You are on page 1of 43

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

PADA BAYI Ny ‘L’


DI PUSKESMAS JATIKALEN

Di susun oleh :

1. Sunarmi 2021080066
2. Ita Setiyawati 2021080073
3. Sri Wahyuni 2021080074
4. Sri Murti 2021080075
5. Lilik Idayati 2021080076
6. Anik Andriani 2021080077
7. Nurul Awalia A 2021080078
8. Winarti 2021080165

PROGAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES HUSADA JOMBANG
TH. 2021/2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN
BAYI BARU LAHIR PADA BAYI Ny ‘L’
DI PUSKESMAS JATIKALEN

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

Kusuma Prihartatik, S.ST Zeny Fatmawati, S.ST, M.PH

Ketua Stikes Husada Jombang Ketua Program Studi Pendidikan


Profesi Bidan

Dra.Hj Soelijah Hadi M.Kes, MM Zeny Fatmawati, S.ST, M.PH

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan “ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
PADA BAYI Ny.‘L’ DI PUSKESMAS JATIKALEN
.Dalam penyusunan laporan ini, kami berusaha menyusun laporan sebaik-
baiknya. Pada kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih dengan
hati yang tulus kepada:

1. dr.Rio Kasino selaku Kepala Puskesmas Jatikalen yang telah memberikan


kesempatan, fasilitas dan bimbingan kepada kami untuk mengikuti dan
menyelesaikan asuhan kebidanan BBL di Puskesmas Jatikalen.
2. Kusuma Prihartatik, SST., selaku bidan koordinator dan Pembimbing lahan Praktek
wilayah Puskesmas Jatikalen yang telah membantu pelaksanaan praktek kebidanan.
3. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM.selaku Ketua STIKES Husada Jombang, yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Zeny Fatmawati, SST., M.PH selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
STIKES Husada Jombang dan sebagai pembimbing akademik dalam penyusunan
laporan ini.
5. Seluruh staff Puskesmas Jatikalen yang telah membantu kami ketika proses
pengambilan data dan melakukan praktik asuhan kebidanan BBL.
6. Semua pihak yang telah membantu kami untuk menyusun dan menyelesaikan
laporan ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan laporan ini.Kami
sadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, namun kami berharap laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Jombang,18 Desember 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan............................................................................................................ii

Kata Pengantar...................................................................................................................iii

Daftar Isi............................................................................................................................iv

BAB I Pendahuluan............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Tujuan...........................................................................................................................9

1.3 Manfaat Dan Batasan masalah......................................................................................

BAB II Tinjauan Pustaka....................................................................................................3

2.1 pengertian Perkawinan.................................................................................................3

2.2 Alasan untuk menikah..................................................................................................3

2.3 Tanda Gejala…………………………………………………………………………3

2.4 Imunisasi Tetanus Toxoid............................................................................................3

2.5 Regulasi dalam perkawinan..........................................................................................6

2.6 Dasar pertimbangan memilih jodoh.............................................................................7

2.7 Asuhan Kebidanan........................................................................................................9

BAB III Tinjauan Kasus....................................................................................................13

3.1.1 Pengkajian................................................................................................................13

3.1.2 Data Subyektif..........................................................................................................13

3.1.3 Data Obyektif...........................................................................................................14

3.2 Analisa Masalah..........................................................................................................15

3.3 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………….15

3.4 Penatalaksanaan...........................................................................................................15

BAB IV Penutup................................................................................................................17

BAB V Daftar Pustaka......................................................................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang


Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari. Pada masa
tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi
pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan
merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi,
berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa
berakibat fatal. Pada tahun 2012 jumlah angka kematian neonatus sebesar 19 per 1000
kelahiran hidup. Angka ini tidak berubah jika dibandingkan dengan tahun 2007
(Kemenkes RI, 2016).
Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok
ini di antaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai
standar pada kunjungan bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2016).
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator yang
menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian
pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang meliputi, antara lain kunjungan
menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk
konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi, dan
Hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan (Kemenkes RI, 2016).
Capaian KN1 Indonesia pada tahun 2015 sebesar 83,67%. Di jawa timur sendiri
cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) pada tahun 2015 mencapai 100,41%,
dimana angka ini melebihi target renstra tahun 2015 yakni sebesar 75% (Kemenkes RI,
2016).
Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal
adalah Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap) yang mengharuskan agar setiap
bayi baru lahir memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal minimal tiga kali sesuai
standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun (Kemenkes RI, 2016).
Capaian KN lengkap di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 77,31%. Di Jawa Timur
sendri cakupan kunjungan neonatal lengkap tahun 2015 sebesar 97,81% (Kemenkes RI,
2016).
Bayi baru lahir diberikan perawatan yang mencakup penimbangan badan lahir,
pemeriksaan tali pusat, pengukuran suhu tubuh, pemberian informasi mengenai tanda
bahaya dan pemberian konseling tentang ASI. Sebanyak 79% bayi baru lahir telah
mendapat minimal 2 jenis perawatan neonatal. 95% bayi ditimbang saat lahir, 75%
diperiksa tali pusatnya dan 61% diukur suhu tubuhnya. Namun, hanya 48-59% neonatus
yang ibunya diberi informasi tentang tanda bahaya dan konseling mengenai ASI (SDKI,
2017).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melakukan asuhan kebidanan pada neonatus
dengan manajamen asuhan 7 langkah H. Varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengumpulan data subyektif dan data obyektif pada neonatus
2. Mampu menginterpretasikan data dan menetukan masalah pada neonatus
3. Mampu menentukan diagnosa atau masalah potensial pada neonatus
4. Mampu menentukan kebutuhan tindakan segera neonatus
5. Mampu menyusun rencana tindakan pada neonatus
6. Mampu melakukan implementasi dari rencana asuhan pada neonatus
7. Mampu mengevaluasi hasil tindakan atau asuhan yang diberikan pada neonatus.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Penulis
Sebagai wawasan dan pengetahuan serta pengalaman belajar dalam
melaksanakan praktik kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada neonatus
fisiologis serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapatkan.

1.3.2 Bagi Profesi


Sebagai salah satu upaya untuk memperoleh gambaran tentang sejauh mana
para mahasiswa memahami ilmu yang diperoleh serta keterampilan tentang
asuhan kebidanan pada neonatus fisiologis yang telah diberikan oleh institusi
pendidikan selama proses pembelajaran serta menambah bahan bacaan dan
ilmu pengetahuan.
1
1.3.3 Bagi Lahan Praktik
Sebagai aplikasi antara teori dan praktik serta menciptakan kerjasama yang
saling menguntungkan dan bermanfaat antara institusi, PMB, dan mahasiswa
yang melaksanakan kegiatan tersebut.

1.4 Ruang Lingkup


Memberikan asuhan kebidanan pada neonatus.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup
dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untuk
mengembangkan teori medis pada neonatus yang terdiri dari pengertian, jenis, teori
penyebab, faktor yang mempengaruhi, tanda gejala, pembagian kala dan asuhan
neonatus.
BAB 3 KERANGKA KONSEP ASUHAN
Bab ini berisi pola pikir dalam melakukan asuhan kebidanan yang sesuai dengan
kasus dikorelasikan dengan tinjauan teori yang sudah didapatkan
BAB 4 TINJAUAN KASUS
Bab ini berisi data-data dan keseluruhan manajemen asuhankebidanan melingkupi 7
langkah Varney yang meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, rencana
tindakan, implementasi danevaluasi.
BAB 5 PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang mencakup semua aspek
yang terkait dengan teori kasus, SOP PMB, evidence based practice. Dan membahas
tentang keterkaitan antar faktor dari data yang diperoleh dikorelasikan dengan tinjauan
teori yang didapatkan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus
meyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin. Selain itu, neonatus
adalah individu yang sedang berkembang (Sembiring, 2017). Neonatus normal
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari atau sama dengan 37
minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram (Armini dkk, 2017).

2.2 Ciri-ciri Neonatus


 Berat badan 2500-4000 gram
 Panjang badan 48-52 cm
 Lingkar dada 30-38 cm
 Lingkar kepala 33-35 cm
 Frekuensi jantung 120-160x/menit
 Kulit kemerahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
 Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
 Kuku agak panjang dan lemas
 Genetalia
Perempuan: labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki-laki: testis sudah turun, skrotum sudah ada
 Refleks hisap dan menelah sudah terbentuk baik
 Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
 Refleks graps atau menggenggam sudah baik
 Refleks rooting mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulu terbentuk dengan baik
 Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama (hitam kecoklatan)

3
Tanda APGAR

Interpretasi
1. Nilai 1-3: asfiksia berat
2. Nilai 4-6: asfiksisa sedang
3. Nilai 7-10: asfiksia ringan (normal)

2.3 Tahapan Neonatus


1. Terjadi segera lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini
digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi
bayi dan ibu
2. Tahap transisional rektivitas. Pada tahap ini dilakukan pengkajian selama 24 jam
pertama terhadap adanya perubahan perilaku.
3. Tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama meliputi
pemeriksaan seluruh tubuh.

2.4 Perubahan Fisiologis Neonatus


1. Sistem pernapasan
Perubahan pada bayi baru lahir dipengaruhi oleh keadaan hipoksia pada
akhir persalinan dan rangsangan fisik (lingkungan) yang merangsang pusat
pernapasan medula oblongata di otak. Selain itu tekanan rongga dada karena
kompresi paru selama persalinan, sehingga merangsang masuknya udara ke
dalam paru, kemudian timbulnya pernapasan dapat terjadi akibat interaksi sistem
pernapasan itu sendiri dengan sistem kardiovaskular dan susunan saraf pusat.
4
Selain itu surfaktan dan upaya respirasi dalam bernapas dapat berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru serta mengembangkan jaringan alveolus paru
agar dapat berfungsi. Surfaktan mencegah kolaps paru.
2. Sistem Sirkulasi
Pada sistem sirkulasi, setelah bayi lahir akan terjadi proses pengantaran
oksigen ke seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan, yaitu penutupan
foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara arteri
paru dan aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem
pembuluh darah, di mana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah
mengubah tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi.
Perubahan tekanan sirkulasi dapat terjadi saat tali pusat dipotong, resistensinya
akan meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena darah ke atrium
berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga
menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ulang,
serta saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernafasan pertama
dapat menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem sirkulasi paru yang dapat
menurunkan resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi
paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan,
dengan meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium
kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam
darah akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami
konstriksi dan menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena umbilikus,
duktus venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional
dalam beberapa menit setelah tali pusat diklem dan penutupan jaringan fibrosa
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan (Hidayat, 2008).
Frekuensi nadi BBL ±120-160x/menit, kadang mengalami murmur yang akan
hilang pada usia 6 bulan. Tekanan darah bayi bervariasi ± 78/42 mmHg.
Menangis menyebabkan peningkatan tekanan sistolik. Volume darah ± 80-110
cc/kg/BB, menjadi 2x lipat pada akhir tahun pertama.
3. Termoregulasi

5
Ketika bayi lahir dan langsung berhubungan dunia luar yang lebih dingin,
maka dapat menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit yang dapat
mendinginkan darah bayi. Pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu
tanpa melalui mekanisme menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya serta hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi
panas. Adanya timbunan lemak tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat,
sehingga terjadilah proses adaptasi. Dalam pembakaran lemak agar menjadi
panas, bayi menggunakan kadar glukosa. Selanjutnya cadangan lemak tersebut
akan habis dengan adanya stres dingin dan bila bayi kedinginan akan mengalami
proses hipoglikemi, hipoksia, dan asidosis (Hidayat, 2008).
Termoregulasi adalah upaya mempertahankan keseimbangan antara produksi
dan pengeluaran panas. Bayi bersifat homeothermic yang artinya berusaha
menstabilkan suhu badan internal dalam rentang yang pendek. Hipotermi dan
kehilangan panas yang berlebihan merupakan kejadian yang membahayakan.
Brown fat (lemak cokelat) terletak diantara kedua scapula dan axial, serta di
dalam pintu masuk dada, sekitar ginjal dan vertebra. Lemak tersebut banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf daripada lemak biasa. Panas diproduksi
dengan metabolisme dalam lemak tersebut. Lemak tersebut ada sampai beberapa
minggu setelah kelahiran dan berkurang dengan suhu dingin. Semakin matur janin
semakin banyak brown fat.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi meliputi :
1) Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin
2) Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
3) Evaporasi
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi
tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

6
4) Konduksi
Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin (Dwienda, dkk, 2014).
4. Metabolisme glukosa
Setelah tali pusat diikat atau diklem, maka kadar glukosa akan dipertahankan
oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan waktu yang cepat 1-2 jam.
Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut maka dilakukan dengan
menggunakan air susu ibu, penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis), dan
pembuatan glukosa dari sumber lain khususnya lemak (glukoneogenesis). Seorang
bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen dalam hati (Hidayat,
2008).
5. Sistem Hematologi
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, SDM, dan hematokrit lebih tinggi
dari dewasa. Hemoglobin BBL berkisar antara 14,5 sampai 22,5 gram/dl.
Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% dan hitung SDM berkisar antara 5
sampai 7,5 juta/mm3. WBC 18.000/mm. Hb turun 11-17 gr/dl dan RBC turun
menjadi 4,2-5,3 pada akhir bulan pertama.
6. Sistem Renal
Pada kehamilan cukup bulan, ginjal menempati sebagian besar dinding
abdomen posterior. Kandung kemih berada di dekat dinding abdomen anterior.
Pada bayi baru lahir, hampir semua massa yang teraba di abdomen berasal dari
ginjal. Fungsi renal seperti orang dewasa baru dapat dipenuhi saat bayi berusia 2
bulan. Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang
keamanan yang kecil. Infeksi, diare, atau pola makan yang tidak teratur secara
cepat dapat menimbulkan asidosis dan ketidakseimbangan cairan, seperti
dehidrasi atau edema. Ketidakseimbangan ginjal juga membatasi kemampuan bayi
baru lahir untuk mengekskresi obat. Saat lahir biasanya bayi akan BAK sedikit
dan kemudian tidak BAK selama 2-12 jam, kemudian akan BAK 6-10x/ hari.
Urine berwarna kuning jernih, berjumlah 15-60 cc/kgBB/hari. Kadang-kadang ada
noda sedikit merah karena kristal urat.
7. Sistem Gastrointestinal

7
Bayi baru lahir cukup bulan (aterm) sudah mampu menelan, mencerna,
memetabolisme, dan mengabsorbsi protein dan karbohidarat sederhana serta
mengemulsi lemak. Bayi tidak dapat memindahkan makanan dari bibir ke faring,
oleh karena itu puting susu harus diletakkan tepat diatas lidah dekat dengan faring.
Aktivitas peristaltic esofhagus belum terorganisasi, kemudian polanya akan
menjadi teratur sehingga bisa mulai menelan dengan baik. Tidak ada bakteri pada
GIT pada saat lahir, bakteri akan masuk setelah lahir melalui orifisium ovale anal
dan udara. Kapasitas lambung bayi 30-90 cc tergantung besarnya bayi.
Saat lahir perut bawah dipenuhi oleh mekonium yang dibentuk setelah janin
di dalam uterus. Mekonium dibentuk dari cairan amnion, zat-zat yang di dalamnya
(sel-sel epidermis, lanugo yang ditelan bayi), sekresi saluran cerna dan pecahan
sel dari mukosa. Warna hijau kehitaman dan lengket, warna tersebut adalah akibat
pigmen empedu. Keluaran mekonium yang pertama adalah steril. Mekonium akan
berganti dengan feses dalam 12-24 jam. Distensi otot abdomen mempengaruhi
relaksasi dan kontraksi otot kolon sehingga sering bayi segera BAB setelah
makan.
8. Sistem Hepatika
Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm di bawah batas kanan
costae karena hati berukuran besar dan menempati sekitar 40% rongga abdomen.
Hati bertanggung jawab terhadap metabolisme billirubin. 50% bayi aterm
mengalami hiperbillirubinemia fisiologis. Ikterik neonatus terjadi akibat produksi
bilirubin dengan kecepatan yang lebih besar dari dewasa dan terdapat cukup
banyak reabsorbsi bilirubin pada usus halus neonatus.
Kriteria ikterik fisiologis atara lain:
a. Bayi tampak normal
b. Pada bayi aterm, jaundice muncul setelah 24 jam lalu hilang hari ke-7
c. Pada bayi preterm, jaundice muncul setelah 48 jam lalu hilang pada hari ke-
9/10
d. Jumlah bilirubin indirect < 12mg/100ml
e. Jumlah bilirubin direct <1-1,5 mg/ml
f. Peningkatan bilirubin tidak melebihi 5 mg/100ml perhari
9. Sistem Integument

8
Vernix caseosa merupakan suatu lapisan putih seperti keju yang menutupi
kulit bayi saat lahir. Kulit bayi sangat sensitive dan mudah rusak, warnanya agak
merah beberapa jam setelah lahir. Pada wajah, bahu dan punggung ditumbuhi
rambut lanugo. Bayi baru lahir tampak montok, lemak subkutan terakumulasi
sejak trimester III.
10. Sistem Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan
janin, tetapi sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan. Selama tiga bulan
pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh imunitas pasif yang diperoleh dari ibu.
IgA tidak terdapat pada saluran pernapasan, traktus urinarius, dan GIT. IgA akan
ada pada GIT jika bayi mendapatkan ASI. Bayi baru mensintesis IgG dan
mencapai 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 9 bulan. IgA, IgD, dan IgE
diproduksi secara bertahap dan tidak mencapai kadar optimal pada masa kanak-
kanak dini. Bayi yang mendapatkan ASI mendapat imunitas pasif dari kolostrum
dan ASI.
11. Sistem musculoskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi chepalocaudal. Kepala mempunyai panjang ¼
dari panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit dari kaki. Ukuran
dan bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat penyesuaian dengan jalan lahir.
Ubun-ubun (fontanel) anterior teraba lunak akan menutup pada bulan ke 12-18.
Lingkar kepala bervariasi 33-37 cm. vertebra harus dicek adanya dimple
(bengkok), mungkin berhubungan dengan spina bifida.
12. Sistem Reproduksi
Wanita
- Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel primordial).

- Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan penurunan yang tiba-

tiba saat kelahiran menyebabkan terjadinya pengeluaran darah atau mucus dari
vagina disebut pseudomenstruasi.
- Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.

- Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.

9
- Vernix caseosa terdapat dikedua labia.

Pria
- Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.

- Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.

- Preputium bisa berisi smegma yaitu suatu substansi putih seperti keju

- Sering terjadi hidroceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis, bisa sembuh

sendiri.
13. Reflex pada Bayi Baru Lahir
1) Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan mendadak.
Refleksnya simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah lahir. Tidak
adanya refleks moro menandakan terjadinya kerusakan atau ketidakmatangan
otak.
2) Refleks Rooting / Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut, bayi akan
menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya siap untuk
menghisap.
3) Refleks Menyedot dan Menelan / Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan dengan
pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang aman dan gizi yang
memadai.
4) Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
5) Refleks Graphs / Plantar
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau pensil di dalam
telapak tangan bayi yang akan menggenggam dengan erat. Reaksi yang sama
dapat ditunjukkan dengan membelai bagian bawah tumit (genggam telapak
kaki).

10
2.5 Penatalaksanaan Neonatus Normal
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahuiapakah transisi dari
kehidupan intrauterine ke ekstrauterineberjalan dengan lancar dan tidak ada
kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama
kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya
untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital yang muncul pada setiap
kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap
kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah potensial
terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan memberikan
promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden infant deathsyndrome
(SIDS) (Lissauer, 2013).
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk membersihkan
jalan napas, memotong dan merawat talipusat, mempertahankan suhu tubuh bayi,
identifikasi, dan pencegahan infeksi (Saifuddin, 2008).Asuhan bayi baru lahir
meliputi :
1) Pencegahan Infeksi (PI)
2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidakdilakukan
penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahirdengan tiga pertanyaan :
 Apakah kehamilan cukup bulan?
 Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
 Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga
harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi
tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
3) Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi, dilakukan
manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari
muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu.
Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan
satu tangan melindungi perut bayi.

11
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI,
2013). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum
memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat
pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013).
4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di
dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD
selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit,
menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60 dan berlangsung
selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-
60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2
jam, lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang,
pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian
dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan
RI, 2013).
4) Pencegahan kehilangan panas
Melalui tunda mandi selama 6jam, kontak kulit bayi dan ibu serta
menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6) Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untukpencegahan infeksi mata.
Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%,
oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus
tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha
kiri

12
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan
BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K sebagai
profilaksismelawan hemorragic disease of the newborn dapat diberikan dalam
suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang
membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan
proteksi yang kurangpasti pada bayi (Lissauer, 2013). Vitamin K dapat
diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry, 2014).
8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan
vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur
ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati (Kementerian Kesehatan
RI, 2010).
9) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedinimungkin kelainan
pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di
fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi
pada 24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali
pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
10) Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan danminuman tambahan
lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan
pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI
ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6
bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan
dan perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.

2.6 Kunjungan Neonatus

13
Kunjungan neonatus dibagi menjadi 3, yaitu:
a. KN 1
Dilakukan kurun waktu 6-48 jam (1-2 hari) setelah bayi lahir, dilakukan
pemeriksaan warna kulit, gerakan aktif atau tidak, pengukuran berat badan,
lingkar kepala, lingkar dada, pemberian salep mata, vitamin K, dan hepatitis B.
b. KN 2
Dilakukan kurun waktu hari ke 3 sampai ke 7 setelah bayi lahir. Dilakukan
pemeriksaan fisik, penampilan dan perilaku bayi, nutrisi, eliminasi, personal
hygiene, pola istirahat, keamanan, tanda-tanda bahaya yang terjadi.
c. KN 3
Dilakukan kurun waktu hari ke 8 sampai ke 28 setelah bayi lahir. Dilakukan
pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan, tinggi badan dan pola nutrisinya
(Kemenkes RI, 2013).

14
2.7 Pathway
Neonatus

Permukaan tubuh JJP Hepar Renal


luas

Resistensi pembuluh Fungsi Fungsi imatur


Panas tubuh sistemik imatur
menguap
Aliran darah ke atrium Keseimbangan kimia &
kanan Ezim hepar rentang keasaman rendah
Cadangan lemak/ inaktif
glukosa
Tekanan Atrium kanan Risiko infeksi & diare
Sintesis
Termoregulasi bilirubin
Dehidrasi/ edema
Darah dg O2 rendah masuk paru
Ikterus
fisiologis
Relaksasi & sistem PD paru terbuka

Sirkulasi paru

Tek. Atrium kanan & vol darah

Tek. Atrium kiri

Formaen ovale nutup

O2 darah

Duktus arteriosus
nutup
16
BAB III

KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

Judul : Pemberian judul mempermudah untuk mengetahui jenis asuhan


kebidanan dan kemudahan proses administrasi (Nursalam, 2013).
Hari/ tanggal : Hari dan tanggal pengkajian akan membantu untuk memberi informasi
kapan pengkajian (Nursalam, 2013).
Tempat : Pengkajian tempat sebagai informasi dimana pengkajian dilakukan
(Nursalam, 2013).
Pukul : Digunakan untuk mengetahui kapan pengkajian dilakukan (Nursalam,
2013).

3.1 PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas bayi
Terdiri dari nama bayi (penulisan nama bayi baru lahir “By. Ny….”), umur
bayi, tanggal, jenis kelamin. Identitas bayi tersebut sebagai informasi
tentang identitas bayi yang sedang dikaji dan membantu proses administrasi
terkait kepemilikan dokumen (Nursalam, 2013).
2. Identitas Orang Tua
Berisi identitas ibu dan ayah yang terdiri dari nama, umur, agama,
suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan no. telepon. Pengkajian
dilakukan untuk memberikan informasi mengenai identitas kedua orang tua
bayi untuk memperkuat tenaga kesehatan untuk melakukan follow-up
terkait kesehatan bayi (Berhman, 2012).
3. Alasan Datang
Alasan datang dikaji untuk mengetahui alasan orang tua/ perawat
memeriksakan bayinya. Berisi keterangan bayi merupakan pasien rujukan
atau tidak. Apabila rujukan, dirujuk oleh siapa dan diterima oleh siapa, dan
penanganan yang telah diberikan apa (Nursalam, 2013).
4. Keluhan utama

1
Keluhan utama sebagai gambaran keluhan yang sedang dialami oleh
bayi menurut keterangan dari orang tua dan atau perawat bayi. Melalui
keluhan utama dapat membantu tenaga kesehatan untuk melakukan asuhan
kebidana pada bayi baru lahir. Keluhan pada BBLR antara lain lemah untuk
menghisap (Berhman, 2012). 17
5. Riwayat prenatal
Pengkajian meliputi pemeriksaan selama kehamilan, kondisi kesehatan
ibu dan janin (pertumbuhan dan perkembangan) selama ANC, masalah
selama kehamilan misal penyakit dan infeksi selama hamil, kebiasaan
selama hamil (Syafrudin, 2009).
6. Riwayat persalinan
Pengkajian meliputi jenis kelamin (memberi informasi jenis kelamin
bayi), kondisi kulit dan warna kulit (melalui warna kulit memberi informasi
kondisi umum bayi dan melalui kondisi kulit member informasi bayi
prematur atau cukup bulan), menangis atau tidak (menangis merupakan salah
satu tanda fungsi paru-paru baik dimana), usia kehamilan meliputi prematur/
aterm/ postmatur. Pemeriksaan selanjutnya keadaan ketuban, keadaan
plasenta (berat plasenta, kelainan plasenta). Dilakukan pemeriksaan tentang
panjang badan, berat badan, lingkar dada, lingkar kepala, dan nilai apgar
(sebagai penilaian umum bayi). Penilaian tersebut akan membantu tenaga
kesehatan melakukan penilaian kondisi bayi dan membantu dalam proses
pemberian asuhan (Surasmi, 2013).
7. Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian terdiri dari penyakit ibu misal penyakit jantung,
hipertensi. Penyakit yang dialami ibu selama kehamilan dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin sehingga
memungkinkan terjadinya masalah pada bayi misalnya BBLR. (Syafrudin.
2009).
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan bayi secara sistematis mulai dari kepala, muka, lengan dan
tangan, dada dan abdomen terakhir tangkai, kaki spina dan genetalia. Identifikasi

2
warna dan aktifitas bayi, ukuran lingkar kepala, BB serta TB bayi (Hidayat,
2008).

 Keaktifan
Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris pada
waktu bangun, adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis.
 Tanda-tanda vital
 Suhu: normalnya 36,5 oC – 37,5 oC
< 36,5 oC merupakan gejala awal hipotermia.
> 37,5 oC merupakan gejala awal hipertermia.
 Nadi: normalnya 120 x/mnt – 160 x/mnt
 Pernafasan: 40 – 60 x/mnt adalah pernafasan normal
< 40 x/mnt atau > 60 x/mnt, bayi sukar bernafas
 Berat badan
Normalnya 2500 – 3500 gr.
 Panjang badan
Panjang badan normal pada bayi baru lahir sekitar 48 – 50 cm.
 Lingkar kepala
Cirkum ferentia sub ocsipito bregmatika 32 cm
Cirkum ferentia fronto occipitalis 34 cm
Circum ferentia mento occipitalis 35 cm
 Inspeksi
Kepala : besar, bentuk, ubun-ubun, sufura, molase, caput succe
daneum/cephal haemotoma.
Mata : sklera putih/ tidak, konjungtiva merah muda/ tidak, strabismus
(koordinasi mata yang belum sempurna/ jarang berkedip), epicantus
(lebar mengindikasikan sindroma down), pupil (jika putih indikasi
katarak kongenital)
Telinga : periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala, kelainan
daun/bentuk telinga.
Hidung dan mulut : bibir dan langitan, periksa adanya sumbing, reflek hisap,
dinilai dengan mengamati bayi pada saat menyusu.

3
Leher : pembengkakan dan benjolan.
Dada : melihat adanya cedera akibat persalinan, bentuk dada, puting susu,
bunyi nafas, bunyi jantung dan acesoriasis mamae.
Bahu, lengan, tangan : gerakan bahu, lengan dan tangan, jumlah jari-jari.
Abdomen : bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis
(menggambarkan hernia umbilikalis), perdarahan tali pusat, benjolan
pada perut.
Genetalia :
Pada perempuan : lubang vagina, uretra berlubang, pada bayi aterm labia
mayora sudah menutupi labia minora.
Pada laki-laki : pada bayi aterm testis sudah turun dalam scrotum,
lubang pada ujung penis : pada bayi normal terdapat
pada ujung dari glans penis disebut orifisium uretra. Pada
bayi yang tidak normal (kelainan) = apispadia (lubang di
bagian dorsal dan hipospadia (lubang di bagian ventral).
Tungkai dan kaki : gerakan normal, bentuk tampak normal dan jumlah jari.
Spina/punggung : pembengkakan atau ada cekungan, adanya benjolan tumor
(spina bifida).
Anus : spinger ani, mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila
tidak waspada atresia ani.
Kulit dan kuku : normal kulit berwarna kemerahan, kadang selaput kulit
mengelupas ringan, waspada timbulnya kulit dan warna yang tidak
rata (cutis marmmorata), bercak biru yang sering didapat disekitar
bokong (mongolion spot) akan hilang pada umur 1-5 th. Vernik tidak
perlu dibersihkan karena menjaga kehangatan tubuh bayi. Pada bayi
dismatur kulit bayi mengeriput dan kuku bayi panjang.
 Palpasi
Kepala : Fontanel minor belum menutup, fontanel mayor belum menutup.
Fontanel minor menutup pada minggu ke 6-8.
Fontanel mayor menutup pada bulan ke 16-18.
Ada tidaknya caput succedaneum/cephal haematoma.

4
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada benjolan, tidak
ada pembesaran kelenjar limphe.
Dada : puting susu mengeluarkan whiten milk pada bayi aterm.
Perut : tidak ada pembesaran hepar dan lien.
Pelipatan paha : tidak ada pembesaran kelenjar limphe, tidak hernia inguinalis.
 Auskultasi
Dada : tidak ada wheezing, tidak terdapat ronchi, bunyi jantung bayi
normal 120-160 x/mnt.
Perut : bising usus +
 Perkusi
Perut : tidak kembung
 Perkembangan refleks
 Rooting reflek (mencari puting)
Muncul pada saat lahir, berdurasi sampai usia 2 bulan.
 Grassping reflek (menggenggam)
Muncul pada saat lahir, berdurasi sampai usia 2 bulan.
 Morro reflek (terkejut)
Muncul pada saat lahir, hilang sekitar 2-3 bulan.
 Sucking reflek (menghisap)
Muncul pada saat lahir, hilang sekitar usia 2-3 bulan.
 Babynsky reflek (jari-jari kaki fleksi)
Muncul pada saat lahir, hilang sampai usia 2-3 bulan.
3.1 Interpretasi Data Dasar
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Diagnosa : Neonatus cukup/kurang/lebih bulan kecil/sesuai/besar masa kehamilan
... Usia ... Jam/ hari dengan...
DS : data subjektif yang mendukung pengankatan diagnosa
DO : data objektif yang mendukung pengangkatan diagnose

3.3 IdentifikasiDiagnosa dan MasalahPotensial

5
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney,
2007).
3.1 Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi, dan Rujukan
Pada langkah ini membutuhkan kesinambungan dan proses manajemen
kebidanan. Langkah ini mengidentifikasi perlu tindakan segera yang mampu dilakukan
mandiri atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Disini bidan dituntut untuk dapat menentukan langkah
diagnosa potensial (Varney, 2007).
3.5 Intervensi
Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Jika terdapat
informasi/ data yang tidak lengkap dapat dilengkapi, merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin. Rencana asuhan dibuat berdasarkan
pertimbangan yang tepat, baik dari pengetahuan, teori yang up to date, dan divalidasikan
dengan kebutuhan pasien. Penyusunan rencana asuhan sebaiknya melibatkan pasien.
Sebelum pelaksanaan rencana asuhan, sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan
dan pasien ke dalam informed consent (Varney, 2007).
Tujuan :bayi dapat melewati adaptasi ekstrauterin dengan baik
Kriteria Hasil : Kulit kemerahan, gerak aktif
TTV dalam batas normal:
Nadi: 120-160x/ menit
Pernapasan: 40-60x/ menit
Suhu: 36,5-37,50C
Intervensi :

1. Pencegahan Infeksi (PI)


R/ Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun
beberapa saat setelah lahir.
2. Perawatan tali pusat

6
R/ untuk mencegah infeksi tali pusat
3. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
R/ agar bayi mendapatkan bakteri dari kulit ibu, skin to skin, serta
meningkatkan bounding attachement
4. Pencegahan kehilangan panas
R/ mencegah bayi kehilangan panas tubuh berlebih
5. Pemberian salep mata/tetes mata
R/ Mencegah dari infeksi mata selama melewati jalan lahir
6. Penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri
R/ Vitamin K mencegah defisiensi vit K yang dapat menyebabkan
perdarahan pada otak
7. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
R/ Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur
ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
8. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
R/ untuk deteksi dini adanya kelainan atau tidak
9. Pemberian ASI eksklusif
R/ agar bayi mendapatkan nutrisi yang tepat dan perkembangan serta
perutmbuhan bayi sesuai dengan usia
10. Memandikan bayi minimal 6 jam setelah lahir
R/ menjaga kebersihan bayi

3.6 Implementasi
Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama–sama dengan
klien atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan dilakukan oleh dokter atau tim
kesehatan lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk mengarahkan
kesinambungan asuhan berikutnya (Varney, 2007).

7
3.7 Evaluasi
Menurut Varney (2007) evaluasi merupakan tindakan pengukuran keberhasilan
dalam melaksanakan tindakan dan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan
yang dilakukan apakah sesuai kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk
melakukan asuhan lanjutan atau tidak.
Asuhan yang telah dilakukan harus di catat secara benar, singkat, jelas, logis
dalam suatu metode pendokumentasian sehingga dapat diterapkan dalam metode SOAP.
S : Subjektif.
Data ini diperoleh melalui anamnesa.
O : Objektif.
Hasil pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik.
A : Assessment.
Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul digunakan untuk membuat kesimpulan.
P : Planning.
Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat.

8
BAB 4
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS CUKUP BULAN SESUAI MASA


KEHAMILAN USIA 0 JAM
Tanggal : 18 Desember 2021
Tempat: Puskesmas Jatikalen Pukul: 21.00 WIB
I. PENGKAJIAN DATA DASAR
A. SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama Bayi : By. Ny. “L”
Usia : 1 jam
Tanggal lahir : 18 Desember 2021
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. “L” Nama Suami : Tn “F”
Umur : 21 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMU` Pendidikan :SMU
Pekerjaan : Staf Desa Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Desa Gondangwetan
3. Keluhan
Ibu mengatakan bayi tidak ada keluhan saat ini
4. Riwayat Prenatal
Ibu ANC 7x, tidak ada penyulit selama hamil
5. Riwayat Natal
Bayi lahir spontan pada UK 38 minggu pukul 20.07 WIB, menangis spontan,
kulit kemerahan. BBL 3800gr, PBL 49cm, LK 33cm, jenis kelamin laki-laki.
Tidak ada masalah selama persalinan.
6. Riwayat kesehatan keluarga

9
Ibu mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat hipertensi, kencing manis,
asma, jantung, TBC, Asma, HIV, IMS, tidak ada riwayat kehamilan kembar.
B. OBYEKTIF
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 Nadi : 120 kali/menit
 Suhu : 36,6 ºC
 RR : 40 kali/menit
 BB : 3800 g
 PB : 49 cm
 LK : 33 cm
 Pemeriksaan Fisik
 Kepala: Tidak ada lesi, tidak ada caput suksadaneum, tidak ada cephal
hematoma, tidak ada molase
 Wajah: Simetris
 Mata: Jumlah mata 2, posisi simetris, pergerakan bola mata baik, reflek
terhadap cahaya baik, terdapat sedikit secret, sklera putih, konjungtiva merah
muda
 Hidung: Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret
 Mulut: Simetris, bibir lembab, tidak ada labiopalatoskisis, labioskisis,
palatoskisis
 Telinga: Simetris, letak daun telinga tidak low set ear
 Leher: Tidak teraba bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe dan pembesaran kelenjar thyroid
 Dada: Bunyi nafas normal, tidak ada ronchi, dan tidak ada whezzing, tidak ada
retraksi dinding dada, puting susu sedikit menonjol
 Abdomen: Tampak bulat, tidak ada pembengkakan, talipusat terbungkus kassa
steril
 Punggung: tidak ada pembengkakan atau cekungan
 Genitalia: Lubang uretra berada di ujung penis, testis berjumlah 2 dan sudah
berada pada skrotum

10
 Anus: Terdapat lubang anus
 Ekstremitas: Simetris, jumlah jari 5, pergerakan bebas, tidak ada perlekatan
 Refleks: Rooting refleks (+), sucking refleks (+), refleks moro (+), palmar
grasp refleks (+), babynsky reflek (+).
 Ballard score: 46 (42 minggu 3 hari) terlampir

 Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

II. INTERPRETASI DATA DASAR


1. Diagnosa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam
2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
Tidak ada

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Tidak ada

V. INTERVENSI
Tujuan : bayi dapat melewati adaptasi ekstrauterin dengan baik
Kriteria Hasil : Kulit kemerahan, gerak aktif
TTV dalam batas normal:
Nadi: 120-160x/ menit
Pernapasan: 40-60x/ menit
Suhu: 36,5-37,50C

11
Intervensi :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/ penjelasan petugas dapat mengurangi kecemasan keluarga
2. Perawatan tali pusat
R/ untuk mencegah infeksi tali pusat
3. Pencegahan kehilangan panas
R/ mencegah bayi kehilangan panas tubuh berlebih
4. Pemberian salep mata/tetes mata
R/ Mencegah dari infeksi mata selama melewati jalan lahir
5. Penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri
R/ Vitamin K mencegah defisiensi vit K yang dapat menyebabkan perdarahan
pada otak
6. Pemberian ASI eksklusif
R/ agar bayi mendapatkan nutrisi yang tepat dan perkembangan serta
perutmbuhan bayi sesuai dengan usia

VI. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya dalam
kondisi baik, TTV dalam batas normal (BB: 3800g, PB: 49cm, S: 36,60C, RR:
40x, DJ: 120x) serta pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.
2. Melakukan perawatan tali pusat yakni dengan memastikan tali pada tali pusat
kering, membungkus tali pusat dengan kassa steril tanpa alkohol/ betadin.
3. Melakukan pencegahan kehilangan panas dengan mengenakan pakaian bayi,
topi, sarung tangan/ kaki, menggedong bayi.
4. Memberikan salep mata oksitetrasiklin 1%, dari dalam keluar
5. Menyuntikan vitamin K1 1mg dosis tunggal IM di paha kiri
6. Menganjurkan ibu untuk ASI eksklusif, yakni hanya memberikan ASI sebagai
makanan utama bayi selama 6 bulan, tanpa air putih, madu, degan, pisang,
pepaya. Serta membantu ibu menyusukan bayinya.

12
VII.EVALUASI
Tanggal: 19 Desember 2021 jam:07 .00
S: ibu mengatakan bahwa bayi sudah bisa menyusu, tidak ada keluhan, sudah BAK
dan BAB
O: KU: baik kesadaran: CM
N: 125x/menit RR: 40x/mnt S: 36,60C
Ikterus: - diare: -
BAB: + BAK: +
Ballard Score: terlampir
A: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 11 jam
P: 1. Memandikan bayi dengan air hangat
2. Memberikan imunisasi hepatitis B dosis tunggal di paha kanan
3. menyarankan ibu untuk memberikan ASI saja selama 6 bulan
4. Menyarankan ibu untuk menjemur bayinya antara jam 7-8 selama 30-60 menit
dengan pakaian terbuka dan mata serta kemaluan ditutupi

13
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang Studi Kasus Manajemen Asuhan
Kebidanan pada Neonatus Ny. L Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 0 jam di
Puskesmas Jatikalen pada hari Minggu 19 Desember 2021, serta melihat kesesuaian
atau kesenjangan antara teori dan praktik. Penulis akan menjelaskan kesenjangan
tersebut menurut langkah-langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney yang
meliputi tujuh langkah asuhan kebidanan. Pembahasan ini dimaksudkan agar diambil
suatu kesepakatan dan pemecahan masalah dari kesenjangan yang terjadi sehingga dapat
digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan, meliputi:

1. Pengkajian
Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi data kejadian (Nursalam, 2013). Keluhan utama dikaji untuk
mengetahui kemungkinan adanya gejala tanda bahaya yang mungkin terjadi. Data
objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur. Keadaan umum untuk
mengetahui kondisi klien secara umum apakah baik/ cemas/ jelek (Ambarwati,
2008).
Berdasarkan pengkajian pada Bayi Ny. L didapatkan hasil bahwa tidak ditemukan
adanya masalah, menangis spontan, kuat, tonus otot positif (+) warna kulit
kemerahan jenis kelamin laki-laki, anus (+) dan tidak ada cacat bawaan pada
bayi. Dalam kasus By. Ny. L diperoleh data bahwa bayi lahir dengan normal yaitu
dengan berat lahir 3800 gram, panjang badan 49 cm, LK 33 cm. Berat badan bayi
normal, hal ini sesuai dengan teori bahwa bayi yang dilahirkan aterm (37 minggu
sampai 42 minggu) memiliki berat badan normal yaitu 2.500-4.000 gram
(Cunningham, 2013).
Pengkajian pada bayi baru lahir bertujuan untuk mengenal/ menemukan kelainan
yang perlu mendapatkan tindakan segera dan kelainan yang berhubungan dengan
kehamilan, persalinan dan kelairan misalnya bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes
mellitus, eklamsi berat dan lain lain yang biasanya akan mengakibatkan kelainan
bawaan pada bayi. Selain itu untuk menentukan pemeriksaan dan terapi selanjutnya

14
(Bobak, 2006). Pada pengkajian fisik tidak ditemukan masalah karena semua
pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus
yang ada di lahan praktek.
2. Interpretasi Data
Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat ditegakkan diagnosa, ditemuka masalah utama dan masalah penyerta (Varney,
2004).
Pada kasus By. Ny. L fisiologis ini didapatkan diagnosa kebidanan Neonatis
Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan usia 0 jam. Tidak ada masalah dan tidak ada
kebutuhan yang diberikan. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dan kasus di lahan praktek.
3. Diagnosa Potensial
Pada neonatus fisiologis tidak terdapat diagnosa atau masalah potensial yang
dapat menyebabkan kegawatan dan atau mengancam jiwa ibu maupun janin
(Saifuddin, 2012). Pada kasus By. Ny. L tidak muncul diagnosa atau masalah
potensial.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada di lahan praktek.
4. Tindakan Segera
Mengumpulkan dan mengevaluasi data dimana yang menunjukkan situasi yang
memerlukan tindakan segera. Menurut Saifuddin (2012), pada neonatus fisiologis
tidak terdapat situasi yang dapat menyebabkan kegawatan dan atau mengancam jiwa
sehingga tidak memerluan penanganan atau tindakan segera. Pada kasus By. Ny. L
neonatus fisiologis dalam keadaan dan kondisi kesehatan baik sehingga tidak
memerlukan penanganan atau tindakan segera.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada di lahan praktek.
5. Intervensi
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi. Perencanaan yang dilakukan pada

15
kasus By. Ny. L melakukan perawatan bayi baru lahir berupa pencegahan hipotermi,
melakukan memberikan vitamin K, salep mata dan melakukan perawatan tali pusat
dengan menggunakan kassa steril. 11 jam setelah bayi lahir intervensi yang diberikan
yaitu memandikan bayi, dan memberikan imunisasi Hepatitis B pada bayi.
Pemberian vitamin K pada By. Ny. L diberikan 1 jam setelah lahir/ 1 jam setelah
IMD. Hal inisesuai dengan teori pemberian vitamin K sangat penting diberikan
karena bayi baru lahir sangat rentang mengalami defisiensi vitamin K dan diberikan
pada jam pertama persalinan (Oktarina, 2016). Pemberian salep mata untuk
pencegahan penyakit mata diberikan pada jam pertama persalinan yaitu pemberian
obat mata oksitetrasiklin 1%. Tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus pada
lahan praktek.
Pada kasus By. Ny. L bayi dimandikan 11 jam postpartum. Hal ini sesuai
dengan penelitian Aini (2015) bahwa bayi yang dimandikan kurang dari 6 jam dapat
menyebabkan hipotermi. Pemberian vaksin hepatitis B pada By. Ny. L diberikan 11
jam postpartum setelah bayi dimandikan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa vaksin
hepatitis B direkomendasikan oleh WHO kurang dari 24 jam setelah persalinan.
Tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus pada lahan praktek (WHO, 2009).
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada di lahan praktek.
6. Implementasi
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa dalam
melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman Ibu
(Varney, 2007). Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara aman dan efisien.
Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien
atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi
tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaanya dan memastikan
langkah-langkah tersebut benar terlaksana (Varney, 2008).
Pada kasus Bayi Ny. L neonatus fisiologis penataksanaan sesuai dengan
rencana asuhan yang telah dibuat. Pada langkah ini penulis tidak menemukan
adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan praktek.

16
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan. Pada langkah
ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan yaitu meliputi
pemenuhan kebutuhan. Hal tersebut dapat membantu untuk mengetahui terpenuhnya
bantuan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah didefinisikan di dalam diagnosa
dari masalah. Tujuan evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah dilakukan
tindakan (Hyre, 2003).
Pada kasus By. Ny. L neonatus fisiologis evaluasi yang di dapat setelah dilakukan
asuhan kebidanan yaitu, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda
vital N: 125x/menit, S: 36,6oC, RR: 40x/menit, ikterus -, diare -, BAB +, BAK +.
Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada di lahan praktek.

17
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
6.1.1 Pengkajian
Pengkajian data subyektif maupun objektif sudah sesuai dengan teori yang ada.
6.1.2 Interpretasi Data Dasar
Penegakan diagnosa dan masalah sudah sesuai dengan teori yang ada.
6.1.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Tidak ada
6.1.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada
6.1.5 Intervensi (Rencana Asuhan)
Intervensi yang dibuat pada konsep asuhan telah sesuai dengan teori dan studi
kasus.
6.1.6 Impementasi
Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan bayi.
6.1.7 Evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan bahwa asuhan yang diberikan telah
mencapai tujuan intervensi.
6.2 Saran
1. Saran bagi Akademik
Agar laporan ini dapat digunakan menjadi referensi, bahan masukan, bahan
kajian, serta evidence base untuk menunjang data penelitian.
2. Saran Bagi Mahasiswa Kebidanan
Agar mahasiswa kebidanan dapat menggunakan laporan sebagai aplikasi
penatalaksanaan asuhan kebidanan berdasarkan pola pikir tujuh langkah varney,
dan mampu menganalisa kasus yang berbeda.
3. Saran bagi Tempat Pelayanan Kesehatan
a. Agar dapat memberikan masukan mengenai penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.

18
b. Tenaga kesehatan dapat mempertahankan dan meningkatkan kerjasama
serta komunikasi sehingga dapat menjaga mutu pelayanan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.
c. Diharapkan bidan dapat melakukan konseling, informasi, edukasi dan
motivasi yang baik bagi klien
4. Program Pendidikan STIKES HUSADA Jombang
a. Dapat digunakan mahasiswa sebagai bahan pertimbangan dan masukan
dalam mengidentifikasi dan mengintervensi pada bayi baru lahir.
b. Dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan skill keterampilan
pada bayi baru lahir.

19
DAFTAR PUSTAKA

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Diambil dari https://e-


koren.bkkbn.go.id/wp-content/uploads/2018/10/Laporan-SDKI-2017-WUS.pdf.
Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/
profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf.
Sembiring, J. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:
Deepublish.
Armini, N.W., dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: ANDI.
Hidayat, A.A.A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.

20
Lampiran 1
3
Tabel The New Ballard Score

21
DOKUMENTASI

22
23

You might also like