Professional Documents
Culture Documents
Kel 10 Pengembangan Ips SD
Kel 10 Pengembangan Ips SD
TEMATIK
Disusun Oleh :
Kelompok 10
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Authentic
Assessment IPS SD dalam Pembelajaran Tematik dengan tujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran IPS di SD. Dalam penulisan
makalah ini, penulis banyak menemui kendala. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Darsono, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Yoga Fernando
Rizqi, M.Pd. yang telah memberi tugas ini, dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 19
B. Saran .................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan assessment atau penilaian merupakan bagian
terpenting. Assessment juga merupakan alat yang tak ternilai harganya bagi
guru dan sistem pendidikan, yang memungkinkan guru untuk merencanakan
pelejaran dengan lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan
kekurangan dari siswanya, serta assessement ini pula membantu pihak guru
maupun sekolah untuk melihat apakah siswa benar-benar belajar dari apa
yang diajarkan oleh guru.
Assessment juga dapat memungkinkan guru untuk melihat seberapa
jauh kinerja dari siswa yang dibandingkan dengan acuan yang berlaku secara
nasional. Istilah assessment mengacu pada semua informasi yang
dikumpulkan tentang siswa di kelas oleh guru, baik melalui pengetesan
formal, esai, pekerjaan rumah, atau secara informal melalui observasi dan
interaksi.
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya
mengukur apa yang hendak diukur, melainkan juga untuk memberi motivasi
kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yang telah dipelajari
sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran
dan melekatkan aktivitas autentik yang dilakukan siswa yang dikenali dan
distimulasi oleh kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka dapat ke dalam ranah yang lebih luas.
Dalam penilaian proses pembelajaran IPS menggunakan pendekatan
penilaian autentik (authentic assessment) yang menilai kesiapan siswa,
proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen
tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya dan perolehan belajar siswa
atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional dan dampak
pengiring dari pembelajaran. Hasil penilaian autentik dapat digunakan
sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan standar
penilaian pendidikan.
Untuk itu, authentic assessment atau penilaian autentik dianggap
mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dari siswa
karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan hanya dari hasil
melainkan juga prosesnya. Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini
dianggap lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, sebab setiap apa yang
siswa kerjakan akan lebih dihargai
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat ditarik sebuah
rumusan masalah diantaranya:
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari authentic assessment.
2. Untuk mengetahui dan memahami ciri – ciri dari authentic assessment.
3. Untuk mengetahui dan memahami prinsip – prinsip dari authentic
assessment.
4. Untuk mengetahui tujuan dari authentic assessment.
5. Untuk mengetahui jenis – jenis authentic assessment.
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan authentic assessment.
7. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana implementasi authentic
assessment dalam pembelajaran IPS SD
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
(berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif tersebut.
2. Authentic Assesment
Istilah "penilaian otentik" pertama kali diciptakan pada tahun 1989
oleh Grant Wiggins dalam konteks pendidikan K‒12. Menurut Wiggins
(1989, p. 703), penilaian otentik adalah "ujian sejati" pencapaian atau
kemampuan intelektual karena menuntut siswa untuk menunjukkan
pemahaman yang mendalam, pemikiran tingkat tinggi, dan pemecahan
masalah yang kompleks melalui kinerja tugas-tugas teladan. Tugas otentik
mereplikasi tantangan dunia nyata dan "standar kinerja" yang biasanya
dihadapi oleh para ahli atau profesional (misalnya, matematikawan,
ilmuwan, penulis, dokter, guru, atau desainer) di lapangan (Wiggins, 1989
, p. 703). Misalnya, tugas otentik dalam matematika perlu memunculkan
jenis pemikiran dan penalaran yang digunakan oleh matematikawan ketika
mereka memecahkan masalah.
Dalam literatur penilaian, beberapa penulis berpendapat bahwa
istilah "asli" pertama kali diperkenalkan oleh Archbald dan Newmann
(1988) dalam konteks pembelajaran dan penilaian (Cumming & Maxwell,
1999 ; Palm, 2008 ). Namun, istilah "asli" dalam Archbald dan Newmann
(1988) dikaitkan dengan pencapaian daripada penilaian. Beberapa tahun
kemudian, Newmann dan Archbald (1992) memberikan penjelasan rinci
tentang pencapaian otentik. Cumming dan Maxwell (1999) dengan tepat
menunjukkan bahwa penilaian otentik dan pencapaian otentik saling
terkait, karena penting untuk mengidentifikasi hasil belajar siswa yang
diinginkan dan menyelaraskan kembali metode penilaian dengannya.
Penilaian otentik harus berakar pada pencapaian otentik untuk memastikan
keselarasan yang erat antara tugas penilaian dan hasil belajar yang
diinginkan. Penyelarasan ini sangat penting dalam iklim reformasi
kurikulum dan penilaian di seluruh dunia, yang lebih menekankan pada
pengembangan kompetensi abad ke-21 siswa—termasuk pemikiran kritis
dan kreatif, pemecahan masalah yang kompleks, komunikasi yang efektif,
4
kolaborasi, pengarahan diri sendiri dan pembelajaran seumur hidup,
kewarganegaraan yang bertanggung jawab, dan literasi teknologi
informasi, hanya untuk beberapa nama.
Menurut Pokey & Siders dalam Santrock authentic assessment
merupakan proses penilaian terhadap siswa utamanya terhadap kompetensi
yang telah diperoleh siswa atau bentuk evaluasi pengetahuan atau keahlian
siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata
sedekat mungkin. Sementara Mueller berpendapat authentic assessment
merupakan “a form of assessment in which students are asked to perform
real-world tasks that demonstrate meaningful application of essential
knowledge and skills.” Jadi, authentic assessment merupakan suatu bentuk
tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia
nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan
keterampilan.
Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro authentic assessment
menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemostrasikan
pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian
tidak sekadar menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah
diketahui pembelajar, melainkan berkinerja secara nyata dari pengetahuan
dan keterampilan yang telah dikuasai. Jadi dapat disimpulkan Authentic
Assessment adalah suatu penilaian hasil belajar yang merujuk pada situasi
atau konteks ―dunia nyata‖ secara bermakna yang merupakan penerapan
esensi pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan berbagai macam
pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan
bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.
Dengan kata lain, authentic assessment memonitor dan mengukur
kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan
masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam
suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan
menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif,
afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu
proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan
5
aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas
maupun di luar kelas.
Penilaian otentik telah memainkan peran penting dalam
mendorong perubahan kurikuler dan instruksional dalam konteks
reformasi pendidikan global. Sejak tahun 1990-an, pendidikan guru dan
program pengembangan profesional di banyak sistem pendidikan di
seluruh dunia telah berfokus pada pengembangan literasi penilaian untuk
guru dan calon guru yang meliputi kompetensi guru dalam desain,
adaptasi, dan penggunaan tugas penilaian otentik atau tugas penilaian
kinerja. untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran mendalam tentang
materi pelajaran dan untuk mempromosikan penguasaan kompetensi abad
ke-21. Meskipun banyak kompetensi abad ke-21 bukanlah hal baru,
kompetensi tersebut semakin diminati di perguruan tinggi dan tempat kerja
yang telah bergeser dari tugas manual kognitif dan rutin tingkat rendah ke
tugas analitik dan interaktif tingkat tinggi (misalnya, pemecahan masalah
kolaboratif) (Darling Hammond & Adamson, 2010). Jumlah informasi
baru meningkat secara eksponensial karena kemajuan teknologi digital.
Oleh karena itu, hafalan dan regurgitasi fakta atau prosedur tidak lagi
cocok dalam konteks pendidikan kontemporer. Sebaliknya, siswa
diharapkan mampu menemukan, mengorganisasikan, menafsirkan,
menganalisis, mengevaluasi, mensintesis, dan menerapkan informasi atau
pengetahuan baru untuk memecahkan masalah non-rutin.
Penguasaan kompetensi penting abad ke-21 siswa akan
memungkinkan mereka untuk berhasil di perguruan tinggi, untuk
berkembang dalam ekonomi global yang cepat berubah, dan untuk hidup
bermakna di dunia yang kompleks dan terhubung dengan teknologi.
Menurut Darling-Hammond dan Adamson (2010), peran penilaian kinerja
sangat penting dalam membantu guru dan siswa untuk mencapai standar
penilaian dan pembelajaran abad ke-21 . Banyak penulis dalam penelitian
yang ada telah menggunakan "penilaian kinerja" dan "penilaian otentik"
secara bergantian.
6
B. Ciri-Ciri Authentic Assesment
7
d. Dapat digunakan sebagai feed back, dapat digunakan sebagai umpan balik
terhadap pencapaian kompetensi siswa secara komprehensif.
Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik penilaian autentik di atas, maka
proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran dan mencerminkan masalah dunia nyata/sehari-hari. Sehingga
dalam merancang penilaian autentik, perlu memperhatikan prinsip-prinsip,
sebagai berikut: penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan
kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar;
penilaian harus bersifat holistik mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (sikap, keterampilan dan pengetahuan).
8
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi siswa dan guru.
9
a. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau
membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan
peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta
didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu,
fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak
dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan
norma (norm-referenced assessment).
b. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara
peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta
didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam
hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau
tidak di sekolah tertentu.
c. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah
menguasai kompetensi.
d. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya,
membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan
program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
e. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan
belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang
perlu remidiasi ataupengayaan.
f. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang
10
b. Mengecek ketercapaian kompetensi siswa
11
kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan juga
proses.
a. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menguji kemampuan siswa
dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, menguji apa
yang mereka ketahui dan dapat dilakukan, sebagaimana ditemukan dalam
situasi nyata dan dalam konteks tertentu. Unjuk kerja dalam konteks hasil
pembelajaran bahasa berkaitan dengan kinerja aktif-produktif lewat
berbicara dan menulis.
Kegiatan berbicara dan menulis adalah wadah atau bentuk
kemampuan berbahasa, sedang topik, isi, gagasan, atau informasi yang
dijadikan bahan pembicaraan dan penulisan dapat berupa apa saja
persoalan aktual dan kontekstual yang dijumpai dalam kehidupan. Isi
pembicaraan dapat juga terkait dengan berbagai mata pelajaran yang lain.
Dalam konteks penilaian pembelajaran bahasa di sekolah,
ketepatan kinerja tersebut harus ditekankan pada ketepatannya
mempergunakan bahasa dan sekaligus muatan informasinya. Kinerja
kebahasaan yang paling mudah dilakukan atau ditemukan adalah kinerja
lisan atau kegiatan berbicara dengan segala jenisnya seperti berpidato,
berdiskusi, berdialog, bahkan juga berwawancara, yang pada intinya
adalah menunjukkan kompetensi berbahasa lisan.
Penilaian praktik berbicara inilah yang biasa disebut sebagai
penilaian performansi (kinerja). Namun, kinerja juga dapat berupa
kegiatan penulisan yang menghasilkan karya tulis dengan segala
macamnya, misalnya membuat karangan, artikel, resensi, menulis berita,
surat, laporan, analisis teks kesastraan, sampai menulis karya kreatif. Hal-
hal yang dicontohkan tersebut juga dapat dimasukkan ke dalam bukti
karya siswa untuk penilaian portofolio.
b. Wawancara Lisan
Wawancara lisan sebenarnya dapat juga disebut sebagai penilaian
kinerja kebahasaan. Sesuai dengan namanya, dalam aktivitas ini terjadi
12
tanya jawab antara pihak yang diwawancarai (siswa) dan pewawancara
(guru/penguji) tentang apa saja yang diinginkan informasinya oleh
pewawancara. Namun, dalam konteks penilaian hasil pembelajaran
bahasa, tujuan utama kegiatan itu adalah untuk menilai kompetensi siswa
membahasakan secara lisan informasi yang ditanyakan pewawancara
dengan benar. Dalam konteks asesmen otentik benar atau kurang
benarnya bahasa siswa tidak semata-mata dinilai dari ketepatan struktur
dan kosakata, melainkan ketepatan atau kejelasan informasi yang
disampaikan sebagaimana halnya fungsi bahasa yang sebagai sarana
berkomunikasi.
c. Pertanyaan Terbuka
Penilaian dilakukan dengan memberikan pertanyaan (stimulus) atau
tugas yang harus dijawab atau dilakukan oleh siswa secara tertulis atau
lisan. Pertanyaan bukan sekadar pertanyaan yang hanya membutuhkan
jawaban singkat dengan satu atau beberapa kata atau ya/tidak.
Pertanyaan haruslah yang memaksa siswa untuk mengkreasikan
jawaban yang sekaligus mencerminkan penguasaannya terhadap
pengetahuan tertentu. Jadi, jawaban yang diberikan siswa mesti berupa
uraian yang menunjukkan kualitas berpikir, mengembangkan
argumentasi, menjelaskan sebab akibat sesuatu, dan akhirnya sampai
pada kesimpulan.
Namun, pertanyaan haruslah dibatasi pada persoalan tertentu yang
bermakna sehingga jawabannya relatif terbatas. Kemampuan siswa
memilih atau mengkreasikan pesan dan bahasa secara akurat dan tepat
mencerminkan kualitas berpikir tingkat tinggi.
13
dapat diceritakan kembali secara lisan dan tertulis. Kompetensi yang
demikian dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, maka tugas ini cukup
bermakna. Penilaian terhadap kinerja siswa, selain memperhitungkan
ketepatan unsur kebahasaan, juga harus melibatkan ketepatan dan
keakuratan isi atau informasi yang terkandung dalam wacana. Selain itu,
wacana yang dipilih untuk diperdengarkan atau dibaca haruslah
kontekstual, relevan, dan yang sesuai dengan perkembangan pengalaman
siswa.
e. Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan karya siswa yang dikumpulkan
secara sengaja, terencana, dan sistemik yang kemudian dianalisis secara
cermat untuk menunjukkan perkembangan kemajuan mereka setiap
waktu. Maka, seperti dikemukakan oleh Callison (Nurgiyantoro,
2011:36), portofolio sebagai salah satu asesmen otentik tepat dipakai
dalam penilaian proses. Jika ada banyak karya yang dihasilkan siswa
lewat berbagai tugas, (mungkin berbagai macam karya tulis, CD
rekaman, atau hal-hal lain yang diberikan pihak lain seperti catatan
harian, rekomendasi, dan piagam), perlu dipilih secara selektif karya-
karya mana saja yang dapat dijadikan bahan untuk portofolio dengan
mempergunakan kriteria tertentu. Misalnya, tugas-tugas yang relevan,
bermakna, dan menggambarkan kemajuan serta capaian belajar.
f. Proyek
Proyek merupakan bentuk penugasan secara berkelompok
(misalnya tiga orang) dalam kaitannya dengan penilaian hasil
pembelajaran. Hasil kerja akhir proyek dapat berbentuk laporan tertulis,
rekaman video, gabungan keduanya, atau yang lain. Jadi, ia dapat
berwujud tulisan, gambar, suara, aksi, atau perpaduan semuanya. Tugas
proyek dapat berupa tugas melakukan penelitian kecil-kecilan (tetapi
besar buat siswa). Misalnya, menganalisis unsur-unsur fiksi, menganalisis
kandungan makna puisi-puisi anak di koran minggu, menganalisis tajuk
14
rencana bermuatan kependidikan di koran, mementaskan drama, dan lain-
lain. Pemilihan topik proyek sebaiknya didiskusikan dengan siswa dan
dapat diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
Tugas proyek merupakan kegiatan investigasi sejak perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data,
sampai pembuatan laporan. Untuk melakukan tugas ini, siswa diharapkan
mampu bekerja bersama, pembagian tugas, berdiskusi, dan pemecahan
masalah yang semuanya merupakan usaha kolaboratif. Maka, tugas
proyek dapat menunjukkan kemampuan siswa dalam hal penguasaan
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis informasi/data,
sampai dengan pemaknaan dan penyimpulan.
15
penilaian untuk mengetahui perkembangan belajar siswa yang terjadi
selama proses pembelajaran secara menyeluruh.
d. Siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah sendiri.
e. Pengumpulan informasi digunakan untuk menentukan perlu tidaknya
suatu bantuan yang diberikan kepada siswa secara terencana, bertahap,
dan berkesinambungan, berdasarkan fakta dan bukti yang memadai untuk
memperoleh hasil.
f. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran, dari awal sampai akhir
pembelajaran.
g. Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas guru dengan siswa sebelum
karya tersebut dikerjakan, sehingga siswa mengetahui patokan penilaian
yang akan digunakan atau berusaha mencapai harapan sesuai dengan
kriteria guru dan juga tuntutan kurikulum.
16
G. Implementasi Authentic Assesment dalam Pembelajaran IPS SD
Penilaian autentik adalah suatu bentuk penilaian yang meminta siswa
untuk mampu menerapkan konsep atau teori pembelajaran yang diperoleh di
sekolah untuk dapat diterapkan dalam dunia nyata atau kehidupan sehari-hari.
Hal ini sejalan dengan pendapat Pokey dan Siders (dalam Majid, 2014: 56).
Sebelum melaksanakan penilaian, hal pertama yang harus diperhatikan guru
adalah pemahaman terhadap konsep penilaian autentik itu sendiri. Setelah
guru memahami kosep penilaian autentik, guru kemudian menyusun
perencanaan penilaian dalam bentuk RPP atau rencana pelaksanaan
pembelajaran. Pelaksanaan penilaian autentik disesuaikan dengan
perencanaan penilaian yang telah disusun dalam RPP.
17
Ketiga, Tindak lanjut hasil penilaian dilaksanakan sebagai upaya
untuk menindak lanjuti hasil proses penilaian yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Hasil penilaian yang disesuikan dengan pemilihan metode
penilaian untuk masing-masing kompetensi inti yang disesuaikan dengan
karakteristik kompetensinya, kemudian ditindaklanjuti dengan apa yang perlu
dilaksanakan setelah penilaian selesai dilaksanakan serta apa umpan balik
yang didapatkan untuk menjadi bahan penting untuk proses penilaian
berikutnya.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Authentic assessment atau Penilaian autentik adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi
tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa penilaian autentik merupakan teknik penilaian yang
dianggap efektif dalam mengumpulkan data siswa untuk mengetahui
pengalaman belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Kriteria penilaian autentik ini bersifat perpaduan antara proses belajar
dan hasil belajar. Sehingga pendidik dapat mengetahui kemampuan dan hasil
belajar siswa. Begitupun bagi siswa, dirinya akan mengetahui hasil penilaian
tersebut, karena dirinya dapat mengukur kemampuan dan keikutsertaannya
selama mengikuti proses pembelajaran.
Beberapa alasan logis tentunya menjadi sebuah penguat bagi
pentingnya penilaian autentik dilakukan. Diantaranya ketika melakukan
penilaian, banyak kegiatan yang akan lebih jelas apabila dinilai langsung,
umpamanya kemampuan berargumentasi atau berdebat, keterampilan
menggunakan komputer dan keterampilan melaksanakan percobaan. Begitu
pula menilai sikap atau perilaku siswa terhadap sesuatu atau pada saat
melakukan sesuatu
B. Saran
Tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu mudah-
mudahan kedepannya pendalaman mengenai penilaian autentik ini semakin
jauh ke intinya sehingga banyak yang paham dan mengerti terhadap penilaian
ini.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Suharsimi Arikunto, Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta : Bumi Akasara,
2006).hlm.11
Wiggins, G. (1989). Ujian sejati: Menuju penilaian yang lebih otentik dan adil.
Phi Delta Kappan , 70 (9), 703‒713.
21