Professional Documents
Culture Documents
Askeb Inc Jatikalen
Askeb Inc Jatikalen
Di susun oleh :
1. Sunarmi 2021080066
2. Ita Setiyawati 2021080073
3. Sri Wahyuni 2021080074
4. Sri Murti 2021080075
5. Lilik Idayati 2021080076
6. Anik Andriani 2021080077
7. Nurul Awalia A 2021080078
8. Winarti 2021080165
i
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN
PERSALINAN PADA Ny ‘L’
DI PUSKESMAS JATIKALEN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan “ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA
Ny.‘L’ DI PUSKESMAS JATIKALEN
.Dalam penyusunan laporan ini, kami berusaha menyusun laporan sebaik-
baiknya. Pada kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih dengan
hati yang tulus kepada:
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan............................................................................................................ii
Kata Pengantar...................................................................................................................iii
Daftar Isi............................................................................................................................iv
BAB I Pendahuluan............................................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................................9
3.1.1 Pengkajian................................................................................................................13
3.4 Penatalaksanaan...........................................................................................................15
BAB IV Penutup................................................................................................................17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
(Kemenkes RI, 2014).Angka persalinan di Jawa Timur yang ditolong di fasilitas
kesehatan sebesar 94,08% (Kemenkes RI, 2018).
Untuk itu pemerintah mengupayakan program pelatihan para bidan dan ibu-ibu
hamil. Jika bidan yang kompeten dalam bidangnya, sedikitnya 50% perdarahan akibat
melahirkan bisa dicegah. Pelatihan itu juga meningkatkan asuhan persalinan normal
(APN) dan penanganan ibu pasca keguguran bagi para bidan (JNPK-KR,2008).
Sedangkan upaya mahasiswa untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah
dengan meningkatkan ketrampilan dalam segi teori dan praktik kebidanan
(Prawirohardjo, 2008).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melakukan asuhan kebidanan pada persalinan
normal dengan manajamen asuhan 7 langkah H. Varney.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dan data obyektif pada persalinan
normal
2. Mampu menginterpretasikan data dan menetukan masalah pada persalinan normal
3. Mampu menentukan diagnosa atau masalah potensial pada persalinan normal
4. Mampu menentukan kebutuhan tindakan segera persalinan normal
5. Mampu menyusun rencana tindakan pada persalinan normal
6. Mampu melakukan implementasi dari rencana asuhan pada persalinan normal
7. Mampu mengevaluasi hasil tindakan atau asuhan yang diberikan pada persalinan
normal.
2
1.3.2 Bagi Profesi
Sebagai salah satu upaya untuk memperoleh gambaran tentang sejauh mana
para mahasiswa memahami ilmu yang diperoleh serta keterampilan tentang
asuhan kebidanan pada ibu dengan persalinan fisiologis yang telah diberikan
oleh institusi pendidikan selama proses pembelajaran serta menambah bahan
bacaan dan ilmu pengetahuan.
3
tentang keterkaitan antar faktor dari data yang diperoleh dikorelasikan dengan tinjauan
teori yang didapatkan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
reseptor oksitosin, dominan pada fundus dan korpus uteri, semakin berkurang
jumlahnya di segmen bawah rahim dan praktis tidak banyak dijumpai pada
serviks uteri.
Teori keregangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,
sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
Teori fetal membran
Meningkatknya hormon estrogen menyebabkan terjadinya esterifeed yang
menghasilkan arachnoid acid, arachnoid acid bekerja untuk pembentukan
prostaglandin yang mengakibatkan kontraksi miometrium.
Teori plasenta sudah tua
Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada placenta menurun
sehingga terjadi degenerasi trofoblast maka akan terjadi penurunan produksi
hormon.
Teori tekanan serviks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf sehingga serviks
menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan SAR dan SBR
berkerja berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan relaksasi (Oktarina, 2016).
6
frekuensinya. His dapat dirasakan oleh pemeriksa ketika uterus menjadi keras
dan tegang. Pasien mungkin mengeluhkan perasaan terganggu yang dimulai dari
bagian punggung dan kemudian menyebar di sekitar abdomen bawah.
Show
Suatu keadaan terlihatnya mukus atau lendir yang sering mengandung dengan
bercak darahyang keluar dari vagina. Mukus berasal dari serviks dan selama
kehamilan berfungsi sebagai pelindung loperkulum. Kemunculannya
menunjukkan bahwa serviks sudah mulai berdilatasi.
Sejumlah kecil darah dapat menyertai mukus (kadang darah muncul sendiri).
Darah ini berasal dari ruptura pembuluh kapiler halus di dalam serviks (ketika
serviks mulai membuka) dan dari desidua yang ada dibawah korion (desidua
terangkat dari dinding uterus bagian bawah pada saat SBR meregang).
Dilatasi serviks
Dilatasi os servisis eksterna yang terjadi secara bertahap merupakan indikator
yang menunjukkan kemajuan persalinan kalau proses persalinan tersebut disertai
dengan kontraksi uterus. Dilatasi serviks diketahui atau dipastikan dengan
pemeriksaan per vaginam.
Enggagement presenting part
Presenting part (biasanya kepala janin) akan mengalami “engagement” atau
“terbenam” ke dalam panggul. Pada primigravida, peristiwa ini terjadi 3-4
minggu sebelum proses persalinan dimulai. Dinding abdomen pada multipara
tidak begitu kencang sehingga engagement baru terjadi setelah proses persalinan
dimulai.
Pembentukan tonjolan ketuban
Pembentukan tonjolan ketuban atau bag of forewater (cairan amnion/ ketuban
yang terperangkap dalam serviks di depan presenting part) dapat diraba oleh
pemeriksa melalui pemeriksaan per vaginam. Tonjolan ini terasa tegang pada
saat his dan dapat mengalami ruptur. Ruptur selaput amnion bisa terjadi kapan
saja, baik sebelum persalinan dan saat proses persalinan (biasanya akhir kala 1).
2.6 Pembagian tahap persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu
1. Persalinan kala I
7
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuinsi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap
(10 cm)(Sursilah, 2010). Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam (Farrer,
1999).
Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif,
yaitu :
Fase laten
Dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, fase laten berlangsung
hampir atau hingga 7 jam
Fase aktif
Dari pembukaan serviks 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Dalam fase aktif
ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu :
Fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm.
Fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.
Fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu
2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm (Sursilah, 2010).
2. Kala II atau kala pengusiran
Gejala utama kala II adalah
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50
sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti mengejan, karena
tertekannya fleksus Frankenhouser.
d. Kedua keuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga
terjadi:
8
Kepala membuka pintu
Subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian
kepala pada punggung.
f. Setelah putar paksi luar berlangusng, maka persalinan bayi ditolong dengan
jalan:
- Kepala dipegang pada os occiput dan di bawah dagu, ditarik cunam ke
bawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk
melahirkan bahu belakang.
- Setelah kedua bahu lahir, ketikak dikait untuk melahirkan sisa badan
bayi.
- Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
g. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit
3. Kala III (pelepasan uri)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya
bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch karena sifat retraksi
otot rahim. Lepasnya plasenta ditandai dengan
- Uterus menjadi bundar
- Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim
- Tali pusat bertambah panjang
- Terjadi perdarahan
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara Crede pada
fundus uteri
4. Kala IV (observasi)
Dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling
sering terjadi 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan:
Tingkat kesadaran penderita
Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan
Kontraksi uterus
Terjadinya perdarahan
9
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai
500cc.
10
- Pembukaan serviks
- Keadaan ketuban
- Presentase
- Penurunan bagian terbawah janin
- Penumbungan tali pusat
- Kesan panggul
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam
larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ
dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14) menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16) Meletakan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah
perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan
belakang kepala agar tidak terjadi defleksi.
20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
11
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian
gerakan ke arah atas untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri
dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong
dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk
tangan kiri diantara kedua lutut janin).
25) Melakukan penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas
tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif?.
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat dengan klem kedua kira-kira 2 cm dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian
mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
32) Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu
dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
12
34) Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan
yang lain memegang tali pusat.
35) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
36) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso-kranial).
37) Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua
tangan kemudian putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban
terlepas.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus
uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
39) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
40) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan
penjahitan bila ada robekan.
41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
42) Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %.
43) Pastikan kandung kemih kosong.
44) Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.
45) Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi.
46) Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.
47) Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (30-60 x/i).
48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk
dekontaminasi selama 10 menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi.
49) Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai.
13
50) Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih.
51) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga
untuk memberikan makanan dan minuman yang di inginkan ibu.
52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %.
53) Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam selam 10
menit dalam larutan clorin 0,5 %.
54) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan
handuk bersih.
55) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik
pada bayi.
56) Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi,
berikan tetes/salep mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k 1mg IM dipaha
kiri anterolateral.
57) Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha
kanan anterolateral.
58) Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama
10 menit dalam larutan clorin 0,5 %.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan
handuk bersih.
60) Lengkapih partograf (Widiastini, 2018).
14
2.8 Pathway
Kehamilan ≥ 37 minggu
Dilatasi+efficement
Fleksus trankenhouse
tertekan
Rupture pemb.
kapiler servix
Ketuban pecah+
pembukaan lengkap
Bloody show
Reflek mengejan
Bayi lahir
Retraksi uterus
Plasenta lahir
Perdarahan normal
<500cc
Nifas fisiologis
15
BAB III
Judul asuhan kebidanan: judul memuat gambaran umum asuhan kebidanan yang
diberikan kepada klien. Judul asuhan kebidanan terdiri dari riwayat obstetri dan
diagnosa pemeriksaan klien (Varney, 2007).
Hari/tanggal dan waktu pengkajian: indikator penaganan masalah pasien dapat
dilihat dari waktu pengkajian (Gondodiputro, 2007).
Tempat pengkajian: penggalian data diri pasien pada tempat awal penerimaan pasien
dapat dijadikan indikator penanganan pasien (Gondodiputro, 2007).
Nama petugas: nama petugas yang melakukan pengkajian perlu dituliskan sebagai
bukti tanggung gugat (Gondodiputro, 2007).
16
akan lebih mudah dalam melakukan pendekatan dengan klien dalam
melaksanakan asuhan kebidanan (Bobak, 2005).
Suku bangsa/ kewarganegaraan: beberapa kepercayaan dalam suku bangsa
tertentu mungkin saja dapat bertentangan dengan asuhan yang akan
diberikan kepada klien. Selain itu, suku bangsa dapat mengetahui faktor
bawaan dari suatu ras yang mungkin mempengaruhi hasil pemeriksaan
(Bobak, 2005).
Pendidikan: tingkat pendidikan menggambarkan pemberian
konseling/pengetahuan kepada klien. Tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap dan perilaku kesehatan seseorang (Bobak, 2005).
Pekerjaan: pekerjaan menggambarkan sosial ekonomi klien agar nasehat
yang diberikan sesuai dengan kemampuan klien (Bobak, 2005).
Alamat: untuk memberikan gambaran mengenai jarak dan waktu yang
ditempuh pasien menuju tempat kesehatan (Widiastini, 2018)..
2. Alasan datang
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang ke tempat
pelayanan kesehatan sehingga dapat diberikan asuhan yang tepat sesuai
dengan kedatangan ibu berkaitan dengan persalinan (Widiastini, 2018).
3. Keluhan Utama
Dikaji untuk mengetahui keluhan yang saat ini dirasakan ibu dan untuk
menggali tanda dan gejala persalinan. Pada kasus persalinan, informasi yang
harus didapat dari pasien adalah kapan mulai terasa ada kencang-kencang di
perut, bagaimana intensitas dan frekuensinya, apakah ada pengeluaran lendir
yang disertai darah, serta pergerakan janin untuk memastikan
kesejahteraannya(Widiastini, 2018).
4. Riwayat menstruasi
HPHT: hari pertama haid terakhir sebelum hamil. Fungsi HPHT untuk
menentukan usia kehamilan dan patokan untuk menentukan tanggal
persalinan (TP)(Pratiwi, 2016).Persalinan aterm terjadi pada usia kehamilan
37-40 minggu dari HPHT, preterm 28-36 minggu dan postterm >43 minggu
(Subakti dkk, 2007).
Rumus TP = tanggal HPHT + 7, bulan HPHT – 3, tahun HPHT + 1
17
Bila bulan HPHT tidak bisa dikurangi 3 maka bulan HPHT ditambah 9 dan
tidak ada penambahan tahun.
5. Riwayat kehamilan sekarang
Dikaji untuk mengetahui perkembangan kehamilannya, berapa kali
melakukan pemeriksaan kehamilan dan tempat periksa, apakah ada keluhan
atau tidak selama hamil, dan diberi terapi apa saja selama periksa(Widiastini,
2018)..
6. Riwayat obstetri
Komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu berisiko
timbulnya masalah pada kehamilan, persalinan, dan nifas saat ini (Manuaba,
2010
Hamil Persalinan Anak Nifas
7. Riwayat kontrasepsi
Penolong
Kelamin
Penyulit
Penyulit
Penyulit
Tempat
Laktasi
PB/BB
(usia)
Jenis
H/M
Cara
Usia
Ke-
Riwayat kontrasepsi meliputi jenis, lama dan keluhan yang ibu alami selama
menggunakan alat kontrasepsi tertentu. Kehamilan dapat terjadi baik
merupakan kehamilan yang direncanakan maupun kehamilan karena
kegagalan ber-KB (Manuaba, 2010).
8. Riwayat kesehatan
Data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu ditanyakan yaitu
terkait penyakit jantung, diabetes mellitus, ginjal, hipertensi/hipotensi,
hepatitis, HIV/AIDS. Hal ini untuk memperkirakan atau mencegah semua
komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan (Ferrer, 1999).
10. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola Nutrisi
Untuk mengetahui gambaran bagaimana pasien mencukupi asuhan
nutrisinya dan intake cairan yang sangat penting karena akan menentukan
kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data fokusnya meliputi kapan atau jam
berapa terakhir kali ibu makan/ minum, jenis dan jumlah makanan, serta
18
nafsu makan ibu. Apabila kurang akan menyebabkan daya tubuh menurun
sehingga mudah terkena infeksi dan mengganggu kontraksi (Widiastini,
2018 & Oktarina, 2016).
Pola istirahat
Sangat diperlukan untuk persiapan energi saat menghadapi persalinan. Data
fokusnya meliputi berapa lama dapat istirahat siang dan malam, keluhan,
bisakah istirahatn saat kontraksi datang (Widiastini, 2018).
Pola eliminasi
Untuk mengetahui pola eliminasi (BAB/BAK) dan keluhan saat menjelang
persalinan (Widiastini, 2018).Selama persalinan, ibu harus dianjurkan untuk
berkemih setiap 1-2 jam. Urin yang berada dalam kandung kemih
merupakan massa yang tidak dapat ditekan sehingga dapat mengganggu
penurunan bagian presentasi janin atau mengurangi kapasitas uteru untuk
berkontraksi, meningkatkan resiko perdarahan pascapartum. Kandung
kemih yang penuh juga dapat menghambat masukknya kepala janin ke
dalam gelang panggul. Jika kandung kemih tidak kosong sepenuhnya atau
ibu tidak dapat berkemih selama beberapa jam, kateter perlu dipasang
(Marisa, 2009).
a. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum: dikategorikan baik jika pasien menunjukkan respon yang
baik terhadap lingkungan dan orang sekitar, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan. Keadaan dikatakan lemah jika
pasien kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk
berjalan sendiri (Sulistyawati, 2015).
Kesadaran: pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal), sampai dengan koma (Sulistyawati,
2015).
2. Antropometri
BB: Pembesaran uterus yang diikuti dengan hipervaskularisasi, hipertropi,
dan hyperplasia menyebabkan terjadinya peningkatan massa tubuh ibu
19
hamil. Selama kehamilan, normalnya kenaikan hamil 10–12kg. Data yang
dikaji meliputi BB sebelum hamil, dan BB saat ini (saat dilakukan
pengkajian) (Varney, 2008).
TB: Tinggi badan < 145 cm dapat menjadi indikasi kondisi panggul sempit
yang akan mengalami kesulitan bahkan tidak dapat dilakukan persalinan
secara normal (Prawirohardjo, 2009).
3. TTV
- Tekanan darah: tekanan darah normal yaitu ≤140/90 mmHg (Saleha,
2009). Apabila terjadi peningkatan sistolik sebesar 30mmHg atau lebih
sudah dikategorikan preeklamsi (Ilyas, 1994).
- Suhu: suhu tubuh normal antara 36,5 – 37,50C (Saleha, 2009).
- Nadi: denyut nadi normal antara 60 – 100 kali/menit (Saleha, 2009).
- Pernafasan: frekuensi nafas normal 16 – 24 kali/menit (Saleha, 2009).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : apakah klien pucat dan ada tidaknya odema. Keberadaan
odema menjadi salah satu tanda adanya keracunan kehamilan atau
preeklamsi (Varney, 2008).
b. Mata : Warna conjunctiva pucat merupakan indikasi terjadinya
anemia. Sklera kuning indikasi terjadinya gangguan pada fungsi hati
(Prawirohardjo, 2008).
c. Hidung : adakah pernapasan cuping hidung. Jika iya kemungkinan
terjadi masalah dalam fungsi sistem respiratory yang akan memberikan
manifestasi klinik lebih buruk bila terjadi pada ibu bersalin (Varney,
2007).
d. Mulut : Apakah mulut ibu bersih, mukosa lembab/ kering, bibir
pucat/ biru, ada karies atau tidak (Wulandari, 2018).
e. Telinga : Normalnya, telinga akan berada dalam keadaan bersih dan
tanpa adanya secret. Adanya perubahan pada kedua kondisi tersebut
merupakan tanda terjadinya infeksi (Prawirohardjo, 2009).
f. Leher : Infeksi yang mungkin terjadi pada ibu hamil dapat dilihat
dengan ada tidaknya pembesaran kelenjar kelenjar limfe atau tidak.
Kecukupan nutrisi terutam yodium dalam dilihat dari ada atau tidaknya
20
pembesaran kelenjar tiroid. Fungsi kerja organ jantung dinilai salah
satunya melalui ada atau tidaknya bendungan vena jugularis (Manuaba,
2010).
g. Dada : Keberadaan retraksi dinding dada menggambarkan adanya
gangguan pada fungsi kerja organ pada sistem pernapasan (Varney, 2007).
h. Payudara : Kondisi payudara pada ibu bersalin normalnya putting
menonjol yang merupakan salah satu tanda kesiapan dalam proses
menyusui melalui IMD. ASI biasanya keluar pada usia kehamilan >36
minggu atau bahkan 3 hari setelah persalinan .
i. Abdomen : Ibu dengan riwayat persalinan dengan SC merupakan kondisi
yang berisiko pada persalinan. Kekuatan his dan jumlah his mempengaruhi
kemajuan persalinan (Asrinah, 2010).
Leopold I: Pemeriksaan ini untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan
bagian apa yang terdapat di bagian fundus. Perabaan dengan
hasil bulat dan melenting merupakan kesan bagian kepala
janin. Sedangkan perabaan dengan hasil bulat dan tidak
melenting merupakan kesan bagian bokong janin. Normalnya,
bagian fundus adalah kesan bokong (Manuaba, 2010).
Leopold II: Pemeriksaan ini untuk menentukan bagian apa yang terdapat
pada sebelah kiri dan sebelah kanan perut ibu. Perabaan
dengan hasil keras, datar seperti papan merupakan kesan
punggung janin. Perabaan dengan hasil kosong atau teraba
bagian terkecil merupakan kesan ekstermitas (Manuaba, 2010).
Leopold III: Pemeriksaan ini untuk mengetahui bagian terbawah janin,
apakah sudah masuk PAP. Pada kehamilan pertama,
normalnya janin sudah harus masuk PAP pada usia kehamilan
36 minggu. Sedangkan pada kehamilan >1, janin akan masuk
PAP bersamaan proses persalinan berlangsung (Manuaba,
2010).
Leopold IV: Seberapa besar bagian terbawah janin masuk PAP. Bila kedua
jari tagan bertemu/konvergen menandakan bahwa bagian
terendah janin belum masuk PAP, sedangkan bila sejajar
21
menandakan telah masuk PAP dan bila tidak bertemu/divergen
menandakan bahwa sebagian besar dari bagian terendah janin
telah masuk PAP (Manuaba, 2010).
DJJ: merupakan salah satu indikator kesejahteraan janin. Normalnya 120-
160x/menit (Prawirohardjo, 2008).
TFU (Mc.Donald): normal aterm 33 cm (Prawirohardjo, 2008).
TBJ: tafsiran berat janin aterm normalnya berkisar 2500-3500 gram
155 x (TFU – 11) bila sebagian besar sudah masuk PAP
155 x (TFU – 12) bila sebagian kecil sudah masuk PAP/terletak tepat
PAP
155 x (TFU – 13) bila belum masuk PAP(Prawirohardjo, 2008).
j. Genetalia : Pengeluaran pervaginam dan tanda IMS mengindikasikan
adanya infeksi pada ibu. Keloid pada bekas jahitan berisiko terjadinya
ruptur, sedangkan varises pada vulva menjadi risiko terjadinya perdarahan
(Prawirohardjo, 2008).
k. Anus : Kondisi hemoroid akan menghambat proses persalinan
terutama pada saat proses kelahiran bayi dengan mengejan (Prawirohardjo,
2008).
l. Ekstremitas: Adanya odema perlu dicurigai terjadinya preeklamsia.
Keberadaan varises memberi gambaran secara umum fungsi kardivaskular.
Pada ekstermitas bawah dengan kondisi asimetris mempengaruhi kondisi
panggul (indikasi panggul sempit) (Prawirohardjo, 2008).
5. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk:
1) Membuat identifikasi positif tentang presentasi janin
2) Menentukan apakah kepala janin sudah mengalami engagement jika
terdapat keraguan
3) Mengkaji kemajuan dan perlambatan persalinan
4) Mengkonfirmasi dilatasi lengkap servik
5) Mengkonfirmasi aksis janin dan presentasi kembar kedua pada kehamilan
kembar (Marisa, 2009).
6. Pemeriksaan penunjang: dilakukan jika ada indikasi.
22
a. Pemeriksaan USG
USG memberikan informasi mengenai kesejahteraan janin dan kondisi
panggul untuk memastikan mungkin atau tidaknya dilakukan persalinan
normal (Varney, 2008).
b. Pemeriksaan Darah Lengkap
Kondisi Hb<12 gram% berisiko terjadi perdarahan pada saat persalinan
(Varney, 2008).
c. Pemerikaan Urine
Hasil pemeriksaan reduksi positif mengindikasikan peningkatan kadar gula
dalam urin atau diabetes mellitus. Pemeriksaan albumin positif
mengindikasikan terjadinya preeklamsi bahkan eklamsi bila disertai
dengan kejang. Kadar aseton tinggi dalam urine menggambarkan asupan
nutrisi pada ibu bersalin yang kurang (Varney, 2008).
23
mandiri atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Disini bidan dituntut untuk dapat menentukan langkah
diagnosa potensial (Varney, 2007).
3.5 Intervensi
Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Jika terdapat
informasi/ data yang tidak lengkap dapat dilengkapi, merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin. Rencana asuhan dibuat berdasarkan
pertimbangan yang tepat, baik dari pengetahuan, teori yang up to date, dan
divalidasikan dengan kebutuhan pasien. Penyusunan rencana asuhan sebaiknya
melibatkan pasien. Sebelum pelaksanaan rencana asuhan, sebaiknya dilakukan
kesepakatan antara bidan dan pasien ke dalam informed consent (Varney, 2007).
24
4. Ajarkan teknik relaksasi kepada klien
R/dengan melakukan relaksasi dan pengaturan napas, maka dapat mengalihkan
perhatian ibu dari rasa nyeri dan meningkatkan asupan oksigen.
5. Ajarkan masase pada keluarga klien
R/ agar keluarga klien dapat membantu mengurangi nyeri pada klien
6. Ajarkan cara mengejan yang benar dan baik
R/ Agar energi klien tidak terbuang sia-sia dan tidak terjadi komplikasi akibat
kesalahan mengejan
7. Anjurkan klien untuk jalan-jalan
R/ Agar pembukaan dan penurunan kepala janin lebih cepat
8. Anjurkan klien untuk makan minum
R/ Agar tidak dehidrasi sehingga kontraksi uterus baik
9. Observasi kemajuan persalinan, keadaan ibu, dan janin
R/ untuk memantau kemajuan persalinan serta keadaan ibu dan janin.
3.6 Implementasi
Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama–sama dengan
klien atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan dilakukan oleh dokter atau tim
kesehatan lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan
kesinambungan asuhan berikutnya (Varney, 2007).
3.7 Evaluasi
Menurut Varney (2007) evaluasi merupakan tindakan pengukuran keberhasilan
dalam melaksanakan tindakan dan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan
yang dilakukan apakah sesuai kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk
melakukan asuhan lanjutan atau tidak.
Asuhan yang telah dilakukan harus di catat secara benar, singkat, jelas, logis
dalam suatu metode pendokumentasian sehingga dapat diterapkan dalam metode SOAP.
S : Subjektif.
Data ini diperoleh melalui anamnesa.
O : Objektif.
Hasil pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik.
25
A : Assessment.
Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul digunakan untuk membuat kesimpulan.
P : Planning.
Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat.
BAB 4
TINJAUAN KASUS
26
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny.L G1P00000 UK 38 MINGGU
JANIN TUNGGAL HIDUP INTRAUTERIN PRESENTASI KEPALA
2. Alasan datang
Ibu ingin periksa hamil, measakan ada tanda2 melahirkan.
3. Keluhan Utama
Ibu mengeluh kenceng-kenceng mulai pukul 06.00 WIB.
4. Riwayat Menstruasi
HPHT: 25 Maret 2021
HPL: 02 Januari 2022
5. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ibu ANC 7x, tidak ada penyulit selama hamil
27
6. Riwayat Obstetri
Hamil Persalinan Anak Nifas
7. Riwayat Kontrasepsi
Penolong
Kelamin
Penyulit
Penyulit
Penyulit
Tempat
N
Laktasi
PB/BB
(usia)
Jenis
H/M
Cara
Usia
Ke-
o
1 Hamil ini
28
Lila: 24 cm
3. Pemerksaan fisik
Wajah: tidak pucat, tidak oedem
Mata: sklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung: bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut: bibir lembab, bersih, tidak ada gingivitis, ada caries
Telinga: simetris, bersih
Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid & kelenjar limfe, tidak ada bendungan
vena jugularis
Dada: tidak ada wheezing & ronchii
Payudara: simetris, puting menonjol, hiperpigemntasi areola, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada benjolan, tidak ada pengeluaran cairan baik ASI, darah atau nanah.
Abdomen: Normal
Leopold 1: teraba lunak dan tidak melenting
Leopold 2: teraba keras seperti papan di bagian kanan, teraba bagian
kecil di bagian kiri
Leopold 3: teraba keras, melenting, dan tidak dapat digoyangkan
Leopold 4: divergen, 4/5
TFU: 31 cm
DJJ: 142x/menit
TBJ: 155 × (31-11) = 3100 gr
Genetalia: tidak ada lendir darah, merah, bengkak.
VT: pembukaan: 3cm ketuban: + presentasi: kepala
Eff : 30% H:1+
Anus: tidak ada hemoroid
Ekstremitas: tidak ada oedem pada tangan dan kaki (kanan-kiri), tidak ada varises
4. Pemeriksaan penunjang
Hb: 12,2 mg/dl
HIV: non reaktif
HbSAg: non reaktif
Alb/ red: -/-
II. INTERPRETASI DATA DASAR
29
Interpretasi: G1 P00000 UK 38 minggu dengan inpartu kala I fase laten
Janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala
Data dasar
1. Data subjektif
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama, tidak pernah keguguran,
tidak pernah hamil anggur atau hamil diluar kandungan. HPHT 25 Maret 2021
2. Data objektif
TTV TD: 120/60 N: 80 RR: 20 S: 36,5
i. Pemerksaan fisik
Abdomen:
Leopold 1: teraba lunak dan tidak melenting
Leopold 2: teraba keras seperti papan di bagian kanan, teraba bagian kecil di
bagian kiri
Leopold 3: teraba keras, melenting, dan tidak dapat digoyangkan
Leopold 4: divergen, 4/5
TFU: 31cm
DJJ: 142x/menit
V. INTERVENSI
Interpretasi: G1 P00000 UK 38 minggu dengan inpartu kala I fase laten
Janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala
Tujuan :kala I berlangsung normal
Ibu dan janin dalam keadaan baik
Kriteria Hasil :
- Kala I fase laten tidak ≥ 7 jam, fase aktif tidak ≥ 6 jam
- Kontraksi uterus adekuat, 3-5 kali dalam 10 menit, durasi 40-50 detik
30
- Tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah≤140/90, suhu 36,5-37,5ºc,
nadi 60-100 x/menit, pernapasan 16-24x/menit)
- DJJ terdengar jelas dan teratur dengan frekuensi 120-160 kali/menit
Intervensi :
1. Informed consent sebelum tindakan
R/ Informed consent berguna sebagai bukti kesediaan pasien untuk diberikan terapi
sekaligus bukti tanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.
2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
R/ Penjelasan dari petugas mampu membantu mengurangi kecemasan klien terhadap
kondisinya saat ini.
3. Anjurkan klien untuk jalan-jalan
R/ Agar pembukaan dan penurunan kepala janin lebih cepat
4. Anjurkan klien untuk makan minum
R/ Agar klien mempunyai cukup tenaga untuk mengejan serta tidak dehidrasi
sehingga kontraksi uterus baik
5. Anjurkan klien miring kiri
R/ tidur miring ke kiri dapat mencegah penekanan vena kava inverior oleh uterus
yang dapat mengurangi suplai darah ke janin.
6. Ajarkan teknik relaksasi kepada klien
R/ dengan melakukan relaksasi dan pengaturan napas, maka dapat mengalihkan
perhatian ibu dari rasa nyeri dan meningkatkan asupan oksigen.
7. Ajarkan masase pada keluarga klien
R/ agar keluarga klien dapat membantu mengurangi nyeri pada klien
8. Ajarkan cara mengejan yang benar dan baik
R/ Agar energi klien tidak terbuang sia-sia dan tidak terjadi komplikasi akibat
kesalahan mengejan
9. Observasi kemajuan persalinan, keadaan ibu, dan janin
R/ untuk memantau kemajuan persalinan serta keadaan ibu dan janin.
VI. IMPLEMENTASI
1. Meminta persetujuan (informed consent) sebelum melakukan tindakan kepada
klien.
31
E/ klien mau diperiksa
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan saat ini pada ibu bahwa ibu sudah masuk
persalinan, sudah pembukaan 3cm, ketuban masih utuh, kontraksi 5/10 menit/10”.
Keadaan ibu dan janin juga stabil (TD:133/94, DJJ:142).
E/ klien tahu bahwa ia sudah mau melahirkan
3. Menganjurkan klienuntuk berjalan-jalan terlebih dahulu agar proses penurunan
kepala bayi dan pembukaan dapat terjadi lebih cepat
E/ klien menolak untuk jalan-jalan karena merasa sudah tidak kuat
4. Menganjurkan klien untuk makan minum agar klien mempunyai cukup tenaga
untuk mengejan serta tidak dehidrasi sehingga kontraksi uterus baik
E/ klien makan nasi 1 piring, sayur sop, sate daging, perkedel, minum air putih 1
gelas dan teh manis 1 gelas
5. Menganjurkan klien tidur miring ke kiri. Hal ini dapat mencegah penekanan vena
kava inverior oleh uterus yang dapat mengurangi suplai darah ke janin
E/ klien mau miring kiri, beberapa kali berbaring sebentar kurang lebih 3 menit
karena kecapekan
6. Mengajari klien untuk nafas panjang, nafas dari hidung buang pelan-pelan dari
mulut saat terjadi kontraksi/ mulas
E/ klien kurang bisa menirukan ajaran petugas, klien ambil dan buang nafas lewat
mulut
7. Mengajari keluarga klien untuk melakukan pijatan ringan pada pinggang/ perut
klien agar klien merasa nyaman
E/ suami dan ibu klien beberapa kali melakukan pijatan ringan di pinggang dan
perut klien
8. Melakukan observasi kemajuan persalinan, keadaan ibu dan janin setiap 30 menit
E/ terlampir
VII.EVALUASI
Tanggal: 18 Desember 2021, jam: 19.30
S: Ibu ingin meneran
O: KU: baik
Tampak doran teknus perjol vulka
32
VT: pembukaan 10cm, eff 100%, ketuban utuh, presentasi kepala
A: G1 P00000 UK 38 minggu inpartu kala 2
Janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala
P:
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap dan ibu
sudah boleh meneran
2. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
3. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
4. Memberitahu ibu akan dilakukan pemecahan ketuban. Hasil: jernih
5. Meletakan jarik bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
6. Meletakan underpad sebagai alas bokong ibu.
7. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
8. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
9. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, melakukan
episiotomi dan melindungi perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain dan
tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak terjadi defleksi.
10. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
11. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
12. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan
lembut gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian
gerakan ke arah atas untuk melahirkan bahu posterior.
13. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
14. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan
kiri diantara kedua lutut janin).
15. Melakukan penilaian sepintas: bayi menangis kuat, kulit kemerahan, gerak aktif
33
16. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti jarik basah dengan kain
yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
Catatan perkembangan I
Tanggal: 18 Desember 2021, jam: 20.07
S: ibu senang bayinya lahir
O: K/U ibu: baik TFU: setinggi pusat
Ada semburan darah + tali pusat memanjang
A: G1 P00000 inpartu kala 3
P:
1) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
2) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
3) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikan oksitosin).
4) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat dengan klem kedua kira-kira 2 cm dari klem pertama.
5) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian
mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
6) Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu
dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
7) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
8) Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan
yang lain memegang tali pusat.
9) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal.
34
10) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai
dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan
dorso-kranial).
11) Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua
tangan kemudian putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban
terlepas.
12) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus
uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
13) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia. Plasenta dan selaput
lengkap
14) Evaluasi laserasi pada vagina dan perineum (derajat 2), dan melakukan
penjahitan (jelujur dan subkutikuler) dengan anastesi (lidocain 2ml).
15) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam. Kontraksi uterus baik..
16) Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %.
17) Pastikan kandung kemih kosong.
18) Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah (perdarahan 150cc).
Catatan perkembangan II
Tanggal: 18 Desember 2021 jam: 20.45
S: ibu lega proses perasalinan sudah selesai
O: K/U: baik kontraksi: baik
TFU: 2 jari bawah pusat KK: kosong
A: P1001 parturien kala 4
P:
1) Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi.
2) Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.
3) Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (40-60 x/i).
35
4) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk
dekontaminasi selama 10 menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi.
5) Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai.
6) Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih.
7) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga
untuk memberikan makanan dan minuman yang di inginkan ibu.
8) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %.
9) Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam selam 10
menit dalam larutan clorin 0,5 %.
10) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan
handuk bersih.
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesesuaian antara teori dan tinjauan kasus pada
pelaksananan manajemen asuhan kebidanan pada Ny “L” G1P0000 UK 38 minggu selama
proses persalinan.
5.1 Pengkajian
Pada kasus Ny. “L” pengkajian sudah dilakukan sesuai dengan teori,
pengkajian anamnesa dilakukan secara menyeluruh dan terfokus terutama terhadap
keluhan yang dialami klien terkait tanda Inpartu, hari pertama haid terakhir
(HPHT), riwayat kehamilan sekarang termasuk pemeriksaan yang sudah dilakukan
oleh klien selama kehamilan, riwayat kesehatan klien dan keluarga yang
mempengaruhi kehamilan, dan pola kebiasaan sehari-hari klien.
Pada pengkajian data subyektif diperoleh data bahwa klien mengalami tanda
persalinan berupa kenceng-kenceng pada usia kehamilan 38 minggu.
Pada pengkajian data obyektif didapatkan pemeriksaan fisik dalam batas
normal, VT:pembukaan 3 cm, efficement 50%, ketuban (+), presentasi kepala, tidak
teraba bagian kecil janin yang menumbung, terdapat sedikit lendir darah. Hal ini
sesuai dengan teori. Data tersebut dapat digunakan untuk pengkajian dan
pemeriksaan lebih lanjut sehingga dapat menyusun diagnosa dan penatalaksaan
yang sesuai dengan masalah klien.
Menurut Manuaba tahun 2007, tanda inpartu adalah timbul rasa sakit oleh
adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur. Keluar lendir bercampur
darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks. Kadang-
kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pada pemeriksaan dalam: serviks
mendatar dan pembukaan telah ada.
Menurut GuidelinesNormal Labor and Delivery tahun 2014, tanda klinis
persalinan adalah kontraksi uterus yang adekuat (frekuensi, intensitas dan durasi
cukup) yang mengakibatkan penipisan serviks progresif dan pelebaran.
Pada Asuhan Persalinan Normal tahun 2008 disebutkan bahwa tanda-tanda
inpartu yaitu penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang
37
mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit),
Cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina.
Dari analisa ditemukan kesesuaian antara teori dan kasus bahwa klien
mengalami tanda-tanda persalinan.
38
5.5 Intervensi
Pada manajemen kebidanan suatu rencana asuhan yang komprehensif ditujukan
pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi Ibu serta hubungannya dengan
masalah yang sedang dialami Ibu. Rencana asuhan harus dengan persetujuan Ibu dan
semua tindakan harus berdasarkan rasional dan relevan dan diakui kebenarannya.
Penyusunan rencana asuhan serta pelaksanaannya disesuaikan dengan diagnosa yang
telah ditegakkan sebelumnya. Penatalaksanaan juga dilakukan secara menyeluruh.
Pada Ny. “L”, yaitu Informed consent sebelum tindakan, jelaskan hasil pemeriksaan
pada klien, anjurkan klien untuk jalan-jalan; makan minum; miring kiri, ajarkan
teknik relaksasi kepada klien; masase pada keluarga klien; cara mengejan yang benar
dan baik serta observasi kemajuan persalinan, keadaan ibu, dan janin
Pada Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan tahun 2013 bahwa penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal mulai dari
kala I hingga kala IV tergabung dalam 58 langkah APN. Dimana intervensi yang
diberikan pada Ny. “L” sudah masuk ke dalam 58 langkah APN tersebut (Kemenkes
RI, 2013).
Dari rencana asuhan kebidanan tersebut yang telah diberikan pada kasus ini
sudah ada kesesuaian antara teori dan kasus yang ada, yang mana pada tinjauan
pustaka disebutkan bahwa asuhan yang dapat diberikan oleh bidan selama kala I
persalinan antara lain memberi dukungan dan dengarkan keluhan ibu,
memperbolehkan ibu berganti posisi sesuai keinginan tapi jika di tempat tidur
disarankan untuk miring ke kiri, memijat punggung ibu agar rileks, mengajari teknik
bernafas, menjaga privasi ibu dengan menggunakan tirai penutup, menyarankan ibu
untuk berkemih sesering mungkin, memberikan minum yang cukup untuk ibu,
memantau perkembangan kemajuan persalinan ibu dengan partograf (Oktarina,
2016).
5.6 Implementasi
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa dalam
melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman Ibu.
Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian
dilaksanakan oleh Ibu dan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Pada Ny.
39
“L”G1P0000 38 minggu inpartu kala I fase laten, janin tunggal hidup intrauterin
presentasi kepala, yaitu hampir semua intervensi dapat diimplementasikan, hanya 1
yang tidak bisa yaitu menyarankan klien untuk jalan-jalan. Intervensi tersebut tidak
bisa diimplementasikan karena klien menolak dengan alasan sudah tidak kuat
dengan kenceng-kencengnya. Akan tetapi ibu dan keluarga sangat kooperatif
dengan saran-saran bidan yang lainnya.
5.7 Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses manajemen
asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan dengan cara
membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasi,
memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang sudah
diimplementasikan.
Kala 1 berlangsung 12 jam. Hal ini tidak menyimpang dari teori yang
menyebutkan bahwa kala 1 pada Primipara, serviks dapat berdilatasi 1 cm per jam.
Pada kasus, kontraksi saat kala 1 fase laten rata-rata 3×30”/10’ dan saat fase aktif
4×60”/10’. Salah satu faktor yang mempengaruhi dilatasi seviks adalah his yang
sering dan teratur.
Kala 2 berlangsung 30 menit. Teori menyebutkan bahwa lama kala 2 pada
Primipara adalah 50 menit sampai 2 jam. Pada permulaan kala 2, pasien mengeluh
ingin mengejan dan saat dilihat terdapat tekanan pada anus, vulva membuka,
perineum menonjol. Hal ini sesuai dengan tanda gejala persalinan pada teori. Saat
dipimpin persalinan, klien kurang kooperatif. Akan tetapi secara keseluruhan, kala
2 sesuai dengan teori.
Kala 3 berlangsung 10 menit, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan
lama kala 3 adalah 10 menit. Pada kala 3 terdapat semburan darah dan tali pusat
memanjang. Dimana tanda tersebut merupakan tanda adanya pelepasan plasenta.
Setelah plasenta lahir dan masase uterus, dilakukan pengecekan jalan lahir,
didapatkan adanya robekan di mukosa vagina sampai otot perineum (derajat 2).
Dilakukan penjahitan (jelujur dan subkutikuler) dengan anestesi lidocain 1cc.
Pada jurnal menyebutkan bahwa primipara (56%) lebih berisiko tinggi
mengalami robekan saat persalinan normal dibandingkan dengan multipara (30%),
40
dari data tersebut bisa dilihat bahwa multipara juga beresiko mengalami robekan
saat bersalin. Selain faktor primipara/ multipara, faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko robekan yaitu persalinan dengan instrumen (forcep/ vakum)
(V Leal dkk, 2014). Dalam jurnal lainnya menyebutkan bahwa multipara yang
pernah mengalami robekan pada persalinan sebelumnya meningkatkan resiko
terjadinya robekan di persalinan berikutnya (Deann dkk, 2006). Pada kasus (pasien
multipara), robekan yang terjadi kemungkinan akibat klien kurang kooperatif saat
dilakukan pimpinan persalinan dan riwayat robekan pada persalinan sebelumnya
(kedua).
Kala 4 berlangsung 2 jam, dimana saat 1 jam pertama dilakukan pemeriksaan
(TD, nadi, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan darah yang keluar tiap 15
menit, serta suhu taiap 1 jam). Pada 1 jam kedua dilakukan pemeriksaan tiap 30
menit. Hasil pemeriksaan pada kala 4 dalam batas normal. Pemeriksaan dan hasil
sesuai dengan teori
Berdasarkan studi kasus Ny.“L” dapat dikatakan bahwa tujuan telah tercapai
sesuai dengan tindakan yang telah diimplementasikan.
41
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Pengkajian
Pengkajian data subyektif maupun objektif sudah sesuai dengan teori yang ada.
6.1.2 Interpretasi Data Dasar
Penegakan diagnosa dan masalah sudah sesuai dengan teori yang ada.
6.1.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Tidak ada
6.1.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada
6.1.5 Intervensi (Rencana Asuhan)
Intervensi yang dibuat pada konsep asuhan telah sesuai dengan teori dan studi
kasus.
6.1.6 Impementasi
Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan ibu.
6.1.7 Evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan bahwa asuhan yang diberikan telah
mencapai tujuan intervensi.
6.2 Saran
1. Saran bagi Akademik
Agar laporan ini dapat digunakan menjadi referensi, bahan masukan, bahan
kajian, serta evidence base untuk menunjang data penelitian.
2. Saran Bagi Mahasiswa Kebidanan
Agar mahasiswa kebidanan dapat menggunakan laporan sebagai aplikasi
penatalaksanaan asuhan kebidanan berdasarkan pola pikir tujuh langkah varney,
dan mampu menganalisa kasus yang berbeda.
3. Saran bagi Tempat Pelayanan Kesehatan
a. Agar dapat memberikan masukan mengenai penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada persalinan.
42
b. Tenaga kesehatan dapat mempertahankan dan meningkatkan kerjasama
serta komunikasi sehingga dapat menjaga mutu pelayanan asuhan
kebidanan pada persalinan.
c. Diharapkan bidan dapat melakukan konseling, informasi, edukasi dan
motivasi yang baik bagi klien
43
DAFTAR PUSTAKA
44
DOKUMENTASI
45