verba Keadaan Berprefiks ber- Berfitur Semantis

Keadaan Psikologis dalam Bahasa Indonesia.

Verba keadaan berprefiks ber- berfitur semantis keadaan psikologis

adalah verba keadaan yang memiliki makna inheren keadaan psikologis.

Keadan psikologis adalah keadaan yang berhubungan dengan emosi

kejiwaan. Berikut analisis data verba keadaan berprefiks ber- berfitur

semantis keadaan psikologis dalam bahasa Indonesia serta penentuan

kerangka kasus yang dimiliki jenis verba tersebut.

(1) Mereka bergembira karena dapat naik kelas. (KBBI/2008/435)

Berdasar batasan yang telah penulis tentukan, bagian data (1) yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah “mereka bergembira”, karena kasus

adalah hubungan antara verba dengan nomina dalam sebuah kalimat.

Berikut adalah bagan modalitas dan preposisi data (1).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

mereka bergembira

modalitas proposisi

verba nomina
Ø

bergembira mereka

experiencer

Bagan di atas menjelaskan bahwa menurut teori Tata Bahasa Kasus

suatu kalimat dibagi atas dua bagian yaitu modalitas dengan proposisi.

Bagian proposisi terdiri dari verba dan nomina. Verba data (1) adalah

bergembira. Bergembira termasuk jenis verba keadaan karena memiliki

makna inheren suatu keadaan, yaitu keadaan gembira. Makna inheren yang

dimiliki bergembira akan lebih nampak jika diparafrasekan menjadi

“dalam keadaan gembira”, sehingga kalimat yang terbentuk adalah

“mereka dalam keadaan gembira”. Cara lain untuk menentukan jenis verba

keadaan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan “subjek dalam

keadaan apa?”. Dari pertanyaan tersebut verba bergembira menjadi

jawabannya. Dengan demikian jelas bahwa bergembira merupakan jenis

verba keadaan.

Nomina yang terdapat dalam data (1) adalah mereka. Mereka

berlabel kasus experiencer. Parera menyebut kasus experiencer dengan

sebutan kasus pengalami, menyatakan bahwa kasus pengalami adalah

kasus yang menyatakan orang mengalami dan kena satu peristiwa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

psikoloigis, sensasi, emosi, dan kognitif (1988:125). Sejalan dengan

Parera, Chaer menyatakan bahwa kasus experiencer adalah yang

mengalami peristiwa psikologis (2007:372). Berdasarkan pendapat para

ahli tersebut, penulis menyatakan bahwa mereka pada data (1) berlabel

kasus experiencer karena mereka merupakan nomina yang mengalami

peristiwa psikologis yang dinyatakan oleh verba.

Data (1) tidak memiliki modalitas. Modalitas berupa unsur negasi,

kala, aspek, dan adverbia. Unsur tersebut tidak terdapat dalam data (1).

Dengan demikian kerangka kasus verba bergembira dapat ditentukan

sebagai berikut.

bergembira + [ ___ E]

Sebagai pendukung analisis penentuan label kasus serta kerangka

kasus verba keadaan berprefiks ber- berfitur semantis keadaan psikologis,

penulis akan menyajikan beberapa data yang sejenis dengan data (1).

Berikut data-data tersebut.

(2) Aku (Bayu Oktara) beruntung, pimpinanku di kantor mengizinkan


aku shooting acara tersebut. (Kompas/24-10-2015/32)
(3) Semalam ia bermimpi dikejar harimau. (KBBI/2008/915)

Data (2) dan (3) merupakan data yang sejenis dengan data (1).

Disajikan dalam penelitian ini guna memperkuat analisis penentuan label

kasus serta kerangka kasus verba keadaan berprefiks ber- yang berfitur

semantis keadaan psikologis dalam bahasa Indonesia. Bagian data (2) yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah “aku (Bayu Oktara) beruntung”,

commit
karena selain memiliki verba to userber-, kalimat “aku (Bayu Oktara)
berprefiks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

beruntung” merupakan kalimat yang berterima dalam bahasa Indonesia.

Data (3) bagian yang dilesapkan adalah “semalam” dan “dikerjar

harimau”, karena “ia bermimpi” sudah merupakan kalimat yang berterima

dalam bahasa Indonesia.

Verba data (2) dan (3) adalah beruntung dan bermimpi. Beruntung

dan bermimpi merupakan jenis verba keadaan, karena memiliki makna

inheren suatu keadaan psikologis. Parafrase dari beruntung dan bermimpi

adalah “dalam keadaan untung” dan “mengalami mimpi”, sehingga

kalimatnya menjadi “aku (Bayu Oktara) dalam keadaan untung” dan “ia

mengalami mimpi”.

Aku dalam data (2) dan ia dalam data (3) merupakan nomina yang

berlabel kasus experiencer, karena keduanya adalah yang mengalami suatu

keadaan psikologi yang dinyatakan oleh verba. Mengalami “keadaan

untung” untuk aku (Bayu Oktara) dan “mengalami mimpi” untuk ia.

Dengan demikian, kerangka kasus yang dimiliki verba data (2) dan (3)

juga sama seperti kerangka kasus yang dimiliki verba data (1) yaitu.

beruntung + [ ___ E]

bermimpi + [ ___ E]

b. Kerangka Kasus Verba Keadaan Berprefiks ber- Berfitur Semantis

Keadaan Nonpsikologis dalam Bahasa Indonesia.

Verba keadaan berprefiks ber berfitur semantis keadaan

nonpsikologis adalah verba keadaan yang memiliki makna inheren

commit
keadaan nonpsikologis. Yaitu to user yang tidak berhubungan dengan
keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

emosi kejiwaan. Berikut analisis kasus verba keadaan berprefiks ber- yang

memiliki fitur semantis keadaan nonpsikologis dalam bahasa Indonesia

serta penentuan kerangka kasus yang dimiliki jenis verba tersebut.

(4) Tanduk rusa itu bercabang. (KBBI/2008/231)

Berdasar teori Tata Bahasa Kasus bagian inti data (4) serta yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah “tanduk rusa bercabang”. Berikut

adalah bagan modalitas dan preposisi data (4).

tanduk rusa bercabang

modalitas proposisi

verba nomina
Ø
bercabang tanduk rusa

objektif

Verba data (4) adalah bercabang. Bercabang termasuk jenis verba

keadaan karena memiliki makna inheren suatu keadaan, yaitu keadaan

memiliki cabang. Makna inheren yang dimiliki bercabang akan lebih

nampak jika diparafrasekan menjadi “dalam keadaan memiliki cabang”,

sehingga data (4) menjadi “tanduk rusa dalam keadaan memiliki cabang”.

Cara lain untuk menentukan jenis verba keadaan adalah dengan cara

mengajukan pertanyaan, “subjek dalam keadaan apa?”. Dari pertanyaan

tersebut verba bercabang menjadi jawabannya yaitu “subjek dalam


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

keadaan bercabang”. Dengan demikian, jelas bahwa bercabang merupakan

jenis verba keadaan.

Nomina yang terdapat dalam data (4) adalah tanduk rusa. Tanduk

rusa berlabel kasus objektif. Samsuri menyatakan bahwa kasus objektif

adalah kasus yang secara semantis paling netral, kasus apa saja yang

diwakili oleh nomina yang peranannya dalam kegiatan atau keadaan yang

dinyatakan oleh verba diidentifikasi oleh penafsiran verba itu sendiri;

konsep ini dapat secara nyata dibatasi pada benda-benda yang terkena

kegiatan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba (1987:341).

Berdasarkan pendapat Samsuri mengenai kasus objektif tersebut, penulis

menyatakan bahwa tanduk rusa pada data (4) berlabel kasus objektif (O)

karena tanduk rusa merupakan nomina yang terkena keadaan yang

dinyatakan verba yaitu bercabang.

Data (4) tidak memiliki modalitas. Modalitas berupa unsur negasi,

kala, aspek, dan adverbia. Unsur-unsur tersebut tidak ditemukan dalam

data (4). Dengan demikian kerangka kasus verba bercabang dapat

ditentukan sebagai berikut.

bercabang + [ ___ O]

Sebagai pendukung analisis penentuan label kasus serta kerangka

kasus data (4) penulis akan menyajikan beberapa data sejenis dan memiliki

label kasus yang sama dengan data (4) di atas. Berikut data-data tersebut.

(5) Kulitnya berbintik. (KBBI/2008/196)


(6) Suaranya tidak bergema.
commit(KBBI/2008/435)
to user
(7) Gergaji selalu bergerigi. (KBBI/2008/446)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

Data (5), (6), dan (7) merupakan data yang sejenis dengan data (4).

Disajikan dalam penelitian ini guna memperkuat analisis penentuan label

kasus serta kerangka kasus verba keadaan berprefiks ber- yang berfitur

semantis keadaan non-psikologis dalam bahasa Indonesia.

Berbintik pada data (5), bergema pada data (6), dan bergerigi pada

data (7) merupakan jenis verba keadaan yang memiliki fitur semantis

keadaan non-psikologis. Parafrase berbintik adalah “dalam keadaan

memiliki bintik”, bergema adalah “dalam keadaan gema”, dan bergerigi

adalah “dalam keadaan memiliki gerigi”. Sehingga kalimat dari data (5),

(6), dan (7) menjadi “kulitnya dalam keadaan memiliki bintik”, Suaranya

tidak dalam keadaan gema”, dan “gergaji selalu dalam keadaan memiliki

gerigi”. Selain itu, berbintik, bergema, dan bergerigi juga mampu

menjawab pertanyaan yang menjadi batasan bagi jenis verba keadaan yaitu

“subjek dalam keadaan apa?”. Jawabanya adalah, “subjek dalam keadaan

berbintik”, “subjek dalam keadaan tidak bergema”, dan “subjek dalam

keadaan selalu bergerigi”.

Nomina pada data (5) adalah kulitnya, pada data (6) adalah

suaranya, dan pada data (7) adalah gergaji. Kulitnya, suaranya, dan

gergaji berlabel kasus objektif. Yaitu kasus yang dibatasi pada benda-

benda yang terkena kegiatan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba.

Ketiga nomina tersebut merupakan benda-benda yang terkena kegiatan

yang dinyatakan oleh verba. Kulitnya dikenai keadaan yang dinyatakan

oleh berbintik, suaranya dikenai kegiatan yang dinyatakan oleh bergema,


commit to user
dan gergaji yang dikenai keadaan yang dinyatakan bergerigi. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

demikian, kerangka kasus yang dimiliki verba data (5), (6), dan (7) adalah

sebagai berikut.

berbintik + [ ___ O]
bergema + [ ___ O]
bergerigi + [ ___ O]

c. Kerangka Kasus Verba Keadaan Berprefiks ber- Berketerangan Wajib

dalam Bahasa Indonesia.

Verba keadaan berprefiks ber- berketerangan wajib dalam bahasa

Indonesia adalah jenis verba keadaan berprefiks ber- yang mengharuskan

kehadiran keterangan setelah munculnya verba. Hadirnya keterangan

setelah jenis verba ini bersifat wajib, karena jika keterangan tersebut

dihilangkan maka kalimat yang muncul tidak akan berterima serta tidak

memiliki makna yang utuh. Berikut analisis kasus verba keadaan

berprefiks ber- berketerangan wajib dalam bahasa Indonesia serta

penentuan kerangka kasus yang dimiliki jenis verba tersebut.

(8) Konflik berawal dari Desa Wotgalih (Kompas/13-10-2015/23)


(9) Keempat korban berasal dari Ngawi. (Kompas/20-10-2015/1)

Data (8) dan (9) merupakan data dengan verba keadaan berprefiks

ber- berketerangan wajib dalam bahasa Indonesia. Dalam data (8)

“Konflik berawal dari Desa Wotgalih” dan data (9) “Keempat korban

berasal dari Ngawi”. Kedua data tersebut berketerangan suatu lokasi yaitu

Desa Wotgalih dan Ngawi. Keterangan pada data (8) dan (9) tersebut
commit to user
wajib hadir setelah verba karena, jika dilesapkan kalimat yang terbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

adalah *“Konfilk berawal dari” dan *“Keempat korban berasal dari”.

Kedua kalimat tersebut tidak berterima dalam bahasa Indonesia serta tidak

memiliki makna yang utuh. Jadi keterangan dalam data (8) dan (9)

merupakan bagian inti dan kehadirannya setelah verba bersifat wajib.

Desa Wotgalih dan Ngawi adalah lokasi yang dinyatakan oleh

verba berawal dan berasal serta menunjukkan tempat dari nomina konflik

dan keempat korban. Dengan demikian, kasus yang dimiliki Desa

Wotgalih dan Ngawi adalah kasus lokatif. Menurut Samsuri kasus lokatif

adalah kasus yang menunjuk ke lokasi atau orientasi spasial suatu situasi

atau tindakan yang dinyatakan oleh verba (1987:341).

Dari uraian tentang kedua lokasi dalam data (8) dan (9) di atas

dapat disimpulkan juga bahwa verba berawal dan berasal adalah jenis

verba keadaan berprefiks ber- berketerangan wajib dalam bahasa

Indonesia.

Nomina yang terdapat pada data (8) dan (9) adalah konflik dan

keempat korban. Konflik adalah nomina yang dikenai keadaan yang

dinyatakan verba berawal. Keempat korban adalah nomina yang dikenai

keadaan yang dinyatakan oleh verba berasal. Dengan demikian kasus yang

dimiliki konflik dan keempat korban adalah kasus objektif. Jadi kerangka

kasus data (8) dan (9) dapat ditentukan sebagai berikut.

berawal + [ ___ O + L]

berasal + [ ___ O + L]

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

d. Keunikan Verba Keadaan Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia

Dari data-data verba keadaan berprefiks ber- dalam bahasa

Indonesia yang penulis kumpulkan, penulis menemukan beberapa data

yang cukup menarik untuk dianalisis. Analisis beberapa data menarik

tersebut akan disajikan sebagai berikut di bawah ini.

(10) Ia dapat berbicara dalam bahasa Jawa atau dalam bahasa Sunda
dengan lancar. (KBBI/2008/188)

Sama seperti analisis data sebelumnya, terlebih dahulu adalah

menentukan bagian inti dari data (10). Bagian inti data (10) adalah

“Ia dapat berbicara”, “dalam bahasa Jawa atau dalam bahasa Sunda

dengan lancar” adalah bagian bukan inti kalimat, karena “Ia dapat

berbicara” sudah menjadi kalimat yang berterima dalam bahasa

Indonesia. Berikut adalah bagan modalitas dan proposisi data (10).

Ia dapat berbicara

modalitas proposisi

aspek verba nomina

dapat berbicara Ia

objektif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

Verba data (10) adalah berbicara. Sebenarnya berbicara

bukan merupakan jenis verba keadaan dalam bahasa Indonesia.

Menurut Sugono, berbicara mengacu pada kata “berkata” yaitu

melahirkan isi hati dengan kata-kata (2008:188). Makna tersebut

memiliki fitur semantis suatu tindakan bukan keadaan. Penulis

memasukkan verba berbicara pada data (10) ke dalam jenis verba

keadaan dengan beberapa pemikiran. Pemikiran penulis akan

disajikan dalam analisis sebagai berikut.

Nomina data (10) di atas adalah ia. Ia berlabel kasus

objektif karena dalam kalimat “ia dapat berbicara”, ia bukan

sebagai pengontrol sebuah kegiatan serta ia juga tidak melakukan

tindakan yang yang dinyatakan oleh verba. Adanya kata dapat

yang merupakan modalitas, memiliki pengaruh yang sangat besar

dalam penentuan kasus bagi nomina pada data (10). Ada tidaknya

kata dapat mengubah label kasus terhadap nomina yang ada,

sehingga kerangka kasus yang muncul pun akan berbeda pula.

Untuk lebih jelasnya, berikut akan dipaparkan perbedaan label

kasus pada nomina dengan ada atau tidaknya modalitas dapat.

(10a) Ia dapat berbicara.


(10b) Ia ____ berbicara.

Dalam kalimat (10a) ia merupakan nomina yang terkena

suatu keadaan yang dinyatakan oleh verba, yaitu keadaan dapat

berbicara. Label kasus yang dimiliki ia pada kalimat (10a) adalah


commit
objektif, karena dapat to user merupakan suatu keadaan. Yaitu
berbicara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

keadaan yang menyatakan bahwa ia dalam keadaan dapat

berbicara. Ia dalam kalimat (10b) berlabel kasus agentif, karena ia

dalam kalimat (10b) adalah nomina yang merupakan pelaksana

kegiatan yang dinyatakan oleh verba. Dengan demikian modalitas

dapat pada data (10) berperan penting dalam penentuan label kasus

nomina dalam suatu kalimat.

Data unik verba keadaan berprefiks ber- dalam bahasa


Indonesia juga terdapat pada data (11), dianalisis sebagai berikut.

(11) Pinjaman ini tak berbunga. (KBBI/2008/223)

Bagian inti dari data (11) adalah “pinjaman tak berbunga”.

“ini” pada data (11) hanya merupakan acuan, jika dilesapkan tidak

akan mengubah makna yang terkandung dalam data (11). Berikut

adalah bagan modalitas dan proposisi data (11).

pinjaman tak berbunga

modalitas proposisi

negasi verba nomina

tak berbunga pinjaman

objektif

Verba data (11) adalah berbunga. Berbunga merupakan

jenis verba keadaan berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia, karena

commit
berbunga memiliki to user
makna inheren keadaan, yaitu keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

memiliki bunga. Nomina dalam data (11) adalah pinjaman.

Pinjaman merupakan nomina yang terkena suatu keadaan yang

dinyatakan oleh verba berbunga. Dengan demikian, pinjaman

memiliki label kasus objektif. Modalitas dalam data (11) berupa

negasi yaitu tak.

Untuk menemukan keunikan data (11), perlu adanya

beberapa kalimat turunan. Berikut kalimat turunan data (11).

(14) Pinjaman ini tak berbunga


(14a) Pinjaman ini ___ berbunga
(14b) Pinjaman ini sudah berbunga
(14c) Pinjaman ini mulai berbunga

Kalimat (11), (11a), (11b), dan (11c) memiliki verba yang

sama yaitu berbunga, yang membedakan adalah ada dan tidaknya

modalitas serta jenis modalitas yang terdapat dalam keempat

kalimat tersebut. Data (11) memiliki modalitas yang berupa negasi

tak. Data (11a) tidak memiliki modalitas. Data (11b) memiliki

modalitas yang berupa aspek yaitu sudah. Data (11c) memiliki

modalitas yang berupa kala yaitu mulai.

Tak berbunga, berbunga, sudah berbunga, merupakan jenis

verba keadaan. Tak berbunga mengandung makna inheren

“keadaan yang tak berbunga. Berbunga mengandung makna

inheren “keadaan berbunga”. Sudah berbunga mengandung makna

inheren “keadaan sudah berbunga.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

Kalimat (11c) merupakan jenis kalimat yang menggunakan

verba yang berbeda dari kalimat (11), (11a), (11b). Adanya

modalitas yang berupa kala yaitu mulai menjadi perbedaannya.

Mulai berbunga mengandung makna inheren suatu proses dari

yang sebelumnya “tidak berbunga” menjadi “berbunga”. Dari

analisis data (11) dapat disimpulkan bahwa ada tidaknya modalitas

serta jenis modalitas mempengaruhi penentuan jenis verba.

Data unik verba keadaan berikutnya terdapat pada data

(12), berikut analisisnya.

(12) Pohon kelapa itu belum berbuah. (KBBI/2008/211)

Keunikan data (12) sama seperti data (11). Berikut kalimat

turunan data (11) guna memperjelas bahwa modalitas

memengaruhi penentuan jenis verba yang dilekati modalitas

tersebut.

(15) Pohon kelapa itu belum berbuah.


(15a) Pohon kelapa itu _____ berbuah.
(15b) Pohon kelapa itu sudah berbuah.
(15c) Pohon kelapa itu mulai berbuah.

Nomina dalam kalimat (12), (12a), (12b), dan (12c) adalah

pohon kelapa. Dalam keempat kalimat tersebut pohon kelapa

berlabel kasus objektif, karena pohon kelapa merupakan nomina

yang terkena keadaan yang dikenai oleh verba.

Verba kalimat (12), (12a), dan (12b) berbeda jenis dengan

verba yang terdapat pada kalimat (12c). Verba kalimat (12), (12a),

dan (12b) merupakan verba keadaan. Verba kalimat (12c)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

merupakan jenis verba proses. Perbedaan tersebut disebabkan oleh

ada atau tidaknya modalitas serta jenis modalitas yang melekat

pada verba berbuah. Verba berbuah memiliki makna inheren

“dalam keadaan berbuah”. Verba berbuah dengan modalitas belum

memiliki makna inheren “dalam keadaan belum berbuah”. Verba

berbuah dengan modalitas sudah memiliki makna inheren ”dalam

keadaan sudah berbuah”. Makna inheren “suatu proses yang

awalnya belum berbuah menjadi berbuah” untuk verba berbuah

dengan modalitas mulai.

2. Kerangka Kasus Verba Aksi Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia

Menurut Chafe dalam Parera verba aksi adalah verba yang berfitur

semantis aksi (1998:128). Fitur semantis adalah makna inheren yang

terdapat di dalam suatu verba. Makna inheren suatu verba tidak terikat

dengan wujud verba, seperti berwujud kata dasar, kata yang tanpa afiks,

atau kata yang dengan afiks. Menurut Sugono, aksi memiliki makna

gerakan; tindakan; sikap (gerak-gerik, tingkah laku) (2008:30). Jadi verba

aksi adalah jenis verba yang memiliki makna inheren aksi yang berwujud

gerakan, tindakan, sikap (gerak-gerik, tingkah laku). Penanda lain verba

aksi adalah dapat menjadi jawaban dari pertanyaan “apa yang dilakukan

subjek?”. Berikut akan disajikan analisis data verba aksi berprefiks ber-

dalam bahasa Indonesia beserta kasus-kasus yang muncul guna

menentukan kerangka kasusnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

(13) Genap satu tahun Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-2015


bertugas. (Kompas/01-10-2015/05)

Inti data (13) adalah “Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-

2015 bertugas”. Karena “genap satu tahun” merupakan keterangan yang

bersifat manasuka. Tidak akan mengubah makna jika keterangan tersebut

dilesapkan. Berikut bagan modalitas dan proposisi data (13).

Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-2015 bertugas

modalitas roposisi

Ø verba nomina

bertugas Dewan Perwakilan Rakyat


periode 2014-2015

agentif

Verba data (13) adalah bertugas. Untuk memperkuat bahwa

bertugas merupakan verba aksi adalah dengan cara diparafrasekan

menjadi “menjalankan tugas”. Sehingga kalimat data (13) menjadi

“Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-2015 menjalankan

tugas”. Jelas bahwa parafrase verba bertugas tersebut menyatakan

suatu aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh nomina sehingga

bertugas merupakan jenis verba aksi..


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Nomina data (13) adalah Dewan Perwakilan Rakyat

periode 2014-2015. Nomina tersebut berlabel kasus agentif.

Penentuan label kasus yang dimiliki oleh Dewan Perwakilan

Rakyat periode 2014-2015 adalah berdasarkan pendapat Samsuri

bahwa kasus agentif adalah kasus yang menandai pelaksana

tindakan yang dinyatakan oleh verba (1987:340). Dalam data (13)

Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-2015 merupakan nomina

yang menjadi pelaksana tindakan yang dinyatakan oleh verba

bertugas. Secara jelasnya, bertugas adalah kegiatan yang dilakukan

oleh Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-2015. Dengan

demikian, kerangka kasus verba bertugas adalah sebagai berikut.

bertugas + [ __ A]

a. Data Pendukung Analisis Penentuan Kerangka Kasus Verba Aksi

Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia

Beberapa data sejenis sebagai pendukung atau pemerkuat

penentuan kerangka kasus verba aksi berprefiks ber- dalam bahasa

Indonesia seperti data (13) di atas akan disajikan dan dianalisis

secara singkat sebagai berikut.

(14) Netanyahu berkomentar keras. (Kompas/06-10-2015/8)


(15) Kawanan begal bersenjata beraksi lagi. (Kompas/09-10-
2015/27)
(16) Para penggemar sepeda lipat berkumpul di Solo, Jawa
Tengah. (Kompas/20-10-2015/27)
(17) Korban kabut asap di Kalimantan berobat ke puskesmas atau
rumah sakit. (Kompas/25-10-2015/1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

(18) Beberapa orang Papua berdiri ketika ia turun dari panggung.


(Kompas/31-10-2015/12)
(19) Salah seorang pemain beradegan sebagai orang tua yang
papa. (KBBI/2008/9)
(20) Tiap hari Jumat ia berkhotbah di masjid. (KBBI/2008/694)
(21) Sebelum acara dimulai, sejumlah reformis berorasi.
(KBBI/2008/987)
(22) Para wisatawan bertamasya ke Candi Borobudur.
(KBBI/2008/1386)
(23) Aku berteduh di bawah pohon. (KBBI/2008/1417)

Data (14) – (23) merupakan data-data yang sejenis dengan

data (13). Data (14) – (23) disajikan sebagai pendukung atau

pemerkuat dalam penentuan kerangka kasus verba aksi berprefiks

ber- dalam bahasa Indonesia. Guna mempermudah pemahaman

analisis data (14) – (23) akan disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut.

Tabel 1

No. Verba Nomina / Parafrasa Kerangka


Data Kasus Verba Kasus

14 berkomentar Nethanyahu memberikan berkomentar


/ agentif komentar + [ __ A]

15 beraksi kawanan melakukan beraksi


begal aksi + [ __ A]
bersenjata /
agentif

16 berkumpul para melakukan berkumpul


penggemar kegiatan + [ __ A]
sepeda lipat kumpul
/ agentif

17 berobat korban pergi berobat


kabut asap mencari + [ __ A]
di obat
kalimantan /
commit toagentif
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

18 berdiri beberapa melakukan berdiri


orang Papua kegiatan + [ __ A]
/ agentif berdiri

19 beradegan salah melakukan beradegan


seorang kegiatan + [ __ A]
pemain / adegan
agentif

20 berkhotbah ia / agentif melakukan berkhotbah


kegiatan + [ __ A]
khotbah

21 berorasi sejumlah melakukan berorasi


reformis / kegiatan + [ __ A]
agentif orasi

22 bertamasya para melakukan bertamasya


wisatawan / kegiatan + [ __ A]
agentif tamasya

23 berteduh aku / agentif mencari berteduh


tempat + [ __ A]
teduh

b. Keunikan Verba Aksi Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia

Dari data dengan verba aksi berprefiks ber- dalam bahasa

Indonesia yang penulis kumpulkan, selain data yang dipaparkan

sebelumnya terdapat beberapa data yang cukup menarik untuk

ditampilkan. Beberapa data menarik tersebut akan dianalisis sebagai

berikut di bawah ini.

(24) Tuan putri beradun dengan sangat indahnya. (KBBI/2008/12)


(25) Berkali-kali ia berkaca untuk membetulkan sanggulnya.
(KBBI/2008/598)

Sebelum menyajikan keunikan data (24) dan (25), terlebih dahulu

penulis akan menguraikan data-data tersebut ke dalam bagan modalitas

commit
dan proposisi teori Tata Bahasa to user
Kasus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

Tuan putri beradun

modalitas proposisi

Ø verba nomina

beradun tuan putri

(?)

ia berkaca

modalitas proposisi

Ø verba nomina

berkaca ia

(?)

Verba data (24) dan (25) adalah beradun dan berkaca.

Beradun dan berkaca sama-sama verba yang memiliki makna

inheren suatu aksi yang dilakukan oleh nomina dalam suatu

kalimat, tetapi aksi tersebut mengenai nomina itu sendiri. Beradun

memiliki arti menghias diri. Berkaca memiliki arti bercermin, yaitu

melihat muka atau commit


diri sendiri dalam cermin.
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

Belum ada definisi secara khusus yang menjelaskan kasus

nomina seperti data (24) dan (25). Yaitu nomina menjadi pelaksana

suatu tindakan yang dinyatakan oleh verba, namun nomina tersebut

juga yang merupakan objek dari sebuah tindakan yang dinyatakan

oleh verba dalam sebuah kalimat.

3. Kerangka Kasus Verba Proses Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia

Menurut Chafe dalam Parera, verba proses adalah verba yang

berfitur semantis proses (1988:128). Fitur semantis adalah makna inheren

yang terdapat di dalam suatu verba. Makna inheren suatu verba tidak

terikat dengan wujud verba, seperti berwujud kata dasar, kata yang tanpa

afiks, atau kata yang dengan afiks. Dalam Sugono, proses memiliki makna

runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu; rangkaian

tindakan, pembuatan, pengolahan, yang menghasilkan produk

(2008:1106). Jadi verba proses adalah jenis verba yang memiliki makna

inheren proses yang berwujud runtunan perubahan (peristiwa) serta

rangkaian suatu tindakan. Penanda lain verba proses adalah dapat menjadi

jawaban dari pertanyaan “apa yang terjadi pada subjek?”. Berikut akan

disajikan analisis data dengan verba proses berprefiks ber- dalam bahasa

Indonesia beserta kasus-kasus yang muncul guna menentukan kerangka

kasusnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

(26) Populasi gajah di Sumatera berkurang 70 persen dalam 25 tahun


terakhir. (Kompas/05-10-2015/14)

Berdasar pada teori Tata Bahasa kasus yang menyatakan

bahwa kalimat terbagi atas modalitas dan proposisi, inti kalimat

dari data (26) adalah “populasi gajah di Sumatera berkurang”. “70

persen dalam 25 tahun terakhir” hanya merupakan keterangan.

Berikut akan disajikan uraian data (26) dalam bagan modalitas dan

proposisi teori Tata Bahasa Kasus.

populasi gajah di Sumatera berkurang

modalitas proposisi

Ø verba nomina

berkurang populasi gajah di Sumatera

objektif

Verba data di atas adalah berkurang. Untuk memperkuat

bahwa berkurang merupakan jenis verba proses adalah dengan cara

diparafrasekan menjadi “menjadi kurang”, sehingga kalimat yang

terbentuk adalah “populasi gajah di Sumatera menjadi kurang”.


commit to user
“Menjadi kurang” adalah suatu proses penurunan jumlah dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

jumlah sebelumnya menjadi jumlah setelahnya. Jelas bahwa

parafrase verba berkurang tersebut menyatakan suatu proses

perubahan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain, yaitu jumlah

populasi gajah. Dengan demikian berkurang merupakan jenis

verba proses.

Nomina data (26) adalah populasi gajah di Sumatera.

Populasi gajah di Sumatera merupakan nomina yang terkena

keadaan yang dinyatakan oleh verba. Dengan demikian label kasus

populasi gajah di Sumatera adalah kasus objektif. Penentuan label

kasus tersebut sesuai pendapat Samsuri yang menyatakan bahwa

kasus objektif adalah kasus yang dapat secara nyata dibatasi pada

benda-benda yang terkena kegiatan atau keadaan yang dinyatakan

oleh verba (1987:341). Yaitu nomina populasi gajah di Sumatera

terkena perubahan keadaan yang dinyatakan oleh verba berkurang.

Secara jelasnya, berkurang menyatakan perubahan keadaan yang

terjadi pada populasi gajah di Sumatera.

Dengan demikian, kerangka kasus verba berkurang adalah

sebagai berikut.

berkurang + [ __ O ]

a. Data Pendukung Analisis Penentuan Kerangka Kasus Verba Proses

Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia

Beberapa data sejenis sebagai pendukung atau pemerkuat

penentuan kerangka kasus verba proses berprefiks ber- dalam bahasa

commitberikut.
Indonesia akan disajikan sebagai to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

(27) Korban jiwa bertambah. (Kompas/07-10-2015/1)


(28) Rupiah berfluktuasi tajam. (Kompas/21-10-2015/3)
(29) Pusat gravitasi geoekonomi dan geopolitik dunia bergeser
dari Barat ke Timur (Asia Pasifik) (Kompas/06-10-2015/7)
(30) Atletico berubah dari tim bertahan menjadi tim menyerang
(Kompas/04-10-2015/1)
(31) Acara kita sekarang beralih pada acara bebas.
(KBBI/2008/40)

Data (27) – (31) merupakan data-data yang sejenis dengan

data (29). Data (27) – (31) disajikan sebagai pendukung atau

pemerkuat dalam penentuan kerangka kasus verba proses

berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia. Guna mempermudah

pemahaman data (27) – (31) akan disajikan dalam bentuk tabel

sebagai berikut.

Tabel 2

No. Verba Nomina / Parafrasa Kerangka


Data Kasus Verba Kasus
27 bertambah korban jiwa menjadi bertambah +
tambah [ __ O]

28 berfluktuasi rupiah mengalami berfluktuasi


proses + [ __ O]
fluktuasi

29 bergeser pusat mengalami bergeser


gravitasi pergeseran + [ __ O]
geoekonomi
dan
geopolitik
dunia

30 berubah Atletico mengalami Berubah


ubah + [ __ O]

31 beralih acara kita mengalami beralih


commit to user peralihan + [ __ O]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

b. Keunikan Verba Proses Berprefiks ber- dalam Bahasa Indonesia

Dari data dengan verba proses berprefiks ber- dalam bahasa

Indonesia yang penulis kumpulkan, selain data yang dipaparkan

sebelumnya terdapat beberapa data yang cukup menarik untuk

ditampilkan. Beberapa data menarik tersebut akan dianalisis sebagai

berikut.

(32) Mangga itu mulai berbunga. (KBBI/2008/223)


(33) Dinding yang lembap itu mulai berlumut. (KBBI/2008/848)

Sebelum menyajikan keunikan data (32) dan (33), terlebih dahulu

penulis akan menguraikan data-data tersebut ke dalam bagan modalitas

dan proposisi teori Tata Bahasa Kasus.

mangga itu mulai berbunga

modalitas proposisi

mulai verba nomina

berbunga mangga

objektif

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

dinding yang lembap itu mulai berlumut

modalitas proposisi

mulai verba nomina

berlumut dinding yang lembab

objektif

Verba data (32) dan (33) tersebut adalah berbunga dan

berlumut. Sebenarnya kedua verba tersebut merupakan jenis verba

keadaan, karena berbunga memiliki makna inheren “dalam

keadaan memiliki bunga”, berlumut memiliki makna inheren

“dalam keadaan memiliki lumut”.

Adanya modalitas mulai dalam data (32) dan (33)

mengakibatkan perubahan jenis verba yang terdapat dalam kedua

data tersebut, yang sebelumnya merupakan jenis verba keadaan

menjadi verba proses. Mulai berbunga memiliki makna inheren

”suatu proses dari yang sebelumnya tidak memiliki bunga menjadi

memiliki bunga”. Mulai berlumut mengandung makna inheren

“suatu proses dari yang awalnya tidak memiliki lumut menjadi

memiliki lumut”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

Inti penentuan bahwa kedua verba pada data (32) dan (33)

merupakan jenis verba proses terletak pada modalitas mulai. Jika

kata mulai tersebut dihilangkan maka kalimat yang terbentuk

adalah.

(32a) Mangga itu ____ berbunga


(33a) Dinding yang lembap itu ____ berlumut.

Dalam kalimat (32a) dan (33a) verba berbunga dan

berlumut yang awalnya memiliki modalitas merupakan verba

proses, setelah modalitas dilesapkan berubah menjadi jenis verba

keadaan. Makna inheren yang terkandung dalam berbunga adalah

“dalam keadaan memiliki bunga”. Berlumut memiliki makna

inheren “dalam keadaan memiliki lumut”.

Nomina data (32) dan (33), baik yang menggunakan

modalitas mulai atau tidak sama-sama berlabel kasus objektif

meskipun jenis verbanya berbeda. Verba proses dari data di atas

adalah yang menggunakan modalitas mulai, sedangkan jika

modalitas mulai dilesapkan menjadi jenis verba keadaan.

Penentuan label kasus tersebut yaitu sama-sama berlabel kasus

kasus objektif dikarenakan nomina data (32) dan (33) tersebut

merupakan nomina yang terkena keadaan yang dinyatakan oleh

verba.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

4. Kerangka Kasus Verba Aksi-proses Berprefiks ber- dalam Bahasa

Indonesia

Menurut Chafe dalam Parera, verba aksi-proses adalah verba yang

berfitur semantis aksi-proses (1988:128). Fitur semantis adalah makna

inheren yang terdapat di dalam suatu verba. Makna inheren suatu verba

tidak terikat dengan wujud verba, seperti berwujud kata dasar, kata yang

tanpa afiks, atau kata yang dengan afiks. Sugono menyatakan bahwa aksi

memiliki makna gerakan; tindakan; sikap (gerak-gerik, tingkah laku)

(2008:30). Sugono juga menyatakan bahwa proses memiliki makna

runtunan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu; rangkaian

tindakan, pembuatan, pengolahan, yang menghasilkan produk

(2008:1106). Jadi verba aksi-proses adalah jenis verba yang memiliki

makna inheren suatu aksi yang berupa gerakan; tindakan; sikap (gerak-

gerik, tingkah laku), dan aksi tersebut juga mengandung makna

perkembangan serta rangkaian tindakan. Penanda lain verba aksi-proses

adalah dapat menjadi jawaban dari pertanyaan “apa yang dilakukan subjek

terhadap objek?”. Berikut akan disajikan beberapa data dengan verba aksi-

proses berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia beserta kasus-kasus yang

muncul guna menentukan kerangka kasusnya.

(34) Orang berburu gajah untuk mendapatkan gadingnya.


(KBBI/2008/227)

Inti kalimat dari data (34) adalah “orang berburu gajah”. Berikut

akan disajikan bagan modalitas dan proposisi data (34) guna menentukan
commit to user
kasus serta kerangka kasus data tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

orang berburu gajah

modalitas proposisi

Ø verba nomina nomina

berburu orang gajah

agentif objektif

Verba kalimat tersebut adalah berburu. Berburu merupakan

jenis verba aksi-proses karena terdapat dua nomina yang hadir

sebelum dan sesudah verba tersebut. Menurut Chafe dalam Parera,

verba aksi-proses adalah verba yang berfitur semantis aksi-proses

(1988:128). Fitur semantis aksi-proses dalam berburu adalah

“melakukan suatu aksi serta proses mendapatkan hasil buruan.

Kedua nomina yang hadir sebelum dan sesudah berburu

adalah orang dan gajah. Orang berlabel kasus Agentif. Kasus

agentif berdasarkan pendapat Samsuri adalah kasus yang menandai

pelaksana tindakan yang dinyatakan oleh verba (1987:340). Gajah

berlabel kasus objektif. Kasus objektif kasus yang dapat secara

nyata dibatasi pada benda-benda yang terkena kegiatan atau

keadaan yang dinyatakan oleh verba (Samsuri, 1987:341).

Jadi orang berlabel kasus agentif karena orang adalah

pelaksana tindakancommit
yang to
dinyatakan
user oleh verba berburu. Gajah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

berlabel kasus objektif karena gajah menjadi nomina yang terkena

kegiatan yang dinyatakan oleh verba berburu. Dengan demikian

kerangka kasus verba berburu adalah sebagai berikut.

berburu + [ __ A + O]

(35) Saya sempat berkomunikasi dengan aktivis pro perdamaian


Singkil agar menghubungi kepolisian untuk mencegah hal-hal
buruk. (Kompas/19-10-2015/7)

Bagian inti kalimat dari data (35) berdasarkan teori Tata

Bahasa Kasus adalah “saya sempat berkomunikasi dengan aktivis

pro perdamaian Singkil”. “agar menghubungi kepolisian untuk

mencegah hal-hal buruk” merupakan keterangan dalam data (35)

bukan termasuk dalam salah satu bagian modalitas dan proposi

dalam teori Tata Bahasa Kasus. Berikut akan disajikan bagan

modalitas dan proposisi data (35) guna menentukan kasus serta

kerangka kasus data data tersebut.

saya sempat berkomunikasi


dengan aktivis pro perdamaian Singkil

modalitas proposisi

aspek verba nomina nomina

sempat berkomunikasi saya aktivis


pro perdamaian
Singkil

commit to user agentif komitatif


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

Verba data di atas adalah berkomunikasi. Berkomunikasi

merupakan jenis verba aksi-proses karena mengandung makna

inheren aksi-proses. Makna inheren aksi yang terkandung dalam

berkomunikasi adalah “melakukan komunikasi” dan makna inheren

prosesnya adalah “proses diterimanya sesuatu yang

dikomunikasikan kepada kepada lawan komunikasi”. Selain itu,

verba berkomunikasi memerlukan kehadiran dua nomina dalam

pembentukannya sebagai kalimat yang berterima.

Kedua nomina yang hadir sebelum dan sesudah

berkomunikasi adalah saya dan aktivis pro perdamaian Singkil.

Saya berlabel kasus agentif. Berdasarkan pendapat Samsuri kasus

agentif adalah kasus yang menandai pelaksana tindakan yang

dinyatakan oleh verba (1987:340). Sugono menyatakan bahwa

berkomunikasi memiliki makna “melakukan komunikasi”

(2008:722). Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan

atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang

dimaksud dapat dipahami (Sugono, 2008:721). Dari pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa berkomunikasi mengharuskan

adanya pengirim dan penerima informasi.

Pengirim informasi adalah saya dan penerima informasi

adalah aktivis pro perdamaian Singkil, karena dalam keseluruhan

konteks data (35) “saya sempat berkomunikasi dengan aktivis pro

perdamaian Singkil agar menghubungi kepolisian untuk mencegah

hal-hal buruk”, keterangan “agar menghubungi kepolisian umtuk


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

mencegah hal-hal buruk”, menunjukkan bahwa dalam komunikasi

antara saya dengan aktivis pro perdamaian Singkil, nomina saya

yang menyarankan kepada nomina aktivias pro perdamaian

Singkil. Nomina aktivis pro perdamaian Singkil berlabel kasus

komitatif. Komitatif adalah kasus yang menyatakan keikutsertaan

sesuatu pada tindakan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba

(Samsuri, 1987: 341). Secara jelasnya, aktivis pro perdamaian

Singkil ikut serta dalam kegiatan berkomunikasi dengan saya.

Selain itu adanya kata hubung dengan menandakan bahwa terdapat

hubungan keikutsertaan. Jadi jelas bahwa aktivis pro perdamaian

Singkil berlabel kasus komitatif. Dengan demikian, kerangka kasus

verba berkomunikasi adalah sebagai berikut.

berkomunikasi + [ __ A + Kom]

(36) Lebih baik kita bergabung dengan rombongan itu.


(KBBI/2008/402)

Inti kalimat dari data (36) adalah “kita bergabung dengan

rombongan itu”. Berikut akan disajikan bagan modalitas dan proposisi

data guna menentukan kasus serta kerangka kasus data (36).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

kita bergabung dengan rombongan itu

modalitas proposisi

Ø verba nomina nomina

bergabung kita rombongan itu

agentif komitatif

Verba data (36) adalah bergabung. Bergabung merupakan verba

aksi-proses karena mengandung makna inheren aksi-proses. Makna

inheren aksi-proses dalam bergabung adalah “proses aksi bergabung dari

sesuatu menuju sesuatu yang lain”.

Nomina yang terdapat pada data (36) adalah kita dan rombongan

itu. Kita berlabel kasus agentif karena kita merupakan nomina pelaksana

tindakan yang dinyatakan verba. Penentuan label kasus agentif pada

nomina terhadap kita berdasarkan pendapat Samsuri yang menyatakan

bahwa kasus agentif adalah kasus yang menandai pelaksana tindakan yang

dinyatakan oleh verba (1987:340). Rombongan itu berlabel kasus

komitatif. Komitatif adalah kasus yang menyatakan keikutsertaan sesuatu

pada tindakan atau keadaan yang dinyatakan oleh verba (Samsuri, 1987:

341). Penentuan label kasus komitatif terhadap nomina rombongan itu

karena rombongan itu menyatakan keikutsertaan pada tindakan yang

dinyatakan oleh verba bergabung. Selain itu adanya kata penghubung

dengan merupakan salah commit to user kasus komitatif meskipun tidak


satu penentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

semua kalimat dalam bahasa Indonesia yang memiliki kata hubung dengan

nominanya memiliki label kasus komitatif. Dengan demikian kerangka

kasus data (36) adalah

bergabung + [ ___ A + L]

C. Teori Tata Bahasa Kasus terhadap Verba Berprefiks ber- dalam Bahasa

Indonesia

Teori Tata Bahasa Kasus merupakan sebuah teori kebahasaan yang

menitikberatkan perhatian pada sebuah kasus. Kasus adalah hubungan antara

verba dengan nomina dalam sebuah kalimat. Kasus-kasus yang terdapat dalam

Tata Bahasa Kasus adalah agentif (A), experiencer (E), instrumental (I),

objektif (O), lokatif (L), sumber (S), goal (G), waktu (W), komitatif (Kom),

dan benefaktif (B).

Label kasus yang dimiliki oleh nomina ditentukan oleh jenis verba yang

terdapat dalam sebuah kalimat. Dalam penelitian ini, verba berprefiks ber-

dalam bahasa Indonesia diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu verba

keadaan, verba aksi, verba proses, dan verba aksi-proses. Dari analisis tiap-

tiap jenis verba tersebut akan diketahui label kasus yang dimiliki oleh nomina

dalam sebuah kalimat. Berikut deskripsi label kasus yang dimiliki nomina dari

tiap-tiap jenis verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

1. Deskripsi Label Kasus Verba Keadaan Berprefiks ber- terhadap

Nomina dalam Bahasa Indonesia

Berdasarkan data yang telah terkumpul, verba keadaan berprefiks

ber- dalam bahasa Indonesia diklasifikasikan lagi menjadi tiga jenis

verba. Yaitu verba keadaan berprefiks ber- berfitur semantis keadaan

psikologis, verba keadaan berprefiks ber- berfitur semantis keadaan

non-psikologis, dan verba keadaan berprefiks ber- berketerangan

wajib. Berikut deskripsi label kasus yang dimunculkan dari ketiga jenis

verba keadaan berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia terhadap

nomina dalam suatu kalimat. Keseluruhan deskripsi label kasus

dibawah ini berdasarkan analisis pada bab IV A.

a. Deskripsi Label Kasus Verba Keadaan Berprefiks ber- Berfitur


Semantis Keadaan Psikologis terhadap Nomina dalam Bahasa
Indonesia

Verba keadaan berprefiks ber- berfitur semantis keadaan

psikologis adalah verba keadaan berprefiks ber- yang memiliki

makna inheren keadaan psikologis, misalnya bergembira pada

kalimat “mereka bergembira”. Jenis verba ini menghadirkan

nomina berlabel kasus experiencer (E), yaitu kasus yang

menandai sesuatu yang dikenai atau terpengaruh oleh tindakkan

atau kegiatan yang dinyatakan oleh verba. Nomina berlabel kasus

experiencer (E) tersebut secara keseluruhan pada data yang telah

dianalisis adalah nomina yang berwujud manusia, karena hanya

commitkeadaan
manusia yang memiliki to user psikologis seperti marah, sedih,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

bahagia, dll. Nomina yang hadir menemani verba keadaan

berprefiks ber- berfitur semantis keadaan psikologis selalu

berlabel kasus experiencer karena nomina yang mengalami suatu

keadaan psikologis misalnya “sedih”, bukan merupakan nomina

yang mengontrol “sedih” melainkan yang mengalami “sedih”.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa verba

keadaan berprefiks ber- berfitur semantis keadaan psikologis

dalam bahasa Indonesia menghadirkan nomina yang berwujud

manusia. Nomina tersebut selalu berlabel kasus experiencer (E).

b. Deskripsi Label Kasus Verba Keadaan Berprefiks ber- Berfitur


Semantis Keadaan Nonpsikologis terhadap Nomina dalam Bahasa
Indonesia

Verba keadaan berprefiks ber- berfitur semantis keadaan

nonpsikologis adalah verba keadaan berprefiks ber- yang

memiliki makna inheren keadaan non-psikologis, misalnya

bercabang pada kalimat “tanduk rusa itu bercabang”. Verba jenis

ini menghadirkan nomina berlabel kasus objektif (O), yaitu kasus

pada benda-benda yang terkena kegiatan atau keadaan yang

dinyatakan oleh verba. Nomina yang hadir pada jenis verba

keadaan berprefiks ber- berfitur semantis keadaan nonpsikologis

selalu nomina selain manusia. Dengan demikian, verba keadaan

berprefiks ber- berfitur semantis keadaan non-psikologis dalam

bahasa Indonesia menghadirkan nomina selain manusia, serta

commit to
nomina tersebut memiliki userkasus objektif (O).
label
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

c. Deskripsi Label Kasus Verba Keadaan Berprefiks ber-


Berketerangan Wajib terhadap Nomina dalam Bahasa Indonesia

Verba keadaan berprefiks ber- berketerangan wajib dalam

bahasa Indonesia adalah jenis verba yang mengharuskan

kehadiran keterangan yang bersifat wajib, misalnya pada kalimat

“Konflik berawal dari Desa Wotgalih”. Desa Wotgalih merupakan

keterangan wajib dalam kalimat tersebut karena jika Desa

Wotgalih dilesapkan atau dihilangkan, kalimat menjadi *“Konflik

berawal dari”. Kalimat tersebut tidak berterima serta tidak

memiliki makna yang utuh jika Desa Wotgalih dilesapkan atau

dihilangkan. Verba jenis ini meghadirkan nomina dengan label

kasus objektif (O) serta mengharuskan adanya keterangan.

Keterangan tersebut juga memiliki label kasus karena merupakan

inti dari sebuah kalimat. Label kasus keterangan wajib pada jenis

verba ini lokatif (L).

2. Deskripsi Label Kasus Verba Aksi Berprefiks ber- terhadap Nomina

dalam Bahasa Indonesia

Verba aksi berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia adalah verba

dengan prefiks ber- yang memiliki fitur semantis aksi. Berdasarkan

data-data yang telah dianalisis, verba aksi berprefiks ber- dalam bahasa

Indonesia menghadirkan nomina berlabel kasus agentif (A). Dalam

kaitannya dengan verba aksi berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia,

kasus agentif (A) yangcommit to user


dihadirkan oleh jenis verba tersebut merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

kasus yang menandai nomina sebagai pelaksana kegiatan yang

dinyatakan oleh verba aksi berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia.

Hanya label kasus agentif (A) yang dihadirkan oleh jenis verba aksi

berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia.

3. Deskripsi Label Kasus Verba Proses Berprefiks ber- terhadap Nomina

dalam Bahasa Indonesia

Berdasarkan data-data yang telah dianalisis, verba proses

berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia menghadirkan nomina berlabel

kasus objektif (O). Semua jenis nomina yang bisa disandingkan

dengan verba proses berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia akan

memiliki label kasus objektif (O). Nomina yang hadir dengan verba

proses berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia adalah nomina yang

mengalami suatu proses yang dinyatakan verba. Jadi jelas bahwa

nomina yang hadir dengan verba proses berprefiks ber- dalam bahasa

Indonesia selalu berlabel kasus objektif (O).

4. Deskripsi Label Kasus Verba Aksi-proses Berprefiks ber- terhadap

Nomina dalam Bahasa Indonesia

Verba aksi-proses berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia adalah

jenis verba berprefiks ber- yang berfitur semantis aksi-proses serta

memerlukan dua nomina secara wajib dalam pembentukannya menjadi

sebuah kalimat. Karena memiliki dua nomina, verba jenis ini

menghadirkan dua label kasus juga terhadap masing-masing nomina.


commit
Label kasus nomina yang to useradalah agentif (A). Kasus agentif
pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

(A) kemunculannya bersifat pasti, karena verba aksi-proses berprefiks

ber- dalam bahasa Indonesia mengandung makna inheren aksi serta

proses. Dengan adanya makna inheren aksi, pasti menuntut adanya

nomina yang menjadi pelaksana dari aksi tersebut. Label kasus untuk

nomina kedua tidak ada kepastian pelabelan kasus. Dari data yang

telah dianalisis terdapat tiga kasus yang muncul menjadi pasangan

kasus agentif (A) yang kemunculannya bersifat pasti pada verba aksi-

proses berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia, yaitu kasus objektif (O)

pada gajah dalam kalimat “orang berburu gajah”, kasus komitatif

(Kom) pada aktivis pro perdamaian Singkil dalam kalimat “saya

sempat berkomunikasi dengan aktifis pro perdamaian Singkil”, serta

kasus lokatif (L) pada rombongan itu dalam kalimat “kita bergabung

dengan rombongan itu”.

Deskripsi pelabelan kasus oleh verba berprefiks ber- terhadap

nomina dalam bahasa Indonesia di atas merupakan deskripsi umum

pelabelan kasus dari keempat jenis verba berprefiks ber- dalam Bahasa

Indonesia. Selain deskripsi tersebut, penulis menemukan beberapa

keunikan pada verba berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia dalam

kaitannya dengan teori Tata Bahasa Kasus. Keunikan tersebut adalah

berubahnya jenis verba berprefiks ber- yang disebabkan oleh modalitas

dalam bahasa Indonesia. Perubahan jenis verba berprefiks ber- tersebut

mengakibatkan perubahan label kasus pada nomina yang

mengikutinya. Misalnya pada kalimat a) “dia berbicara” dan b) “dia

dapat berbicara”. Berbicara pada kalimat a) merupakan jenis verba


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

aksi berprefiks ber- dalam bahasa Indonesia, karena berbicara

merupakan verba yang memiliki makna inheren suatu aksi. Berbicara

pada kalimat b) merupakan jenis verba keadaan berprefiks ber- dalam

bahasa Indonesia, karena adanya modalitas dapat yang mengubah

makna inheren yang dimiliki verba berbicara bukan lagi sebuah aksi

melainkan suatu keadaan. Seiring dengan adanya perubahan jenis

verba berbicara pada kalimat a) dan b), nomina yang mengikuti verba

tersebut juga mengalami perubahan label kasus. Dia dalam kalimat a)

“dia berbicara” memiliki label kasus agentif (A), karena dia

merupakan nomina yang menjadi pelaksana yang dinyatakan oleh

verba. Dia dalam kalimat b) “dia dapat berbicara” memiliki label kasus

objektif (O), karena dia merupakan nomina yang terkena keadaan yang

dinyatakan oleh verba.

Selain perubahan jenis verba berprefiks ber- yang disebabkan oleh

adanya modalitas dalam bahasa Indonesia, terdapat pula keunikan yang

lain. Keunikan tersebut adalah adanya nomina yang belum ada

deskripsi label kasus dalam sederet kasus yang terdapat teori Tata

Bahasa Kasus. Kasus tersebut dalam kalimat “tuan puteri beradun” dan

“ia berkaca”. Beradun dan berkaca merupakan jenis verba aksi yang

akibat dari aksi mengenai pelaksana aksi tersebut. Label kasus yang

muncul dari verba seperti beradun dan berkaca terhadap nomina

pengikutnya tidak jelas apakah kasus agentif (A) atau kasus objektif

(O). Belum ada definisi kasus seperti itu dalam teori Tata Bahasa

Kasus.
commit to user

You might also like