You are on page 1of 4

Nim : 3190107

Nama : Marta Yuliana

Akuntansi

TUGAS:

Membuat rangkuman mengenai:

1. Bukti Audit

Bukti Audit atau audit evidence adalah segala informasi yang digunakan auditor untuk
membuktikan apakah informasi yang diaudit sudah sesuai dengan kriteria tertentu. Memperoleh
sejumlah bukti audit yang berkualitas sangatlah penting untuk mencapai tujuan audit.

Auditor memerlukan bukti audit sebelum melakukan proses audit untuk menghasilkan pelaporan
audit yang kompeten. Bukti audit kompeten harus didapatkan lewat inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan
yang diaudit. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor seputar kelayakan
bukti audit, yaitu:

o Pertimbangan profesional, atau professional judgment yang berarti probabilitas seorang


auditor untuk menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntasi klien.
o Integritas manajemen, atau management integrity yang berarti sikap kejujuran dari pihak
manajemen perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan.
o Kepemilikan publik versus terbatas, yang berarti suatu jenis perusahaan apakah termasuk
jenis perusahaan terbuka atau perusahaan terbatas.
o Kondisi keuangan, atau financial condition yang menunjukkan apakah perusahaan
mendapatkan laba atau dalam kondisi merugi.

Jenis Bukti Audit

Berikut tujuh jenis bukti audit:

1) Pengujian fisik (physical examination), merupakan bukti yang diperoleh lewat


pemeriksaan secara fisik atau lewat perhitungan oleh auditor terhadap harta perusahaan.
Misalnya, uang tunai, surat berharga, barang persediaan.
2) Konfirmasi, merupakan bukti yang didapatkan lewat penegasan dari pihak ketiga sebagai
jawaban atas permintaan informasi yang berkaitan dengan asersi manajemen dan tujuan
audit. Umumnya auditor lebih memilih konfirmasi tertulis karena mudah di-review oleh
supervisor audit dan memberikan dukungan keandalan.
3) Dokumentasi, merupakan pemeriksaan atau penyelidikan oleh auditor atas dokumen dan
catatan klien guna mendukung informasi yang telah tersaji. Dokumentasi digunakan
secara luas sebagai bukti audit karena biayanya yang relatif rendah dan pada banyak
kesempatan menjadi satu-satunya bukti audit yang tersedia dan layak.
4) Prosedur analitis, dengan cara menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai
apakah saldo akun atau data lainnya tampak wajar. Misalnya, auditor melakukan
perbandingan total beban gaji dengan jumlah tenaga kerja untuk menunjukkan apakah
ada pembayaran gaji yang tidak semestinya.
5) Wawancara dengan klien, merupakan upaya untuk memperoleh informasi secara lisan
ataupun tertulis dari klien yang menjadi bukti respon atas pertanyaan dari auditor.
6) Perhitungan ulang, merupakan pengujian atas keakuratan hasil perhitungan klien.
7) Observasi, merupakan penggunaan alat indera untuk menilai aktivitas klien. Misalnya,
auditor melakukan kunjungan ke lokasi pabrik untuk mengamati proses produksi.

Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti audit ini berkaitan dengan sejauh mana bukti-bukti yang diperoleh dapat
dipercaya. Jika bukti yang didapatkan adalah sangat kompeten, maka hal ini sangat membantu
auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan yang diperiksanya sudah disajikan dengan
wajar. Pertimbangan yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan apakah bukti audit sudah
kompeten bisa didasarkan pada:

1) Relevansi (Relevance). bukti audit yang relevan haruslah sesuai jika digunakan untuk
maksud tertentu, yang dalam ini berarti harus berhubungan dengan tujuan auditor. Jika
tujuan auditor adalah untuk menentukan keberadaan suatu persediaan, auditor bisa
mendapatkan buktinya dengan melakukan observasi langsung pada persediaan tersebut.
2) Sumber Perolehan (Sources), sumber informasi sangat berpengaruh pada kompetensi
bukti audit. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi kompetensi bukti adalah sbb:
1) Jika sumber informasi didapatkan dari sumber independen di luar perusahan,
2) Semakin efektif struktur pengendalian internal perusahaan, maka semakin besar
jaminan yang diberikan atas keandalan data akuntansi dan laporan keuangan, 3)
Pengetahuan auditor secara pribadi dan secara langsung dari pemeriksaan fisik,
pengamatan, penghitungan, dan inspeksi lebih meyakinkan daripada informasi yang
didapat secara tidak langsung.
3) Ketepatan Waktu (Timeliness), ketepatan waktu berhubungan dengan tanggal
penggunaan bukti audit. Kriteria ini menjadi penting khususnya untuk
memverifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan akun surplus-defisit karena bisa mengecek
apakah cut off sudah dilakukan dengan tepat.
4) Objektivitas (Objectivity), bukti audit yang objektif dipandang lebih kompeten jika
dibandingkan dengan bukti audit yang bersifat subjektif. Untuk menilai objektivitas bukti
audit, diperlukan juga penilaian atas kualifikasi personal yang memberikan bukti tersebut.

Bagaimana Cara Auditor Mengukur Kelayakan Bukti Audit?

Perusahaan umumnya selalu menyediakan bukti atas informasi yang diberikan kepada auditor.
Bahkan, bukti yang dihadirkan terkadang berjumlah besar dan bertumpuk antara satu jenis bukti
dengan bukti lainnya. Diantara berbagai bukti yang disediakan seringkali perusahaan
menyuguhkan bukti-bukti yang sesungguhnya tidak relevan dengan maksud dilakukannya audit.
Oleh karena itu, umumnya auditor akan melakukan seleksi terhadap kelayakan bukti audit ini.
Adapun beberapa hal yang umumnya dijadikan dasar oleh auditor untuk mengukur kelayakan
audit evidence adalah sebagai berikut:

1) Pertimbangan Profesional Auditor

Auditor wajib menguasai bidang keilmuan baik teoritis maupun praktis terhadap objek
yang diaudit. Dalam audit hukum, auditor harus menguasai keilmuan bidang hukum.

2) Integritas Manajemen

Terkadang seorang auditor juga menilai track record dari pihak manajemen, bagaimana
selama ini profil mereka, bagaimana tingkat integritas mereka. Ini juga mempengaruhi
keyakinan auditor terhadap segala bukti yang diajukan.

3) Status Badan Hukum

Status badan hukum dari suatu perusahaan juga akan mempengaruhi cara penilaian bukti
oleh auditor. Badan hukum perseroan terbatas tentu akan dinilai lebih detail
dibandingkan dengan badan hukum CV, dan seterusnya.
4) Kondisi Keuangan

Dalam audit keuangan, financial condition menjadi faktor yang sangat menentukan
apakah auditor akan menilai secara detail (satu per-satu) bukti yang disodorkan atau
hanya melihat sampel saja. Semakin baik kondisi keuangan yang baik tentu buktinya
berbeda dengan ketika kondisi keuangan perusahaan buruk.

SUMBER JAWABAN DARI BUKU/LITERATUR, MAKALAH DAN INTERNET

DI KETIK MINIMAL 1 HALAMAN DAN BOLEH LEBIH.

You might also like